Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat
1.3.1 Agar mahasiswa mengetahui definisi Anemia
1.3.2 Agar mahasiswa mengetahui Klasifikasi Anemia
1.3.3 Agar mahasiswa mengetahui Etiologi Anemia
1.3.4 Agar mahasiswa mengetahui Patofisiologi Anemia
1.3.5 Agar mahasiswa mengetahui Manifestasi klinis Anemia
1.3.6 Agar mahasiswa memahami penatalaksanaan pada pasien dengan
Anemia
1.3.7 Agar mahasiswa mengetahui Pemeriksaan Penunjang yang
dibutuhkan untuk Anemia
1.3.8 Agar mahasiswa mengetahui Komplikasi dari Anemia
1.3.9 Agar mahasiswa dapat membuat Asuhan Keperawatan pada
Anemia
2
BAB II
KONSEP MEDIK
2.1 Definisi
Anemia (dalam bahasa Yunani: tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah
sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada dibawah normal. Sel darah merah mengandung
hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru –
paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah.
Anemia merupakan keadaan dimana masa erotrosit dan / atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh.
Anemia adalah penuruna n kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan
hematokrit dibawah normal
2.2 Klasifikasi / Stadium
2.2.1 Secara Morfologi klasifikasi Anemia terbagi atas :
2.2.1.1 Anemia normositik normokrom
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah atau
destruksi darah yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus
bekerja lebih keras lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda
(retikulosit) yang terlihat pada gambaran darah tepi. Pada kelas ini, ukuran
dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia.
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal
tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini
3
diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA
seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat
juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab terjadi gangguan pada
metabolisme sel
3. Anemia megaloblastik
4
infestasi parasit, penyakit usus dan keganasan, serta agen kemoterapeutik.
Individu dengan infeksi cacing pita (dengan Diphyllobothrium latum) akibat
makan ikan segar yang terinfeksi, cacing pita berkompetisi dengan hospes
dalam mendapatkan vitamin B12 dari makanan, yang mengakibatkan anemia
megaloblastik (Beck, 1983)
2.3 Etiologi
Pada dasarnya Anemia disebabkan oleh terganggunya tugas sel darah
merah di dalam tubuh karena beberapa hal, antara lain :
1. Menurunnya kualitas serta kuantitas hemoglobin sel darah merah
karena kekurangan zat besi (Fe).
2. Kerusakan sel darah merah. Penyebabnya bisa karena kurang gizi,
adanya zat beracun atau patogen, faktor keturunan (genetis),
penyakit Hodgkin atau kanker yang terdapat pada organ
penyimpanan (hati).
3. Adanya zat-zat penghambat penyerapan zat besi, seperti asam fitat,
asam oksalat dan tannin yang banyak terdapat pada serealia, kacang-
kacangan dan teh.
4. Gangguan-gangguan secara fisik, seperti kehilangan darah karena
luka berat, tindakan pembedahan, menstruasi, melahirkan, dan
terlalu sering menjadi pendonor darah.
5. Kemungkinan terdapatnya parasit di dalam tubuh (cacing tambang
dan cacing pita)
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala
anemia timbul karena dua hal berikut ini:
a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen
yang dapat dibawa oleh darah kejaringan.
b. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia.
5
2.4 Patofisiologi
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat
digolongkan menjadi :
2.4.1 Anemia Akibat Produksi Sel darah merah yang berkurang Atau
Gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu
sedikit atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal
ini terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan
mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit
berjalan normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain
Sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi
zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.
2.4.2 Anemia akibat penghancuran sel darah merah
Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu
bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih
cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik
yang diketahui atara lain:
1. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia
2. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau
beberapajenis makanan
3. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
4. Autoimun
5. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan trombosis
6. Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah
merah dan menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi.
6
2.4.3 Anemia Akibat Kehilangan Darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun
pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan
kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal ( misal ulkus,
hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan ), penggunaan obat
obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS),
menstruasi, dan proses kelahiran.
2.5 Manifestasi Klinik
1. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic
syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar
hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah,
lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga
mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat,
terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku (Bakta,
2006). Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar
hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia
akan jelas.
