Vous êtes sur la page 1sur 10

ANALISIS BRAND EQUITY TERHADAP MINYAK GORENG FILMA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pemasaran yang diampu
oleh Bapak Ahmad Ikhwan Setiawan, S.E, M.T.

Disusun oleh:

Kezia Inadia A. P F0314053

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian Brand Equity

Ada banyak sekali pakar marketing yang memberikan definisi tentang Brand Equity
ini. Namun, setidaknya ada dua peran penting dari sebuah brand. Yang pertama, brand
berperan sebagai identitas suatu produk. Yang kedua, brand berperan sebagai
pengendali pasar. Hal ini persis seperti apa yang dikatakan Prof. Kevin Keller (Osborn
Professor of Marketing) tentang definisi brand equity, brand equity adalah keinginan
dari seseorang untuk melanjutkan menggunakan suatu brand atau tidak. Dari definisi
tersebut, membangun suatu brand equity sangatlah penting.

Berbicara tentang brand equity, tidak lepas dari meningkatkan kepuasan dan
menghargai kualitas. Mengingkatkan kepuasan artinya bagi pemilik brand, tidak ada
kata ‘selesai’ untuk berinovasi karena hanya dengan selalu berinovasilah mereka bisa
selalu memuaskan pelanggan. Dan yang kedua, menghargai kualitas artinya pihak
pemilik brand maupun pelanggan mengetahui serta menyadari mana produk yang
berkualitas mana yang tidak hanya dengan melihat dari brandnya saja.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa brand equity sangat penting bagi suatu
produk:

1. Tahan Terhadap Persaingan

Suatu produk yang memiliki brand yang kuat akan tahan terhadap persaingan pasar,
meski banyak produk baru yang bermunculan. Hal itu dikarenakan konsumen telah
memiliki loyalitas terhadap brand tersebut dan memiliki kepercayaan.
2. Tidak Perlu Takut Menaikkan Harga

Brand yang sudah terkenal kualitasnya tidak akan takut untuk menaikkan harga
produknya. Meskipun harga jualnya dinaikkan, orang rela membayar lebih karena
mereka sudah tahu kualitas terhadap produk tersebut. Jadi, brand itu erat sekali dengan
trust. Dengan membangun brand dengan baik, maka akan menumbuhkan kepercayaan
pelanggan.

3. Melakukan Diferensiasi Produk

Ketika sudah ada trust dari pelanggan, maka bukan hanya menaikkan harga jual saja.
Menaikkan harga jual hanya untuk mendapatkan laba sementara. Akan tetapi, dengan
membuat diferensiasi produk, maka perusahaan akan semakin menguasai pasar dan
sekaligus membabat habis para pesaing.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Persaingan Minyak Goreng Filma dengan Minyak Goreng Lainnya

Minyak goreng merupakan salah satu dari Sembilan bahan pokok di Indonesia.
Masyarakat Indonesia sendiri sangat menyukai makanan yang digoreng atau
gorengan. Untuk itu kehadiran minyak goreng sangat dibutuhkan bagi masyarakat di
Indonesia. Berbagai merek minyak goreng pun membanjiri pasar. Namun, apa yang
menarik dari pemasaran minyak goreng dewasa ini?

Di Indonesia sendiri tidak sedikit produk minyak goreng yang beredar di pasaran. Ada
beberapa produk minyak goreng yang menjadi penguasa pasar, seperti bimoli, tropical,
filma dan sania.

Bimoli Special Refill 1 Liter - Rp 14.800


Bimoli Spesial Refill 2 Liter - Rp 26.300
Filma Minyak Goreng 1 Liter (refill) - Rp 13.000
Filma Minyak Goreng 2 Liter (refill) - Rp 26.000
Sania Minyak Goreng 1 Liter - refill - Rp 13.800
Sania Minyak Goreng 2 Liter - refill - Rp 25.000

