Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
AMENORE PRIMER
Oleh:
dr. Adelia Merdiana Dewi
PENDAHULUAN
Secara berkala, fungsi seksual wanita berada di bawah kendali hormon. Tanda yang khas
untuk suatu siklus haid adalah timbulnya perdarahan melalui vagina setiap bulan pada
seorang wanita. Perdarahan ini terjadi akibat rangsangan hormonal secara siklik terhadap
endometrium.
Amenore berarti tidak adanya menstruasi atau haid. Amenore dapat dibagi dalam dua bentuk,
yaitu : 1). Amenorea fisiologik : Amenorea yang terdapat pada masa sebelum pubertas, masa
kehamilan, masa laktasi dan sesudah menopause. 2). Amenorea patologik : Lazimnya
diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer
adalah tidak adanya menarche pada seorang gadis berusia 16 tahun atau lebih.; sedang pada
amenore sekunder adalah tidak adanya menstruasi selama 6 bulan pada wanita dengan siklus
yang tidak teratur sebelumnya atau 3 bulan pada wanita dengan siklus yang teratur (21-35
hari). Menarche adalah periode menstruasi pertama dan dimulai setelah pengembangan
karakteristik seksual sekunder: rambut pubis dan aksila dan perkembangan payudara (Tahap
Tanner). Rata-rata usia menarche adalah 13,5 tahun, namun terdapat perbedaan besar di
antara dan di dalam negara. Umumnya, gadis dari daerah pedesaan di negara negara dengan
sumber daya yang rendah lebih tua saat menarche dibandingkan dengan anak perempuan dari
daerah perkotaan. Kondisi hidup secara umum, status gizi, aktivitas fisik dan faktor genetik
Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi pada wanita
yang berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder normal, atau umur 14
tahun ke atas tanpa adanya perkembangan karakteristik seksual sekunder. Penyebab tidak
terjadinya haid dapat berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus
(endometrium), dan vagina. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih
berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-
kelainan genetik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan
portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan
Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis.
Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas dua fase dan
satu saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar
hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara
hormon steroid dan hormon gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif
terhadap FSH, sedangkan terhadap LH, estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika
kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan
Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel berkembang
oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi
produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH; folikel yang akan
berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel-folikel lain
mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat
ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel yang
cepat pada fase folikel akhir ketika FSH mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel
yang telah masak itu bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir
setelah kadar estrogen dalam plasma jelas meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi
umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH (LH-surge) pada
kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut belum
jelas. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah
perubahan morfologik pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH itu disebabkan oleh
umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang
cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; folikel hendaknya pada tingkat yang
matang, agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16 – 24 jam
setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang. Mekanisme
terjadinya ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnya tekanan dalam folikel,
menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2 memegang peranan dalam peristiwa itu.
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk vakuola dan
bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam
lapisan granulosa juga bertambah dan mencapai puncaknya pada 8–9 hari setelah
ovulasi. Luteinized granulose cell dalam korpus luteum itu membuat progesteron
banyak, dan luteinized theca cell membuat pula estrogen yang banyak, sehingga kedua
hormon itu meningkat tinggi pada fase luteal. Mulai 10–12 hari setelah ovulasi, korpus
kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Masa hidup
korpus luteum pada manusia tidak bergantung pada hormon gonadotropin, dan sekali
ovarium tidak mungkin tanpa LH. Mekanisme degenerasi korpus luteum jika tidak
terjadi kehamilan belum diketahui. Empat belas hari sesudah ovulasi, terjadi haid. Pada
siklus haid normal umumnya terjadi variasi dalam panjangnya siklus disebabkan oleh
Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus luteum (8 hari pasca
ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal. HCG memelihara
steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9–10 minggu kehamilan. Kemudian, fungsi
Dari uraian di atas jelaslah bahwa kunci siklus haid tergantung dari perubahan-perubahan
kadar estrogen, pada permulaan siklus haid meningkatnya FSH disebabkan oleh
tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen oleh folikel yang
berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen meningkat pada pertengahan siklus
yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya korpus luteum tergantung pula pada kadar
bergantung pada fungsi estrogen, yang menyampaikan pesan-pesan berupa umpan balik
positif atau negatif. Segala keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan
Amenore berarti tidak adanya menstruasi. Amenore primer adalah tidak adanya
menarche pada seorang gadis berusia 16 tahun atau lebih. Amenore sekunder adalah
tidak adanya menstruasi selama 6 bulan pada wanita dengan siklus yang tidak teratur
sebelumnya atau 3 bulan pada wanita dengan siklus yang teratur (21-35 hari). Menarche
seksual sekunder: rambut pubis dan aksila dan perkembangan payudara (Tahap Tanner).
