Vous êtes sur la page 1sur 12
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DENGAN PENULARAN TB PARU KONTAK SERUMAH Environmental Factor Relation of House With Infection of TB Paru through Housing Contact ‘Anwar Musadad* Abstract, Tuberculosis ofthe Lung (Lung TB) sill become health problem for world, including Indonesia inthe third sequence aer India And China. If cannot overcome etch and everyone with Active Lung TH ‘wth men infection 10-15 peoplefvear, This research aim to know environmental factor relation of house ‘with infection of Lung TB through contact house. The research population consist of entire household which inside there is 1 (one) oF more patient of Adult Lung TB with the result of positive bacteria inspection by public health center in 2002, while as sample is entire household which inside there is 1 (onc) or more patient of Adult Lang TB and hve under 5 years baby, inclusion criteria is patent of Lang ‘TB pacu noted by public health cenier and reside in region of Tangerang District in 2002. The colletion of data was conducted with interview using questionnaire, environmental perception, and tabercuine test. Ujt ‘Tuberculin test done by Mantoux ( inoculation intracutane) for S years baby use PPD RT 23 strength 2 TU with tuberkalin 1 ee needle with number 26. Criteria of Lung TB ingestion if diometer tcenaversl from petiod that happened as aresuit of tuberculine test > 10 mm and have einial history of such as coughing ‘more than 3 weeks, pain and recurin or old fever without clear cause, body weight deseend or not go up in 1 month:aoon without clear cause, or have specific clinical symptom, Result showed that from 254 households there are 33 (13.0%) occurence of infection Lung TB. Environmental feotor of house which dea! with infection TB as an entry of the indoor direct sunlight with value OR=3,50; C195% 1,19-10,34 {@-0,015) The conclusion stated that direct sunlight play important role for infection of Lug TB in the same house Keywords : Tuberculosis, infection through housing contact, tubereuline test, sunlight PENDAHULUAN Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun 450,000 kasus baru TB paru muncul dimana Tuberkulosis (TB para) masih menjadi masalah Kesehatan — masyarakat dunia. WHO dalam Annual Report on Golbal TB Control 2003 menyatakan terdapat 22 negara yang dikategorikan sebagai high-burden countries terhadap TB pari, termasuk Indonesia yang menempati uurutan ketiga setelah India dan China Perkiraan angka kesakitan TB paru (incidence rate) di Indonesia berdasarkan hasil pemeriksaan BTA positif adalah 128 per 100.000 penduduk untuk tahun 2003, sedangkan untuk tahun yang sama estimasi prevalensi TB paru adalah 295 per 100.000 (WHO, 2005). Bila tidak ditanggulangt setiap orang dengen TB paru aktif akan menginfeksi rata-rata 10-15 orang per tahunnya (WHO, 1999), 175,000 kasus diantaranya akan meninggal (Depkes, 1999), Penyakit TB par banyak menyerang kelompok usia produktif dan kebanyakan dari Kelompok sosial ekonomi rendah. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumabtangga (SKRT) tahun 2001, TB paru ‘merupakan penyakit penyebab " kematian uurutan ketiga setelah penyakit sistem sirkulasi dan sistem pernafasan (9.4% dari total Kematian), Pada Survei yang sama angka Kesakitan TB paru di Indonesia diperkirakan sebesar 800 per 100,000 penduduk berdasarkan gejala tanpa_pe- meriksaan laboratorium —(Depkes, 2002) Jumlah kasus TB pada anak masih belum banyak diketahui karena kesulitan dalam diagnosis penyakit, tetapi WHO mem- perkirakan lebih dari 500 anak dalam sehari meninggal karena tuberkulosis (WHO, 1996). Jumlah kasus TB anak yang dirawat inap 406 Jomal Ekologi Kesehatan Vol.5 No3, Desember 2006 : 486 - 496, menunjukkan adanya