Vous êtes sur la page 1sur 18

ASKEP POLIP NASAL

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien post operasi Poliperktomi menurut NANDA 2012-2014
yaitu,
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (fisik).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang tidak adekuat.
4. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah.
J. Fokus intervensi
Intervensi pada pasien post op polipektomi menurut NIC – NOC dilihat dari diagnosa yang ada
antara lain,
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (fisik).
Tujuan nyeri berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil : melaporkan bahwa nyeri berkurang,
skala nyeri 0 – 1, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
a. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas nyeri.
Rasional : memungkinkan memodifikasi rencana perawatan yang diperlukan.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam.
Rasional : relaksasi dapat membuat perasaan nyaman dan mengurangi rasa nyeri.
c. Anjurkan klien meningkatkan istirahat.
Rasional : istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri.
d. Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
Tujuan : tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan dengan kriteria hasil :
klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas
normal.
Intervensi :
a. Lakukan teknik aseptik.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi.
b. Tingkatkan intake nutrisi.
Rasional : meningkatkan daya tahan tubuh.
c. Monitor tanda vital.
Rasional : dasar data untuk mengetahui keadaan normal.
d. Berikan terapi antibiotik.
Antibiotik mencegah perkembangan microorganisme patogen.
e. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi adekuat, tidak mual, nafsu makan bertambah.
a. Monitor mual dan mutah, monitor intak output makanan.
Rasional : menentukan intervensi yang akan dilakukan.
b. Anjurkan makan selagi hangat dan makan sedikit demi sedikit.
Rasional : meningkatkan selera makan.
c. Anjurkan untuk menghindari makan yang mengandung gas.
Rasional : mengurangi rasa nyaman akibat peningkatan asam lambung.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang tepat.
Rasional : pemberian makan/diet yang tepat untuk mempercepat penyembuhan.
4. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah.
Tujuan : pasien dan keluarga paham tentang penyakit, kondisi dan program pengobatan.
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
Rasional : menentukan intervensi yang akan dilakukan.
b. Jelaskan tentang penyakit pasien dengan cara yang tepat.
Rasional : menjaga perasaan pasien dan keluarga.
c. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan penyakit klien.
Rasional : melibatkan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan.

ASKEP HEMOPTOE

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hemoragic syock berhubungan dengan batuk darah
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit

III. PERENCANAAN
Diagnosa 1 :
Hemoragic syock berhubungan dengan batuk darah
Tujuan : pasien tidak batuk darah
Kriteria Hasil :
- Tidak terjadi hemoragik syoc
- Pasien tidak batuk darah
Rencana Tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
2. Berikan posisi ½ duduk
3. Auskultasi paru sebelum dan sesudah batuk
4. Berikan terapi tranfusi darah
5. Observasi batuk klien
6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi
Rasional :
1. Diharapkan pasien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
3. Membantu mengevaluasi keefektifan batuk kline.
4. Untuk memenuhi kebutuhan darah pasien.
5. Untuk mengetahui perkembangan batuk klien.
6. Menentukan pemberian terapi yang tepat.

Diagnosa 2 :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah.
Tujuan : kebersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil :
- Mencari posisi yang memudahkan peningkatan udara
- Mendemonstrasikan batuk efektif.
- Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan pada klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan terdapat penumpukan sekret di
saluran pernafasan.
2. Ajarkan kx tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
3. Anjurkan klien nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
4. Anjurkan klien melakukan pernafasan diafragma
5. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi :
Rasional :
1. Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
2. Agar batuk terkontrol dan tidak menyebabkan kelelahan.
3. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
4. Untuk menurunkan frekwensi nafas.
5. Membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
6. Menentukan pemberian terapi yang tepat pada klien.

Diagnosa 3 :
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
Tujuan : meningkatkan asupan nutrisi
Kriteria Hasil :
- Nafsu makan meningkat.
- Klien dapat menghabiskan 1 porsi.
- Intake sesuai dengan porsi yang diberikan.

