Vous êtes sur la page 1sur 13

Argulus sp

1. Argulus sp
Argulus sp. merupaKan ektoparasit ikan yang menyebabkan argulosis.Akibat yang
ditimbulkan oleh infeksi Argulus sp. pada ikan adalah beberapa sisiktubuh terlepas, terdapat
titik-titik merah pada kulit, insang berwama kehitam-hitaman dan timbulnya lendir (mukus)
yang berlebih pada sirip. Pertahananpertama ikan terhadap serangan penyakit berada di
permukaan kulit, yaitu mukus,jaringan epitelia, insang. Mukus melapisi selumh permukaan
integumen ikan,termasuk kulit, insang dan pemt. Pada saat terjadi infeksi atau iritasi fisik
dankimiawi, sekresi mukus meningkat. Lapisan mukus secara tetap dan teratur
akandiperbarui sehingga kotoran yang menempel di tubuh ikan juga ikut dibersihkan.Mukus
ikan mengandung lisosim, komplemen, antibody (IG M) dan proteaseyang berperan untuk
mendegradasi dan mengeliminer patogen (Awik dkk 2007).Parasit ini masuk ke dalam tempat
pemeliharaan biasanya melaluipergesekan antar kulit ikan yang terinfeksi Argulus sp. Sifat
parasitik Argulus sp.cenderung temporer yaitu mencari inangnya secara acak dan dapat
berpindahdengan bebas pada tubuh ikan lain atau bahkan meninggalkannya. Hal ini
dapatdilakukan karena Argulus sp. mampu bertahan hidup selama beberapa hari di luartubuh
ikan (Daelani 2001).Handajani (2005) menjelaskan bahwa Argulus sp. merupakan salah
satuektoparasit yang termasuk dalam phylum Arthropoda, kelas Crustacea,
subkelasEntomostraea, ordo Copepod, subordo Branchiora, family Argulidae, genusArgulus
dan spesies Argulus indicus.

Menurut Handajani (2005) Argulus sp. menempel pada ikan denganmenggunakan alat
penghisap. Argulus sp. berbentuk seperti kutu berwamakeputih-putihan sehingga disebut kutu
ikan. Sedangkan Rachmatun (1983)menjelaskan bahwa ^rgw/M5 sp. memiliki bentuk bulat
pipih (oval) dan transparanserta dilengkapi alat untuk mengkaitkan tubuhnya pada inang
dengan menempelpada bagian tubuh ikan. Tubuh Argulus sp. terdiri dari dua bagian
yaituCephalothorax dan abdomen pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemukdan
sebuah mata naupilus yang mulai terbentuk pada stadia naupilus. PadaCephalothorax bagian
ventral sebelah anterior mata terdapat dua pasang antenna,pada bagian beiakang mata
terdapat alat penusuk dan kelenjar racun serta belalaiuntuk menghisap darah inang.Kabata
(1985) menjelaskan bahwa ikan yang terserang parasit ini akanmenunjukkan gejala klinis
seperti : lesu, berdiam di sudut kolam, nafsu makanhilang, kulit kusam, sirip koyak kadang
terkelupas, sisik lepas, luka berdarah yangberkembang menjadi hyperplasia dan nekrosis.
Ikan yang terserang Argulus sp.sering menunjukkan tanda gatal-gatal (menggosok-gosokkan
tubuh pada benda-benda dalam air), ini disebabkan aktifitas parasit yang mengambil
makanan.Infeksi Argulus sp. juga dapat mendukung infeksi sekunder yang disebabkan
olehbakteri. Argulus sp. atau kutu ikan mempakan ektoparasit yang menempel padabagian
luar tubuh ikan.Argulus sp. berkembang biak dengan kopulasi, melekatkan telumya
padasubstrat yang keras seperti batu atau kayu. Jumlah telur berkisar 20 - 300 butir.Panjang
telur ±0,28 - 0,30 mm dan lebamya 0,22 - 0,24 mm. Telur akan menetassetelah berumur 12
hari pada suhu 15,2 ''C - 26,1 "C. larva yang baru menetas iniakan mati, bila dalam waktu 36
jam tidak menemukan inangnya. Perkembanganstadium larva hingga menjadi dewasa melalui
tujuh stadium. Dewasa yang hiduptanpa inang bila lebih dari 9 hari akan mati (Kabata 1985).