peningkatan (Duddy, 1997). Tuberkulosis para adalah penyakit menular yang —disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri terscbut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pemafasan ke dalam para Kemudian kuman tersebut dapat menyebar dori paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran lime, melalui saluran nafas (bronchus) atau pe- nyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya (Depkes, 2000) Penyakit TB paru ditularkan melalui penyebaran airborne droplet infection dengan sumber infoksi adalah orang dengan penyakit TB para yang batuk. Batuk dari penderita TB par dapat memproduksi 3000 droplet nuclei. Transmisi umumnya terjadi di ruangan, di mana droplet nuclei dapat tinggal dalam udara untuk waktu yang lama. Sinar matahari tangsung dapat secara _copat membunuh bakteri, tetapi mereka dapat bertahan hidup dalam Kegelapan untuk bbeberapa jam. Sebagian besar orang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (80%-90%) belum tentu menjadi sakit tuberkulosis. Untuk sementara waktu kuman yang masuk dalam tubuh bisa berada dalam keadaan dormant (sidur) dan keberadaan kuman dormant tersebut dapat diketahui hanya dengan test ruberkulin, Mereka yang menjadi sakit disebut sebagai ‘penderita tubericulosis', biasanya dalam waktu paling cepat 3-6 bulan setelah terinfeksi. Mereka yang tidak menjadi sakit tetap mempunyai risiko untuk menderita tuberkulosis sepanjang sisa hidupnya Depkes, 2000) Strategi penanggulangan _yenyakit TB par yang dilakukan pemerintah Indonesia sejak tahun 1969-1994 cakupannya sebesar 56% dengan angka Keserabuhan yang dapat dicapai hanya 40%~ 660%, Sejak tahun 1995 hingga sekarang telah diterapkan strategi DOTS (Direct Observed Treatment Short Course), wataupun cakupannya masih rendah tetapi angka kesembuhan dapat mencapat 87% (Depkes , 1999), 487 Masih tingginya prevaiensi TB part di_masyarakat, cakupan program penang- gulangan dengan strategi DOTS yang masih rendah, serta masih tingginya angka putus berobat penderita TB par, maka aspek pengendalian faktor risiko penularan menjadi penting, terutama bagi kelompok risiko tinggi seperti Keluarga penderita dan anak balita Hasil penelitian penularan TB di rumahtangga diketahi 180 dari 282 (63,8%) anak di bawah 6 tabun yang kontak serumah dengan penderita TB BTA positif iidentifikasi tertuiar TB (WHO, 1996). Tulisan ini merupakan hasil anatisis hubungan faktor lingkungan rumah dengan kejadian penularan TB paru di dalam rumah (Kontak serumah) di Kabupaten Tangerang tahun 2002 BAHAN DAN CARA Penelitian ini merupakan studi cross sectional, dimana kejadian penularan kontak serumah dan faktor risiko Tingkungan rumah ilompulkan dalam = waktu _bersamaan Populasi —penelitian adalah —_seluruh rumahtangga yang di dalamnya terdapat 1 atau lebih penderita TB paru dewasa yang inyatakan dari hasil_pemeriksaan BTA positif berdasarkan hasil pemeriksaan puskesmas tahun 2002 di seluruh wilayah Kabupaten Tangerang. Sebagai_sampel adalah rumabtangga yang di dalamnya terdapat 1 ataa lebih penderita TB para dewasa dan mempunyai balita. Kriteria inklusi dari. sampel penelitian ini adalah subjek penclitian tercatat sebagai penderita TB para di puskesmas dalam wilayah Kabupaten Tangerang tahun 2002 dan bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Tangerang Sedangkan kriteria_eksklusi adalah menolak ikut serta dalam penelitian ini, Berdasarkan data tahun 2002, di selurah wilayah Kabupaten Tangerang diketahi terdapat 254 rumahtangga yang di dalamnya terdapat 1 atau lebih orang dewasa yang menderita TB paru berdasarkan hasil pemmeriksaan BTA positif dan mempunyai 1 atau lebih balita Dengan demikian besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total populasi, yaita sebesar 254 ‘orang. Data yang dikumpulkan meliputi dota Kejadian penularan TB paru Kontak serumah dan data ingkungan rumah meliputi kepadatan hunian, peucabayaan, ventilasi, dan kelembaben—ruangan Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara —menggunakan —_kuesioner, pengamatan lingkungan, dan pemeriksaan uji tuberculin, Wawancara dan pengamatan Jingkungan dilakukan oleh tenaga yang mempunyai fatar ~—belakang__sanitasi, sedangkan uji tuberculin dilakukan oleh dokter atau tenaga keschatan Jain yang telah dilatih, Uji tuberculin dilakukan dengan cara Montour —(penyuntikan—intra—-kutan) menggunakan semprit tuberkulin 1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang dipakai adalah tuberculin PPD RT 23 kekuatan 2 TU. Pembacasn dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan, diukur diameter transversal dari indurasi yang terjadi. Uji tuberkulin positif bila diameternya >10 mm. Dikategorikan sebagai terjadi penularan TB pau bila balita dalam rumahtangga tersebut mempanyai minimal 3 hal sebagai berikut, yaita basil uji fuberkulin positif, adanya riwayat kontak Penularan TB...(Musadxd) dengan penderita TB paru, dan adanya riwayat sakit seperti batuk-batuk lebih dari 3 ‘minggo, sakit dan demam lama ateu berulang tanpa sebab yang jelas, berat badan turun atau tidak naik dalam I bulan tanpa sebab jelas, atau mempunyai gejala klinis spesifik seperti pada kelenjar limfe, otak dan tulong (Depkes, 2002). Untuk mengetahui hubungan antara kejadian penularan TB paru dengan variabel bebas (lingkungan) dilakukan ji beda proporsi menggunakan chi-square ASIL Karakteristik penderita Karakteristik penderita TB paru di rumahtangga sebagian besar _(90,2%) ‘merupakan kelompok usia produktif, bahkan terdapat 14,6% yang usianya di bawah 20 tahun, Lebih dari setengahnya berjenis kkelamin perempuan, tingkat _pendidikan sebagian besar tamat SD ke bawah, pekerjaan sebagian besar ibu rumahtanges dan buruh, dengan penghasilan rata-rata keluarga dalam sebulan antara Rp 100,000,00 = Rp 499,000,00 (Tabel 1 dan Tabel 2) Tabel 1 Karakteristik Penderita TB Paru Dewasa di Kabupaten Tangerang Tahun 2002 No. Karakteristik Jumlah | Persen (%) i, | Umur a <20tahun 37 46 b, 20-29 tahun 69 m1 30-39 tahun a 402 40-49 tahun 46 18,2 ©. 50-59 tahun 3 51 £60-tahun 12 47 2, | Jenis kelamin a. Laki-laki 107 42,1 b, Perempuan 147 379 3. | Jurnlah anggota rumahtangga a 13 27 ng be 46 140 53,9 ce 710 65 26,0 d_>10 24 83 488 Jumel Ekologi Ketehatan Vol. $ No 3, Dosembor 2006 : 486 - 396 Tabel 2 Keadaan Sosial Ekonomi Keluarea Penderita TB Pant Dewasa i Kabupaten Tangerang Tahun 2002 No. | Keadaen Sosial Ekonomi Jumah i 1. | Pendidikan responden. Tidak pernah sekolah 34 B4 ’, Tidak tamat SD 69 272 c. Tamat SD n 28,3 d Tamat SLIP 41 161 © Tamat SLTA 32 126 f£ Tamat Akademi/PT | 6 24 2. | Pekerjaan | a. Buruh | 47 18,5 b. Petani 19 75 ©. Pedagang / 8 7 d. Pegawai swasta | 19 75 . PNS/POLRVTNI { 1 oa £ Towrumahtangga 98 38.6 Tidak bekeria 4 94 bh Lain-tain 28 11,0 3. | Pengeluaran rumahtangga sebulan a . Baik 145 STL 6. | Kelembaban dalam kamar a, Lembab 37 22,4 b. Tidak lembab 197 716 7. | Keberadaan ART perokok © Ada 181 13 @ Tidak ada B 28,7 Hubungan faktor lingkungan rumah ——_penghawaan, hanya faktor masuknya sinar dengan kejadian penularan TB paru Hasil uji statistik menggunakan chi- square, tidak ada hubungen antara bahan Jenis Jantai rumah, keberadaan dapur, jenis bahan bakar masak yang. digunakan, cara pembuangan sampah romahtangga’ dan kepadatan hunian dalam rumah dengan kejadian penularan TB paru kontak scrumah (p°0,05). Sedangkan dalam pencahayaan dan 491 matahari pagi ke dalam rumah yang beshubungan bermakna dengan kejadian penularan TB para (p<0,05). Ada tidak ada Jendela, Kebiasaan membukan jendela, keberadaan