2. Gejala Khas Anemia
1. Defisiensi Besi
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak
dijumpai pada anemia jenis lain adalah (Bakta, 2006):
a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi
rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip
sendok.
b. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan
mengkilap karena papil lidah menghilang.
c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada
sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat
keputihan.
7
d. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
2. Defisiensi B12 :
a. Paresis adalah suatu kondisi ditandai oleh lemahnya gerak
badan, atau hilangnya sebagian gerakan badan atau adanya
gangguan gerakan
b. ulkus di tungkai
3. Hemolitik :
a. Ikterus adalah kondisi di mana tubuh memiliki terlalu banyak
bilirubin sehingga kulit dan putih mata Anda menjadi kuning.
Bilirubin adalah bahan kimia kuning di hemoglobin, zat yang
membawa oksigen dalam sel darah merah. Bila sel-sel darah
merah rusak, tubuh Anda membangun sel-sel baru di liver
(hati) untuk menggantikan mereka. Jika hati tidak dapat
menangani sel-sel darah merah yang rusak, bilirubin
menumpuk di dalam tubuh dan kulit Anda terlihat kuning.
Orang awam menyebutnya penyakit kuning
b. splenomegali
4. Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi
2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi gawat darurat
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah
jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi
sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah
perburukan payah jantung tersebut.
b. Terapi khas untuk masing-masing anemia
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya
preparat besi untuk anemia defisiensi besi.
c. Terapi kausal
Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang
menjadi penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yang
8
disebabkan oleh infeksi cacing tambang harus diberikan obat anti-
cacing tambang.
d. Terapi ex-juvantivus (empiris)
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan,
jika terapi ini berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi
hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang
mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi
dengan ketat. Jika terdapat respons 19 yang baik, terapi diteruskan,
tetapi jika tidak terdapat respons, maka harus dilakukan evaluasi
kembali
e. Transplantasi sumsum tulang
f. Bedah : Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti
perdarahan karena diverticulum Meckel.
g. Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi)
2. Penatalaksanaan non Medis
a. Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani
(daging, ikan, ayam, hati, dan telur); dan dari bahan nabati
(sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan tempe).
b. Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat,
dan nanas
c. Istirahat
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium hematologis
1. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tawal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya
anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. meliputi
pengkajian pada komponen-komponen :
a. Kadar hemoglobin
No. Kriteria Jumlah Hb
1. Laki-laki dewasa Hb <13 gr/dl
9
2. Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
3. Perempuan hamil Hb < 11 gr/dl
4. Anak usia 6-14 tahun Hb < 14 gr/dl
5. Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 14 gr/dl
6. Bayi baru lahir Hb < 20 gr/dl
b. Indeks eritrosit
Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan flowcytometri
atau menggunakan rumus:
1. Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila
kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai
berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang spesiflk
setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan. Dihitung
dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal
70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.
2. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah.
Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31
pg.
3. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan
membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan
hipokrom < 30%.
c.Apusan darah tepi
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual. Pemeriksaan
menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk
inti, sitoplasma sel darah merah
10
2.Pemeriksaan sumsum tulang : Pemeriksaan ini memberikan
informasi mengenai keadaan sistem Hematopoiesis
3. Pemeriksaan atas indikasi khusus
a.) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi
transferin,dan feretin serum
b.) Anemia megaloblastik : asam folat darah / eritrosit, vitamin
B12
c.) Anemia hemolitik : hitung retikulosit, tes coombs, dan
elektroforesis Hb
d.) Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia
b. Pemeriksaan laboratorium non hematologis : faal ginjal, faal endokrin,
asam urat, faal hati, biakan kuman
c. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
d. Pemeriksaan sitogenetik
e. Pemeriksaan biologi molekuler
2.8 Komplikasi
1. Gagal jantung
Pembesaran jantung pada penderita anemia telah ditemukan sejak
satu abad yang lalu.