Awik, P. D. N., Hidayati D., Ressa P., Setiawan. E. 2007. Pola Distribusi Anisakis sp Pada Usus Halus
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang Tertangkap di TPI Brondong, Lamongan. Prodi
Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Lab. Zoologi. Alumni Prodi Biologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Daelani, A. S. 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta
Handajani, H. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Universitas Muhammadiyah. Malang

Tugas Kelompok
JENIS-JENIS PARASIT YANG TERDAPAT
PADA IKAN PAYAU

OLEH ;
ZULAEHA MUH.ABD RAHMANTO
HILDAWATI ARIFIN
RISNAWATI AHMAD HIDAYAT

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2011/2012

BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi dan atau fungsi yang
mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab dan terbagi atas 2
kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal ) dan luar (eksternal) . Penyakit internal
meliputi genetic, sekresi internal, imunodefesiensi, saraf dan metabolic. Sedangkan penyakit
eksternal meliputi penyakit pathogen (parasit, jamur, bakteri , virus) dan non pathogen
(lingkungan dan nutrisi ).
Penyakit parasitic merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering
menyerang ikan terutama pada usaha pembenihan. Serangan parasit bisa
mengakibatkan terganggunnya pertumbuhan, kematian bahkan penurunan produksi
ikan. Berbagai organisme yang bersifat parasit mulai dari protozoa, crusstacea dan
annelida.
Di perairan bebas, terdapat berbagai macam parasit dengan variasi yang luas tetapi
jumlahnya sedikit. Sedangkan dalam kegiatan budidaya, parasit terdapat .dengan variasi
yang sedikit tetapi jumlahnya banyak.
Umumnya setiap parasit mempunyai siklus hidup yang rumit, yang kemungkinan
merupakan hal penting dalam pengobatan ikan yang terserang parasit. Studi siklus hidup
parasit merupakan hal penting untuk menentukan tindakan penanganan yang
lengkap. Ujicoba infeksi dengan parasit umumnya sulit dilakukan karena parasit sulit
diinkubasi atau dipelihara pada media buatan.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMUDAHKAN MUNCULNYA PARASIT
Beberapa factor memudahkan munculnya parasit : Faktor-faktor tersebut antara lain : :

1. Stocking density : Kepadatan tebar tinggi, kontak langsung dan adanya inang
2. Physical trauma : handling, grading dapat menyebabkan luka
3. Air Kolam : kualitas air jelek
4. Selective breeding : Seleksi dalam mencarai warna dan bentuk yang bagus bisa
mengakibatkan lemah.
5. Lingkungan : perubahan temperatur
6. Predator ; Bisa sebagai inang penular
7. System budidaya : kolam tanah merupakan media bagi sebagaian siklus hidup
parasit
8. Species baru : Masuknya species ikan yang baru bisa mengakibatkan masuknya
parasit baru’

KLASSIFIKASI PARASIT :

1. Protozoa
2. Metazoa :

 Trematoda
- Monogenea
- Digenea

 Platyhelmintes
- Acanthocepala
- Nematoda
- Cestoda

 Crustaceae
 Mollusca
A. Penanganan ikan sakit
Ikan hidup digunakan untuk diagnosis parasi karena parasit khususnya parasit eksternal akan
meninggalkan inangnya bila inangnya mati. Jika pengamtan di lapangan dengan mikroskop
tidak dapat dilakukan, ikan dapat difiksasi dalam larutan formalin 10% berpenyangga fosfat,
akan tetapi hasil kurang memuaskan karena parasit yang ikut difiksasi tidak dapat
menunjukkan pergerakannya.
B. TEKNIK DIAGNOSA PARASIT
Langkah-langkah dalam mendeteksi parasit menggunakan mikroskop ;