Rata-rata usia menarche adalah 13,5 tahun, namun terdapat perbedaan besar di antara dan
di dalam negara.
yaitu terdapat uterus tetapi tanpa terbentuknya kavum uteri, atau terdapat kavum
pada adanya obstruksi menimbulkan adanya keluhan nyeri yang disertai distensi
dapat dilakukan dengan insisi dan drainage. Bahkan pada keadaan yang disertai
dan tidak terbentuknya vagina. Kelainan ini relatif sering sebagai penyebab
amenorea primer, lebih sering dari pada insensitifitas androgen kongenital dan
lebih jarang dibandingkan disgenesis gonad. Pada penderita sindroma ini tidak
ada vagina atau adanya vagina yang hipoplasi. Uterus dapat saja normal, tetapi
tidak mempunyai saluran penghubung dengan introitus, atau dapat juga uterusnya
mengeluh adanya nyeri abdomen yang siklik. Karena adanya kemiripan dengan
dapat dilihat dari suhu basal tubuh atau kadar progesteron perifer. Pertumbuhan
uterus tersebut. Bila gambaran anatomis sebagai hasil USG tidak jelas,
pemeriksaan USG dan lebih murah serta tidak invasif bila dibandingkan
berbagai kesulitan dan komplikasi yang terjadi pada pembedahan, maka bila
Frank dan kemudian oleh Wabrek dkk. Mula-mula ke arah posterior vagina, dan
kemudian setelah 2 minggu diubah ke arah atas dari aksis vagina, tekanan dengan
fungsional dapat terbentuk kurang lebih dalam 6-12 minggu. Terapi operatif
ditujukan bagi penderita yang tidak dapat dilakukan penanganan dengan metode
Frank, atau gagal, atau bila terdapat uterus yang terbentuk baik dan fertilitas
kanalisasi sepertiga distal vagina, biasanya disertai gejala obstruksi dan frekuensi
Pada kategori kelainan ini, obstruksi traktus genitalis bagian distal merupakan
pyokolpos.
c. Insensitifitas androgen (Feminisasi testikuler)
diagnosis yang paling mungkin bilamana terjadi kanalis vaginalis yang buntu dan
uterus tidak ada. Kelainan ini merupakan penyebab amenorea primer yang ketiga
gonad yang dimiliki penderita; jadi individu ini memiliki testes dan kariotipe XY.
gonadnya; jadi, individu tersebut secara fenotif wanita tetapi dengan tidak ada
adalah genetik dan gonad yang dimilikinya pria dengan kegagalan virilisasi.
intraseluler.
parsial descensus
Penderita kelihatan normal pada saat lahir kecuali mungkin adanya hernia
jaringan kelenjar tidak cukup, puting susu kecil, dan areola mammae pucat. Lebih
dari 50% dengan hernia inguinalis, labia minora biasanya kurang berkembang,
dan blind vagina kurang dalam daripada normal. Tuba fallopi yang rudimenter
terdiri dari jaringan fibromuskuler kadang kala dengan hanya selapis epitel.
Karena penderita ini sudah merasakan dirinya sebagai seorang wanita, maka
dengan testis intraabdominal dapat menjadi ganas. Bila telah diputuskan untuk
a. Sindroma Turner
Pada tahun 1938 Turner mengemukakan 7 kasus yang dijumpai dengan sindroma
yang terdiri atas trias yang klasik, yaitu infantilisme, webbed neck, dan kubitus
agak membesar pada beberapa kasus, sehingga mereka dibesarkan sebagai wanita.
Fenotipe pada umumnya ialah sebagai wanita, sedang kromatin seks negatif. Pola
kromosom pada kebanyakan mereka adalah 45-XO; pada sebagian dalam bentuk
mosaik 45-XO/46-XX. Angka kejadian adalah satu di antara 10.000 kelahiran bayi
wanita. Kelenjar kelamin tidak ada, atau hanya berupa jaringan parut mesenkhim
(streak gonads), dan saluran Muller berkembang dengan adanya uterus, tuba, dan
vagina, akan tetapi lebih kecil dari biasa, berhubung tidak adanya pengaruh dari
estrogen.
Selain tanda-tanda trias yang tersebut diatas, pada sindroma Turner dapat dijumpai
tubuh yang pendek tidak lebih dari 150 cm, dada berbentuk perisai dengan puting
susu jauh ke lateral, payudara tidak berkembang, rambut ketiak dan pubis sedikit
atau tidak ada, amenorea, koarktasi atau stenosis aortae, batas rambut belakang yang
rendah, ruas tulang tangan dan kaki pendek, osteoporosis, gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, anomali ginjal (hanya satu ginjal), dan sebagainya. Pada
estrogen hampir tidak ada, sedang 17- kortikosteroid terdapat dalam batas-batas
normal atau rendah. Diagnosis dapat dengan mudah ditegakkan pada kasus-kasus
yang klasik berhubung dengan gejala-gejala klinik dan tidak adanya kromatin seks.