Anemia akan menginduksi terjadinya mekanisme kompensasi
terhadap penurunan konsentrasi Hb untuk memenuhi kebutuhan
oksigen jaringan. Pada keadaan anemia, jantung akan
meningkatkan venous return Maka sesuai mekanisme Frank-
Starling, jantung akan meningkatkan stroke volume, sehingga
dapat terjadi hipertrofi ventrikel kiri,dengan miofibril jantung
yang memanjang, gagal jantung kongestif, kejadian gagal jantung
berulang dan kematian.
2. Gagal ginjal
11
Dengan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan misalnya pada
ginjal akan terjadi kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan
gagal ginjal.
3. Hipoksia
Hiposia adalah penurunan pemasokan oksigen ke jaringan sampai
ditingkat fisiologik. Hb berfungsi untuk mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh. Jika terjadi penurunan Hb maka akan terjadi
hipoksia bahkan dapat menyebabkan kematian.
4. Anemia pada ibu hamil
Seorang wanita hamil yang menderita anemia gizi besi
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang mempunyai
persediaan zat besi sedikit atau tidak mempunyai persediaan zat
besi sama sekali di dalam tubuhnya. Jika setelah lahir bayi tersebut
tidak mendapatkan asupan zat besi yang mencukupi, bayi akan
berisiko menderita anemia.Anemia berat yang tidak diobati dalam
kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam
kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan
postpartum.Selain itu, anemia pada ibu hamil juga dapat
mengakibatkan daya tahan ibu menjadi rendah terhadap infeksi.
Anemia gizi besi pada wanita hamil mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan dan kematian ibu, peningkatan angka kesakitan
dan kematian janin dan peningkatan risiko bayi dengan berat
badan lahir rendah.
5. Kegagalan cangkok sumsum, terjadi setelah transplantasi
sumsum tulang
12
BAB III
Konsep Keperawatan
3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
anemia yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema
aplastik, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang
dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia aplastik yang cenderung
diturunkan secara genetik.
2. Pemeriksaan Fisik
1.) Aktivitas / Istirahat
1. Keletihan, kelemahan otot, malaise umum.
2. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
3. Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau
istirahat.
13
4. Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada
sekitarnya.
5. Ataksia, tubuh tidak tegak.
6. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda
lain yang menunjukkan keletihan
2.) Sirkulasi
1. Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI.
2. Palpitasi (takikardia kompensasi).
3. Hipotensi postural.
4. Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan
pendataran atau depresi gelombang T.
5. Bunyi jantung murmur sistolik.
6. Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
7. Sclera biru atau putih seperti mutiara.
8. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer
dan vasokonsriksi kompensasi).
9. Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia).
3.) Integritas Ego
1. Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan
mis transfusi darah.
2. Depresi
4.) Eliminasi
1. Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
2. Flatulen, sindrom malabsorpsi.
3. Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
4. Diare atau konstipasi.
5. Penurunan haluaran urine.
6. Distensi abdomen.
5.) Makanan / cairan
1. Penurunan masukan diet.
14
2. Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
3. Adanya penurunan berat badan.
4. Membran mukosa kering,pucat.
5. Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
6.) Neurosensori
Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi.