1. Ambil lendir tubuh denagan cover glass


2. Potong bagian kecil insang dengan gunting
3. Letakkan lendir atau insang dengan satu tetes akuades pada slide glass, kemudian
tutup dengan kaca penutup (cover glass)
4. Jangan ada gelembung pada slide glass
5. Amati di bawah mikroskop (pembesaran 4-400x

BAB II

PEMBAHASAN
Berikut adalah jenis-jenis parasit yang menyerang ikan air payau :

1. Argulus sp
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Sub Filum: Crustacea
Kelas: Maxillopoda
Sub kelas: Branchiura
Ordo: Arguloida
Family : Argulidae
Genus : Argulus

Argulus adalah salah satu jenis parasit terbesar yang dapat dilihat dengan mata
telanjang karena ukurannya antara 5 sampai 10 mm. Parasit jenis ini biasa ditemukan di
belakang sirip atau sekitar kepala, atau di lokasi terlindung. Argulus atau biasa disebut kutu
ikan adalah kelompok parasit dari sub filum krustasea dan masuk dalam kelas Maxillopoda.
Parasit ini memiliki tubuh rata oval mirip kuku, yang hampir seluruhnya ditutupi oleh karapas
lebar, mata majemuk menonjol, dan antenna yang termodifikasi membentuk mulut, memiliki
belalai berduri yang digunakan sebagai senjata untuk mengisap darah ikan sehingga ikan
akan menjadi kurus. Mereka memiliki dua pasang toraks, yang digunakan untuk berenang
antara inang yang berbeda. Argulus merupakan ancaman yang sangat serius bagi kesehatan
ikan, karena dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Ikan yang terinfeksi
biasanya terdapat bercak perdarahan dan kulit terjadi pembengkakan disekitar insang atau
sirip.

Selama siklus hidupnya, Argulus menggunakan ikan sebagai inangnya, mereka menginfeksi
jenis ikan air tawar dan ikan laut. Argulus menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya
dengan berenang di sekitar inangnya dan pada saat itulah terjadi perkawinan antara jantan
dan betina. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan terendam secara aman dalam sisik
ikan dan setelah menetas Argulus tersebut akan bermetamorfosis menuju dewasa. Seluruh
siklus memakan waktu antara 3-10 hari tergantung pada suhu. Setelah menetas mereka harus
menemukan inang baru dalam sekitar 4 hari atau mereka akan mati.

Argulus sp. merupakan ektoparasit ikan yang menyebabkan penyakit argulosis. Parasit ini
masuk ke dalam tempat pemeliharaan dan menginfeksi ikan biasanya melalui pergesekan
antar kulit ikan yang terinfeksi Argulus sp. (Dana & Angka, 1990). Sifat parasitik Argulus sp.
cenderung temporer yaitu mencari inangnya secara acak dan dapat berpindah dengan bebas
pada tubuh ikan lain atau bahkan meninggalkannya. Hal ini dapat dilakukan karena Argulus
sp. mampu bertahan hidup selama beberapa hari di luar inang (Purwakusuma, 2007).
Menurut Diani (1995) dalam Prasetya et al. (2004) serangan parasit lebih sering mematikan
pada ikan-ikan muda yang biasanya berukuran kecil karena system pertahanan tubuhnya
belum berkembangnya. Selain menginfeksi ikan, Argulus sp. juga dapat berperan sebagai
vektor bagi virus atau bakteri yang sering menyebabkan penyakit pada ikan (Afrianto &
Liviawaty, 1995; Yildiz & Kumantas, 2002; Tam, 2005).

Bakteri, virus dan organisme penyakit lainnya dapat masuk ke dalam tubuh ikan karena
integumen sebagai pertahanan pertama ikan telah dirusak oleh Argulus sp. (Heckmann,
2003). Efek Argulus sp. terhadap inang tergantung pada derajat infeksi dan ukuran inang
(Roberts, 1978 dalam Walker, 2005). Menurut Lester & Roubal (1995) dalam Walker (2005)
1 atau 2 parasit Argulus sangat berdampak nyata pada juvenile ikan. Derajat infeksi 1–3
Argulus sp. pada ikan maskoki berukuran 5,2– 5,7 cm (juvenile) termasuk dalam kategori
berat walaupun jumlah parasit tersebut sedikit (Yildiz & Kumantas, 2002). Pada ikan
maskoki dewasa jika terdapat 1–3 Argulus sp. maka infeksi tersebut dikategorikan ringan dan
termasuk infeksi kategori berat jika terdapat 4 atau lebih oleh Argulus sp.