Pada kasus-kasus yang meragukan, perlu diperhatikan dua tanda klinik yang penting
yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk menduga sindrom Turner, yaitu tubuh
yang pendek yang disertai dengan pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder yang
bertujuan untuk :
payudara
berkembang
3. Mencapai kehidupan yang normal sebagai istri walaupun tidak mungkin untuk
mendapat keturunan
b. Disgenesis gonad XY
Penderita berfenotip wanita dengan kariotipe XY dengan sistem Mulleri yang teraba,
sebagai sindroma Swyer. Terdapat vagina, uterus, dan tuba falopii, tetapi pada usia
pubertas gagal terjadi perkembangan mammae dan amenorea primer. Gonad hampir
Y yang secara sitogenetik normal. Pada kasus ini, gonad primitif gagal
duktus Mulleri. Sel-sel hillus dalam gonad mungkin mampu memproduksi sejumlah
androgen; maka dapat terjadi sedikit virilisasi, seperti pembesaran klitoris pada usia
pada gonadal ridge dapat terjadi pada berbagai usia, ekstirpasi gonadal streaks harus
c. Agenesis gonadal
Tidak terjadi komplikasi klinis yang terjadi bersama kegagalan gonad pada keadaan
agenesis ini. Keadaan ini disebut juga sindroma agenesis gonad XY atau sindroma
regresi testis embrionik. Pada sindroma yang langka ini, genitalis eksterna sedikit
derajat tertentu fusi labioskrotum, penis kecil mirip klitoris, dan muara uretra pada
perineum. Uterus, jaringan gonad, dan vagina tidak ditemukan. Pada usia pubertas
penderita diasuh sebagai wanita. Dalam kondisi ini, jaringan testis dianggap telah
aktif selama kehidupan janin sehingga mampu menghambat perkembangan duktus
mulleri, tetapi fungsi sel leydig minimal. Tanpa informasi yang tepat, hanya dapat
diperkirakan saja apa yang menjadi penyebab tidak terjadinya perkembangan gonad
tersebut. Jadi harus diduga bahwa virus dan metabolik yang berpengaruh pada awal
hipogonadism yang tidak dapat diperbaiki kembali. Bila fungsi gonad tidak ada,
Salah satu keadaan yang menarik dari faktor ovarium yang menimbulkan gangguan
haid ialah sindroma ovarium resisten gonadotropin, yang dikenal pula dengan istilah
yang pasti dari kelainan ini belum seluruhnya terungkap. Kini yang banyak
baik secara klinis mau pun secara laboratoris dan histopatologis. Secara klinis
kelainan ini ditandai dengan sindroma yang terdiri dari gangguan haid berupa
dijumpai struktur jaringan ovarium yang normal dengan folikel primordial yang
masih utuh.
terdapat folikel-folikel ovarium normal dan tidak ada bukti penyakit autoimun.
Laparotomi diperlukan untuk sampai pada diagnosis yang benar dengan
dengan penyakit autoimun. Karena kelainan ini jarang dan kesempatannya sangat
kecil untuk dapat hamil bahkan dengan pemberian gonadotropik eksogen dosis
tinggi, Speroff berpendapat bahwa tidak ada manfaat untuk melakukan laparotomi
untuk biopsi ovarium pada setiap penderita amenorea, gonadotropin tinggi, dan
normal kariotipe. Karena penyebab yang pasti dari penyakit ini belum diketahui,
Keadaan ini seringkali terjadi, yaitu berupa habisnya folikel ovarium yang terjadi
lebih awal dari semestinya. Sekitar 1% wanita akan mengalami kegagalan ovarium
sebelum usia 40 tahun, dan pada wanita dengan amenorea primer, frekuensi berkisar
diidentifikasi. Kelainan yang paling sering adalah 45-X dan 47- XXY diikuti oleh
mosaicism dan kelainan struktur kromosom seks yang spesifik. Akselerasi atresia
paling sering karena 46-X (sindroma Turner). POF dapat disebabkan suatu proses
autoimun, atau mungkin destruksi folikel oleh infeksi seperti oofritis mumps, atau
Masalah yang timbul dapat terjadi pada berbagai usia tergantung pada jumlah folikel
yang tersisa. Jika hilangnya folikel berlangsung cepat, akan terjadi amenorea primer
dan terhambatnya perkembangan seksual. Jika hilangnya folikel terjadi selama atau
laginya fungsi yang normal, tidak dapat dipastikan bahwa penderita-penderita ini
akan steril selamanya. Di sisi lain, laparotomi dan biopsi ovarium “full thickness”
tidak diperlukan pada semua pasien ini. Sperrof berpendapat bahwa pendekatan
yang minimal, dengan “survey” untuk penyakit autoimun (meskipun diakui bahwa
tidak ada metode klinik yang dapat mendiagnosis secara akurat autoimmune ovarium
Adanya gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis pertama kali fokus kita harus
beberapa tahun sebelum tumor menjadi besar dan dapat dideteksi secara radiologis.