7.) Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen samar, sakit kepala
8.) Pernapasan
1. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
2. Takipnea, ortopnea dan dispnea.
9.) Keamanan
1. Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
2. Transfusi darah sebelumnya.
3. Gangguan penglihatan.
4. Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
5. Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Resiko infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Ketidakefektifan Pola napas
5. Intoleransi aktivitas
15
3.4 Intervensi Keperawatan dan Rasional
Rencana Perawatan
Dx Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)
Ketidakefektifan perfusi Tujuan: perfusi 1.awasi tanda 1.Memberikan
jaringan perifer (00024) jaringan klien vital, kaji informasi tentang
Domain 4 : aktifitas / berada pada keadaan pengisian derajad /
istirahat normal kapiler, warna keadekuatan perfusi
Kelas 4 : respon Kriteria Hasil : kulit, membran jaringan dan
kardiovaskular/ pulmonal Klien menunjukkan mukosa, dan membantu
Definisi : Penurunan oksigen perfusi jaringan dasar kuku menentukan
yang mengakibatkan yang adekuat kebutuhan
kegagalan pengantaran sebagai berikut intervensi
nutrisi ke jaringan pada 1. Tanda vital
tingkat kapiler stabil 2. Tinggikan 2.Meningkatkan
Batasan Karakteristik : 2. Membran tempat tidur ekspansi paru dan
-Perubahan karkteristik kulit mukosa warna sesuai toleransi memaksimalkan
-kulit pucat saat elevasi merah muda oksigenasi untuk
Faktor yang berhubungan 3. Pengisian kebutuhan seluler
: kapiler baik 3. Kolaborasi 3. Melaksanakan
-Penurunan konsentrasi Hb 4. Urin output dengan dokter sampai dengan
dalam darah adekuat dalam mengevaluasi klien
-Hipoventilasi 5. Status mental pemberian terapi
-Ketidaksebandingan ventilsi normal
dengan aliran darah
Resiko infeksi (00004) 1. Pantau tanda 1. Deteksi dini
Tujuan : Pada klien
Domain 11 : vital dengan adanya tanda-tanda
ini bertujuan agar
Keamanan/perlindungan ketat infeksi
16
Kelas 1 : Infeksi klien tidak 2. Tingkatkan 2. Meningkatkan
Definisi : Berisiko terhadap mengalami masukan nutrisi pertahanan alamiah
invasi organisme patogen. penyebaran infeksi. adekuat
Faktor resiko : Kriteria Hasil : pada
- Penurunan klien dengan
hemoglobin masalah infeksi
- Imuno supresi sebagai berikut :
- Malnutrisi 1. Meningkatnya
penyembuhan luka
2. Bebas drainase
purulen
3. Tidak ada eritema
4. Tidak demam
17
3. Mengembangkan memenuhi
rencana makan yang kebutuhann
memperbaiki nutrisi individual.
optimal.
4. Tidak mengalami
tanda malnutrisi
5. Menunjukkan
perilaku perubahan
pola hidup untuk
mempertahankan
berat badan yang
sesuai.
18
Intoleran aktivitas (00092) Tujuan : agar klien 1. Kaji 2. Menunjukkan
dapat beraktifitas
Domain 4 : kehilangan/ perubahan
kembali.
Aktivitas/istirahat Kriteria hasil: pada gangguan neurologis karena
Kelas 4 : Respon klien dengan keseimbangan defisiensi vitamin B
kardiovaskular/pulmonal masalah gaya jalan, 12 memengaruhi
Definisi : ketidakcukupan keterbatasan kelemahan otot. keamanan klien
energi fisiologi atau aktifitas sebagai 2. Ubah posisi 2. Hipotensi
psikologis untuk melanjutkan berikut : klien dengan postural/ hipotensi
atau menyelesaikan aktivitas 1. Klien melaporkan perlahan dan serebral dapat
sehari-hari yang ingin atau peningkatan toleransi pantau terhadap menyebabkan
harus dilakukan. aktifitas pusing pusing
Batasan karakteristik : 2. Klien menunujukkan 3. Anjurkan 3. Stres kardio
melaporkan keletihan atau penurunan fisiologis klien untuk pulmonal berlebihan
kelemahan secara verbal. intoleransi, yaitu nadi, menghentikan dapat menimbulkan
pernafasan dan tekanan aktifitas bila kegagalan/deskomp
Faktor yang berhubungan darah masih dalam palpitasi, nyeri ensasi
: rentan normal klien. dada, nafas
- kelemahan umum pendek, dan
- ketidakseimbangan kelemahan/pusin
antara suplai dan g jika terjadi
kebutuhan oksigen
19
Lampiran
1. Pathway Anemia
Perdarahan, luka Defisiensi besi, vit B12, Produksi SDM
As.folat abnormal
Pertahanan sekunder
tidak adekuat Resiko Infeksi
Penurunan kadar Hb
Penurunan Jumlah Eritrosit Efek GI
Ketidakseimbangan nutrisi
Takikardi dan Pucat Dyspnea ( kesulitan bernapas) kurang dari kebutuhan tubuh
Hipoksia
Intoleransi aktifitas
20
Daftar Pustaka
21