2. Lernea sp
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Subphylum: Crustacea
Kelas: Maxillopoda
Subclass: Copepoda
Urutan: Cyclopoida
Keluarga: Lernaeidae
Genus: Lernaea

Lernaea (juga salah dieja Lernea) atau biasanya disebut cacing jangkar, merupakan parasit
pada ikan air tawar tapi dia juga menyerang ikan air payau. Di sebut cacing jangkar karena
pada bagian kepalanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga dengan
perantaraan organ inilah cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan.
Pada stadium copepodid, cacing jangkar ini hidup di sekeliling tubuh ikan dan
menggigit kulit/lendir ikan. Pada stadium ini, cacing tersebut sangat peka terhadap beberapa
jenis obat-obatan. Memasuki stadium dewasa, cacing ini cacing dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu stadium cyclopoid dan stadium dewasa. Selama stadium cyclopoid, lernea
hidup di sekeliling tubuh ikan dan juga tidak tahan terhadap pengaruh obat-obatan. Cacing
jangkar betina akan menusukkan ke¬palanya ke jaringan kulit/daging ikan. Pada bagian yang
ditusuk akan terlihat luka dan membengkak, namun karena ukurannya masih ter¬lalu kecil,
agak sulit untuk melihatnya dengan mata biasa. Individu dewasa sudah dapat dilihat dengan
mata biasa. Bagian tubuhnya yang terdapat di luar tubuh ikan akan tampak membesar, karena
mempunyai sepasang kantung telur. Jika telurnya menetas, maka nauplius akan berenang
keluar dari dalam kantung untuk mencari ikan.

Hampir semua jenis ikan air tawar dapat terserang oleh cacing jangkar ini, terutama pada
musim pembenihan atau pendederan. Ikan yang terserang umumnya mengalami luka pada
tubuhnya dan terlihat adanya cacing jangkar yang menempel.

 Cara mencegah
Pencegahan terhadap serangan cacing jangkar dapat dilakukan dengan melakukan
pengeringan kolam, filter air sebelum dialirkan ke kolam atau menggunakan bahan kimia
untuk membasmi cacing jangkar pada stadium nauplius dan copepodid. Upaya pengendalian
terhadap serangan cacing jangkar dewasa sulit dilakukan, karena cacing ini memiliki kulit
khitin yang tahan terhadap pengaruh senyawa kimia. Penggunaan gunting cukup efektif untuk
memberantas cacing jangkar dewasa. Guntinglah bagian tubuh cacing jangkar yang
menempel pada tubuh ikan dan segera dimus¬nahkan dengan cara mengubur atau
membakarnya, sedangkan bagian kepalanya dibiarkan tinggal di dalam tubuh ikan. Untuk
menghindari terjadinya infeksi sekunder, ikan direndam dalam larutan Tetracyclin 250 mg
per 500 liter air selama 2 – 3 jam. Proses perendaman ini dapat diulangi selama 3 hari
berturut-turut. Atau dapat dilakukan dengan senyawa kimia berupa larutan Bro¬mex 0,12 –
0,15 ppm. Cacing jangkar pada stadium copepodid dapat dibunuh dengan merendam ikan
yang terserang ke dalam larutan Dipterex 0,25 ppm selama 4 – 6 jam.
3. Dactylogyliasis

Klasifikasi/Taxonomi :
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Trematoda Monogenea
Ordo : Dactylogiridea
Familia : Dactylogyridae
Genus : Dactylogyrus
Species : Dactylogyrus sp.
Habitat : insang

Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp


sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Pada bagian tubuhnya
terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu
pasang kait dengan satu baris.

