Vous êtes sur la page 1sur 10

Ekstrak biji Annona squamosa dalam regulasi hipertiroidisme

dan lipid-peroksidasi pada tikus: Kemungkinan keterlibatan


kuersetin

RESUME JURNAL

INTAN LISNA PUTRI


A 141 065

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG
2017
1. Srikaya (Annona squamosa L.)
Srikaya (Annona squamosa L.) merupakan jenis pohon buah-buahan kecil
yang biasanya dapat tumbuh di tanah kering, berbatu dan mendapat sinar matahari
secara langsung. Tumbuhan ini berasal dari Hindia Barat dan dapat menghasilkan
buah setelah berumur 3-5 tahun. Srikaya banyak tumbuh di benua Amerika
terutama kawasan Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Buah ini juga tumbuh
di Asia tropis diantaranya Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia,
tanaman srikaya umumnya ditanam di pekarangan, dibudidayakan ataupun
tumbuh secara liar, dan bisa ditemukan sampai ketinggian 800 meter diatas
permukaan laut. Untuk dapat tumbuh secara optimal, srikaya memerlukan sinar
matahari penuh dan curah hujan sekitar 1500 mm- 2000 mm per tahun.
Kelembapan udara yang cocok untuk tanaman srikaya adalah 50%-60%,
temperatur udara 200 C-350 C pada siang hari, dan temperature 180 C-270 C pada
malam hari.

2. Klasifikasi Tanaman
Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa L.

3. Morfologi Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.)


Buah srikaya termasuk buah sejati tunggal yang berdaging dalam golongan
buah buni. Menurut Tjitrosoepomo (1988) buah buni mempunyai sifat lapisan luar
yang sedikit kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berair,
seringkali dapat dimakan. Srikaya termasuk pohon buah-buahan kecil yang
tumbuh di tanah berbatu, kering, dan terkena cahaya matahari langsung. Tumbuhan
yang asalnya dari Hindia Barat ini akan berbuah setelah berumur 3-5 tahun.
Srikaya sering ditanam di pekarangan, dibudidayakan, atau tumbuh liar, dan bisa
ditemukan sampai ketinggian 800 m dpl.
Perdu atau pohon kecil ini mempunyal tinggi 2-5 m, kulit pohon tipis berwarna
keabu-abuan, getah kulitnya beracun. Daun bertangkai, kaku, letaknya berseling.
Helaian daun bentuk lonjong sampai jorong menyempit, ujung dan pangkai
runcing, tepi rata, panjang 6-17 cm, lebar 2,5-7,5 cm, permukaan daun warnanya
hijau, bagian bawah hijau kebiruan, sedikit berambut atau gundul. Bunga 2-4
kuntum (berhadapan), keluar dari ujung tangkai atau ketiak daun, warnanya hijau
kuning. Buahnya buah semu, bentuk bola atau kerucut, permukaan berbenjol-
benjol, warnanya hijau berserbuk putih, penampang 5-10 cm, jika masak, anak
buah akan memisahkan diri satu dengan lainnya. Warnanya hijau kebiru-biruan.
Daging buah berwarna putih, rasanya manis. Biji masak berwarna hitam mengilap.
Pohon sudah dapat mendatangkan hasil setelah umur kurang lebih 1- 1,5 tahun.
Pohon srikaya berbunga pada musim kemarau (Juni-Juli) dan buahnya baru bisa
dipungut dalam bulan Agustus-September, Buahnya kecil dan warnanya abu
kebiru-biruan dan seolah-olah bersisik (berbenjol-benjol). Sisik atau benjolan itu
adalah buah yang sesungguhnya, tiap sisik terdiri dari daging buah dan biji.rasa
buah manis. Produksi tiap pohon atau tiap tahunnya rata–rata 24 buah. Buah
srikaya harus dipetik pada saat ia belum masak benar, sebab buah yang telah masak
biasanya mudah pecah. Menurut Kardinan (2002), biji srikaya mengandung
senyawa kimia annonain yang terdiri atas squamosin dan asimisin yang bersifat
racun terhadap serangga.

4. Kandungan Kimia Srikaya (Annona squamosa L.)


Hegnaur (1986) menyebutkan bahwa daun srikaya mengandung senyawa
alkaloid (Annonain, Retikulin), mirisil alkohol senyawa polifenol, flavonoid,
leukosianidin, asam kafeat, asam kumarat, sedangkan pada buahnya mengandung
protein, kalsium, fosfor, gula, vitamin A, vitamin C, asam amino, dan tannin pada
daun buah muda. Biji srikaya mengandung selulosa, amilum, lemak, protein, gula,
resin, minyak lemak, bahan beracun, asetogenin (Annonacin-A, Skuamosten-A,
Neoannonin,Squamocin-I,Squamocin-K,Squamocin-N,Squamocin-E, Squamocin,
Annonin-III (metrilin), Squamocin-B, Squamocin-D (asiminacin), Squamocin-
F,Squamostatine-A (almuneguin), Squamostatine-D, SquamostatineE. Akar dan
kulit batang srikaya mengandung senyawa borneol, kamper, terpen, alkaloid
annonain, asetogenin, (squamone,2,4 cis dan trans bullatacinone).