Rencana Tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada pasien.
2. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh.
3. Berikan posisi tidur dengan kepala lebih tinggi dari badan saat makan.
4. Berikan makan sedikit tapi sering.
5. Pantau intake dan output nutrisi klien.
6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian nutrisi
Rasional :
1. Diharapkan pasien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang pentingnya nutrisi.
3. Mencegah timbulnya regurgitasi.
4. Untuk meningkatkan nafsu makan klien.
5. Untuk mengetahui perkembangan nutrisi klien.
6. Untuk menentukan diit yang tepat.

3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya intake nutrisi, ketidakinginan untuk makan.
2. Keletihan berhubungan dengan malnutrisi.
3. Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan merasa bentuk tubuh tidak
ideal.
4. Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
intake cairan secara oral dengan pengeluaran cairan.

3. Intervensi
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya intake nutrisi, ketidakinginan untuk makan.

Tujuan : Nutrisi seimbang sesuai kebutuhan tubuh.


Kriteria hasil :

1. Pemenuhan nutrisi terpenuhi dengan adekuat.


2. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan individu.

Intervensi Rasional
1. Buat tujuan berat badan 1. Malnutrisi adalah kondisi
minimum dan kebutuhan nutrisi gangguan minat yang
harian. menyebabkan depresi, agitasi an
mempengaruhi fungsi kognitif /
pengambilan keputusan.
Perbaikan status nutrisi
meningkatkan kemampuan
berpikir dan kerja psikologis.
2. Pengobatan masalah dasar tidak
terjadi tanpa perbaikan status
2. Kolaborasi pemberian terapi nutrisi. Perawatan di rumah sakit
nutrisi dalam program memberikan kontrol lingkungan
pengobatan rumah sakit sesuai dimana masukan makanan, obat,
indikasi. dan aktivitas dapat dipantau.
3. Dilatasi gaster dapat terjadi bila
pemberian makan terlalu cepat
setelah periode puasa.
4. Pasien yang meningkat
kepercayaan dirinya dan merasa
3. Berikan makan sedikit dan mengontrol lingkungan lebih
makanan kecil tambahan, yang suka menyediakan makanan
tepat. untuk makan.
5. Pada kasus jarang dan sulit
4. Buat pilihan menu yang dimana malnutrisi
ada dan izinkan pasien berat/mengancam hidup, seri
untuk mengontrol pilihan ECT jangka pendek dapat
sebanyak mungkin. memampukan pasien untuk
mulai makan dan memungkinkan
dapat mengikuti psikoterapi.
6. Memberikan catatan lanjut
5. Siapkan untuk / bantu ECT bila penurunan dan/atau peningkatan
diindikasikan. Bantu pasien berat badan yang akurat. Juga
memahami ini bukan sebagai menurunkan obsesi tentang
hukuman. peningkatan dan/atau penurunan.

7. Latihan sedang membantu dalam


6. Pertahankan jadwal mempertahankan tonus otot/berat
penimbangan berat badan badan dan melawan depresi.
teratur, seperti Minggu, Rabu, Namun pasien dapat latihan
dan Jumat sebelum makan pagi terlalu berlebihan untuk
pada pakaian yang sama, dan membakar kalori.
gambarkan hasilnya.

7. Awasi program latihan dan


susun batasan aktivitas fisik.
Tulis aktivitas/tingkat kerja
(jalan-jalan dan sebagainya).

2. Keletihan berhubungan dengan malnutrisi.


Tujuan : Klien akan beradaptasi dengan keletihan
Kriteria Hasil :

1. Klien dapat menggunakan teknik penghematan energi.


2. Klien dapat mengadaptasi gaya hidup sesuai dengan tingkat energi yang dimiliki.
3. Klien melaporkan bahwa energi terpulihkan setelah istirahat.
4. Klien dapat mengindentifikasi faktor psikologis dan fisiologis yang dapat menyebabkan
keletihan.

