Vous êtes sur la page 1sur 43

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

VERTIGO

Disusun Oleh :

Kelas 4A Kelompok 2

1. ARIF PRANATA MUSTAPA 841415026


2. FIKRAN HAIKAL HAMID 841415052
3. I KADEK SUDIARTA 841415042
4. NURYADIN H. SABUDI 841415048
5. DESTI NOVITA YAHYA 841415012
6. DHEA RAHMA RUSDIANTI 841415032
7. FITRIYANTI RAHIM 841415001
8. HIJRAH FAHLEVI SUMARDI 841415003
9. VANRA DELA RAHMAN 841415044
10. VIKY NOVIANI HEMU 841415015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan
Rahmat_Nyalah kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan pada klien dengan keluhan
vertigo tepat pada waktunya.

Dalam asuhan keperawatan ini terdapat penjelasan mengenai vertigo dari konsep medis
hingga konsep keperawatan, dimana sangat membantu pelajar maupun perawat dalam
mendiagnosa sindrom terkait dengan sistem neurobehavior, selain itu ada beberapa intervensi
diangkat yang menurut kami dapat menyelesaikan semua keluhan yang dirasakan klien.

Dalam penyusunan asuhan kperawatan ini banyak kendala yang kami dapatkan baik dari
penyusunan materi maupun penentuan intervensi untuk diagnosa, tetapi dengan adanya bantuan
dari berbagai referensi baik dari buku dan jurnal semua kendala tersebut dapat terminimalisir.

Demikian asuhan keperawatan ini kami susun untuk memenuhi tugas neurobehavior
semoga apa yang kami lampirkan dalam askep ini dapat bermanfaat bagi tenaga pelajar maupun
perawat yang ada di rumah sakit.