Untungnya, tumor maligna tidak terlalu banyak dijumpai. Sampai dengan tahun
1989 tidak lebih dari 40 kasus yang dilaporkan di literatur internasional. Tetapi
tumor jinak dapat menimbulkan problem sebab dapat berkembang dan terjadi
pendesakan ruangan maupun jaringan lain, tumor akan tumbuh ke atas, akan
Dengan ukuran tumor yang kecil, kelainan visual kadang sulit dideteksi.
Tidak semua massa intrasellar adalah neoplasma. Gumma, tuberkuloma, dan deposit
b. Amenorea galaktorea
berbagai keadaan gangguan menstruasi mulai dari menstruasi yang normal sampai
optikus, traktus nervus optikus, chiasma nervi optici atau nervus kranialis yang lain.
Pada pengamatan secara radiografi terhadap kelenjar hipofisis pada wanita dengan
didapatkan adenoma. Meskipun untuk memiliki kadar prolaktin yang tingggi, ukuran
Akhir-akhir ini dapat dipastikan, bahwa dari hipofisis bagian depan terdapat hormon
pelepas tirotropin (TRH) yang mengeluarkan tidak hanya tirotropin, melainkan juga
fungsional antara kedua sistem tersebut sangat kecil, maka dapat disimpulkan bahwa
mempunyai arti lebih besar dari TRH atau PRF dalam pengaturan prolaktin adalah
meningkatnya steroid seks dalam serum, maka pengeluaran PIF dari hipotalamus
prolaktin (sering > 100 ng/mL). Tumor-tumor hipotalamus dan makroadenoma dapat
hipofisis, hipersekresi hipofisis, atau efek dari penekanan massa. Suatu program
istirahat yang berulang, kadar prolaktin puasa, yang tetap pada peningkatan yang
sekunder parsial atau komplit yang menekan kelenjar jaringan hipofisis atau batang
mendiagnosisnya sebab kekurangan tanda fenotip dari keadaan klinik, yang biasa
hipofisis non sekresi biasanya muncul dengan manifestasi klinis yang berhubungan
dengan efek adanya massa seperti nyeri kepala, gangguan visus, dan
hipopituitarisma.
Diagnosis banding dari lesi yang luas pada area sella tursika termasuk diantaranya
kadar FSH, LH, α subunit, subunit β LH dalam sirkulasi menunjukkan adanya suatu
terdeteksi pada lebih dari 40% penderita dengan nonsekresi, adenoma hipofisis yang
Pengobatan secara radiasi mungkin merupakan suatu hal penting pada penderita
dengan residu penyakit yang signifikan atau pertumbuhan tumor yang rekuren.
secara lengkap dan mengkin di masa yang akan datang lebih bisa dijelaskan.
Pada wanita dan laki-laki, 50% - 60% dari adenoma gonadotropin nonsekresi akan
menghasilkan FSH, LH, subunit α, atau subunit β LH dalam respon pada test
Upaya pengobatan yang diberikan untuk menurunkan kadar prolaktin yang tinggi
hipofisis dan saluran cerna. Bromokriptin menekan sekresi prolaktin yang berlebihan
yang terjadi pada tumor hipofisis. Dosis obat sangat tergantung dari kadar prolaktin
yang ditemukan pada saat itu. Kadar prolaktin 25–40 ng/ml, cukup ½ tablet
prolaktin yang berlebihan adalah: kadar prolaktin 2 ng/ml, fase sekresi memendek
tersebut akibat tumor hipofisis atau karena penyebab lain. Untuk membedakan dapat
diketahui secara radiologik, tetapi dengan uji provokasi mikroadenoma ini mudah
diketahui.
Uji dengan TRH, dimana TRH diberikan intravena dengan dosis 100–500 μg.
setelah pemberian ini terjadi peningkatan prolaktin yang mencapai maksimum antara
15–25 menit. Pada wanita yang tidak menderita prolaktinoma terjadi peningkatan 4–
14 kali dari harga normal, sedangkan wanita dengan prolaktinoma pemberian TRH
Anoreksia nervosa terjadi kebanyakan pada wanita muda terutama wanita dari kelas
menengah ke atas di bawah umur 25 tahun, tetapi sekarang terjadi juga pada
berbagai tingkat sosial ekonomi. Beberapa kondisi yang bisa menegakkan diagnosis
anoreksia nervosa adalah: umur berkisar antara 10-30 tahun, kehilangan berat badan
25% atau 15% di bawah berat normal, adanya episode makan berlebihan (bulimia),
Membuka tabir secara hati-hati adanya hubungan antara amenorea dengan berat
badan yang rendah kadang merupakan rangsangan terhadap penderita untuk kembali
ke berat badan normal dan fungsi menstruasi yang normal. Adakalanya hal ini bila
perlu untuk melihat penderita secara lebih sering dan perlu pemberian program diet
tinggi kalori (minimal 2600 kalori) dengan memberikan kebiasaan makan yang
benar. Bila perbaikannya berlangsung sangat lambat, terapi hormon perlu dipikirkan.