Intervensi Rasional
1. Pengetahun pasien tentang
1. Ajarkan pasien pengaturan
teknik penghematan energi
aktivitas dan teknik
secara jelas dapat
manajemen waktu untuk
meningkatkan kemungkinan
mencegah keletihan.
untuk diterapkan.

2. Lakukan kolaborasi perujukan 2. Penanganan dari segala


ke perawatan psikiatrik jika aspek termasuk psikologinya
sangat mengganggu hubungan akan meningkatkan
klien dengan orang lain. keefektifan terapi.

3. Pemantaun secara berkala


3. Pantau bukti adanya keletihan
membuat penatalaksanaan
fisik dan emosi yang
dapat segera dilakukan jika
berlebihan pada pasien.
terjadi masalah.

4. Dukung pasien dan keluarga 4. Perasaan yang berhasil


untuk mengungkapkan diungkapkan dapat
perasaan sehubungan dengan mengurangi beban masalah
keletihan yang terjadi. yang dialami.

3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan merasa bentuk tubuh tidak ideal

Tujuan : Pasien merasa percaya diri dengan kondisi tubuhnya.


Kriteria Hasil :

1. Klien dapat membuat gambaran diri lebih nyata.


2. Klien dapat mengakui diri sebagai individu.
3. Klien dapat menerima tanggung jawab untuk tindakan sendiri.

Intervensi Rasional
1. Dalam hubungan membantu, pasien
1. Buat hubungan terapeutik
dapat mulai untuk mempercayai dan
perawat dengan pasien. mencoba pemikiran dan perilaku baru.

1. Pasien melihat diri sebagai


lemah-harapan, meskipun bagian
pribadi merasa kuat dan dapat
2. Tingkatkan konsep diri tanpa mengontrol.
penilaian moral. 2. Memberikan kesempatan
mendiskusikan persepsi pasien
tentang diri/gambaran diri dan
kenyamanan situasi individu.
3. Biarkan pasien menggambarkan 3. Perasaan tak efektif pribadi,
dirinya sendiri. harga diri rendah, dan
perfeksionisme sering menjadi
bagian dari masalah. Pasien
merasa tak berdaya untuk
mengubah dan memerlukan
4. Bantu pasien untuk melakukan bantuan untuk metode
kontrol pada area selain dari pemecahan masalah kontrol
makan/penurunan berat badan, situasi hidup.
missal manajemen aktivitas 4. Memberikan kesempatan untuk
harian, pilihan kerja/kesenangan. bicara tentang perasaan dan
mencoba perilaku baru.
5. Cemas/panic terus-menerus
tentang peningkatan berat badan,
depresi, perasaan tak berdaya
5. Libatkan dalam terapi kelompok. dapat menimbulkan usaha bunuh
diri, khususnya bila pasien
impulsive.

6. Waspadai ide bunuh


diri/perilaku.

4. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan intake


cairan secara oral dengan pengeluaran cairan.

Tujuan : Elektrolit tubuh seimbang.


Kriteria hasil :
1. Mempertahankan/menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh
haluaran urine adekuat, tanda vital stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.

Intervensi Rasional
1. Melibatkan pasien dalam
1. Identifikasi rencana untuk
rencana untuk memperbaiki
meningkatkan/mempertahankan
ketidakseimbangan,
keseimbangan cairan optimal,
memperbaiki kesempatan
missal jadwal masukan cairan.
untuk berhasil.
2. Kolaborasi penambahan kalium,
2. Dapat diperlukan untuk
oral atau IV sesuai indikasi.
mencegah disritmia jantung.
3. Awasi tanda vital, pengisian
3. Indikator keadekuatan volume
kapiler, status membrane
sirkulasi. Hipotensi ortostatik
mukosa, turgor kulit.
dapat terjadi dengan resiko
jatuh/cedera segera setelah
perubahan posisi.
4. Pasien tidak mengkonsumsi
4. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan sama sekali
cairan. Ukur haluaran urine mengakibatkan dehidrasi atau
dengan akurat. mengganti cairan untuk
masukan kalori yang
berdampak pada keseimbangan
elektrolit.