Gorontalo, April 2017

Penyusun
Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian
atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau
trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera
ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh
dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang
klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar.
Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi. Oleh karena itu,
pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat penting dan
perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan keperawatan yang
benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat bisa
mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.(pasiak, 2009)
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Vertigo?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan vertigo?
1.1 Tujuan
Tujuan Umum :
a. Mengetahui konsep medis dari vertigo
b. Mengetahui konsep keperawatan dari vertigo
Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui definisi dari vertigo
b. Untuk mengetahui etiologi dari vertigo
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari vertigo
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari vertigo
e. Untuk mengetahui komplikasi dari vertigo
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari vertigo
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari vertigo
h. Untuk mengetahui pengkajian dari vertigo
i. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dari vertigo
j. Untuk mengetahui intervensi keperawatan dari vertigo
BAB ll
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Vertigo adalah suatu istilah dalam bahasa latin yaitu ventere, yang berarti memutar.
Secara umum, vertigo dikenal sebagai ilusi gerak atau halusinasi gerakan. Vertigo
ditemukan dalam keluhan berupa rasa berputar-putar, atau merasa bergerak dari
lingkungan sekitar (vertigo sirkuler) namun, kadang-kadang ditemukan dalam keluhan
berupa rasa didorong atau ditarik menjauhi bidang vertikal (vertigo linier).
Vertigo didefinisikan sebagai ilusi gerakan yang paling sering adalah perasaan atau
sensai tubuh yang berputar terhadap lingkungan dan sebaliknya. Vertigo juga dirasakan
sebagai perpindahan linier ataupun ,miring.
Vertigo bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu kumpulan gejala
atau sindrom yang terjadi akibat gangguan keseimbangan pada sistem vertibular atau
gangguan pada sistem saraf pusat. Selain itu, vertigo pula dapat terjadi akibat gangguan
pada alat keseimbangan yang terdiri dari reseptor pada visual (retina), vestibulum
(kanalis semisirkularis), proprioseptik (tendon, sendi dan sensibilitas dalam).
(wahyudi, 2012)
2. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau
banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan
keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam.
Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga
dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi
tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari
vertigo:
1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.
2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional
4. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere,
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran
darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada arteri vertebral
dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke
inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke
korteks. (hanggara, 2013)
3. Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau
di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).
a. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.
Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari
sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi
baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :
1. Mabuk gerakan (motion sickness)
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual surround)
berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan
sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan
yang memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca
waktu mobil bergerak.
2. Mabuk ruang angkasa (space sickness)
Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat (weightlessness).
Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis
semisirkularis dan otolit.
3. Vertigo ketinggian (height vertigo)
Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan lokomotor
oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang gejala-gejala
vegetatif.
b. Patologik : Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :2
1. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum
2. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear (N. VIII). (Hanggara, 2013)
4. Patofisiologi
Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organ-organ vestibuler, visual, ataupun
sistem propioseptif. Labirin terdiri atas 3 kanalis semisirkularis, yang berhubungan
dengan rangsangan akselerasi angular, serta utrikulus dan sakulus, yang berkaitan
dengan rangsangan gravitasi dan akselerasi vertikal. Rangsangan berjalan melalui
nervus vestibularis menuju nukleus vestibularis di batang otak, lalu menuju fasikulus
medialis (bagian kranial muskulus okulomotorius), kemudian meninggalkan traktus
vestibulospinalis (rangsangan eksitasi terhadap otot-otot ekstensor kepala, ekstremitas,
dan punggung untuk mempertahankan posisi tegak tubuh). Selanjutnya, serebelum
menerima impuls aferen dan berfungsi sebagai pusat untuk integrasi antara respons
okulovestibuler dan postur tubuh. Fungsi vestibuler dinilai dengan mengevaluasi
refleks okulovestibuler dan intensitas nistagmus akibat rangsangan perputaran tubuh
dan rangsangan kalori pada daerah labirin. Refleks okulovestibuler bertanggung jawab
atas fiksasi mata terhadap objek diam sewaktu kepala dan badan sedang bergerak.
Nistagmus merupakan gerakan bola mata yang terlihat sebagai respons terhadap
rangsangan labirin, serta jalur vestibuler retrokoklear, ataupun jalur vestibulokoklear
sentral. Vertigo sendiri mungkin merupakan gangguan yang disebabkan oleh penyakit
vestibuler perifer ataupun disfungsi sentral oleh karenanya secara umum vertigo
dibedakan menjadi vertigo perifer dan vertigo sentral. Penggunaan istilah perifer
menunjukkan bahwa kelainan atau gangguan ini dapat terjadi pada end-organ
(utrikulus maupun kanalis semisirkularis) maupun saraf perifer. Lesi vertigo sentral
dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun serebelum. Kasus vertigo jenis ini
hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh kasus vertigo, tetapi gejala gangguan
keseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi pada 50% kasus vertigo. Penyebab vertigo
sentral ini pun cukup bervariasi, di antaranya iskemia atau infark batang otak
(penyebab terbanyak), proses demielinisasi (misalnya, pada sklerosis multipel,
demielinisasi pascainfeksi), tumor pada daerah serebelopontin, neuropati kranial,
tumor daerah batang otak, atau sebabsebab lain.
Vertigo disebabkan oleh gangguan pada alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipresepsikan oleh susunan saraf pusat. Jika ada kelainan pada lintasan informasi dari
indra keseimbangan yang dikirim ke sistem saraf pusat keseimbangan, maka proses
adaptasi yang normal tidak akan terjadi tetapi akan menimbulkan reaksi alarm.
Keadaan ini berhubungan dengan serat-serat di formasio retikularis batang otak yang
berhubungan dengan aktivitas sistem kolinergik dan adrenergik. (Wahyudi, 2012)
5. Phatway
6. Manifestasi klinis
Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer,
sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh gangguan pada
sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala
pendengaran. Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputar. Vertigo dapat horizontal,
vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering, disebabkan oleh
disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan nistagmus, pasien biasanya
merasakan sensasi pergerakan dari sisi yang berlawanan dengan komponen lambat.
Vertigo vertical jarang terjadi, jika sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun
jika menetap, biasanya berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan
gerakan ke bawah atau ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang
ditemukan. Jika sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika menetap
disebabakan oleh sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus.
Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan sebagai sensais
didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi apparatus otolitik
pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit
Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan kepala. Pasien
dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua matanya.
Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh dunia seakan
berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami gangguan.
Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasnaya universal pada pasien dengan vertigo
otologik dan sentral.11 Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus, pengurangan
pendengaran atau distorsi dan sensasi penuh di telinga.12Gejala sekunder meliputi
mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan sensiivitas visual.(Hanggara,2013)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada vertigo menurut Lumbantobing (2007) ialah:
Non-Farmakologi:
a. Vertigo posisional benigna (VPB)
Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan
kegiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur,
kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo
posisionalnya, setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk semula. Gerakan
ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau
3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika muncul
eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan rasa
pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk dari
vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak
berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi
kepala dapat mengurangi gangguan.
Farmakologi:
Terapi farmakologi mempunyai tujuan utama: (i) mengeliminasi keluhan vertigo,
(ii) memperbaiki proses-proses kompensasi vestibuler, dan (iii) mengurangi
gejala-gejalaneurovegetatif ataupun psikoafektif. Beberapa golongan obat yang
dapat digunakan untuk penanganan vertigo di antaranya adalah:
a. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan
vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin. Kedua
preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam satu sediaan antivertigo.
Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui reseptor
muskarinik. Pemberian antikolinergik per oral memberikan efek rata-rata 4
jam, sedangkan gejala efek samping yang timbul terutama berupa gejala-gejala
penghambatan reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan memori dan
kebingungan (terutama pada populasi lanjut usia), ataupun gejala-gejala
penghambatan muskarinik perifer, seperti gangguan visual, mulut kering,
konstipasi, dan gangguan berkemih.
b. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan antivertigo
yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan termasuk di antaranya
adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan prometazin.
Mekanisme antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui,
tetapi diperkirakan juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral.
Antihistamin mungkin juga mempunyai potensi dalam mencegah dan
memperbaiki “motion sickness”. Efek sedasi merupakan efek samping utama
dari pemberian penghambat histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral,
dengan lama kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12
jam (misalnya, meklozin).
c. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di
beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri merupakan
prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek
vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga
tengah dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap
dengan baik, dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek
samping relatif jarang, termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.
d. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada
pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik
merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui
dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan antihistaminik (H1)
berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama kerja neuroleptik ini
bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam. Beberapa antagonis dopamin digunakan
sebagai antiemetik, seperti domperidon dan metoklopramid. Efek samping dari
antagonis dopamin ini terutama adalah hipotensi ortostatik, somnolen, serta
beberapa keluhan yang berhubungan dengan gejala ekstrapiramidal, seperti
diskinesia tardif, parkinsonisme, distonia akut, dan sebagainya.(Wahyudi,
2012).
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan etiologi. Dapat dipertimbangkann
pemeriksaan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah rutin seperti elektrolit, kadar gula darah direkomendasikan
bila ada indikasi tertentu dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis.
2. CT Scan atau MRI Brain
Pemeriksaan Umum:
1. Pemeriksaan sistem kardiovaskular yang meliputi pemeriksaan tekanan darah
pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaab lebih dari 30 mmHg.
2. Pemeriksaan neurologis
o Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non
vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.
o Nervus kranialis: pada vertigo vetibularis sentral dapat mengalami gangguan
pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI,XX.
o Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
o Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
o Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi)
3. Tes nistagmus:
Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan komponen
lambat menunjukkan lokasi lesi : unilateral, perifer, bidireksional, sentral.
4. Tes romberg :
Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada
serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi,
kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
5. Tes romberg dipertajam (sharpen romberg): Jika pada keadaan mata terbuka
pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup
pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system
vestibuler atau proprioseptif.
6. Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan
tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelainan vestibuler, pasien akan mengalami
deviasi.
7. Tes Fukuda, dianggap abnormal jika deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat
atau maju mundur lebih dari satu meter.
8. Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka jari pasien
akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau
hipometri.
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa
sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan
pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus
terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering
digunakan :
1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)
o Dimenhidrinat lama kerja tini ialah 4–6 jam. Obat dapat diberi per oral
atau parenteral (suntikan intramuskular dan intravena), dengan dosis 25
mg-50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
o Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4–6 jam, diberikan
dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari.
o Senyawa betahistin (suatu analog antihistamin):
 Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral
 Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari. Maksimum 6
tablet dibagi dalam beberapa dosis.
2. Kalsium Antagonis
o Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan dapat
mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis
biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari.(Akbar,
2013)
8. Komplikasi
1. Infeksi saraf, Bila terjadi gangguan pada sistem saraf manusia maka akan
menimbulkan berbagai gangguan pada sistem organ tubuh, diantaranya keluhan
sakit kepala vertigo dengan interval yang berbeda-beda tergantung dari kondisi
infeksi itu sendiri.
2. Gangguan jantung, Bahaya dan akibat dari vertigo yang berkepanjangan bisa
mngrah pada gangguan fungsi jantung. Sistem kerja organ jantung sangat
berhubungan dengan susunan sistem saraf, hingga jika terdapat gangguan vertigo
sebagai gangguan sistem saraf maka akan secara langsung berpengaruh pada
fungsi organ jantung sebagai bagian organ pernafasan. (Wahyudi, 2012)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Data demografi
Pengkajian data demografi terdiri dari nama klien, umur, tanggal lahir, usia, jenis
kelamin.
2. Pengkajian data keperawatan
a. Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, insomnia, bangun pada
pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan
postur tubuh.
b. Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah
tampak kemerahan
e. Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan
selama sakit kepala.
f. Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, MSG (pada migrain),
mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
g. Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru
terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah
terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
h. Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada
daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional /
perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga
menegang, frigiditas vokal. .
i. Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan,
parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
j. Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit
k. Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan
alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
3. Diagnosa Keperawatan
1. (00132) Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri kepala yang dirasakan klien
Domain : 12 kenyamanan
Kelas : 1 kenyamanan fisik
2. (00134) Mual berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat vertigo
Mual
Domain: 12 Kenyamanan
Kelas : 1 Kenyamanan Fisik
3. (00069) Ketidakefektifan koping berhubungan dengan kedaan klien yang tidak
bisa mengontrol stres yang dirasakan
Domain : 9 Koping/toleransi stres
Kelas : 2 Respon Koping
4. (00146) Ansietas berhubungan dengan rasa cemas yang dirasakan klien akibat
pusing yang terlalu lama dirasakan
Domain : 9 Koping / toleransi stres
Kelas : 2 Respons Koping
5. (00115) Resiko Jatuh berhubungan dengan ketidakseimbanagn tubuh (N. Vlll)
Domain: 11 Keamanan/ Perlindungan
Kelas: 2 Cedera Fisik
TUJUAN DAN KRITERIA
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1. Nyeri Akut (00132) NOC : NIC :
Domain : 12 kenyamanan 1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Kelas : 1 kenyamanan fisik Setelah di lakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui skala nyeri
Definisi : keperawatan ....x24 jam, di secara komprehensif yang di rasakan klien
Pengalaman sensori dan harapkan mampu : meliputi lokasi, untuk mengetahui
emosional yang tidak kriteria hasil: karakteristik, onset/durasi, tindakan keperawatan
menyenangkan yang muncul 1. Nyeri dapat dilaporkan (4) frekuensi, kualitas, yang akan di lakuakan
akibat kerusakan jaringan yang 2. Panjangnya episode nyeri intentitas atau beratnya selanjutnya.
aktual atau potensial atau yang (3) nyeri atau faktor pencetus.
di gambarkan dalam kerusakan 3. Ekspresi nyeri wajah (3) 2. Observasi adanya petunjuk 2. Mengetahui respon klien
sedemikian rupa (International Keterangan : non-verbal mengenai melalui respon tubuh atau
Association for the study of 1 = Berat ketidaknyamanan terutama ekspresi wajah tentang
Pain) : awitan yang tiba-tiba 2 = Cukup berat kepada mereka yang tidak ketidak nyamanan
atau lambat dari intensitas 3 = Sedang dapat berkomunikasi secara penngan nyeri
ringan hingga berat dengan 4 = Ringan efektif.
akhir yang dapat di antisipasi 5 = Tidak ada
atau di prediksi dengan NOC : 3. Gunakan strategi 3. Bina hubungan saling
berlangsung <6 bulan. 2. Kontrol Nyeri komunikasi teraupetik percaya dengan pasien
untuk mengetahui agar pasien mau
Batasan karakteristik : pengalaman nyeri dan
1. Bukti nyeri dengan Setelah di lakukan tindakan sampaikan penerimaan mengungkapkan
standard daftar periksa keperawatan ....x24 jam, di pasien terhadap nyeri. pengalaman nyerinya
nyeri untuk pasien yang harapkan mampu : 4. Kurangi atau eliminasi 4. Mengurangi faktor
tidak dapat kriteria hasil: faktor-faktor yang dapat pencetus nyeri seperti
mengungkapkan nya 1. Menggambarkan faktor mencetuskan atau membatasi kunjungan,
(mis., Neonatal Infant penyebab (3) meningkatkan nyeri. eliminasi suara bising dan
Paint Scale, Pain 2. Menggunakan analgesik lingkungan yang nyaman
Assasment Ceklist for yang di rekomendasikan (2) tidak panas akan membuat
Senior with Limited 3. Melaporkan gejala yang nyeri yang dirasakan klien
Ability to tidak terkontrol pada menurun
Communicate) prefisional kesehatan (1) 5. Dorong pasien untuk 5. Agar klien mampu
2. Diaforesis 4. Menggunakan tindakan memonitor nyeri dan mengontrol nyeri sehingga
3. Dilatasi pupil pencegahan (3) menangani nyerinya dapat menjaga keadaan
4. Ekspresi wajah nyeri Keterangan : dengan tepat. yang terhindar dari nyeri
(mis., mata kurang 1. = Tidak pernah menunjukan yag bisa saja akan timbul,
bercahaya, tampak 2. = Jarang menunjukan walau timbul klien mampu
kacau, gerakan mata 3. = Kadang - kadang menanganainya dengan
berpencar, atau tetap menunjukan tepat.
pada satu fokus, 4. = Sering menunjukkan 6. Evaluasi keefektifan dari 6. Mengevaluasi sebagai
meringis) 5. = Secara konsistensi tindakan pengontrolan bukti bahwa metode yang
5. Fokus menyempit menunjukan nyeri yang dipakai selama kita gunakan daam
(mis., persepsi waktu, pengkajian nyeri dilakukan pengontrolan nyeri dapat
proses berfikir, berjalan dengan baik atau
interaksi dengan orang tidak apbila tidak sejaan
dan lingkungan) sesuai yang diharapkan
6. Fokus pada diri sendiri sehingga perawat mampu
7. Keluhan tentang mengganti metode
intensitas penggurangan nyeri agar
menggunakan standar nyeri yang dirasakan klien
skala nyari (mis., skala berkurang.
Wong – Baker FACES, 7. Dukung istirahat/tidur 7. Mengindarkan pasien dari
skala analog fisual, untuk membantu penurunan aktifitas yang berlebih yan
skala penilaian nyeri. dapat menimbulkan rasa
numerik) nyeri yang berlebih atau
8. Keluhan tentang bertambah
karakteristik nyeri
dengan menggunakan 8. Ajarkan prinsip-prinsip 8. Agar klien dapat
standar instrumen nyeri manajemen nyeri mengetahui prinsip-
(mis., McGill pain prinsip manajemen nyeri
quesioner pain, brief sehingga reduksi nyeri
pain infentory. mencapai tingkat
9. Leporan tentang kenyamanan yang dapat
perilaku diterima oleh pasien.
nyeri/perubahan
aktifitas (mis., anggota 9. Berikan informasi 9. Dengan memberiakan
keluarga, pemberi mengenai nyeri, seperti informasi kepada klien
asuhan) penyebab nyeri, berapa dan keluarga dapat
10. Mengekspresikan lama akan dirasakan, dan membuat klien tidak
perilaku (mis., gelisah, antisipasi akibat merasakan cemas,
merengek) ketidaknyamanan akibat mengetahui penyebab
11. Perilaku distraksi prosedur. nyeri sehingga klien akan
12. Perubahan pada menarik diri apabila
parameter fisiologis melakukan hal-hal yang
(mis., tekanan darah, menimbulkan nyeri.
frekuensi jantung, 10. Ajarkan pasien teknik 10. Memudahkan pasien jika
frekuensi pernapasan, nonfarmakologi untuk terjadi nyeri secara
satu rasi oksigen, dan mengurangi rasa nyeri yang mendadak. Seperti
end-tidal karbon di rasakan (mis., teknik relaksasi napas dalam
dioksida relaksasi nafas dalam) yang dapat dii lakukan
13. Perubahan posisi untuk secaara mandiri oleh
menghindari nyeri pasien.;
14. Perubahan selera
makan 11. Kalaborasikan dengan 11. Untuk mengurangi rasa
15. Sikap melindungi area pasien, orang terdekat dan nyeri yang berat perlu
nyeri tim kesehatan lainnya untuk dikolaborasikan dengan
16. Sikap tubuh melindungi memeilih dan tim kesehatan lainnya
Faktor yang Berhubungan : mengimplementasikan untuk menemukan solusi
1. Agens cedera biologis tindakan penurunan nyeri yang tepat daam
(mis., infeksi, iskemia, non-farmakologi sesuai menurunkan tingkat nyeri
neoplasma) kebutuhan. yang dirasakan klien.
2. Agens cedera fisik Stimulasi Listrik Saraf
(mis., abses, amputasi, Transkutaneus (TENS)
luka bakar, terpotong, 1. Tentukan apakah 1. Untuk mengetahui bahwa
mengangkat berat, rekomendasi untuk klien dengan pengalaman
prosedur bedah, trauma, dilakukan TENS tepat nyeri didaerah kepela
olahraga berlebihan) apakah direkomndasikan
3. Agens cedera kimiawi untuk penggunaan TENS,
)mis., luka bakar, karena ada beberapa onset
kapsaisin, metilen nyeri yang ditak dapat
klorida, agens mustard) dilakukan terapa TENS
yang dapat mengakibatkan
kerusakan sistem saraf.
2. Pilih tempat stilmulasi, 2. Agar mengetahui lokasi
pertimbangkan tempat dan pertimbanagan
alternatif ketika alternatif dalam pemberian
menjalankan TENS secara terapi TENS sehingga
langsung tidak tidak menimbulkan efek
memungkinkan. samping.
Pemberian Analgesik
1. Cek adanya riwayat alergi 1. Dengan mengecek riwayat
obat alergi obat pasien kita
dapat meminimalisir efek
samping dan mengetahui
obat-obat apa saja yang
tidak dapat diberikan
kepada pasien.
2. Monitor tanda vital sebelum 2. Biasanya pada pasien yang
dan sesudah pemberian mengalami alergi atau
analgesik pada pemberian ketidakcocokan obat dapat
dosis pertama kali atau mengalami perubahan
ditemukan tanda-tanda tanda-tanda vital.
yang tidak biasanaya.

