Vous êtes sur la page 1sur 7

ARAH PEMIKIRAN ISLAM

PERKEMBANGAN pemikiran Islam senantiasa menarik untuk diamati


sebab dari perkembangan pemikiran itu dapat dilihat bagaimana corak
pergerakan dan cara pandang keagamaan yang sangat memengaruhi
kehidupan sosial, politik, dan budaya umat Islam. Terlebih lagi, jumlah
umat Islam di Indonesia sekarang ini sudah mencapai jumlah kurang
lebih 90 persen dari total penduduk. Oleh karena itu, perkembangan
pemikiran Islam tentu sangat berpengaruh pada situasi dan kondisi
Indonesia.

Bila kita lihat ke belakang, akibat intensnya persentuhan umat Islam


dengan politik kekuasaan dan perebutan kekuasaan pada masa dan
pasca-Dinasti Abasiyah dan Umayah, perkembangan pemikiran Islam
itu menjadi stagnan. Terlebih lagi, setelah daerah kekuasaan Islam
banyak yang jatuh ke tangan bangsa kolonial lewat Perang Salib
ataupun perang saudara. Untuk mengatasi keadaaan yang semakin
terpuruk itu, saat itu para ulama menyerukan agar ijtihad
diberhentikan. Alasannya, jika perbedaaan pemahaman keagamaan
diteruskan berlanjut, umat Islam semakin terpuruk karena terjadi
perang saudara. Pada akhirnya, fikih boleh berkembang dibatasi hanya
pada 4 (empat) mazhab: Hambali, Maliki, Hanafi, dan Syafii, sedangkan
kalam (teologi) yang banyak dianut adalah teologi Asy'ariah dan
tasawuf serta filsafat yang dijadikan rujukan adalah paham yang
dibawa oleh Al-Ghazali.

Islam Indonesia

Pembaruan pemikiran Islam di Indonesia tentu tidak bisa dipisahkan


dengan pembaharuan di negara-negara Islam lainnya. Gerakan
pembaharuan di Indonesia yang bersifat organisatoris, mulai tampak
perwujudannya pada pendirian Muhammadiyah pada 1912. Alasan ber-
dirinya Muhammadiyah didasari oleh kerisauan K.H. Ahmad Dahlan
terhadap kehidupan keagamaan umat Islam Indonesia yang banyak
menyimpang dari tradisi Islam. Hal itu tampak dari kehidupan umat
yang sangat percaya pada hal-hal yang bersifat takhayul, bid'ah, dan
churafat (TBC). Kondisi umat yang seperti ini, oleh pemerintah kolonial
justru dimanfaatkan agar mereka menerima nasib dan tidak menuntut
haknya untuk merdeka. Diilhami oleh bacaan-bacaan dari karya kaum
pembaharu seperti Abduh dan Syekh Ahmad Khatib, beliau lantas
berusaha untuk mewujudkan gerakan itu di Indonesia. Tentu saja,
dilakukan juga modifikasi dengan kultur setempat.

Gerakan ini menyerukan pentingnya kembali ke Alquran dan Sunah.


Mereka tidak mendasarkan dirinya pada mazhab pemikiran tertentu,
tetapi juga bukan sebuah mazhab baru. Artinya, sejak dari awal
sebetulnya gerakan ini sangat inklusif dan progresif. Selain melakukan
gerakan pembaruan pemikiran, Muhammadiyah juga melakukan
pembaruan terhadap sistem pendidikan, kehidupan sosial, serta tata
cara hidup modern. Mereka mengenalkan sistem pendidikan yang
tersistem dengan baik sebagaimana dilakukan oleh pemerintah
Belanda. Jadi bukan sekadar sistem klasikal kuno. Dalam bidang sosial
dan keorganisasian, mereka juga mendirikan panti asuhan, amal usaha,
serta rumah sakit umum. Dalam beberapa hal, langkah yang dilakukan
oleh Al-Irsyad pimpinan Ahmad Sorkati dan Persatuan Islam (Persis)
pimpinan A. Hasan, juga menambah geliat dinamika pemikiran Islam di
Indonesia. Mereka mengkritik ijitihad ulama masa lalu yang cenderung
bersifat homogen dan tidak terlalu mengurusi persoalan publik dan
pendidikan umat Islam.