ASKEP GEA

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau malabsorbsi usus.
Tujuan : mengontrol diare/meningkatkan fungsi usus optimal.
Criteria hasil : Melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah, dan factor pencetus.
Rasional : membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
b. Intervensi : tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat di samping tempat tidur.
Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau
perdarahan sebagai komplikasi.
c. Intervensi : buang feses dengan cepat. Berikan pengharum ruangan.
Rasional : menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.
d. Intervensi : mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan minuman jernih tiap jam,
hindari minuman dingin.
Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsangan
makanan/cairan. Makan kembali secara bertahap cairan mencegah kram dan diare berulang; namun
cairan dingin dapat meningkatkan motilitas usus.
e. Intervensi : observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas, dan
kelesuan.
Rasional : tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/telah terjadi
memerlukan intervensi medik segera.
f. Intervensi : kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi, missal Loperamid; kodein.
Rasional : diperlukan untuk diare menetap/berat. Catatan : penggunaan dengan hati-hati karena toksik
dilatasi dapat terjadi.
2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak melalui
rute normal (diare berat, muntah).
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat.
Criteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, tanda vital stabil,
keseimbangan masukan dan haluaran dengan urine normal dalam konsentrasi/jumlah.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : awasi masukan dan haluaran, karakter, dan jumlah feses; perkirakan kehilangan yang tak
terlihat, missal, berkeringat. Ukur berat jenis urine; observasi oliguria.
Rasional : memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan control penyakit usus
juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
b. Inervensi : kaji tanda vital (TD, nadi, suhu).
Rasional : hipotensi (termasuk postural), takikardia, demam dapat menunjukkan respons terhadap
dan/atau efek kehilangan cairan.
c. Intervensi : ukur berat badan tiap hari.
Rasional : indicator cairan dan status nutrisi.
d. Intervensi : pertahankan pembatasan per oral, tirah baring; hindari kerja.
Rasional : kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
e. Intervensi : kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral, transfusi darah sesuai indicator.
Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki
kehilangan/anemia. Catatan : cairan mengandung natriun dapat dibatasi pada adanya enteritis regional.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrient.
Tujuan : masukan nutrisi adekuat.
Kriteria hasil : menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran dengan
nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda malnutrisi.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : timbang berat badan tiap hari.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
b. Intervensi : anjurkan istirahat sebelum makan.
Rasional : menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan.
c. Intervensi : berikan kebersihan oral.
Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
d. Intervensi : catat masukan dan perubahan simtomatologi.
Rasional : memberikan rasa control pada pasien dan kesempatan untuk memilih makanan yang
diinginkan/dinikmati, dapat meningkatkan masukan.
e. Intervensi : dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makan diet.
Rasional : keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut makanan akan menyebabkan
eksaserbasi gejala.
f. Intervensi : kolaborasi; berikan nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
Rasional : program ini mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan nutrisi penting.
4. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan, ekskoriasi fisura
perirektal; fistula.
Tujuan : nyeri hilang/terkontrol.
Criteria hasil : wajah pasien tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : observasi distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan TD.
Rasional : dapat menunjukkan terjadinya obstruksi usus karena inflamasi, edema, dan jaringan parut.
b. Intervensi : berikan tindakan nyaman (missal pijatan punggung, ubah posisi) dan aktivitas senggang.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan meningkatkan kemampuan
koping.
c. Intervensi : kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan nyeri atau menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat (seperti kejadian stress,
tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
d. Intervensi : bersihkan area rectal dengan sabun ringan dan air/lap setelah defekasi dan berikan
perawatan kulit, missal salep A&D, salep Sween, jel karaya, Desitin, jeli minyak.
Rasional : melindungi kulit dari asam usus, mencegah ekskoriasi.
e. Intervensi : lakukan modifikasi diet sesuai resep, missal memberikan cairan dan meningkatkan
makanan padat sesuai toleransi.
Rasional : istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri, kram.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat.
Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan.
Criteria hasil :
• pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
• pasien melakukan perubahan pola hidup tertentu
Intervensi dan rasional :
a. Intervensi : tentukan persepsi pasien tentang proses penyakit.
Rasional : membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.
b. Intervensi : kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping.
Rasional : meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
c. Intervensi : ingatkan pasien untuk mengobservasi efek samping bila steroid diberikan dalam jangka
panjang, missal ulkus, edema muka, kelemahan otot.
Rasional : steroid dapat digunakan untuk mengontrol inflamasi dan mempengaruhi remisi penyakit;
namun obat dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi dan menyebabkan retensi cairan.
d. Intervensi : tekankan pentingnya perawatan kulit, missal teknik cuci tangan dengan baik dan
perawatan perineal yang baik.
Rasional : menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit/kerusakan, infeksi.

