Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
VERTIGO
Disusun Oleh :
Kelas 4A Kelompok 2
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan
Rahmat_Nyalah kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan pada klien dengan keluhan
vertigo tepat pada waktunya.
Dalam asuhan keperawatan ini terdapat penjelasan mengenai vertigo dari konsep medis
hingga konsep keperawatan, dimana sangat membantu pelajar maupun perawat dalam
mendiagnosa sindrom terkait dengan sistem neurobehavior, selain itu ada beberapa intervensi
diangkat yang menurut kami dapat menyelesaikan semua keluhan yang dirasakan klien.
Dalam penyusunan asuhan kperawatan ini banyak kendala yang kami dapatkan baik dari
penyusunan materi maupun penentuan intervensi untuk diagnosa, tetapi dengan adanya bantuan
dari berbagai referensi baik dari buku dan jurnal semua kendala tersebut dapat terminimalisir.
Demikian asuhan keperawatan ini kami susun untuk memenuhi tugas neurobehavior
semoga apa yang kami lampirkan dalam askep ini dapat bermanfaat bagi tenaga pelajar maupun
perawat yang ada di rumah sakit.
Penyusun
Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian
atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau
trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera
ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh
dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang
klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar.
Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi. Oleh karena itu,
pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat penting dan
perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan keperawatan yang
benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat bisa
mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.(pasiak, 2009)
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Vertigo?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan vertigo?
1.1 Tujuan
Tujuan Umum :
a. Mengetahui konsep medis dari vertigo
b. Mengetahui konsep keperawatan dari vertigo
Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui definisi dari vertigo
b. Untuk mengetahui etiologi dari vertigo
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari vertigo
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari vertigo
e. Untuk mengetahui komplikasi dari vertigo
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari vertigo
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari vertigo
h. Untuk mengetahui pengkajian dari vertigo
i. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dari vertigo
j. Untuk mengetahui intervensi keperawatan dari vertigo
BAB ll
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Vertigo adalah suatu istilah dalam bahasa latin yaitu ventere, yang berarti memutar.
Secara umum, vertigo dikenal sebagai ilusi gerak atau halusinasi gerakan. Vertigo
ditemukan dalam keluhan berupa rasa berputar-putar, atau merasa bergerak dari
lingkungan sekitar (vertigo sirkuler) namun, kadang-kadang ditemukan dalam keluhan
berupa rasa didorong atau ditarik menjauhi bidang vertikal (vertigo linier).
Vertigo didefinisikan sebagai ilusi gerakan yang paling sering adalah perasaan atau
sensai tubuh yang berputar terhadap lingkungan dan sebaliknya. Vertigo juga dirasakan
sebagai perpindahan linier ataupun ,miring.
Vertigo bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu kumpulan gejala
atau sindrom yang terjadi akibat gangguan keseimbangan pada sistem vertibular atau
gangguan pada sistem saraf pusat. Selain itu, vertigo pula dapat terjadi akibat gangguan
pada alat keseimbangan yang terdiri dari reseptor pada visual (retina), vestibulum
(kanalis semisirkularis), proprioseptik (tendon, sendi dan sensibilitas dalam).
(wahyudi, 2012)
2. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau
banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan
keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam.
Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga
dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi
tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari
vertigo:
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional
4. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere,
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran
darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri vertebral
dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke
inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke
korteks. (hanggara, 2013)
3. Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau
di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).
a. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari
sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi
baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :
1. Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual surround)
berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan
sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan
yang memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca
waktu mobil bergerak.
2. Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat (weightlessness).
Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis
semisirkularis dan otolit.