Ekonomi Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kondisi ini juga
menguatkan perekonomian kita terhadap krisis ekonomi yang sedang melanda negara-
negara Eropa. Salah satunya adalah tingginya konsumsi domestik Indonesia. Pada
tahun 2011, total konsumsi kita tercatat sekitar Rp. 3600-an T sementara tabungan
hanya berkisar Rp. 780-an T. Tentu, dari total konsumsi tersebut, Indonesia menjadi
negara yang paling “sexy” di Asia Tenggara dari sisi potensi ekonomi. Bayangkan kita
memiliki 60 juta rumah tangga dengan total individu mencapai 235 juta jiwa. Minyak
goreng merupakan salah satu komoditas yang memiliki konsumsi 10 besar tertinggi dari
sisi makanan. Rasanya hampir semua masyarakat Indonesia mengkonsumsi minyak.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group, market size minyak
goreng bermerek mencapai Rp 12 Triliun setiap tahunnya. Hal ini dihitung dari
kebutuhan 29 juta rumah tangga yang berasal dari kelompok SES C ke atas, dengan
rata-rata jumlah konsumsi minyak goreng berkisar 3 – 5 liter per bulan. Potensi ini, tentu
sangat menarik bagi para pemain minyak goreng bermerek. Ada lebih dari 20 merek
nasional yang ada di pasar. Artinya, kompetisi di produk minyak goreng bermerek
memiliki tekanan yang tinggi. Dari data Frontier Consulting Group, ditemukan bahwa
konsumen tidak bisa membedakan kualitas minyak goreng satu dengan lainnya.
Mereka cenderung mengatakan bahwa kejernihan, mengandung unsur vitamin,
kandungannya yang sehat, dan lezat ada disemua merek minyak goreng bermerek.
Ditambah lagi mereka bukan tipe loyalis untuk produk ini.

Tidak adanya perbedaan alasan dalam memlilih merek tertentu, apakah memilih
Bimoli, Filma, Sania dan lainnya, hal ini menjadi tantangan sendiri bagi para pemilik
merek untuk menciptakan perbedaan antar merek di kategori ini. Bimoli yang termasuk
pemain agresif di dalam industri minyak goreng menonjolkan atribut PMP atau
”Pemurnian Multi Proses”. Pemakaian atribut ”Multi” (multi berarti banyak), seolah ingin
mengungguli penyaringan Tropical yang hanya dua kali.

Bimoli yang merupakan pemegang top of mind dari produk minyak goreng tak ingin
market sharenya tergerus oleh pesaing sehingga merasa perlu untuk melakukan
kampanye yang gencar sebagai minyak goreng yang aman dan sehat serta bebas dari
kolesterol. Dengan alokasi anggaran iklan dan promosi rata – rata 5% dari penjualan,
Bimoli melakukan serangkaian kampanye melalui berbagai media mix seperti TV,
koran, majalah, radio dan melakukan berbagai aktifitas sponsorship.
Sania sebagai pemain minyak goreng juga berupaya tampil ke depan. Sania mengklaim
jika minyak gorengnya juga “2X penyaringan”. Sayang, penonjolan atribut “2X
penyaringan” saja tidak cukup karena Tropical sudah lebih dulu memakainya. Sania
maju dengan mengunggulkan atributnya yang baru yaitu “tanpa bahan pengawet”.
Sania mengklaim dirinya sebagai satu-satunya minyak goreng yang tidak memakai
bahan pengawet.

Tidak cukup hanya di sini, untuk memperkuat posisinya Sania menggandeng Yayasan
Kanker Indonesia. Sama seperti Tropical, Sania memanfaatkan TPO (Third Party
Organization) endorser. Sania bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia untuk
mensponsori hidup sehat. Pada kemasan Sania terpampang logo Yayasan Kanker
Indonesia sebagai TPO endorser.

Filma adalah Minyak Goreng Non Kolesterol, Filma Minyak Goreng merupakan minyak
goreng yang alami yaitu Minyak Nabati Tidak Mengandung Kolesterol. Filma
mengandung 3 Nutrisi yaitu: Omega 6, Omega 9 dan Vitamin E.

Filma mengandung asam lemak tak jenuh, Omega 9 dan Omega 6. Asam lemak tak
jenuh dapat membantu menjaga kadar kolesterol sebagaimana adanya. Omega 6
adalah asam lemak esensial yang diperlukan tubuh. Ini membuat Filma menjadi minyak
goreng yang sehat jika digunakan dalam proses memasak.