ASKEP HIPERKOLESTEROL

Neri sendi keluarga Tn $ +erhu+ungan *engan keti*akmampuan keluarga menggunakan


sum+er3sum+er kesehatan

1 An'urkan / untuk melakukan pemeriksaan kesehatan

2 > aluasi hasil pemeriksaan kesehatan /

7iskusikan mengenai tan*a ge'ala, -arapen-egahan, pen e+a+ *an makanan pen e+a+ k&lester&l
tinggi
Askep serosis hep

DIAGNOSA 1
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan, mual, muntah
Mandiri
1. Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan / defisiensi.
2. Timbang berat badan. Bandingkan perubahan status cairan. Riwayat berat badan. Ukuran kulit
trisep.
Rasional : mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator langsung status
nutrisi karena ada gambaran edema/asites. Lipatan kulit trisep berguna dalam mengkaji
perubahan massa otot dan simpanan lemak subkutan.
3. Bantu dan dorong pasien untuk makan; jelaskan alasan tipe diet. Beri pasien makan bila pasien
mudah leleah, atau biarkan orang terdekat membantu pasien. Pertimbangkan pilihan makanan
yang disukai.
Rasional : diet yang tepat penting untuk penyembuhan. Pasien mungkin makan lebih baik bila
keluarga terlibat dan makanan yang disukai sebanyak mungkin.
4. Dorong pasien untuk makan semua makanan / makanan tambahan
Rasional : pasien mungkin mencungkil atau hanya makan sedikit gigitan karena kehilangan
minat pada makanan dan mengalami mual, kelemahan umum, malaise.
5. Berikan makan sedikit dan sering.
Rasional : buruknya toleransi terhadap makan banyak mungkin berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra abdomen/asites.
6. Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan terlalu panas atau
terlalu dingin.
Rasional : membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare dan ketidaknyamanan abdomen yang
dapat mengganggu pemasukan oral/pencernaan.
7. Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi.
Rasional : perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi pada sirosis berat.
Kolaborasi
1. Awasi pemeriksaan laboratorium. Contoh glukosa serum, albumin, total protein, amonia.
Rasional : glukosa menurun karena gangguan glikogenesis, penurunan simpanan glikogen, atau
masukan tak adekuat. Protein menurun karena gangguan metabolisme, penurunan sintesis
hepatik, atau kehilangan ke rongga peritoneal (asites). Peningkatan kadar amonia perlu
pembatasan masukan protein untuk mencegah komplikasi serius.
2. Pertahankan status puasa bila diindikasikan.
Rasional : pada awalnya, pengistirahatan GI diperlukan untuk menurunkan kebutuhan pada hati
dan produksi amonia/urea GI.
3. Berikan makanan dengan selang, hiperalimentasi, lipid sesuai indikasi.
Rasional : mungkin diperlukan untuk diet tambahan untuk memberikan nutrien bila pasien terlalu
mual atau anoreksia untuk makan atau varises esofagus mempengaruhi masukan oral.
4. Berikan obat sesuai indikasi, contoh :
Tambahan vitamin, tiamin, besi, asam folat.
Rasional : pasien biasanya kekurangan vitamin karena diet yang buruk sebelumnya. Juga hati
yang rusak tak dapat menyimpan vitamin A, B komplek, D dan K. Juga dapat terjadi kekurangan
besi dan asam folat yang menimbulkan anemia.
5. Enzim pencernaan, contoh pankreatin (Viokase)
Rasional : meningkatkan pencernaan lemak dan dapat menurunkan streatorea/diare.
6. Antiemetik, contoh trimetobenzamid (Tigan)
Rasional : digunakan dengan hati-hati untuk menurunkan mual/muntah dan meningkatkan
masukan oral.
DIAGNOSA 2
Perubahan kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
Mandiri
1. Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif (pemasukan melebihi pengeluaran).
Timbang berat badan tiap hari, dan catat peningkatan lebih dari 0,5 kg/hari.
Rasional : menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan
respons terhadap terapi. Keseimbangan positif/peningkatan berat badan sering menunjukkan
retensi cairan lanjut.
2. Awasi TD dan CVP. Catat JVD/distensi vena.
Rasional : peningkatan TD biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan tetapi
mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan keluar area vaskuler. Distensi jugular eksternal
dan vena abdominal sehubungan dengan kongesti vaskuler.
3. Ukur lingkar abdomen
Rasional : menunjukkan akumulasi cairan (asites) di akibatkan oleh kehilangan protein
plasma/cairan kedalam area peritoneal.
4. Dorong untuk tirah baring bila ada asites
Rasional : dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis.
5. Berikan perawatan mulut sering; kadang-kadang beri es batu (kalau puasa).
Rasional : menurunkan rasa haus.
Kolaborasi
1. Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
Rasional : penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma,
mengakibatkan pembentukan edema. Penurunan aliran darah ginjal menyertai peningkatan ADH
dan kadar aldosteron dan penggunaan diuretik (untuk menurunkan air total tubuh) dapat
menyebabkan berbagai perpindahan/ketidakseimbangan elektrolit.
2. Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi
Rasional : natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan dalam area
ekstravaskuler. Pembatasan cairan perlu untuk memperbaiki/mencegah pengenceran
hiponatremia.
3. Berikan albumin bebas garam/plasma ekpander sesuai indikasi
Rasional: albumin mungkin diperlukan untuk meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam
kompartemen vaskuler (pengumpulan cairan dalam area vaskuler), sehingga meningkatkan
volume sirkulasi efektif dan penurunan terjadinya asites.
4. Berikan obat sesuai indikasi :
Diuretik, contoh spironolakton (Aldakton); furosemid (Lasix).
Rasional : digunakan dengan perhatian untuk mengontrol edema dan asites. Menghambat efek
aldosteron, meningkatkan ekskresi air sambil menghemat kalium, bila terapi konservatif dengan
tirah baring dan pembatasan natrium tidak mengatasi.
5. Kalium
Rasional : kalium serum dan seluler biasanya menurun karena penyakit hati sesuai dengan
kehilangan urine.
DIAGNOSA 3
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolik
dan akumulasi garam empedu pada kulit
Mandiri
1. Lihat permukaan kulit/titik tekanan secara rutin. Pijat penonjolan tulang atau area yang tertekan
terus menerus. Gunakan losion minyak; batasi penggunaan sabun untuk mandi
Rasional : edema jaringan lebih cenderung untuk mengalami kerusakan dan terbentuk dekubitus.
Asites dapat meregangkan kulit sampai pada titik robekan pada sirosis berat.
2. Ubah posisi pada jadwal teratur, saat di kursi/tempat tidur; bantu dengan latihan rentang gerak
aktif/pasif
Rasional : pengubahan posisi menurunkan tekanan pada jaringan edema untuk memperbaiki
sirkulasi. Latihan meningkatkan sirkulasi dan perbaikan/mempertahankan mobilitas sendi.
3. Tinggikan ekstremitas bawah
Rasional : meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan edema pada ekstremitas
4. Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan
Rasional : kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkan risiko kerusakan kulit
5. Berikan perawatan perineal setelah berkemih dan defekasi
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dari garam empedu
6. Berikan losion kalamin, berikan mandi soda kue. Berikan kolestiramin (Questran)bila
diindikasikan.
Rasional : mungkin menghentikan gatal sehubungan dengan ikterik, garam empedu pada kulit.
DIAGNOSA 4
Risiko tinggi terhadap pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
dan asites
Mandiri
1. Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan.
Rasional : pernapasan dangkal cepat/dipsnea mungkin ada sehubungan dengan hipoksia dan/atau
akumulasi cairan dalam abdomen
2. Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi, ronki
Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (contoh adanya bunyi tambahan menunjukkan
akumulasi cairan/sekresi; tak ada/menurunkan bunyi atelektasis) meningkatkan risiko infeksi.
3. Selidiki perubahan tingkat kesadaran
Rasional : perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan, yang sering
disertai koma hepatik.
4. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring.
Rasional : memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan
meminimalkan ukuran aspirasi sekret.
5. Ubah posisi dengan sering; dorong napas dalam, latihan dan batuk
Rasional : membantu ekspansi paru dan memobilisasi sekret.
6. Awasi suhu. Catat adanya menggigil, meningkatnya batuk, perubahan warna/karakter sputum
Rasional : menunjukkan timbulnya infeksi, contoh pneumonia.
Kolaborasi
1. Awasi seri GDA, nadi oksimetri, ukur kapasitas vital, foto dada
Rasional : menyatakan perubahan status pernapasan, terjadinya komplikasi paru.
2. Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
Rasional : mungkin perlu untuk mengobati/mencegah hipoksia. Bila pernapasan/oksigenasi tidak
adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan
3. Bantu dengan alat-alat pernapasan, contoh spirometri insentif, tiupan botol.
Rasional : menurunkan insiden atelektasis. Meningkatkan mobilitas sekret.
4. Siapkan untuk/bantu untuk prosedur, contoh :
Parasentesis;
Rasional : kadang-kadang dilakukan untuk membuang cairan asites bila keadaan pernapasan
tidak membaik dengan tindakan lain.
Askep colik abdomen