Kemunculan amenorea ini disebabkan oleh 2 sebab yaitu suatu kadar kritis dari
lemak tubuh dan efek dari stress itu sendiri. Para atlit wanita yang senantiasa ikut
atlit yang bukan kompetitor. Pengurangan lemak tubuh tidak harus mengurangi berat
badan, sebab lemak dikonversi menjadi massa otot. Pengamatan secara kritis
didapatkan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat dari lemak tubuh dan gangguan
Pada abad ke-20, telah ada suatu kewaspadaan bahwa para atlit wanita, dan wanita
yang memerlukan suatu latihan keras seperti penari balet, tari modern, didapatkan
keadaan ini disebut supresi hipotalamus. Dua pertiga pelari memiliki fase luteal,
yang pendek sehingga terjadi anovulasi. Bila latihan keras tersebut dimulai sebelum
menars, menars mungkin akan terlambat sampai lebih kurang 3 tahun, dan kejadian
Prognosis dari para atlit wanita mungkin baik. Hanya tingkat reversibilitasnya tidak
mengindikasikan bahwa sebagian besar atlit wanita akan mengalami ovulasi kembali
bila stress dan latihan mulai bisa dibatasi. Namun demikian sebagian atlit tidak
guna menjaga agar tidak terjadi perubahan pada tulang dan kardiovaskuler.
Suatu kondisi yang jarang pada wanita, yaitu ditandai oleh adanya sindroma
gambaran gejalanya sering disebut juga sebagai sindroma amenorea dan anosmia.
Pada wanita, gejala yang muncul berupa amenorea primer, perkembangan seksual
berhasil.
terdapat hipoplasia atau tidak ada sulkus olfaktorius di rhinencephalon. Defek ini
placode olfaktorius di hidung. Sel-sel yang memproduksi GnRH berasal dari area
mutasi yang melibatkan gen tunggal pada lengan pendek kromosom X yang berisi
kode pembentukan protein yang mengatur fungsi yang diperlukan untuk migrasi
neuronal.
2.2.3 DIAGNOSIS
Dokter harus melakukan anamnesis pasien secara komprehensif dan pemeriksaan fisik
secara menyeluruh pada pasien dengan amenore. Banyak algoritma yang ada untuk
evaluasi amenore primer. Gambar 2 adalah salah satu contohnya. Uji laboratorium dan
Dalam semua kasus, kehamilan pertama kali harus disingkirkan. Langkah evaluatif awal
adalah serupa; Namun, perbedaan utamanya adalah kebutuhan untuk menentukan ada atau
tidak adanya uterus pada pasien dengan amenore primer. Penting untuk mempertimbangkan
1. Anamnesis
Adanya karakteristik seksual sekunder. Apakah rambut aksila dan pubis ada dan ada
perkembangan payudara (lihat stadium Tanner). Jika tidak ada karakteristik seksual
Riwayat operasi (abdomen). Pengangkatan ovarium karena tumor, kista atau abses
tubo-ovarii.
Usia ibu dan kakak perempuan saat menarche. Usia yang lebih tua saat menarche
bersifat herediter.
Penyakit kronis (di masa kecil) dan / atau riwayat penyakit mayor dalam 3 tahun
disfungsi hipotalamus.
Nyeri abdomen siklik. Bersama dengan massa abdominal, gejala ini bisa
Hirsutisme. Distribusi maskulin dari rambut tubuh (payudara, abdomen, wajah, paha)
dan / atau akne mengindikasikan kelebihan androgen dan gejala sindrom ovarium
polikistik.
Hubungan seksual (kehamilan). Tanyakan gadis dengan hati-hati tentang seks: apakah
dia terlibat dalam hubungan seksual konsensual atau ia adalah korban kekerasan
seksual? Infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV dan kehamilan harus
disingkirkan.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Selalu jelaskan kepada perempuan atau wanita apa yang akan Anda lakukan dan tanyakan
kepadanya apakah dia ingin seseorang yang dia percaya hadir pada saat pemeriksaan.
Tinggi dan berat badan. Indeks massa tubuh (IMT): Berat (kg) / panjang × panjang
(m). IMT <18 adalah underweight dan IMT> 30 adalah obesitas. Tanda-tanda
Peningkatan pertumbuhan rambut pada wajah, daerah pubis, abdomen dan / atau paha.
Karakteristik seksual sekunder (perkembangan payudara dan rambut pubis dan aksila)
Payudara: keluarnya susu secara spontan atau setelah mengeluarkannya dengan hati-
hati.
imperforata.
Pemeriksaan spekulum dan pemeriksaan pelvis (jika seorang gadis / wanita tidak
virgin): atrofi, sekret, kelainan serviks, eksitasi serviks, ukuran uterus, massa pelvis.