Gerakan pembaharuan pemikiran Islam oleh beberapa ormas yang


pada awalnya sangat dinamis ini lambat laun berubah menjadi rutinitas
dan terkena godaan politik. Terlebih lagi, pada era demokrasi liberal
tahun 1950-an, beberapa ormas tampak jelas mendukung partai politik
tertentu. Muhammadiyah dan NU pada masa pendirian Masyumi, aktif
menjadi anggota kehormatan partai tersebut. Mereka pun, sibuk
berlomba mencari kekuasaan dan mengincar kursi anggota
Konstituante dan Menteri. Langkah NU yang menjadi partai dan ikut
dalam ajang Pemilu 1955 serta Muhammadiyah aktif berkampanye
untuk Masyumi, semakin menyeret ormas ini ke dalam tarikan politik
praktis.

Akibatnya, kerja-kerja pembaharuan pemikiran keagamaan menjadi


stagnan. Hal itu misalnya Muhammadiyah yang hanya bersibuk diri
mengawetkan doktrin pemberantasan TBC-nya, serta terus giat
mendirikan lembaga pendidikan dan amal usaha tanpa terlalu
memikirkan kualitas dan pemihakannnya pada orang miskin. Dan
rakyat pun diajak untuk membela partai Islam dengan fatwa bahwa
orang Islam haruslah memilih partai Islam. Dengan begitu, energi
kehidupan umat dikerahkan semua ke urusan politik harian tanpa
sedikit pun diajak berpikir untuk memajukan pendidikan dan kualitas
agama Islam ketika berhadapan dengan tantangan zaman.

Dalam kondisi seperti itu, kehadiran ide baru pembaharuan pemikiran


dari pemikir Islam tahun 70-an seakan memberi darah segar pada
perkembangan pemikiran Islam di Indonesia. Sebelumnya, Harun
Nasution muncul dengan ide neo Mu'tazilah dan Islam rasionalnya.
Menurutnya, agar umat Islam maju, mereka harus berani
meninggalkan teologi Asy'ariyah yang cenderung menyebabkan orang
untuk bersikap jabariyah (menerima begitu saja) nasib dari Tuhan.
Selain itu, Harun juga menyatakan, bahwa Islam tidak hanya terdiri
dari satu aspek saja (fikih), seperti yang selama ini dipahami orang,
namun Islam juga terdiri dari berbagai aspek. Dari berbagai aspek itu,
ayat-ayat Alquran yang bersifat qath'i (pasti) bila dijumlah lebih sedikit
dari yang bersifat dzanni (samar). Oleh karena itu, Islam haruslah
dipahami secara rasional dan menyentuh banyak aspek publik (Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspek, 1990).

Selain Harun, gerakan pembaruan Nurcholish Madjid mulai muncul di


publik pada tahun 1970 dan 1972 dalam ceramahnya yang berjudul
"Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Penyegaran Kembali
Pemahaman Keagamaan". Sebetulnya, gerakan ini sudah pada awalnya
bersemai di Yogyakarta dengan para tokohnya seperti Ahmad Wahib,
Djohan Effendy, Dawam Rahardjo, dan aktivis HMI lainnya yang
berkumpul dalam "Limited Group" di bawah asuhan Mukti Ali. Namun
yang terkenal sebagai tokohnya adalah Cak Nur sebab beliau secara
tidak langsung adalah Ketua Umum PB HMI yang berdomisili di
Jakarta.

Dalam tulisannya itu, Cak Nur mengkritik pola pikir tokoh Islam yang
cenderung ingin membawa semua aspirasi umat Islam dalam politik
dan mereka juga dengan seenaknya menyamakan Islam dengan politik
Islam. Oleh karena itu, beliau mengeluarkan jargon "Islam Yes, Partai
Islam, No?" yang terkenal hingga sekarang ini. Cak Nur juga
menganjurkan tentang perlunya liberalisasi pandangan terhadap
ajaran-ajaran Islam. Untuk melakukan itu, ilmu-ilmu pengetahuan dari
Barat bisa dijadikan alat bantu analisis. Pendirian negara Islam,
menurut Cak Nur juga sebagai bentuk apologia politik yang cenderung
oportunis guna menutupi kekurangan dan kelemahan umat Islam.
Untuk mengatasi hal itu harus ditekankan semangat dan praktik untuk
mengembangkan kebebasan berpikir dan ide-ide yang bersifat terbuka
dan maju. Selain itu, kelompok pembaru yang "liberal" juga mesti
segera difasilitasi kelahirannya dan dikembangkan di semua tempat.

Hal yang sangat ditentang kaum revivalis atau fundamentalisme Islam


dari pembaharuan Cak Nur adalah tentang anjurannya untuk
melakukan sekularisasi kehidupan keagamaan dan politik umat Islam.
Menurut Cak Nur, sekularisasi bukan mesti westernisasi (Barat), tetapi
sekularisasi adalah pemisahan nilai ajaran inti agama yang bersifat
profan dan yang sakral. Sekularisasi adalah bentuk jalan keluar dari
politisasi penafsiran agama sebagaimana dilakukan oleh ulama
terdahulu.