ventilasi kamar, penerangan dalam kamar, kelembaban ruangen dan Keberadaan perokok dalam rumah tidak ‘menunjukkan adanya perbedaan atas kejadian penularan TB paru kontak serumah (p>0,05). Penularan 7B... (Musadsd) Tabet 6 Hubungan Keadaan Rumah Dengan Penularan TB Paru Kontak Serumah i Kabupaten Tangerang tahun 2002 No, Karakteristik OR, 195% Pp 1 Jenis lantai | a. Tanah 4 26 1.03 0,34 -3,18 1,000 b, Bukan tanah 8 195 | 2. | Dapur | a. Tidak ada rg khusus 4 33) 0,78 | 026-2,38 0,796 b. Terpisah 27| 188, 3. Bahan bakar masak a. Kayu baker 7 33 1,53 0,62 - 3,82 0,356 b. Bukan kayu baker 26 | 188 4. | Cara pembuangan sph | 8 Dibakar 18 87] 185 | 088-386 | 0,099 b. Bukan dibakar 1s 134 5. Kepadatan hunian a. <8 m2/per ong, 6 76| 0,42 | 0,17-1,07 0,063 b.>=8 m? per org a 145 Proporsi kejadian penularan TB para menurut pencahayaan dan penghawaan tampak tidak menunjukkan perbedaan, kecuali menurut_masuknya sinar_ matahari dalam rumah. Tampak proporsi kejadian penularan TB paru lebih cinggi pada rumahtangga yang rumahnya dimasuki sinar matahari dibanding rumahtangga yang rumahnya tidak dimasuki sinar matahan (<0,05), Risiko terjadinya penularan TB pada rumah yang tidak dimasuki sinar matahari adalah 3,5 kali lebih besar dibanding rumah yang tidak dimasuki sinar matahari, Sedangkan menurut keadaan ventilasi dan kelembaban _menunjukkan proporsi kejadian penularan TB paru lebih besar pada rumah dengan ventilasi 10% Iuas lantai dan tidak lembab, tetapiperbedaan tersebut tidak bermakna (p>0,05), 492 Jumal Ekologi Kesehatan Vol. $ No 3, Desember 2006 - 46 - 496 Tabel 7. Kejadian penularan TB paru di rumahtangga menurut pencahayaan dan penghawaan 44i Kabupaten Tangerang tahun 2002 Penularan TB para T No. Karakteristik a OR | c19s% Pp 1. | Keberadaan jendela a. Tidak ada 3 22| 0,90 0,25 =3,21 1,000 b Ada 30 199 2. | Jendela dibuka tiap pg a. Tidak/tidak ada ar 126, 1,32 0,62 ~ 2,81 0,472 ». Dibuka tiap pagi 12 95 3. | Ventilasi kamar a, Tidak ada 7 63) 0,67 0,28 ~ 1,63 0,382 b. Ada 26 158 4. ‘Sinar matahari | a. Tidak masuk rumah 29 149 3,50 119-1034 | 0015 ». Masuk rumah 4 n! 5. Penerangen dim kamar a. Kurang baik n 98| 063 | 029-136 | 0,233 b. Baik 2 123 6. Kelembaban kamar a, Lembab 6 s1/ 0,74 | 0,29-1,89 | 0,530 b. Tidak lembab_ 27 170 7._| Perokok dalam rumah | a Ya 2 159| 0,78 | 036-170 | 0,532 ». Tidak W 62 PEMBAHASAN Keterbatasan penelitian Penelitian ini bertujuan tuk mendapatkan angka kejadian penularan TB paru di rumahtangga dan mengetahui hhubungan faktor lingkungan rumah terhadap kejadian pennlaran, Untuk itu penelitian ini ilakukan pada rumabtangga yang di dalamnya terdapat satu atau lebih penderita ‘TB paru dewasa (sebagai sumber infeksi) dan mempunyai anak usia balita (sebagai sasaran penularan), sehingga angka _kejadian penularan TB paru yang diperoteh adalah 493 angka kejadian penularan kontak serumab, Dengan demikian angka kejadian penuleran ‘TB paru ini tidak dapat digeneralisir pada tingkat — masyaraket = yang = sumber penularannya tidak diketahui, Karakteristik penderita TB paru Dilihet dari karakteristik pendetita TB para yang ada diketabui sebagian besar_penderita TB pan ini tergolong kelompok umur produktif, dimana $0,2% usianya di bawah 49 tahun’ dengan jenis kelamin perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan laki-taki. Banyaknya penderita kelompok usia tersebut sangat_memprihatinkan —mengingat itu ‘merupakan kelompok umur produktif yang biasanya sccara ckonomi menanggung beban biaya kelompok usia di bawah 15 tahun dan i atas 60 tahun, Bahkan terdapat 14,7% penderita TB para berusia di bawah 20 tahun ‘yang masih merupakan usia sekolah. Dengan demikian banyaknya penderita TB usia produktif akan berdampak pada sosial ekonomi masyarakat karena dengan