 Morfologi :

Cacing dewasa berukuran 0,2 – 0,5 mm. Mempunyai dua pasang eye spots pada ujung
anterior. Sucker terletak dekat ujung anterior. Pada ujung posterior tubuh terdapat alat
penempel yang terdiri dari 2 kait besar yang dikelilingi 16 kait lebih kecil disebut
Opisthaptor. Mempunyai testis dan ovary.
Kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat kecil. Dactylogyrus
sp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2 pasang kait besar dan 14 kait
marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe dengan dua pasang
mata yang terletak di daerah pharynx. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar . Gejala
infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih.
Sifat Biologis: Bersifat hermaprodit, sebagian besar telur terlepas dari insang dan sebagian
kecil tertanam pada insang, ukuran telur : 50 um, bentuknya ovoid dan berspina seperti duri
mawar/ rosethorn like, sexual maturity 3 – 6 hari. Larva dapat hidup tanpa hospes selama 1
hari, ikan mas dapat terinfeksi berat,juga ikan-ikan air tawar di kolam dan ikan-ikan impor.

4. Dactylogyrus sp

Dactylogyrus sp digolongkan ke dalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes,


kelas Trematoda, ordo Monogenea, family Dactylogyridae, subfamily Dactylogyrinae dan
genus Dactylogyrus .
Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda). Dactylogyrus sp
sering menyerang pada bagian insang ikan air tawar, payau dan laut. Pada bagian tubuhnya
terdapat posterior Haptor. Haptornya ini tidak memiliki struktur cuticular dan memiliki satu
pasang kait dengan satu baris kutikular, memiliki 16 kait utama, satu pasang kait yang sangat
kecil. Dactylogyrus spp mempunyai ophistapor (posterior suvker) dengan 1 – 2 pasang kait
besar dan 14 kait marginal yang terdapat pada bagian posterior. Kepala memiliki 4 lobe
dengan dua pasang mata yang terletak di daerah pharynx. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada
Gejala infeksi pada ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi lendir berlebih
(Gusrina, 2008).
Sebagian besar parasit monogenea seperti Dactylogyrus spp bersifat ovivarus
(bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larfa yang berenang bebas yang dinamakan
oncomiracidium. Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-
putihan. Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian
tubuh lainnya (Gusrina, 2008).
Parasit Dactylogyrus spp mempunyai siklus hidup langsung yang melibatkan satu
inang. Parasit ini merupakan ektoparasit pada insang ikan. Telur-telur yang dilepaskan akan
menjadi larva cilia yang yang dinamakan penetasan oncomiracidium. Oncomiracidium
mempunyai haptor dan dapat menyerang sampai menyentuh inang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Anshary (2004) yang menyatakan sebagian besar parasit monogenea seperti
Dactylogyrus spp bersifat ovivarus (bertelur) dimana telur yang menetas menjadi larfa yang
berenang bebas yang dinamakan oncomiracidium.
Insang yang terserang berubah warnanya menjadi pucat dan keputih-putihan.
Penyerangan dimulai dengan cacing dewasa menempel pada insang atau bagian tubuh
lainnya (Gusrina, 2008).
 Gejala yang timbul
beberapa gejala klinis akibat infeksi parasit yang dapat digunakan sebagai presumtif
diagnosa antara lain :
- Ikan tampak lemah, tidak nafsu makan, pertumbuhan lambat, tingkah laku dan berenang
tidak normal disertai produksi lendir yang berlebihan.
- Ikan sering terlihat mengumpul di sekitar air masuk, karena pada daerah ini kualitas air
terutama kadar oksigen lebih tinggi.
- Sering mengapung dipermukaan air.
- Insang tampak pucat dan membengkak, sehingga operculum terbuka. Kerusakan pada
insang menyebabkan sulit bernafas, sehingga tampak megap-megap seperti gejala
kekurangan oksigen. Insang ikan rusak, luka dan timbul perdarahan serta berlebihan lendir
(stadium awal). Dalam keadaan serius filamen insang akan rusak dan operkulum ikan tidak
tertutup dengan sempurna mengakibatkan kesulitan bernafas.
- Secara mikroskopis terlihat ada nekrosis pada insang yang berwarna kekuningan atau putih,
selain itu juga terjadi proliferasi di kartilago hialin pada lamella sekunder. Penyebabnya bisa
karena tertular dari ikan yang terinfeksi, kolam tempat pemeliharaan ikan yang menggunakan
sumber air tanah dan kurang bersih.
 Cara menanggulangi
Pengobatan yang efektif untuk cacing Dactylogyrus spp. adalah dengan pemberian
formaldehide dan yang tidak kalah penting adalah selalu membersihkan kolam atau aquarium
serta memeriksa sirkulasi air, sirkulasi udara dan kepadatan kolam.
5. Neobenedenia
Parasit jenis ini adalah jenis parasit yang paling sering ditemukan pada ikan laut
seperti kerapu,kakap,bawal bintang dll. Merupakan jenis cacing (monogenea) dan merupakan
ektoparasit (parasit yang menyerang bagian permukaan tubuh) biasanya ditemukan di kulit
(sisik), mata, insang.
Gejala klinis dari ikan yang terserang parasit ini kehilangan nafsu makan, tingkah
laku berenangnya lemah dan adanya luka karena infeksi sekunder bakteri.
Cara pencegahannya yang biasa dilakukan yaitu dengan perendaman air tawar.