Oleh karena itu, yang wajib digalakkan oleh umat Islam adalah nilai-
nilai Islam yang bersifat substansial, jadi bukan sekadar simbolisme
keagamaan. Masalah jilbab, partai Islam, negara Islam, pendidikan
Islam yang banyak menekankan simbolisme, menurut Cak Nur mesti
segera diakhiri. Cak Nur juga menyatakan bahwa kebenaran tidak
hanya tunggal milik Islam, tetapi juga milik agama-agama lain. Sebab
pada dasarnya, semua agama mengajarkan jalan kebenaran untuk
meraih keselamatan. Cak Nur juga menafsirkan secara liberal makna
dari "Islam", "agama", "titik temu antaragama", serta "Allah". Hingga
sekarang, Cak Nur tampak konsisten dengan teologi inklusif serta ide
sekularisasinya.

Pembaruan Islam ala Cak Nur dan Harun Nasution, secara historis
muncul bersamaan dengan menguatnya modernisasi atau
pembangunan. Oleh karena itu, banyak kritik yang menganggap bahwa
gerakan itu sebagai bentuk rasionalisasi dan legitimasi teologis
terhadap pembangunan tersebut. Menurut mereka yang kebanyakan
menjadi aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ini, pembaruan
tahun 70-an juga sangat elitis dan tidak menyentuh problem utama
umat Islam. Yang dipikirkan hanyalah bagaimana mengubah paradigam
keagamaan, jadi seakan-akan yang menyebabkan masyarakat miskin
dan terbelakang hanyalah persoalan ini. Kalangan pembaru seperti
Moeslim Abdurrahman, Masdar F. Mas'udi, Kuntowijoyo, Adi Sasono,
Mansour Faqih, serta M. Dawam Rahardjo mencoba memberikan
alternatif terhadap pembaruan Islam di Indonesia.

Menurut mereka, yang dibutuhkan umat adalah teologi yang berpihak


pada problem kemiskinan dan keterbelakangan yang diakibatkan oleh
negara dan dunia pertama atas dunia dunia ketiga. Oleh karena itu,
perangkat ilmu-ilmu sosial mesti juga digunakan dalam melakukan
pembacaan ulang terhadap problem umat Islam di Indonesia. Jadi tidak
hanya sekadar dipecahkan dengan teologi semata. Mereka
merumuskan teologi yang betul-betul bisa diaplikasikan dalam
kehidupan nyata, dialog antara teks dan konteks sosial, berorientasi
praxis, dan sebagai jalan institusi kritis terhadap struktur yang
melawan pesan suci agama. Penamaan itu bermacam-macam, semisal
teologi transformatif, teologi populis, teologi untuk kaum tertindas,
teologi perdamaian, serta ilmu sosial profetik (Moeslim Abdurrahman,
Islam Transformatif, 1995).

Dalam peta pemikiran Islam, sosok Abdurrahman Wahid dengan


Nahdhatul Ulamanya setelah kembali ke Khittah 1926 pada Muktamar
Situbondo 1984, tentu tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Gus Dur lah
yang secara tidak langsung mengenalkan pesantren pada dunia yang
luas dan memberikan mereka pendidikan-pendidikan alternatif guna
menghadapi perubahan zaman. Pembaharuan Islam Gus Dur yang lebih
dititiktekankan pada pribumisasi Islam adalah sebuah kritik terhadap
pola pemahan simbolik umat yang begitu mengental. Gus Dur dan
kawan-kawannya juga berusaha memelopori NU menarik diri dari
politik praktis. Dengan pengalaman dan track record-nya di dunia LSM
dan pergaulannya yang sangat luas, NU dibawa untuk menjadi
mengenal paham-paham demokrasi, hak asasi manusia, hubungan
antaragama, dan gagasan progresif lainnya.
Gerakan pascareformasi

Gerakan reformasi yang menumbangkan Soeharto pada 1998 sangat


berpengaruh pada gerakan pemikiran Islam Indonesia. Sebab dengan
dibukanya era multipartai, umat Islam banyak yang tergoda untuk
terjun ke dunia politik dan meninggalkan jalur kultural. NU dan
Muhammadiyah yang selama Orde Baru berkuasa terlihat konsisten
bergerak di jalur kultural nyatanya juga tergoda untuk ikut berpolitik
meski secara tidak resmi. Pendirian PKB dan PAN tentu tidak bisa
dipisahkan begitu saja dari andil NU dan Muhammadiyah. Malahan,
ketika Gus Dur menjadi Presiden RI ke-4 pada 1999, anak-anak muda
NU banyak yang tergoda untuk berebut menjadi pejabat atau mencicipi
kue kekuasaan meski masih ada juga yang konsisten bergerak di jalur
kultural.