penyakit yang dideritanya penduduk menjadi tidek produktif, miskin, dan bahkan menjadi beban ‘orang lain. Sedangkan banyaknya kelompok perempuan penderita TB paru, juga cukup ‘memprihatinkan, karena ‘ibu’ biasanya orang yang paling dekat dengan scluruh anggoa rumahtangga, terutama bayi dan balite Dengan demikian kemungkinan terjadinya penularan dalam rumah (Kontak serumah) menjadi besar. Apalagi bila juralah anggota rumahtangga dalam keluarga cukup besar, risiko penularan TB juga semakin besar, terutama penularan kepada kelompok rentan seperti bayi dan balita. Dati segi pekerjaan tampak sebagian besar penderita TB parm adalah ibu rumahtangga dan buruh, sedangkan dani segi penghasilan rumahtangge —_tampak penghasilan rata-rata rumahtangga dalam sebulan sebagian tesar di bawah Rp 500,000,00 (77,59). Dengan demikian sebagian besar penderita TB paru adalah ibu rumahtangga dari keluarga miskin. Keadaan ini tidak hanya berpengaruh _terhadap aktifias rumahtangga, —tetapi_—_ jus berpengaruih. buruk terhadap kemungkinan terjadinya penularen TB pau di rumahtangga. Dari data Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang diketabui angka pendapatan per kapita tahun 2000 penduduk Kabupaten Tangerang (produk domestik regional bruto dibagi_jumtah penduduk pertengahan tahun) adalah Rp 2.027.621,00. Dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah akan menyebabkan daya beli masyarakat rendah, termasuk daya beli makanan bergizi menjadi berkurang, Kondisi demikian akan memudahkan keluarga penderita TB paru ‘menjadi rentan tethadap penularan penyakit infeksi, termasuk TB pani. Penularan TB...(Musadad) Kejadian penularan TB paru Dati penelitian ini diperoleh data bahwa angka penularan TB para kontak serumah dari penderita dewasa kepada anak alita adalah sebesar 13%. Astinya dalam setiap seratus rumahtangga penderita TB paru yang mempunyai anak balita, terdapat 13 rumahtangga yang anaknya (usia balita) tertular TB para, Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil penclitian lain, imana angke penularan TB paru pada anak di bawah 6 taiun yang Kontak serumah dengan penderita TB BTA positif sebanyak 63,8% diidentifikas tertular TB para (WHO. 1996). Masih tingginya prevalensi TB para di mesyarakat, —cakupan program penanggulangan dengan strategi DOTS yang masih rendah, seria masih tingginya angka putus berobat penderita TB pani, maka aspek pengendalian faktor risiko penularan menjadi penting, terutama bagi kelompok risiko tinggi seperti keluarga penderita dan anak balita ‘Keadaan lingkungan rumah Keadaan rumah keluarga penderita ‘TB para di Kabupaten Tangerang termasuk baik dimana sebagian besar (88,2%) lantai rumahnya sudah tidak tanah lagi, mempunyai ruang dapur khusus (85,4%), dan sebagian besar_menggunakan gas/LPG dan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak (84,3%), Ganmbaran ini hampir sama dengan Keadaan seluruh Provinsi Banten di mana menurut hasil Susenas 2001 lantai rumah bukan tanah mencapai 88,7% dan atap terluas menggunakan jenis genteng 87,6% (Depkes, 2002). Sedangkan bila dibandingkan dengan hasil penelitian Indra Gotama dkk (2003) di Kabupaten Tangerang angkanya lebih tinggi, di mana dari hasil penelitian tersebut diketahui_ rumah dengan Jantai bukan tanah sebesar 60,9% dan rumah dengan atap genteng 85,9%. —Perbedaan _tersebut disebabian Karena penelitian ini meliputi seluruh wilayah Kabupaten Tangerang, sedangkan yenelitian Indra Gotama dkk hanya dilakukan di 2 wilayah kecamatan pantai utara Tangerang, yang secara sosial ekonomi termasuk — daerah__tertinggal dibanding bagian wilayah lainnya, 494 Juasi Ekologi Kesehatun Vol $ No 3, Desember 2006 - 486 - 496 Walaupun demikian dalam hal pembuangan sampah dan kepadatan hanian — masih ‘memprihatinkan. Sebanyak