3. Vertigo ketinggian (height vertigo)
Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan lokomotor
oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang gejala-gejala
vegetatif.
b. Patologik : Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :2
1. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum
2. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII). (Hanggara, 2013)
4. Patofisiologi
Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organ-organ vestibuler, visual, ataupun
sistem propioseptif. Labirin terdiri atas 3 kanalis semisirkularis, yang berhubungan
dengan rangsangan akselerasi angular, serta utrikulus dan sakulus, yang berkaitan
dengan rangsangan gravitasi dan akselerasi vertikal. Rangsangan berjalan melalui
nervus vestibularis menuju nukleus vestibularis di batang otak, lalu menuju fasikulus
medialis (bagian kranial muskulus okulomotorius), kemudian meninggalkan traktus
vestibulospinalis (rangsangan eksitasi terhadap otot-otot ekstensor kepala, ekstremitas,
dan punggung untuk mempertahankan posisi tegak tubuh). Selanjutnya, serebelum
menerima impuls aferen dan berfungsi sebagai pusat untuk integrasi antara respons
okulovestibuler dan postur tubuh. Fungsi vestibuler dinilai dengan mengevaluasi
refleks okulovestibuler dan intensitas nistagmus akibat rangsangan perputaran tubuh
dan rangsangan kalori pada daerah labirin. Refleks okulovestibuler bertanggung jawab
atas fiksasi mata terhadap objek diam sewaktu kepala dan badan sedang bergerak.
Nistagmus merupakan gerakan bola mata yang terlihat sebagai respons terhadap
rangsangan labirin, serta jalur vestibuler retrokoklear, ataupun jalur vestibulokoklear
sentral. Vertigo sendiri mungkin merupakan gangguan yang disebabkan oleh penyakit
vestibuler perifer ataupun disfungsi sentral oleh karenanya secara umum vertigo
dibedakan menjadi vertigo perifer dan vertigo sentral. Penggunaan istilah perifer
menunjukkan bahwa kelainan atau gangguan ini dapat terjadi pada end-organ
(utrikulus maupun kanalis semisirkularis) maupun saraf perifer. Lesi vertigo sentral
dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun serebelum. Kasus vertigo jenis ini
hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh kasus vertigo, tetapi gejala gangguan
keseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi pada 50% kasus vertigo. Penyebab vertigo
sentral ini pun cukup bervariasi, di antaranya iskemia atau infark batang otak
(penyebab terbanyak), proses demielinisasi (misalnya, pada sklerosis multipel,
demielinisasi pascainfeksi), tumor pada daerah serebelopontin, neuropati kranial,
tumor daerah batang otak, atau sebabsebab lain.
Vertigo disebabkan oleh gangguan pada alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipresepsikan oleh susunan saraf pusat. Jika ada kelainan pada lintasan informasi dari
indra keseimbangan yang dikirim ke sistem saraf pusat keseimbangan, maka proses
adaptasi yang normal tidak akan terjadi tetapi akan menimbulkan reaksi alarm.
Keadaan ini berhubungan dengan serat-serat di formasio retikularis batang otak yang
berhubungan dengan aktivitas sistem kolinergik dan adrenergik. (Wahyudi, 2012)
5. Phatway
6. Manifestasi klinis
Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer,
sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh gangguan pada
sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala
pendengaran. Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputar. Vertigo dapat horizontal,
vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering, disebabkan oleh
disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan nistagmus, pasien biasanya
merasakan sensasi pergerakan dari sisi yang berlawanan dengan komponen lambat.
Vertigo vertical jarang terjadi, jika sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun
jika menetap, biasanya berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan
gerakan ke bawah atau ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang
ditemukan. Jika sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika menetap
disebabakan oleh sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus.
Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan sebagai sensais
didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi apparatus otolitik
pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit
Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan kepala. Pasien
dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua matanya.
Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh dunia seakan
berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami gangguan.
Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasnaya universal pada pasien dengan vertigo
otologik dan sentral.11 Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus, pengurangan
pendengaran atau distorsi dan sensasi penuh di telinga.12Gejala sekunder meliputi
mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan sensiivitas visual.(Hanggara,2013)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada vertigo menurut Lumbantobing (2007) ialah:
Non-Farmakologi:
a. Vertigo posisional benigna (VPB)
Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan
kegiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur,
kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo
posisionalnya, setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk semula. Gerakan
ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau
3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul
eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa
pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak
berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi
kepala dapat mengurangi gangguan.
Farmakologi:
Terapi farmakologi mempunyai tujuan utama: (i) mengeliminasi keluhan vertigo,
(ii) memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler, dan (iii) mengurangi
gejala-gejalaneurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapa golongan obat yang
dapat digunakan untuk penanganan vertigo di antaranya adalah:
a. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan
vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin. Kedua
preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam satu sediaan antivertigo.
Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui reseptor
muskarinik. Pemberian antikolinergik per oral memberikan efek rata-rata 4
jam, sedangkan gejala efek samping yang timbul terutama berupa gejala-gejala
penghambatan reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan memori dan
kebingungan (terutama pada populasi lanjut usia), ataupun gejala-gejala
penghambatan muskarinik perifer, seperti gangguan visual, mulut kering,
konstipasi, dan gangguan berkemih.
b. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan antivertigo
yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan termasuk di antaranya
adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan prometazin.
Mekanisme antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui,
tetapi diperkirakan juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral.
Antihistamin mungkin juga mempunyai potensi dalam mencegah dan
memperbaiki “motion sickness”. Efek sedasi merupakan efek samping utama
dari pemberian penghambat histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral,
dengan lama kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12
jam (misalnya, meklozin).
c. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di
beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri merupakan
prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek
vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga
tengah dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap
dengan baik, dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek
samping relatif jarang, termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.
d. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada
pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik
merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui
dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan antihistaminik (H1)
berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama kerja neuroleptik ini
bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam. Beberapa antagonis dopamin digunakan
sebagai antiemetik, seperti domperidon dan metoklopramid. Efek samping dari
antagonis dopamin ini terutama adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta
beberapa keluhan yang berhubungan dengan gejala ekstrapiramidal, seperti
diskinesia tardif, parkinsonisme, distonia akut, dan sebagainya.(Wahyudi,
2012).
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi. Dapat dipertimbangkann
pemeriksaan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah rutin seperti elektrolit, kadar gula darah direkomendasikan
bila ada indikasi tertentu dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis.
2. CT Scan atau MRI Brain
Pemeriksaan Umum:
1. Pemeriksaan sistem kardiovaskular yang meliputi pemeriksaan tekanan darah
pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaab lebih dari 30 mmHg.
2. Pemeriksaan neurologis
o Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non
vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.
o Nervus kranialis: pada vertigo vetibularis sentral dapat mengalami gangguan
pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI,XX.
o Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
o Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
o Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi)
3. Tes nistagmus:
Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan komponen
lambat menunjukkan lokasi lesi : unilateral, perifer, bidireksional, sentral.
4. Tes romberg :
Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada
serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi,
kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
5. Tes romberg dipertajam (sharpen romberg): Jika pada keadaan mata terbuka
pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup
pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system
vestibuler atau proprioseptif.
6. Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan
tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelainan vestibuler, pasien akan mengalami
deviasi.
7. Tes Fukuda, dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat
atau maju mundur lebih dari satu meter.
8. Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka jari pasien
akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau
hipometri.
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus
terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering
digunakan :
1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
o Dimenhidrinat lama kerja tini ialah 4–6 jam. Obat dapat diberi per oral
atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25
mg-50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
o Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4–6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari.
o Senyawa betahistin (suatu analog antihistamin):
Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral
Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6
tablet dibagi dalam beberapa dosis.
2. Kalsium Antagonis
o Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat
mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis
biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari.(Akbar,
2013)
8. Komplikasi
1. Infeksi saraf, Bila terjadi gangguan pada sistem saraf manusia maka akan
menimbulkan berbagai gangguan pada sistem organ tubuh, diantaranya keluhan
sakit kepala vertigo dengan interval yang berbeda-beda tergantung dari kondisi
infeksi itu sendiri.
2. Gangguan jantung, Bahaya dan akibat dari vertigo yang berkepanjangan bisa
mngrah pada gangguan fungsi jantung. Sistem kerja organ jantung sangat
berhubungan dengan susunan sistem saraf, hingga jika terdapat gangguan vertigo
sebagai gangguan sistem saraf maka akan secara langsung berpengaruh pada
fungsi organ jantung sebagai bagian organ pernafasan. (Wahyudi, 2012)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Data demografi
Pengkajian data demografi terdiri dari nama klien, umur, tanggal lahir, usia, jenis
kelamin.