Filma berwarna kuning keemasan berasal dari kandungan Beta Karoten alami (Pro
Vitamin A). Filma diproses dari buah sawit segar pilihan dengan Sistem Pemurnian
Terintegrasi Penuh sehingga menghasilkan minyak goreng berkualitas jernih bernutrisi.
Filma merupakan minyak goreng yang berasal dari Minyak Sawit.

B. Analisis Brand Equity Filma

1. Kesadaran Merek

Berdasarkan tabel dibawah, kesadaran merek Filma berada pada urutan keempat
setelah Bimoli, Sania, Tropical. Hal ini berarti Filma masih kurang bisa diingat oleh
konsumen, sedangkan yang menjadi top of mind minyak goreng di Indonesia adalah
Bimoli. Langkah yang sebaiknya diambil oleh manajemen Filma adalah meningkatkan
keunggulan yang beda dari merek minyak goreng lain sehingga dapat meningkatkan
kesadaran merek.

2. Analisis Asosiasi Merek

Berikut adalah asosisasi merek minyak goreng di Indonesia;


Berdasarkan asosiasi merek tersebut, asosiasi merek Filma yang terbentuk adalah
warna kuning jernih, kualitas hasil masakan baik, teknologi proses baik dan mudah
diperoleh. Dari 11 kriteria diatas, Filma hanya mampu memenuhi 4 kriteria.

3. Analisis Tingkat Loyalitas Merek

Loyalitas merek merupakan keterikatan pelanggan terhadap suatu merek. Untuk dapat
meningkatkan ekuitas merek, sangat penting untuk memperhatikan tingkat loyalitas
merek tersebut. Berikut adalah tabel tingkat perpindahan merek minyak goreng di
Indonesia. Dari tabel tersebut, Filma menempati urutan pertama dalam hal loyalitas
merek. Hal ini menandakan bahwa presentase pelanggan yang beralih dari minyak
goreng Filma ke merek yang lain sangat rendah dibandingkan dengan minyak goreng
seperti Bimoli, Sania, Tropical, dll.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada analisis kesadaran merek, merek yang menempati top of mind adalah Bimoli,
diikuti oleh Sania kemudian pada urutan keempat ditempati oleh Filma.
Pada analisis asosiasi merek, asosiasi yang terbentuk pada merek Filma adalah
warna kuning jernih, hasil masakan yang baik, mudah diperoleh dan teknologi
proses yang baik. Sebaiknya Filma meningkatkan keunggulan yang menjadi
pembeda dari merek-merek minyak goreng yang lain.
Pada analisis loyalitas merek, Filma menempati urutan pertama sebagai merek
minyak goreng yang memiliki tingkat loyalitas pelanggan yang tinggi. Hal ini menjadi
prestasi tersendiri bagi Filma, karena walaupun pada analisis asosiasi merek Filma
hanya mampu memenuhi 4 kriteria namun memiliki tingkat loyalitas merek yang
paling tinggi.

Saran
Berdasarkan hasil analisis di atas, seharusnya Filma mampu mengetahui apa yang
menjadi kelebihan dan kekurangannya. Salah satu kelebihan yang dimiliki Filma
adalah tingkat loyalitas merek yang tinggi, Filma harus bisa mempertahankan hal
tersebut. Selanjutnya kelemahan Filma adalah hanya memiliki 4 kriteria asosiasi
merek dari 11 yang ada. Hal tersebut tentunya menjadi catatan khusus bagi Filma.
Seharusnya Filma mampu menjadikan hal tersebut sebagai koreksi untuk kedepan
sehingga Filma di kemudian hari mampu memenuhi semua kriteria-kriteria asosiasi
merek tersebut.
Lalu sebagai tambahan, Filma masih kurang diingat oleh masyarakat karena belum
memiliki ciri khas yang kuat dibanding dengan pesaing-pesaingnya seperti Bimoli
dan Sania.
Daftar Pustaka

http://gegeriyadi.com/brand-equity/
http://www.topbrand-award.com/article/top-brand-dalam-pasar-komoditi-bermerek.html

jma.mb.ipb.ac.id/uploads/pdf/oktober2004-etriya-ujangsumarwan-kirbrandoko.pdf

Vous aimerez peut-être aussi