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau diforesis.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Tanda vital normal
b. Masukan dan haluaran seimbang
Intervensi :
c. Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok
d. Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
e. Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur haluaran
drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi
f. Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan pasasse ke
dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada posisi yang benar
g. Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam
h. Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam
i. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
j. Pantau elektrolit, Hb dan Ht
k. Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi
l. Bila pembedahan tidak dilakukan, kolaborasikan pemberian cairan per oral juga dengan
mengklem selang usus selama 1 jam dan memberikanjumlah air yang telah diukur atau
memberikan cairan setelah selang usus diangkat.
m. Buka selang, bila dipasang, pada waktu khusus seusai pesanan, untuk memperkirakan jumlah
absorpsi.
n. Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan, distensi, nyeri atau kekauan.
o. Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan; laporkan tak adanya bising usus.
p. Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali dikontraindikasikan.
q. Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat.
r. Observasi feses pertama terhadap warna, konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi

2. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan


Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada
tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan menyangga lutut.
b. Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri
c. Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik; hindari morfin
d. Berikan periode istirahat terencana.
e. Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau pasif setiap 4 jam.
f. Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan perawatan kulit.
g. Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau nyeri; berikan enema perlahan
bila dipesankan.
h. Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen dan atau kekakuan.
Tujuan : pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan pernafasan, pernafasan yang
dalam dan perlahan.
Intervensi :
a. Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan, “pernafasan cepat”
b. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
c. Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif
d. Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam dan napas dalam setiap jam.
e. Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.

4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.


Tujuan : ansietas teratasi
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan kooping positif dalam menghadapi ansietas.
Intervensi :
a. Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang berhasil pada waktu
lalu.
b. Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa takut; berikan
penenangan.
c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan mengenai penyakit, tindakan
dan prognosis.
d. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
e. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.

Vous aimerez peut-être aussi