hampir separoh masyarakat mengelola sampah dengan cara dibakes dan proporsi rumah dengan padat huni (<8m2 per orang) masih tinggi Pengelolaan sampah dengan cara dibakar dapat menimbulkan pencemaran udara, apalagi bila hal tersebut dilakukan pada daerah permukiman padat. Pencemaran udara merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran nafas agian atas. Begitupula dengan kepadatan hhunian, hunian yang padat akan memudahkan terjadinya penularan penyakit, termasuk TB pau di dalam rumahtangga, Bila dalam 1 rumahtangea terdapat 1 orang penderita TB part aktif dan tidak diobati secara benar, maka ia akan menginfcksi anggota rumahtangga lain, terutama kelompok rentan seperti bayi dan balita. Semakin padat huni suatu rumahtangga, maka akan semakin besar risiko untuk terjadinya penularan, Dalam hal sistem pencahayaan dan penghawaan, masih dijumpai 10% ramah yang tidak dilengkapi jendela, Mereka yang memiliki jendelapun hanya separoh yang membukanya setiap pagi hari. Begitupula dalam hal sinar matahari, ventilasi kamar dan penerangan ruangan, terdapat 30% rumah yang tidak masuk sinar matahari langsung, tidak dilengkapi ventilasi, lembab, dan hampir separohnya berpenerangan kurang baik. Ketiadaan jendeta atau fungsi jendela, gelap, dan lembab dapat mengganggu sistem penghawaan dan penggantian udara_segar dalam rumah, Apalagi bila keadaan rumah tersebut tidak dimasuki sinar matahari secara langsung, dapat menjadi tempat yang baik untuk berkembangnya kuman ‘Mycobacterium dalam udara ruangan untuk waktu yang lama, Sinar matehari langsung dapat secara cepat membunuh bakteri, tetapi mercka dapat bertahan hidup dalam kegelapan untuk beberapa jam (WHO, 1999). Hubungan_lingkungan rumah dengan penularan TB paru Dari penelitian ini diperoteh data bahwa angka penularan TB paru kontak serumah dari penderita dewasa kepada anak balita adalah sebesar 13%. Faktor yang 495, diduga sebagai faktor__ memudahkan terjadinya penularan dalam rumah adalah faktor Jingkungan rumah itu sendiri Dani hasil uji statistik menggunakan chi-square Ihubungan faktor rumah yang meliputi jenis ‘bahan lantai rumah, keberadaan dapur, jenis bahan bakar masak yang digunakan, cara pembuangan sampah rumahtangga dan kepadatan hunian dalam rumah dengan ejadian penularan TB paru kontak serumah tidak menunjulckan hubungan yang bermakna (90,05). Begitu pula tidak ‘ada hubungan secara statistic antara sistem penghawaan dan pencahayaan dalam rumah dengan kejadian penularan TB paru kontak serumah, kecuali faktor masuknya sinar matahari langsung ke dalam rumah. Masuknya sinar matahari langsung, ke dalam rumah berhubungan bermakna dengan kejadian penularan TB paru kontak serumah, dengan nilai OR=3,50; Cl 95% 1,19-10,34; p<0,05), Artinya bahwa. balita yang tinggal serumah dengan orang dewasa penderita TB pam dan rumahnya tidak dimasuki sinar_—matahari__langsung ‘mempunyai risiko 3,5 kali lebih besar untuk tertular TB paru dibandingkan dengan balita ‘yang tinggal serumah dengan onng dewasa penderita TB paru, tetapisinar matahari dapat langsung masuk ke dalam rumahnya. Hil ini kemungkinan disebabkan oleh kerena kuman-kuman TB yang dikeluarkan oleh penderita dan ada di dalam udara ruangan mati terkena sinar matahari _langsung, Transmisi penularan TB part umumnya terjadi ci ruangan, di mana droplet nuclei dapat tinggal dalam udara untuk waktu yang lama, « Sinar matahari langsung dapat secara cepat membunuh bakteri, tetapi mereka dapat bertahan hidup dalam kegelapan untuk beberapa jam (WHO, 1999). Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur, maka risiko penularan antar penghuni akan sangat berkurang (Ditjen PPM&PL, 1999) Dengan demikian _pengendalian faktor Jingkungan rumah, — khususnya perbaiken ventilasi dan rumah sehingga memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam rumah secara langsung menjadi ponting, terutama pada keluarga penderita TB para agar tidak meluas dan menularkan kepada orang lain, khususnya anggota Penuteren TB. .(Musutud) rumahtangga lain yang ada dalam rumah tersebut. Lebih-lebih bagi dacrah yang angka prevalensi TB para di masyarakatnya tinggi, cakupan program penanggulangan dengan strategi DOTS yang masih rendah, sera masih tingginya angka putus berobat penderita TB para, maka aspek pengendalian faktor risiko lingkungan akan sangat membanty upaya penanggulangan penyakit TB pau. Selain itu, juga _perlu dipertimbangkan —adanya__perlindungan tambahan kepada __kelompok-kelompok masyarakat yang high-risk seperti bayi dan balita, Mengingat proses penyembuhan TB ‘memerlukan wakt relatif lama, di mana selama masa pengobatan—_tersebut Kemungkinan dapat menularkan kepada orang lain, maka upaya penyerta yang mencegah penularan tetap menjadi penting, KESIMPULAN Dari penelitian ini disimpulkan bahwa angka kejedian penularan TB paru Kontak serumah sebesar 13.0%, Faktor yang berperan dalam penularan Kontak serumeh tersebut adalah masuknya sinar matahari langsung ke dalam rumah. SARAN Berdasarkan temuan perelitian, maka disarankan hal-hal scbagai berikut. my Penanganan —_penanggulangan penularan TB paru kortak serumah perlu diprogramkan secara Ines. 2» Perlu ada upaya perbaikan sistem pencahayaan rumah schingga sinar matahari dapat secara langsung masuk ke dalam rumah, 3) Peningkatan promosi kesehatan baik bagi penderita maupun anggota mumahtangga Jain untuk mencegah terjadinya penularan TB Kontak serumah, terutama bagi ramahtangga yang memiliki ‘anak usia balita, di samping pengobatan UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagsi pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, khususnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dan jajarannya yang telah membantu dalam penyediaan data penderita TB BTA positif dan pengumpulan data di Japangen DAFTAR PUSTAKA, Badan Litbangkes 2002. Survei_Keschaten Rumahtangge, 2001. Jakarta. Badan Litbangkes, Departemen Kesehatan RI (2000): Pedoman Nasional Penanggulangen Tuberkulosis. Cetakan ke. Jakarta, Departemen Kesehatan Ri (2000): Peraturan Mentert Kesehatan Republik Indonesia. tentang Rranah Sohar Jakarta Departemen Kesehatan RI (2002): Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke-7. Jakarta, Departemen Keschatan RI (2002): Survey Kesehatan ‘Nasional 200/. Laporan sta Susenas 2001 Status keschatan, pelaysnan keschatan, peilaku hidup senst dan Kesehatan lingkungan- Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta, Dinas Kesehatan Kebupaten Tangerang (2000) Prof Kesehatan Kabupaten Tangerang Taine 2000 Pemerintah Kabupaten Tangerang, Indra Goma, Ida Bagus; Anwar Masadud, Bambang. ‘Sukana, Heryanto, Hendro Martono, Mardjan Scokimo, Kesnodihardjo, M. Kestant, N. Susanti [des (2003), Pemberantasan penyakit berbasis lingkimgar melalut penderatan kota sehat. Laporan peneltian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan Jakara. Riyadi, Slames, Anwar Musadad, Kasnodihardjo (2002), Pengembangan Kota Sehat, Laporan Penelitian, Pusat Penclsian dan Pengembangaa Bkologi Kesehtan,Jekarta, Sulsisna, Bambang (1982) Laporan Peneltian Hubungeor Antara Kasus Anaranck Usia 0-12 ahr yang Menderita Penyalit Tuberkulosa Berat dengan Status Valensi BCG. Suaru Kamut Kortrol di 13 Bumah Sak & Jakarta, FRM-UL, Jakarta, Samirat J. (1999). Epldemiotogt Lingkungan. Cajah Mada University Press. Bandung Word Health Organization (1999): Direct Observe Treatment, Short Course. Geneva WHO 2008. Giabal Tuberculosis Conteol. WHO Repor, Surveilance, Plsnaing, Financing. Geneva 496

Vous aimerez peut-être aussi