2. Pengkajian data keperawatan
a. Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, insomnia, bangun pada
pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan
postur tubuh.
b. Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah
tampak kemerahan
e. Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan
selama sakit kepala.
f. Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, MSG (pada migrain),
mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
g. Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru
terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah
terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
h. Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada
daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional /
perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga
menegang, frigiditas vokal. .
i. Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
j. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit
k. Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan
alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
3. Diagnosa Keperawatan
1. (00132) Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri kepala yang dirasakan klien
Domain : 12 kenyamanan
Kelas : 1 kenyamanan fisik
2. (00134) Mual berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat vertigo
Mual
Domain: 12 Kenyamanan
Kelas : 1 Kenyamanan Fisik
3. (00069) Ketidakefektifan koping berhubungan dengan kedaan klien yang tidak
bisa mengontrol stres yang dirasakan
Domain : 9 Koping/toleransi stres
Kelas : 2 Respon Koping
4. (00146) Ansietas berhubungan dengan rasa cemas yang dirasakan klien akibat
pusing yang terlalu lama dirasakan
Domain : 9 Koping / toleransi stres
Kelas : 2 Respons Koping
5. (00115) Resiko Jatuh berhubungan dengan ketidakseimbanagn tubuh (N. Vlll)
Domain: 11 Keamanan/ Perlindungan
Kelas: 2 Cedera Fisik
TUJUAN DAN KRITERIA
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1. Nyeri Akut (00132) NOC : NIC :
Domain : 12 kenyamanan 1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Kelas : 1 kenyamanan fisik Setelah di lakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui skala nyeri
Definisi : keperawatan ....x24 jam, di secara komprehensif yang di rasakan klien
Pengalaman sensori dan harapkan mampu : meliputi lokasi, untuk mengetahui
emosional yang tidak kriteria hasil: karakteristik, onset/durasi, tindakan keperawatan
menyenangkan yang muncul 1. Nyeri dapat dilaporkan (4) frekuensi, kualitas, yang akan di lakuakan
akibat kerusakan jaringan yang 2. Panjangnya episode nyeri intentitas atau beratnya selanjutnya.
aktual atau potensial atau yang (3) nyeri atau faktor pencetus.
di gambarkan dalam kerusakan 3. Ekspresi nyeri wajah (3) 2. Observasi adanya petunjuk 2. Mengetahui respon klien
sedemikian rupa (International Keterangan : non-verbal mengenai melalui respon tubuh atau
Association for the study of 1 = Berat ketidaknyamanan terutama ekspresi wajah tentang
Pain) : awitan yang tiba-tiba 2 = Cukup berat kepada mereka yang tidak ketidak nyamanan
atau lambat dari intensitas 3 = Sedang dapat berkomunikasi secara penngan nyeri
ringan hingga berat dengan 4 = Ringan efektif.
akhir yang dapat di antisipasi 5 = Tidak ada
atau di prediksi dengan NOC : 3. Gunakan strategi 3. Bina hubungan saling
berlangsung <6 bulan. 2. Kontrol Nyeri komunikasi teraupetik percaya dengan pasien
untuk mengetahui agar pasien mau
Batasan karakteristik : pengalaman nyeri dan
1. Bukti nyeri dengan Setelah di lakukan tindakan sampaikan penerimaan mengungkapkan
standard daftar periksa keperawatan ....x24 jam, di pasien terhadap nyeri. pengalaman nyerinya
nyeri untuk pasien yang harapkan mampu : 4. Kurangi atau eliminasi 4. Mengurangi faktor
tidak dapat kriteria hasil: faktor-faktor yang dapat pencetus nyeri seperti
mengungkapkan nya 1. Menggambarkan faktor mencetuskan atau membatasi kunjungan,
(mis., Neonatal Infant penyebab (3) meningkatkan nyeri. eliminasi suara bising dan
Paint Scale, Pain 2. Menggunakan analgesik lingkungan yang nyaman
Assasment Ceklist for yang di rekomendasikan (2) tidak panas akan membuat
Senior with Limited 3. Melaporkan gejala yang nyeri yang dirasakan klien
Ability to tidak terkontrol pada menurun
Communicate) prefisional kesehatan (1) 5. Dorong pasien untuk 5. Agar klien mampu
2. Diaforesis 4. Menggunakan tindakan memonitor nyeri dan mengontrol nyeri sehingga
3. Dilatasi pupil pencegahan (3) menangani nyerinya dapat menjaga keadaan
4. Ekspresi wajah nyeri Keterangan : dengan tepat. yang terhindar dari nyeri
(mis., mata kurang 1. = Tidak pernah menunjukan yag bisa saja akan timbul,
bercahaya, tampak 2. = Jarang menunjukan walau timbul klien mampu
kacau, gerakan mata 3. = Kadang - kadang menanganainya dengan
berpencar, atau tetap menunjukan tepat.