5. Data Empiris Penggunaan Srikaya (Annona squamosa L.)


Tanaman ini secara tradiosional digunakan untuk terapi epilepsy, desentri,
gangguan jantung, konstipasi, pendarahan, penyakit otot, tumor, dan juga
keguguran. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai obat, yaitu daun, akar,
buah, kulit kayu, dan bijinya. Daun digunakan untuk mengatasi : batuk, demam,
reumatik, menurunkan kadar asam urat darah yang tinggi, diare, disentri, luka,
bisul, skabies, kudis, dan ekzema. Biji digunakan untuk mengatasi pencernaan
lemah, cacingan, dan mematikan kutu kepala dan serangga. Buah muda digunakan
untuk mengobati diare, disentri akut, dan gangguan pencernaan (atonik dispepsia).
Akar digunakan untuk mengobati sembelit, disentri akut, depresi mental, dan nyeri
tulang punggung. Kulit kayu digunakan untuk mengobati diare, disentri, dan luka
berdarah.

6. Metode
6.1.Preparasi Ekstrak
Biji Annona dihaluskan, bubuk annona kemudian dihilangkan lemaknya
dengan menggunakan pelarut hexane dengan meode soxhlet. Setelah proses
penghilangan lemak selanjutnya dikeringkan dan di ekstraksi dengan methanol
90% menggunakan metode soxhlet. Ekstrak yang didapat selanjutnya
dikeringkan dengan vakum. Ekstrak kering yang dihasilkan sebesar 3% dari
bubuk biji srikaya.
6.2.Analisis Fitokimia
Ekstrak metanol biji dilakukan analisis menggunakan KLT dan HPLC/UV.
Pada KLT dan spektrum UV terdeteksi adanya flavonoid dalam ekstrak biji
annona. Pada KLT spot yang terbentuk akan berwarna kuning cerah apabila
dilihat dibawah sinar UV dengan nilai RF 0,57 yang mengindikasikan adanya
senyawa kuersetin. Pada UV spektrum terdeteksi pada panjang gelombang
255nm yang mengindikasikan adanya kuersetin. Untuk pengujian dengan
HPLC pertama dibuat terlebih dahulu larutan baku kuersetin untuk
mendapatkan rumus regresi linear, setelah itu ekstrak di kromatografi dengan
HPLC menggunakan standar kuersetin yang dilarutkan dalam methanol.
Jumlah kuersetin yang didapat dari ekstrak dihitung dengan interpolasi
menggunakan area puncak yang didapatkan.
6.3.Uji Aktivitas Dari Ekstrak Biji
Terdapat tujuh kelompok tikus, masing – masing kelompok terdari 7 ekor
tikus. Kelompok 1 hanya diberikan akuades, kelompok 2 hanya diberikan L-
T4 saja, kelompok 3 diberikan L-T4 dan ekstrak biji annona 200 mg/kg,
kelompok 4 diberikan L-T4 dan PTU, kelompok 5 hanya diberikan ekstrak biji
annona, kelompok 6 hanya diberikan PTU dan kelompok 7 hanya diberikan
gum acacia dan air.
Pada hari terakhir pengujian, tikus dibiarkan berpuasa. Tikus tersebut
kemudian di anastesi menggunakan eter dan diambil darahnya dari jantung.
Sampel serum yang didapat kemudian disimpan pada suhu -20°C sampai
dilakukan pengujian kadar total T3 dan T4. Setelah pengambilan darah
selanjutnya liver tikus dipindahkan dan dibersihkan menggunakan dapar fospat
lalu secepatnya dilakukan untuk uji estimasi biokimia. Penentuan aktivitas
LPO, SOD, CAT, G-6-Pase, 5-monodeiodenase, dan aktivitas hormon tiroid
lainnya diuji menggunakan RIA.
6.4.Uji Aktivitas Quersetin
Seperti pengujian yang dilakukan sebelumnya 35 tikus swiss albino betina
dibagi kedalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor tikus
betina. Pada kelompok 1 hanya diberikan akuades, kelompok 2 hanya
diberikan L-T4 tanpa pengobatan, kelompok 3 diberikan L-T4 dan quercetin,
kelompok 4 hanya diberikan quersetin saja, dan kelompok 5 hanya diberikan
DMSO yang hanya berfungsi sebagai pembawa. Pengujian aktivitas dilakukan
seperti pada pengujian aktivitas ekstrak biji annona.
7. Hasil Penelitian
Pada jurnal penelitian efek quercetin terhadap hipertiroid dan lipid
peroxidation diinduksikan L-T4 sebagai senyawa yang dapat menimbulkan efek
hipertiroid pada tikus. Penggunaan T4 karena T4 merupakan perkusor
pembentukan T3 sehingga apabila diberikan T4 maka otomatis akan mengalami
peningkatan pada konsentrasi T4 dan T3 dalam tubuh tikus. Parameter lainnya
yaitu 5-monodeiodenase yaitu merupakan enzim yang diperlukan untuk aktivasi
dan inaktivasi hormon tiroid (T4) menjadi bentuk T3. Dari jurnal penelitian ini
juga dapat diketahui bahwa senyawa flavonoid memiliki aktivitas sebagai
penghambat fungsi tiroid, quercetin juga dilaporkan dapat menurunkan fungsi
hormon tiroid.