Pemeriksaan USG (abdominal dengan kandung kemih penuh atau vaginal): ada
tidaknya uterus, ukuran uterus, endometrium, ukuran ovarium dan ada atau tidaknya
folikel, massa tubo-ovarium, kista, cairan bebas. Pada seorang gadis dengan amenore
primer yang secara khusus dicoba untuk memvisualisasikan uterus dengan tanpa
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan awal mencakup tes kehamilan dan kadar luteinizing hormone, follicle-
dan total serum dan dehidroepiandrosteron sulfat dapat berguna. Jika pasien
Turner. Jika adanya sekresi estradiol endogen tidak jelas dari pemeriksaan fisik
(misalnya, perkembangan payudara), estradiol serum dapat diukur. Hitung darah lengkap
dan panel metabolik yang komprehensif mungkin berguna jika anamnesis atau
Pemeriksaan Diagnostik
Ultrasonografi pelvis dapat membantu mengkonfirmasi ada atau tidaknya uterus, dan
dapat mengidentifikasi kelainan struktural organ saluran reproduksi. Jika tumor hipofisis
(misalnya, medroxyprogesterone asetat [Provera], 10 mg oral per hari selama tujuh sampai
fungsional dan estrogenisasi yang memadai, secara tradisional menjadi pusat evaluasi.
Beberapa ahli menunda pengujian ini karena korelasinya dengan status estrogen relatif
tidak dapat diandalkan. Sebagian besar laboratorium dengan pengaturan sumber daya yang
hormone (TSH) dan prolaktin. Pemeriksaan hormonal ini secara rutin digunakan dalam
diagnosis amenorea dalam pengaturan klinis dengan sumber daya yang tinggi.
2.2.3 PENATALAKSANAAN
Setiap defek anatomi dari traktus genitalia memerlukan prosedur bedah yang tepat.
Pada anak perempuan dengan diagnosis sindrom insensitivitas androgen panjang vagina
yang memadai untuk melakukan hubungan seksual dapat dicapai melalui dilatasi non
bedah. Namun, dalam beberapa kasus koreksi bedah pada anomali traktus genitalia
harus dilakukan untuk membuat neovagina. Pada anak perempuan yang terkena
yang konstan.
selalu menjadi topik yang kontroversial. Pilihan prosedur dan usia pasien pada saat
rekonstruksi tergantung pada anatomi individu, potensi kesuburan dan faktor psikologis
dan sosial. Awalnya, argumen berpusat pada apakah akan melakukan operasi atau
mencoba dilatasi pasif serta pada usia berapa intervensi dilakuakn. Karena teknik bedah
baru-baru ini telah diperbaharui, pertanyaannya adalah, jika operasi dipilih, jaringan
apa yang harus digunakan (graft usus vs kulit) dan, jika skin graft, dari daerah mana ia
diambil. Tujuannya adalah memuaskan aktivitas seksual dengan anatomi dan fungsi
vagina yang baik bersama dengan luaran jangka panjang mekanis. Sampai saat ini,
laparotomi. Tujuan yang sama saat ini dapat dicapai dengan laparoskopi Laparoskopi
tidak hanya berguna untuk diagnosis malformasi uterus, tetapi juga berharga untuk
perawatan yang diperlukan untuk jenis malformasi ini bersama dengan penciptaan
dengan bedah pembentukan neovagina; uterus yang tidak berkembang harus diangkat
pembengkakan uterus dan nyeri berulang abdomen bagian bawah. Waktu yang ideal
untuk intervensi adalah pada saat remaja atau setelahnya, ketika seorang wanita telah
mencapai maturitas fisik dan psikologis. Di masa lalu, prosedur rekonstruksi vagina
dilakukan pada bayi dan anak-anak perempuan pra-pubertas dan ini memerlukan revisi
bedah yang tak terelakkan di masa remaja sebelum aktivitas seksual. Penundaan
dan juga meningkatkan kepatuhan dengan terapi dilatasi ajuvan yang mungkin
diperlukan.
Tujuan perawatan jangka panjang adalah untuk membuat kanal neo-vagina yang
fungsional dengan diameter dan panjang yang memadai, arah aksial yang tepat, dan
sekresi / lubrikasi yang normal untuk mengakomodasi hubungan seksual dan mengatasi
masalah kesuburan. Ada dua jenis prosedur utama; pertama terdiri dari penciptaan
rongga baru dan dapat dilakukan dengan bedah atau non-bedah. Yang kedua adalah
penggantian vagina dengan kanal yang sudah ada yang dilapisi dengan membran
mukosa (segmen usus). prosedur non-bedah yang paling umum digunakan adalah
metode dilatasi Frank, yang melibatkan aplikasi pertama oleh dokter dan kemudian
oleh pasien dari dilator vagina, dengan panjang dan diameter yang semakin meningkat,
dan juga teknik Ingram dan modifikasi nya. Dilator vagina memiliki sedikit komplikasi
karena tidak ada risiko anestesi atau bedah, tetapi memakan waktu, menyebabkan
Pengobatan bedah dari sindrom MRKH dicapai dengan rekonstruksi vagina, yang
kantong perineum, tapi vagina yang dibuat adalah eksternal, pendek, dan tidak
memuaskan untuk hubungan seksual penetratif; prosedur ini tidak lagi dipraktekkan.