3. Berikan anagesik sesuai 3. Agar klien tidak


dengan waktu paruhnya. mengalami kelebihan
dosis obat karena ada
beberapa obat yang
kerjanya lama didalam
tubuh.
4. Berikan analgesik 4. Dilakukan untuk
tambahan atau pengobatan pengurangan rasa nyeri
jika diperlukan untuk karena dengan campuran
meningkatkan efek beberapa obat sesuai resep
pengurangan nyeri. dokter dapat menurunkan
nyeri dengan cepat

5. Ajarkan tentang 5. Dengan mengajarkan


penggunaan analgesik, penggunaan analgesik
strategi untuk menurunkan dengan dosis yang tepat
efek samping, dan harapan kepada klien dapat
yang terkait dengan membantu proses
keterlibatan dalam penyembuhan apabila
keputusan pengurangan klien melakukan
nyeri. perawatan di rumah.

6. Kalaborasikan dengan 6. Pemberian obat dengan


dokter apakah obat, dosis, dosis dan waktu yang
rute pemberian. dikolaborasikan dengan
dokter dapat menenangkan
kondisi klien yang tadinya
nyeri sehingga cepat
berkurang.

2. Mual (00134) NOC NIC


Domain: 12 (Kenyamanan) 1. Kontrol Mual dan Muntah Managemen Mual Managemen Mual
Kelas : 1 (Kenyamanan Fisik) Tujuan : 1. Lakukan penilaian lengkap 1. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan tindakan terhadap mual, termasuk keefektifan dalam
Definisi: keperawatan selama x24 jam, freluensi, durasi, tingkat melakukan intervensi mual
Suatu fenomena subjektif diharapkan keluhan rasa mual keparahan dan faktor
tentang rasa tidak nyaman pada dan muntah teratasi dengan: pencetus
bagian belakang tenggorok Kriteria hasil: 2. Evaluasi dampak dari 2. Untuk mengetahui
atau lambung, yang dapat ayau 1. Mengenali onset mual (2) pengalaman mual pada pengaruh mual terhadap
tidak dapat menyebabkan 2. Mengenali pencetus kualitas hidup (misalnya kualitas hidup (nafsu
muntah. stimulasi (3) nafsu makan, aktivitas makan, aktivitas sehari-
3. Menggunakan antiemetik prestasi kerja, tanggung hari dan pola tidur) klien
Batasan karakteristik: seperti yang jawab peran dan tidur)
direkomendasikan (2)
- Keengganan terhadap 4. Menghindari faktor-faktor 3. Dorong pola makan dengan 3. Dengan makan sedikit
makanan penyebab bila mungkin (3) porsi sedikit makanan yang demi sedikit tapi sering
- Mual 5. Melaporkan mual, mual- menarik bagi (pasien) yamg dapat meminimalkan
- Peningkatan menelan muntah dam mual terkontrol mual anoreksia sehingga tidak
- Peningkatan salifa (2) terjadi kekurangan asupan
- Rasa alam di dalam mulut Keterangan : dan dapat mencegah rasa
- Sensasi muntah 1 =Tidak pernah menunjukan mual
2 =Jarang menunjukan 4. Identifikasi faktor-faktor 4. Untuk menghindari rasa
3 =Kadang-kadang yang dapat menyebabkan tidak enak yang dapat
menunjukan atau berkontribusi terhadap menyebabkan pasien mual
4 =Sering menunjukkan mual (misalnya makanan,
5 =Secara konsistensi obat-obatan)
menunjukan 5. Dorong penggunakaan 5. Dengan melakukan
teknik norfarmakologi tekanan (akupresure) 3 jari
sebelum mual, meningkat bawah pergelangan dapat
atau terjadi, sebelum, mengurangi rasa mual
selama dan setelah terapi yang dirasakan oleh klien
bersama dengan tindakan
pengendalian mual
(misalnya akupresure point
P6 3 jari dibawah
pergelangan tangan pasien.
Lakukan selama 2-3 menit
setiap 2 jam selama
kemoterapi)
6. Tingkatkan istirahat dan 6. Dengan beristirahat dan
tidur yang cukup tidur yang cukup, mual
yang terjadi dapat
berkurang intensitasnya
dan juga mengurangi rasa
ingin muntah klien
Manajemen pengobatan Manajemen pengobatan
1. Kolaborasi pemberian obat/ 1. Dengan pemberian
tentukan obat apa yang atiemetik tersebut
diperlukan dan kelola diharapkan dapat
menurut resep (pemberian mengurangi rasa mual
antiemetik : ondansentron 4 dengan aksi sentral pada
mg IV jika mual) hipotalamus
3. Ansietas (00146) NOC NIC
Domain : 9 Koping / toleransi Tingkat Kecemasan Pengurangan Kecemasan Pengurangan kecemasan
stres Tujuan : 1. Identifikasi tingkat 1. Memantau derajat
Kelas : 2 Respons Koping Setelah dilakukan tindakan kecemasan kecemasan pasien agar
Definisi : keperawatan selama x24 jam, mengetahui derajat
Perasaan tidak nyaman atau diharapkan mampu : kecemasan pasien
kekhawatiran yang samar Kriteria hasil: 2. Kaji untuk tanda verbal 2. Klien yang mengalimi
disertai respon autonom 1. Tidak dapat beristirahat (3) dan non verbal kecemasan kecemasan bisa dilihat dari
(sumber sering kali tidak 2. Distress (4) cara dia melakukan
spesifik atau tidak diketahui 3. Perasaan gelisah (3) komunikasi baik itu
oleh individu); perasaan takut 4. Kesulitan berkonsentrasi (4) komunikai verbal dan
yang disebabkan oleh antisipasi 5. Pusing (4) nonverbal. Hal ini agar
terhadap bahaya. Hal ni Keterangan : perawat dapat melakukan
merupakan isyarat 1 =Berat tindakan yang akan