pada satu fokus, 4. = Sering menunjukkan 6. Evaluasi keefektifan dari 6. Mengevaluasi sebagai
meringis) 5. = Secara konsistensi tindakan pengontrolan bukti bahwa metode yang
5. Fokus menyempit menunjukan nyeri yang dipakai selama kita gunakan daam
(mis., persepsi waktu, pengkajian nyeri dilakukan pengontrolan nyeri dapat
proses berfikir, berjalan dengan baik atau
interaksi dengan orang tidak apbila tidak sejaan
dan lingkungan) sesuai yang diharapkan
6. Fokus pada diri sendiri sehingga perawat mampu
7. Keluhan tentang mengganti metode
intensitas penggurangan nyeri agar
menggunakan standar nyeri yang dirasakan klien
skala nyari (mis., skala berkurang.
Wong – Baker FACES, 7. Dukung istirahat/tidur 7. Mengindarkan pasien dari
skala analog fisual, untuk membantu penurunan aktifitas yang berlebih yan
skala penilaian nyeri. dapat menimbulkan rasa
numerik) nyeri yang berlebih atau
8. Keluhan tentang bertambah
karakteristik nyeri
dengan menggunakan 8. Ajarkan prinsip-prinsip 8. Agar klien dapat
standar instrumen nyeri manajemen nyeri mengetahui prinsip-
(mis., McGill pain prinsip manajemen nyeri
quesioner pain, brief sehingga reduksi nyeri
pain infentory. mencapai tingkat
9. Leporan tentang kenyamanan yang dapat
perilaku diterima oleh pasien.
nyeri/perubahan
aktifitas (mis., anggota 9. Berikan informasi 9. Dengan memberiakan
keluarga, pemberi mengenai nyeri, seperti informasi kepada klien
asuhan) penyebab nyeri, berapa dan keluarga dapat
10. Mengekspresikan lama akan dirasakan, dan membuat klien tidak
perilaku (mis., gelisah, antisipasi akibat merasakan cemas,
merengek) ketidaknyamanan akibat mengetahui penyebab
11. Perilaku distraksi prosedur. nyeri sehingga klien akan
12. Perubahan pada menarik diri apabila
parameter fisiologis melakukan hal-hal yang
(mis., tekanan darah, menimbulkan nyeri.
frekuensi jantung, 10. Ajarkan pasien teknik 10. Memudahkan pasien jika
frekuensi pernapasan, nonfarmakologi untuk terjadi nyeri secara
satu rasi oksigen, dan mengurangi rasa nyeri yang mendadak. Seperti
end-tidal karbon di rasakan (mis., teknik relaksasi napas dalam
dioksida relaksasi nafas dalam) yang dapat dii lakukan
13. Perubahan posisi untuk secaara mandiri oleh
menghindari nyeri pasien.;
14. Perubahan selera
makan 11. Kalaborasikan dengan 11. Untuk mengurangi rasa
15. Sikap melindungi area pasien, orang terdekat dan nyeri yang berat perlu
nyeri tim kesehatan lainnya untuk dikolaborasikan dengan
16. Sikap tubuh melindungi memeilih dan tim kesehatan lainnya
Faktor yang Berhubungan : mengimplementasikan untuk menemukan solusi
1. Agens cedera biologis tindakan penurunan nyeri yang tepat daam
(mis., infeksi, iskemia, non-farmakologi sesuai menurunkan tingkat nyeri
neoplasma) kebutuhan. yang dirasakan klien.