Prosedur Vecchietti terdiri dari meningkatkan ukuran vagina dengan secara bertahap
menerapkan traksi pada dinding vagina. Akhirnya, neo-vagina dapat dibuat dalam
ruang rektovesika dan dilapisi oleh jaringan yang berbeda seperti kulit (McIndo-Reed),
estetis, tidak memerlukan cetakan, dilatasi atau lubrikasi, dan pada anak-anak, neo-
vagina tumbuh dengan pertumbuhan anak dengan risiko stenosis yang kurang. Kolon
sigmoid memiliki kelebihan tertentu, seperti, dinding yang tebal, diameter yang besar,
tidak dapat cedera dengan mudah, memiliki cukup sekresi mukosa, yang meskipun
psikologis pada saat diagnosis. Langer dkk mempelajari sekuele psikososial dan cara
mengatasi (coping) malformasi dan terapi dengan wawancara semi terstruktur dan tes
Giessen. Hasil anatomis dan fungsional dari operasi vaginoplasti sangat baik dan
kepuasan seksual berkorelasi dengan coping. 7/11 pasien MRKH mampu dengan baik
narsistik pada semua kasus. Masalah perilaku pada pasien remaja dapat dihindari
Amenorea hipotalamus harus diterapi sesuai dengan etiologi nya. Pengobatan amenorea
menstruasi dengan memulai terapi estrogen dan progestin. Selanjutnya, terapi ini
telah ditunjukkan bahwa terapi penggantian hormon transdermal memiliki efek yang
lebih baik pada densitas tulang daripada terapi penggantian hormon oral karena tidak
adanya metabolisme hepatik first-pass. Selain itu, suplementasi kalsium dan vitamin D
sangat disarankan. Secara khusus, pada atlet dengan trias atlet perempuan target terapi
perkembangan payudara melalui terapi penggantian estrogen dan progestin pada anak
pada laki-laki. Selanjutnya, terapi hormonal bisa ditawarkan sebagai metode yang valid
untuk memulihkan kesuburan pada pasien ini. Pemberian gonadotropinreleasing
hormone atau gonadotropin pulsatil telah digunakan untuk menstimulasi ovulasi pada
wanita dan aktivitas spermatogenik pada laki laki. Pada sebagian besar subyek yang
hormone pulsatil eksogen jangka panjang telah terbukti efisien karena menginduksi
kehidupan seksual dan meningkatkan prognosis reproduksi. Namun, sebagian kecil dari
menyarankan defek hipofisis dan testikular pada subyek ini tidak benar-benar
menstruasi dan menjamin kesuburan. Agonis dopamin adalah terapi favorit untuk
mengurangi ukuran tumor dan untuk mengembalikan fungsi gonad. Dua agonis
Secara khusus, cabergoline telah terbukti lebih berkhasiat dengan kurangnya efek
samping daripada bromocriptine pada wanita dengan mikroadenoma. Oleh karena itu,
juga bisa mendapatkan keuntungan dengan agonis dopamin atau, dalam beberapa
tinggi dewasa yang normal. Hormon pertumbuhan merupakan fokus dari terapi promosi
pertumbuhan karena terapi ini mampu meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan tinggi
akhir.
tertunda. Data terbaru telah menunjukkan bahwa pengobatan dengan estrogen harus
dimulai pada sekitar usia tahun untuk mempromosikan perkembangan pubertas yang
normal tanpa mengganggu terapi hormon pertumbuhan untuk tinggi akhir. Sebenarnya,
estrogen oral serta transdermal dan bentuk injeksi depot dari estradiol telah tersedia.
Terapi estradiol umumnya dimulai dengan dosis rendah (dari 1/10 - 1/8 dari dosis
dewasa) diikuti dengan augmentasi bertahap selama 2-4 tahun, sementara progestin
harus dimulai setelah minimal 2 tahun atau ketika perdarahan uterus terjadi yang
suplementasi kalsium sangat disarankan dalam sindrom Turner. Pada sindrom Swyer,
terapi penggantian estrogen harus dimulai setelah gonadektomi pada sekitar usia 11
estrogen ovarium dan melawan gejala menopause. Secara khusus, bagi perempuan yang
memiliki uterus yang intak lebih baik untuk memulai terapi hormon kombinasi estrogen
wanita dengan kegagalan ovarium prematur juga berisiko osteoporosis; karena alasan
ini, aktivitas fisik, makanan yang kaya kalsium dan vitamin D tanpa merokok atau
Wanita dengan kelebihan berat badan atau obesitas dengan sindrom ovarium polikistik
yang menunjukkan oligomenorea atau amenorea harus menjalani intervensi gaya hidup
Bahkan, telah ditunjukkan bahwa penurunan berat badan 5-10% dikaitkan dengan efek
sebenarnya tidak ada terapi yang dapat sepenuhnya mengatasi gangguan hormonal pada
menstruasi.