kewaspadaan yang 2 =Cukup berat diberikan selanjutnya
memperingatkan individu akan 3 =Sedang kepada klien dengna
adanya bahaya dan 4 =Ringan melihat tingkat kecemasan
memampukan individu untuk 5 =Tidak ada klien dari verbal
bertindak menghadapi nonverbalnya.
ancaman 3. Gunakan pendekatan yang 3. Meningkatkan kenyamanan
Batasan Karakteristik : nyaman dan meyakinkan pasien yang bisa
Perilaku meminimalkan kecemasan
1. Agitasi 4. Berada disisi klien untuk 4. Dengan memberikan
2. Gelisah meningkatkan rasa aman keamanan dapat
3. Gerakan ekstra dan mengurangi ketakutan mengurangi rasa ketakutan
4. Insomnia klien
5. Kontak mata yang 5. Dengarkan klien dengan 5. Dengan menjadi pendengar
buruk penuh perhatian yang baik dapat membina
6. Melihat sepintas hubungan saling percaya
7. Mengekspresikan dengan klien agar
kekhawatiran karena mengetahui segala keluhan
perubahan dalam tentang kecemasan klien
peristiwa hidup 6. Bantu klien 6. Dengan mengenalkan
8. Penurunan mengidentifikasi situasi situasi dan lingkungan
produktivitas yang memicu kecemasan dapat mencegah timbulnya
9. Perilaku mengintai rasa kecemasan klien
10. Tampak waspada 7. Dorong pasien 7. Mengetahui apa yang
Afektif mengungkapkan melalui diharapkan pasien dari
1. Berfokus pada diri verbalisasi perasaan, penyebab kecemasan yang
sendiri persepsi dan ketakutan dirasakan oleh klien
2. Distres 8. Bantu pasien untuk 8. Dengan membantu pasien
3. Gelisah menyelesaikan masalah dalam menyelesaikan
4. Gugup dengan cara yang masalahanya dapat
konstruktif mengurangi kecemasan
5. Kesedihan yang yang dialami oleh klien.
mendalam Klien dengan diagnosa
6. Ketakutan ansietas memiliki masaalah
7. Menggemerutukkan yang belum dapat diatasi
gigi makanya klien merasa
8. Menyesal cemas. Dengan adanya
9. Peka bantuan dalam penyelesaian
10. Perasaan tidak adekuat masalah ini diharapkan
11. Putus asa kecemasan yang dialami
12. Ragu oleh dapat berkurang.
13. Sangat khawatir 9. Kolaborasikan dengan 9. Kolaborasi yang baik dapat
14. Senang berlebihan dokter untuk pemberian membantu pengurangan
Fisiologis obat untuk mengurangi dari kecemasan klien
1. Gemetar kecemasan misalnya dengan kolaborasi
2. Peningkatan keringat dengan dokter untuk
3. Peningkatan pemberian obat dalam
ketegangan menguran gi kecemasannya
4. Suara bergetar Terapi Relaksi Terapi Relaksi
5. Tremor 1. Ajarkan pasien 1. Teknik relaksasi yang benar
6. Tremor tangan menggunakan teknik dapat mengurangi
7. Wajah tegang relaksasi (misalnya teknik kecemasan dari klien,
Simpatis relaksasi napas dalam) misalnya teknik relaksasi
1. Anoreksia napas dalam dimana tek nik
2. Diare ini dapat membantu
3. Dilatasi pupil mengurangi tinggkat
4. Eksitasi kardiovaskular kecemasan dari klien sendiri
5. Gangguan pernapasan
6. Jantung berdebar-debar
7. Kedutan otot
8. Lemah
9. Mulut kering
10. Peningkatan denyut
nadi
11. Peningkatan frekuensi
pernapasan
12. Peningkatan refleks
13. Peningkatan tekanan
darah
14. Vasokonstriksi
superfisial
15. Wajah memerah
Parasimpatis
1. Anyang-anyangan
2. Diare
3. Dorongan segera
berkemih
4. Gangguan pola tidur
5. Kesemutan pada
ekstremitas
6. Letih
7. Mual
8. Nyeri abdomen
9. Penurunan denyut nadi
10. Penurunan tekanan
darah
11. Pusing
12. Sering berkemih
Kognitif
1. Bloking pikiran
2. Cenderung men
yalahkan orang lain.
3. Gangguan konsentrasi
4. Gangguan perhatian
5. Konfusi
6. Lupa
7. Melamun
8. Menyadari gejala
fisiologis
9. Penurunan kemampuan
untuk belajar
10. Penurunan kemampuan
untuk memecahkan
masalah
11. Penurunan lapang
persepsi
12. Preokupasi
Faktor yang Berhubungan :
1. Ancaman kematian
2. Ancaman pada status
terkini
3. Hereditas
4. Hubungan
interpersonal
5. Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
6. Konflik nilai
7. Konflik tentang tujuan
hidup
8. Krisis maturasi
9. Krisis situasi
10. Pajanan pada toksin
11. Penularan interpersonal
12. Penyalahgunaan zat
13. Perubahan besar (mis.,
status ekonomi,
lingungan, status
kesehatan, fungsi peran,
status peran)
14. Riwayat keluarga
tentang ansietas
15. Stresor
4. Ketidak Efektifan Koping NOC : NIC :
(00069)  Koping Peningkatan Koping
Domain : 9 Koping/toleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penilaian 1. Agar klien dapat
stres keperawatan selama …. X 24 mengenai pemahaman memahami tahapan
Kelas : 2 Respon Koping jam klien mampu menunjukkan pasien terhadap proses tahapan dari penyakit
Definisi : perbaikan terhadap ketidak penyakit sehingga stressor klien
Ketidakmampuan untuk efektifan koping, dengan berkurang.
membentuk penilaian valid menunjukkan 2. Berikan penilaian dan 2. Mengetahui bentuk respon
tentang stresor, ketidak Kriteria hasil : diskusikan respon yang terjadi pada klien