6. Diplectanum
Jenis ektoparasit yang biasa menyerang di lamella insang ikan laut (krapu, kakap,
napoleon, bawal). Parasit Diplectanum termasuk Ordo Dactylogyridea, Famili Diplectanidae
karena sering ditemui menyerang insang parasit ini juga sering disebut sebagai cacing insang.
Pada beberapa kasus serangan parasit insang bisa menyebabkan kematian pada ikan yang
cukup banyak, ikan yang terserang akan mengalami gangguan dalam proses pernafasan,
selain itu luka yang ditimbulkan bisa menyebabkan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri.
7. Gyrodactilus sp.
Gyrodactilus sp digolongkan kedalam phylum Vermes, subphylum Platyhelmintes,
kelas Trematoda, ordo Monogenea, family Gyrodactylidae, subfamily Gyrodactylinae dan
genus Gyrodactilus. Hewan parasit ini termasuk cacing tingkat rendah (Trematoda).
Gyrodactilus sp biasanya sering menyerang ikan air tawar, payau dan laut pada bagian kulit
luar dan insang. Parasit ini bersifat vivipar dimana telur berkembang dan menetas di dalam
uterusnya. Memiliki panjang tubuh berkisar antara 0,5 – 0,8 mm, hidup pada permukaan
tubuh ikan dan biasa menginfeksi organ-organ lokomosi hospes dan respirasi.
Larva berkembang di dalam uterus parasit tersebut dan dapat berisi kelompok –
kelompok sel embrionik. Ophisthaptor individu dewasa tidak mengandung batil isap, tetapi
memiliki sederet kait-kait kecil berjumlah 16 buah disepanjang tepinya dan sepanjang kait
besar di tengah-tengah, terdapat dua tonjolan yang menyerupai kuping. Gejala infeksi pada
ikan antara lain : pernafasan ikan meningkat, produksi ender berlebih.
8. Clinostonum sp
Parasit ini seringkali ditemukan pada benih ikan gurame, dan menyebabkan sakit
bintilan. Bintil-bintil ini mengandung cercaria Clinostonum sp. Dan menyebabkan ikan
gurame yang terinfeksi terhambat pertumbuhannya.
Daur hidup Clinostonum sp terdiri dari beberapa fase yakni pertama yaitu fase telur
(dalam air), kedua fase miracidium, sporocyst dan redia (dalam siput), ketiga fase cercaria
dan kista/metacercaria (dalam air), serta keempat fase dewasa (dalam hewan vertebrata, ikan,
ternak, burung, dan manusia)
Digenea yang telah diketahui mendekati 400 genera dan sedikitnya 4000 spesies yang
menyerang ikan. Parasit ini memperlihatkan inang spesifisitas yang tinggi terutama pada
inang antara yang pertama dan pada inang akhir. Organ yang diserang pada inang akhir
adalah organ internal seperti saluran gastrointernal dan organ yang berdekatan seperti hati
dan empedu, paru-paru, gelembung renang serta saluran darah.
Jenis ikan yang diserang yaitu ikan kakap, yang berasal dari Lecithochirium sp.
Danpseudometadena celebensis. Cacing jenis ini menyerang pada bagian usus.
Upaya pengendalian yaitu dengan menggunakan larutan acriflavin 100 ppm dalam air
tawar selama 1 menit, atau acriflavin 10 ppm selama 60 menit.
9. Trichodiniasis
Agen kausatif : Trichodina, Trichodinella, Tripartiella. Parasit ini menyerang kulit dan insang
ikan budidaya seperti bandeng, kakap, kerapu.
Trichodina pada insang ikan kerapu (koleksi Laboratorium BBAP Ujung Batee, 2009)