BAB III
KESIMPULAN
Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi pada wanita
yang berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder normal, atau umur 14
tahun ke atas tanpa adanya perkembangan karakteristik seksual sekunder. Gangguan yang ada
bisa terjadi pada kompartemen I (gangguan pada uterus), kompartemen II (gangguan pada
ovarium), kompartemen III (gangguan pada hipofisis anterior) atau pada kompartemen IV
Penanganan terhadap amenorea primer disesuaikan dengan kelainan yang terjadi. Kelainan
yang diakibatkan oleh kelainan endokrinologik, maka diberikan pengobatan yang berupa
pemberian hormonal. Bila kelainan bersifat psikis, maka pengobatan yang diberikan adalah
mengeliminasi trauma psikis, bila perlu bekerjasama dengan ahli jiwa. Sedangkan kelainan
yang diakibatkan oleh kelainan anatomik bisa diberikan dengan memperbaiki kelainan
anatomis selama hal itu dimungkinkan. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain 1).
Penatalaksanaan defek anatomi dari traktus genital, 2). Penatalaksanaan sindrom MRKH, 3).
4. Morcel, K. & Camborieux, L.. Programme de Recherches sur les Aplasies Müllériennes,
5. Yunus M. Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH) syndrome with absent thumbs and
Karach.
Two Cases. Journal of Surgical Technique and Case Report 2010; 2(1)
8. Hughes IA, et al. Androgen insensitivity syndrome. Lancet 2012; 380: 1419–28
9. Nair RV, Bhavana S. XY Female with Complete Androgen Insensitivity Syndrome with
10. Homa L, et al. Primary amenorrhea with transverse vaginal septum and scant
11. Mou JWC, et al. Imperforate hymen: cause of lower abdominal pain in teenage girls.
13. European Society of Human Reproduction and Embryology Capri Workshop Group.
14. Welt, C.K., Chan, J.L., Bullen, J., Murphy, R., Smith, P., DePaoli, A.M., Karalis, A. &
15. Dodé, C. & Hardelin, J.P. Kallmann syndrome. European Journal of Human Genetics
2009,17:139-146
16. Dodé, C., Levilliers, J., Dupont, J.M., De Paepe, A., Le Dù, N., Soussi- Yanicostas, N.,
Coimbra, RS., Delmaghani, S., Compain-Nouailles, S., Baverel, F., Pecheux, C., Le
Tessier, D., Cruaud, C., Delpech, M., Speleman, F., Vermeulen, S., Amalfitano, A.,
Bachelot, Y., Bouchard, P., Cabrol, S., Carel, J.C., Delemarre-van de Waal, H., Goulet-
Salmon, B., Kottler, M.L., Richard, O., Sanchez-Franco, F., Saura, R., Young, J., Petit, C.
17. Falardeau, J., Chung, W.C., Beenken, A., Raivio, T., Plummer, L., Sidis, Y., Jacobson-
Dickman, E.E., Eliseenkova, A.V., Ma, J., Dwyer, A., Quinton, R., Na, S., Hall, J.E.,
Huot, C., Alois, N., Pearce, S.H., Cole, L.W., Hughes, V., Mohammadi, M., Tsai, P. &
18. Dodé, C., Teixeira, L., Levilliers, J., Fouveaut, C., Bouchard, P., Kottler, M.L.,
Lespinasse, J., Lienhardt-Roussie, A., Mathieu, M., Moerman, A., Morgan, G., Murat, A.,
Toublanc, J.E., Wolczynski, S., Delpech, M., Petit, C., Young, J. & Hardelin, J.P.
Kallmann syndrome: mutations in the genes encoding prokineticin-2 andprokineticin
19. Bianco, S.D. & Kaiser, U.B. (2009). The genetic and molecular basis of idiopathic
20. Brioude, F., Bouligand, J., Trabado, S., Francou, B., Salenave, S., Kamenicky, P.,
21. Layman, L.C., McDonough, P.G., Cohen, D.P., Maddox, M., Tho, S.P. & Reindollar,
2001,75:1148-1155
22. Bondy, C.A. for The Turner Syndrome Consensus Study Group. Care of Girls and
Women with Turner Syndrome: A Guideline of the Turner Syndrome Study Group.
23. Barbaro, M., Oscarson, M., Schoumans, J., Staaf J., Ivarsson S.A. & Wedell, A.
Duplication Containing the DAX1 Gene Isolated 46,XY Gonadal Dysgenesis in Two
2007,92:3305-3313
2003,64:87- 92
25. Beck-Peccoz, P. & Persani, L. Premature ovarian failure. Orphanet Journal of Rare
26. Goswami, D. & Conway, G.S. Premature ovarian failure. Hormon Research
2007,68(4):196- 202