adekuatan pilihan respon yang 1. Mengidentifikasi pola alternative terhadap situasi pada saat koping klien
dilakukan dan / atau koping yang efektif (4) (yang ada) tidakefektif sehingga
ketidakmampuan untuk 2. Menyatakan perasaan dapat menentukan
menggunakan sumber daya akan kotrol (diri) (3) alternatif yang dilakukan
yang tidak tersedia. 3. Melaporkan pengguranga stres akibat
Batasan Karakteristik : pengurangan sress (5) penyakit
1. Akses dukungan sosial 4. Menyatakan 3. Gunakan pendekatan yang 3. Membuat klien merasa
tidak adekuat peneriamaan terhadap tenang dan memberikan nyaman untuk
2. Kesulitan situasi (4) jaminan Bantu pasien mengungkapkan keluhan
mengorganisasikan 5. Memodifikasi gaya dalam mengidentifikasi yang di rasakan dan
informasi hidup untuk mengurangi tujuan jangka pendek dan menentukan intervensi
3. Ketidakmampuan stres(4) jangka panjang yang tepat yang dapat dilakukan.
mmenuhi harapan peran
4. Ketidakmampuan 6. Menggunakan prilaku 4. Bantu pasien untuk 4. Dengan memecah tujuan
memenuhi kebutuhan dasar untuk mengurangi stress memecah tujuan yang kompleks pada klien
5. Ketidakmampuan (4) kompleks menjadi lebih seperti pikiran yang sangat
mengatasi masalah Keterangan : kecil, dengan langkah yang banyak dapat menguangi
6. Ketidakmampuan 1. Tidak pernah menunjukkan dapat dikelola stress.
mengatasi situasi 2. Jarang menunjukkan 5. Evaluasi kemampuan 5. Dengan mengevaluasi
7. Ketidakmampaun 3. Kadang-kadang pasien dalam membuat kemampuan klien dalam
mengikuti informasi menunjukkan keputusan mengambil keputusan
8. Kurang resolusi masalah 4. Sering menunjukkan setelah intervensi yang
9. Prilaku destruktif pada diri 5. Secara konsisten dilakukan merupakan
sendiri menunjukkan pembuktian bahwa kita
10. Perubahan konsentrasi 1. berhasil atau tidaknya
11. Perubahan pola untuk mengurangi stess
komunikasi pada klien.
12. Perubahan pola tidur Dukungan pengambilan
13. Sering sakit keputusan
14. Strategi koping tidak 1. Dapatkan informed consent 1. Dengan informed consent
efektif / persetujuan tertulis, ketika yang merupakan lembar
Faktor yang berhubungan : diperlukan persetujuan untuk
1. Drajat ancaman yang tinggi mengetahui persetujuan
2. Dukungan sosial yang tidak klien untuk dirawat
adekuat yang diciptakan ataupun tidak.
oleh karakteristik 2. Menginformasikan pasien 2. Keterbukaan tentang
hubungan alternatif atau solusi lain berbagai macam
3. Gangguan pola melepaskan penanganan pengobatan terhadap klien
ketegangan dan membuat klien dapat
4. Ketidakadekuatan memilih metode
kesempatan untuk bersiap pengobatan yang nyaman.
3. Berikan informasi yang
terhadap stressor 3. Keterbukaan terhadap
actula yang terkait dengan
5. Keidakmampuan klien membuat klien
diagnosis, terapi dan
mengubah energi yang percaya dan mau
prognosis
adaptif menerima keadaanya
6. Krisis maturasi
7. Krisis situasi
5. Resiko Jatuh (00155) NOC: NIC
Domain: 11 Keamanan/ Kejadian jatuh Pencegahan Jatuh Pencegahan Jatuh
Perlindungan Tujuan : 1. Mengidentifikasi defisit 1. Klien mengalami masalah
Kelas: 2 Cedera Fisik Setelah dilakukan tindakan kognitif atau fisik pasien resiko jatuh, maka perawat
Definisi : keperawatan selama x24 jam, yang dapat meningkatkan harus melakukan
Peningkatan kerentanan untuk diharapkan tidak terjadi lagi potensi jatuh dalam pengkajian secara lebih
jatuh yang dapat menyebabkan kejadian jatuh dengan : lingkungan tertentu mendalam terhadap resiko
bahaya fisik Kriteria Hasil: yang dapat dialami oleh
Faktor Resiko: 1. Jatuh dari tempat tidur (5) klien, pengkajian yang
 Agens farmaseutikal 2. Jatuh saat di pindahkan (5) dilakukan meliputi
- Penggunaan alkohol 3. Jatuh saat berdiri (5) kebutuhan keamanan
- Agens farmaseutikal 4. Jatuh saat membungkuk (5) pasien, fungsi kognitif
 Fisiologis Keterangan : klien, dan riwayat penyakit
- Anemia 1= 10 dan lebih terdahulu yang pernah
- Artritis 2= 7-9 dialami oleh klien maka
- Diare 3= 4-6 pengkajian secara lebih
- Gangguan 4= 1-3 mendalam dapat
keseimbangan 5= Tidak ada mempermudah perawat
- Gangguan mendengar untuk merencanakan
- Gangguan mobilitas Keparahan Cidera fisik kegiatan lanjutan yang
- Gangguan pada kaki Setelah dilakukan tindakan dapat dilakukan untuk
- Gangguan visual keperawatan selama x24 jam, mencegah kejadian yang
- Hipotensi ortostatik diharapkan tidakadanay lebih membahayakan klien.
- Inkotinensia keparahan cidera fisik dengan : 2. Mengidentifikasi perilaku 2. Memberitahukan terhadap
- Kesulitan gaya Kriteria hasil: dan faktor yang kelurga pasien agar
berkalan 1. Penurunan tingkat kesadaran mempengaruhi resiko jatuh menemani pasien saat
- Mengantuk (5) melakukan perawatan
- Neuropati Keterangan: terhadap pasien dan tidak
- Penurunan kekuatan 1 = berat memperburuk kondisi