 ciri-ciri

 parasit ini mudah berkembang pada kondisi air pemeliharaan yang kurang bersih
 berbentuk seperti cawan dengan bulu getar disekililing tepi tubuhnya
 diameter berkisar 100 nm

 gejala klinis :

 sebagian besar menyerang kulit dan insang


 produksi lendir berlebihan pada insang dan permukaan tubuh
 dapat terjadi iritasi yang disebabkan oleh cillia dan hook
 sirip geripis
 nafsu makan berkurang
 menggosok-gosok tubuh ke dinding bak atau jaring

 efek pada inang :

 serangan parasit berat akan mengganggu pernapasan dan dapat menyebabkan


kematian tinggi pada ikan berukuran kecil
 menyebabkan kerusakan langsung pada epitelium insang, akhirnya terjadi lesi pada
insang
 kerusakan jaringan pada permukaan kulit dan insang yang diakibatkan oleh
pergerakan parasit tersebut yang berputar

 pencegahan dan pengobatan :

 perendaman dengan air tawar selama 1 jam hingga 3 hari kedepan


 perendaman formalin 25-30 ppm selama 24 jam

BAB III

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari pembahasan di atas yaitu sebagai berikut:

Penyakit adalah terganggunya kesehatan ikan yang diakibatkan oleh berbagai sebab
yang dapat mematikan ikan. Secara garis besar penyakit yang menyerang ikan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyakit infeksi (penyakit menular) dan non infeksi
(penyakit tidak menular). Penyakit menular adalah penyakit yang timbul disebabkan oleh
masuknya makhluk lain kedalam tubuh ikan, baik pada bagian tubuh dalam maupun bagian
tubuh luar. Makhluk tersebut antara lain adalah virus, bakteri, jamur dan parasit. Penyakit
tidak menular adalah penyakit yang disebabkan antar lain oleh keracunan makanan,
kekurangan makanan atau kelebihan makanan dan mutu air yang buruk.
Di lingkungan alam, ikan dapat diserang berbagai macam penyakit. Demikian juga
dalam pembudidayaannya, bahkan penyakit tersebut dapat menyerang ikan dalam jumlah
besar dan dapat menyebabkan kematian ikan, sehingga kerugian yang ditimbulkannya pun
sangat besar. Penyebaran penyakit ikan di dalam wadah budidaya sangat bergantung pada
jenis sumber penyakitnya, kekuatan ikan (daya tahan tubuh ikan) dan kekebalan ikan itu
sendiri terhadap serangan penyakit. Selain itu cara penyebaran penyakit itu biasanya terjadi
melalui air sebagai media tempat hidup ikan, kontak langsung antara ikan yang satu dengan
ikan yang lainnya dan adanya inang perantara.
Dan ada beberapa jenis parasit yang menyerang ikan air payau yaitu:
 Argulus sp
 Lernae sp
 Neobedenia
 Clinostonum sp
 Girodactilus
 Diplectanun
 Dactylogyrus sp
 Dactylogyrus sp
 Tricodiniasis