7.1.Analisis Senyawa Quercetin


Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ekstrak metanol dari bubuk biji sirsak
kering yang telah dianalisis menggunakan KLT dan UV menunjukan adanya
senyawa quercetin didalam ekstrak. Kemudian diidentifikasi dengan menggunakan
HPLC (Gambar 1a) dengan waktu retensi 8,41 menit terhadap standar murni
(Gambar 1b, waktu retensi 8,45) konsentrasi quercetin dalam ekstrak sebesar
5,27mg/ml.
7.2.Hasil Uji aktivitas pada ekstrak biji Annona squamosa
Pada hewan yang diberikan perlakuan T4 memperlihatkan penaikan yang
signifikan pada konsentrasi serum T3, T4, aktivitas Hepatik 5DI dan aktivitas
G-6-Phase dibandingkan dengan hewan uji kontrol yang hanya diberikan air
destilasi (Fig 2). Penurunan semua parameter terlihat pada hewan hipertiroid
yang diberikan ekstrak biji srikaya dan T4 secara bersamaan. Pada hewan yang
hanya diberikan ekstrak saja terjadi juga penurunan yang signifikan pada T3
dan 5DI. Ketika PTU diberikan kepada hewan eutiroid atau hipertiroid,
konsentrasi hormon tiroid, aktivitas hepatic %DI dan G-6-Pase juga menurun
dibandingkan dengan hewan kontrol atau hewan hipertiroid
Pada Hepatic LPO terjadi peningkatan yang signifikan bersamaan dengan
penurunan SOD dan CAT setelah pemberian T4. LPO menjadi menurun dan
aktivitas CAT meningkat ketika hewan hipertiroid diberikan ekstrak biji
srikaya secara serentak. Selanjutnya perbandingan dilakukan antara nilai dari
kelompok yang diberikan PTU dan PTU + T4,menghasilkan tidak ada
perbedaan signifikan yang diamati sehubungan dengan aktivitas LPO, SOD
dan CAT.
7.3.Hasil Uji Aktivitas Pada Quercetin
Pada hewan yang diberikan perlakuan T4 memperlihatkan penaikan yang
signifikan pada konsentrasi serum T3, T4, aktivitas Hepatik 5DI setelah
pemberian quercetin memperlihatkan hasil yang sebaliknya. Pada hewan
euthyroid juga memperlihatkan penurunan yang signifikan pada 3 paramater
tersebut seperti T3, T4, aktivitas Hepatik 5DI. Peningkatan juga terjadi pada
aktivitas G-6-Pase, namun setelah pemberian quercetin aktivitas tersebut
menurun.
Hasil pada pemberian quercetin pada lipid peroksidasi hati pada tikus
hipertiroid mengindikasikan penurunan yang signifikan pada LPO hati seiring
dengan peningkatan konsentrasi aktivitas SOD dan CATPada hewan euthyroid
juga quercetin memperlihatkan efek yang serupa
DAFTAR PUSTAKA

Arief, H., Tanaman Obat Dan Khasiatnya Edisi III. Jakarta: Swadaya. 2008.
Davis, P.B., Middleton Jr., E., Davis, P.J., Blas, S.D., 1983. Inhibition by quercetin
of thyroid hormone stimulation in vitro of human red blood cell Ca2+ ATPase
activity. Cell Calcium 4, 71–81.
Hegnauer, R., 1986, Chemotaxonomie der Pflanzen, Bhrkhauser Verlag, Sturttgart
Hidayah, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB. Bandung.
Irawati.2001. Tumbuhan langka Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Biologi. LIPI. Balai Penelitian Botani. Herbarium Bogoriense. Bogor.
Indonesia.
Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Cetakan ke 3. PT
Penebar Swadaya. Jakarta.
Radi, J., 1997. Sirsak Budidaya dan Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta.
Tjitrosoepomo. 1988. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogjakarta.

Vous aimerez peut-être aussi