ekstremitas bawah 2 = cukup berat pasien serta keamanan
- Penyakut vaskular 3 = sedang pasien dan mencegah
4 = ringan terjadinya resiko jatuh
- Periode pemulihan 5 = tidak ada yang dapat menilbulkan
pasca operasi stres terhadap pasien dan
- Perubahan kadar gula memperburuk kondisi
darah pelayanan terhadap
- Pusing saat penyakit yang diderita
mengekstensikan leher pasien
- Pusing saat 3. Mengembangkan cara untuk 3. Kolaborasikan kepada
menolehkan leher pasien untuk berpartisipasi pasien dan keluarga pasien
- Sakit akut keselamatan dalam kegiatan memberikan rekreasi
- Urgensi berkemih rekreasi terhadap pasien agar
pasien tidak terfikir terus
dengan penyakit yang
dialami dan mempercepat
proses penyembuhan
penyakit yang dialami
pasien.
4. Menyidiakan pegangan 4. Seringkali klien
tangan terlihat dan mengalami pusing
memegang tiang perawat,memanfaatkan
fasilitas Rumah sakit,
menyediakan pegangan
tangan agar tidak
menimbulkan hal-hal tidak
di inginkan
5. Sarankan perubahan 5. klien dalam beraktifitas
dalam gaya berjalan dengan gaya dan gerakan
kepada pasien yang dapat dilakukan
Manajemen Lingkungan: Menejemen Lingkungan:
Keselamatan Keselamatan
6. Menyediakan tempat tidur 6. Menyediakan tempat tidur
kasur dengan tepi yang erat kasur yang erat pada saat
untuk memudahkan transfer dilakukan transfer agar
tidak terjadi jatuh pada saat
dilakukan transfer serta
meliputi kebutuhan
keamanan pasien dan
mencegah kejadian yang
membahayakan pasien dan
tidak akang menimbulkan
resiko jatuh
7. Memberikan pencahayaan 7. Perawat harus
yang memadai untuk menyediakan
meningkatkan visibilitas pencahayaan pada malam
hari terhadap pasien agar
tidak akan terjadi resiko
jatuh, serta tidak akan
memperburuk
kesembuhan terhadap
penyakit yang dialami
pasien
8. Gunakan tehknik yang tepat 8. Menyediakan pelayanan
untuk mentransfer pasien ke yang lengkap pada saat
dan dari kursi roda, tenpat akan menstrasfer pasien
tidur, toilet dan sebagainya agar pasien merasanyaman
dan tidak akang
memperburuk keadannya
9. Membantu ke toilet sering 9. Pentingnya perawat
kali interval di jadwalkan menjadwalkan tentang
toilet trening klien yang
mengalami masalah resiko
jatuh, akan sangat beresiko
terhadap jatuh, resiko ini
perlu diketahui oleh
seorang perawat untuk
mencegah terjadinya hal
yang tidak diinginkan,
sehingganya perlu
diberikan atau disediakan
jadwal toilet trening yang
aman untuk klien, agar
klien merasa lebih aman
selama proses perawatan
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Vertigo merupakan suatu kumpulan gejala atau sindrom yang terjadi akibat gangguan
keseimbangan pada sistem vertibular atau gangguan pada sistem saraf pusat.Vertigo
ditemukan dalam keluhan berupa rasa berputar-putar, atau merasa bergerak dari
lingkungan sekitar (vertigo sirkuler) namun, kadang-kadang ditemukan dalam keluhan
berupa rasa didorong atau ditarik menjauhi bidang vertikal (vertigo linier). Diagnosa
keperawatan yang dapat diangkat untuk menyelesaikan semua manifestasi dari vertigo
yaitu resiko jatuh, nyeri akut, mual, ansietas, ketidakefektifan koping.
1.2 Saran
Untuk mahasiswa keperawatan tingkatkan pengetahuan mengenai penyakit yang dapat
mngakibatkan vertigo, karena apabila vertigo yang dirasakan tidak teratasi akan
mengakibatkan terganggunya organ-organ lain yang dapat membahayakan kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Agaricpro. Bahaya dan akibat vertigo berkpanjangan. (online) diakses melalui situs
http://www.agaricpro.com/bahaya-dan-akibat-vertigo-berkepanjangan/
Akbar, Muhammad. 2013. Diagnosis vertigo. Makassar : Penyakit saraf fakultas
kedokteran Universitas hasanuddin.
Bulenchek, Gloria M. 2016. Nursing Intervenstions Classification (NIC) edisi keenam
translate bahasa Indonesia Indonesia : ELSIVER.
Dokterpost. Diagnosis dan terapi vertigo. (online) dikases melalui situs
http://dokterpost.com/diagnosis-dan-terapi-vertigo/
Herdman, T Heather . Shigemi Kamitsuru. 2016. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Joesoef AA. Vertigo. In : Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press; 2000. p.341-59
Moorhead, Sue. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi kelima translate
bahasa Indonesia. Indonesia : ELSIVER.
Putu Aryuda Bagus Hanggara. 2013. Referat Vertigo. Bandar Lampung : Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati
Wahyudi, Kupiya Timbul. 2012. Vertigo. Jakarta : Medical Department, PT. Kalbe Farma
Tbk. Jurnal : CDK-198_vol39_no10_th2012 ok bgt.indd 738CDK-198_vol39_no10_th2012 ok
bgt.indd 738.
Wilkinson M, Judith. Nancy R. Ahern. 2015. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: Penerbi11t Buku Kedokteran EGC.

Vous aimerez peut-être aussi