Klasifikasi Dan Morfologi Argulus indicus/Argulus japonicus


Pengertian Argulus

Argulus merupakan hewan yang sangat kecil dan hampir tak terlihat oleh mata. Argulus bisa
disebut hama air bagi pembudidaya ikan air tawar, karena efek kehadirannya sangat merugikan.
Ikan budidaya apa bila diserang oleh argulus maka bagian tubuh yang terserang akan berlendir
yang menyebabkan ikan melemah, melompat-lompat di atas permukaan air, serta merasa tidak
nyaman dan akan menggosok-gosokan tubuhnya yang terserang argulus ke permukaan yang
lebih kasar. Saat ikan menggosok-gosokkan tubuhnya ke permukaan yang lebih kasar, tubuh
ikan akan terluka dan mudah diserang jamur atau bakteri, ikan menjadi sakit dan bahkan bisa
sampai kematian. Bagian tubuh ikan yang terluka merupakan pintu masuk bagi bakteri untuk
menjadikannya inang, bakteri yang sering manyerang adalah bakteriAeromonas dan Pseudomonas.
Klasifikasi Argulus indicus/Argulus japonicus
Klasifikasi Argulus

Kingdom Animalia

Phylum Arthropoda

Subphylum Crustacea

Class Maxillopoda

Subclass Branchiura

Order Arguloida

Family Argulidae

Genus Argulus

Spesies Argulus indicus, Argulus japonicus

Morfologi Argulus indicus/Argulus japonicus


Menurut Mousavi et al. (2011), Argulus memiliki panjang tubuh 4-12 mm dengan bentuk pipih
dorsoventral yang ditutupi oleh karapas dan sepasang mata majemuk (Steckler and Yanong,
2012). Bagian anterior Argulus terdapat sepasang antena, maxillae pertama dan kedua yang
berfungsi untuk melekatkan diri pada inang, stylet yang berfungsi untuk menusuk inang dan
proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah. Pada bagian thorax Argulus terbagi menjadi
empat segmen. Masing-masing segmen memiliki sepasang kaki renang dan segmen keempat
tergabung dengan karapas. Thorax Argulus betina berfungsi untuk menyimpan telur. Bagian
posterior terdapat abdomen dengan bentuk bilobus segmen. Abdomen pada Argulus jantan
terdapat testis, sedangkan pada Argulus betina terdapat seminal receptacle (Hoffman, 1977)

Daur Hidup Argulus

Daur hidup Argulus adalah langsung, yaitu hanya membutuhkan satu inang dalam daur
hidupnya. Menurut Steckler and Yanong (2012), Branchiura memiliki daur hidup rata-rata 30-60
hari, bergantung pada spesies parasit dan suhu lingkungan. Setelah Argulus jantan dan betina
kopulasi, Argulus betina akan meninggalkan inang dan meletakkan telurnya pada benda yang
keras. Argulus betina yang telah meletakkan telurnya akan kembali melekat pada inang.
Telur Argulus menetas dalam 17 hari pada suhu 23 ºC dan 30 hari pada suhu 20 ºC (Kismiyati
dan Mahasri, 2012). Telur yang menetas menjadi nimfa dan harus menemukan inang dalam
waktu 2-3 hari atau akan mati. Nimfa berkembang menjadi stadium juvenil (Kismiyati dan
Mahasri, 2012), kemudian berkembang menjadi Argulus dewasa dalam waktu 30-40 hari setelah
menetas (Steckler and Yanong, 2012)

Sistem Saraf Argulus

Sistem saraf Argulus adalah tangga tali yang saraf pusatnya berhubungan dengan alat indera
(Chapman (1997) dalam Puspitasari dkk. (2012)). Saraf tersebut terdiri dari enam rantai ganglia
otak dorsal dan ventral. Saraf dari ganglia pertama berhubungan dengan sucker. Saraf dari
ganglia kedua berhubungan dengan maxillae kedua dan innervating di lateral karapas. Saraf dari
ganglia ketiga, empat dan lima berhubungan dengan kaki renang sedangkan sepasang ganglia
keenam berhubungan dengan organ reproduksi (Wilson, 1902).

Vous aimerez peut-être aussi