2. Agens cedera fisik Stimulasi Listrik Saraf
(mis., abses, amputasi, Transkutaneus (TENS)
luka bakar, terpotong, 1. Tentukan apakah 1. Untuk mengetahui bahwa
mengangkat berat, rekomendasi untuk klien dengan pengalaman
prosedur bedah, trauma, dilakukan TENS tepat nyeri didaerah kepela
olahraga berlebihan) apakah direkomndasikan
3. Agens cedera kimiawi untuk penggunaan TENS,
)mis., luka bakar, karena ada beberapa onset
kapsaisin, metilen nyeri yang ditak dapat
klorida, agens mustard) dilakukan terapa TENS
yang dapat mengakibatkan
kerusakan sistem saraf.
2. Pilih tempat stilmulasi, 2. Agar mengetahui lokasi
pertimbangkan tempat dan pertimbanagan
alternatif ketika alternatif dalam pemberian
menjalankan TENS secara terapi TENS sehingga
langsung tidak tidak menimbulkan efek
memungkinkan. samping.
Pemberian Analgesik
1. Cek adanya riwayat alergi 1. Dengan mengecek riwayat
obat alergi obat pasien kita
dapat meminimalisir efek
samping dan mengetahui
obat-obat apa saja yang
tidak dapat diberikan
kepada pasien.
2. Monitor tanda vital sebelum 2. Biasanya pada pasien yang
dan sesudah pemberian mengalami alergi atau
analgesik pada pemberian ketidakcocokan obat dapat
dosis pertama kali atau mengalami perubahan
ditemukan tanda-tanda tanda-tanda vital.
yang tidak biasanaya.
1.1 Kesimpulan
Vertigo merupakan suatu kumpulan gejala atau sindrom yang terjadi akibat gangguan
keseimbangan pada sistem vertibular atau gangguan pada sistem saraf pusat.Vertigo
ditemukan dalam keluhan berupa rasa berputar-putar, atau merasa bergerak dari
lingkungan sekitar (vertigo sirkuler) namun, kadang-kadang ditemukan dalam keluhan
berupa rasa didorong atau ditarik menjauhi bidang vertikal (vertigo linier). Diagnosa
keperawatan yang dapat diangkat untuk menyelesaikan semua manifestasi dari vertigo
yaitu resiko jatuh, nyeri akut, mual, ansietas, ketidakefektifan koping.
1.2 Saran
Untuk mahasiswa keperawatan tingkatkan pengetahuan mengenai penyakit yang dapat
mngakibatkan vertigo, karena apabila vertigo yang dirasakan tidak teratasi akan
mengakibatkan terganggunya organ-organ lain yang dapat membahayakan kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Agaricpro. Bahaya dan akibat vertigo berkpanjangan. (online) diakses melalui situs
http://www.agaricpro.com/bahaya-dan-akibat-vertigo-berkepanjangan/
Akbar, Muhammad. 2013. Diagnosis vertigo. Makassar : Penyakit saraf fakultas
kedokteran Universitas hasanuddin.
Bulenchek, Gloria M. 2016. Nursing Intervenstions Classification (NIC) edisi keenam
translate bahasa Indonesia Indonesia : ELSIVER.
Dokterpost. Diagnosis dan terapi vertigo. (online) dikases melalui situs
http://dokterpost.com/diagnosis-dan-terapi-vertigo/
Herdman, T Heather . Shigemi Kamitsuru. 2016. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Joesoef AA. Vertigo. In : Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press; 2000. p.341-59
Moorhead, Sue. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi kelima translate
bahasa Indonesia. Indonesia : ELSIVER.
Putu Aryuda Bagus Hanggara. 2013. Referat Vertigo. Bandar Lampung : Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati
Wahyudi, Kupiya Timbul. 2012. Vertigo. Jakarta : Medical Department, PT. Kalbe Farma
Tbk. Jurnal : CDK-198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 738CDK-198_vol39_no10_th2012 ok
bgt.indd 738.
Wilkinson M, Judith. Nancy R. Ahern. 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: Penerbi11t Buku Kedokteran EGC.