Begitu juga dengan Muhammadiyah hampir dalam satu dasawarsa


terakhir, geliat pemikirannya belum begitu tampak. Para kader
mudanya kebanyakan justru tertarik untuk mengikuti jejak seniornya
menjadi pengurus amal usaha atau politisi. Para aktivis HMI yang pada
tahun 1970-an memelopori pembaruan pemikiran Islam, pada
dasawarsa terakhir ini juga tampak mengalami peredupan intelektual.
Gagasan-gagasan Cak Nur dan Harun Nasution, akhirnya seperti hanya
terwadahi dan terbatas di kalangan Paramadina dan IAIN.

Kemunculan Jaringan Islam Liberal (JIL) pada tahun 2001 adalah angin
segar bagi pembaharuan pemikiran Islam Indonesia. Mereka umumnya
berasal dari kalangan NU, IAIN, serta HMI. Gagasan yang mereka
usung sepertinya terinspirasi dari buku Charles Kurzman tentang
wacana Islam Liberal. Mereka menekankan tentang perlunya
penafsiran ulang terhadap ajaran Islam sehingga Islam bisa lebih
mencerahkan dan membebaskan. Secara garis besar, ide mereka
adalah tentang penentangan terhadap teokrasi; perlunya demokrasi;
penghormatan dan pengakuan hak-hak perempuan; hak-hak non-
Muslim; penekanan kebebasan berpikir; serta disemarakannya gagasan
tentang kemajuan. Mereka mendeklarasikan diri sebagai lawan dari
gerakan Islam fundamental Jika dirunut ke belakang, mereka pada
dasarnya adalah metamorfosis dari gerakan neomodernisme Cak Nur
sebab isu-isu yang mereka ambil dari bentuk pengulangan dari yang
lama serta mereka masih berputar pada bentuk wacana semata.

Selain di JIL, anak muda NU juga banyak yang mengorganisasi diri di


LSM, pers, maupun pusat kajian. Dengan inspirasi Gus Dur, mereka
terus aktif bergerak di jalur kultural dan intens mengembangkan
wacana keagamaan kontemporer serta demokratisasi dan civil soceity.
Keakraban mereka dengan ide-ide pembaruan Hassan Hanafi, Arkoun,
Ali Syariati, Jabiri, Nasr Hamid, adalah sebagai bentuk perlawanan
tradisi NU yang cenderung tradisional dan mengultuskan seorang kiai.
Hal inilah sampai sekarang dikembangkan kalangan muda NU dengan
benderanya yang bermacam-macam, tetapi isinya tampaknya serupa,
semisal, Islam Emansipatoris, Islam Kiri, atau Islam Pribumi.

Di kalangan Muhammadiyah, yang mendapat perhatian selama ini


sepertinya memang hanya persoalan politik dan amal usahanya.
Padahal, sejak dari awal K.H. Ahmad Dahlan mendeklarasikan
gerakannya sebagai gerakan keagamaan dan sosial sekaligus. Secara
canggih, beliau memadukan antara ortodoksi dan ortopraksi dalam
sebuah penafsiran keagamaan atau dalam istilah M. Amien Abdullah,
Muhammadiyah adalah gerakan faith in action (keyakinan dalam
gerakan). Atas dasar kegelisahan dan visi pendirian awal itulah, anak-
anak muda yang bergerak di jalur kultural mencoba mendobrak
stagnasi pembaruan pemikiran dan gerakan sosial di Muhammadiyah.
Mereka membuat wadaha dengan nama Jaringan Intelektual Muda
Muhammadiyah (JIMM) yang mulai dirintis pada akhir 2003 ini.

Gerakan mereka mendasarkan diri pada tiga pilar metode, yaitu


hermeneutika Alquran, ilmu sosial kritis, dan the new social
movements. Ketiga perangkat itu mereka gunakan sebagai pembacaan
dan pencarian makna baru terhadap ajaran Islam untuk selanjutnya
mencari gerakan sosial alternatif yang bisa membumikan konsep baru
tersebut. Jadi, sesuai dengan visi Muhammadiyah, mereka akan
berusaha memadukan pembaruan pemikiran sekaligus juga pembaruan
dan pemihakan sosial terhadap orang-orang yang marginal.

Akhirnya, kita tentunya harus menyambut secara gembira generasi


baru kaum santri yang masih peduli terhadap masa depan umat Islam
ini. Goda-godaan politik praktis yang biasanya menjebak gerakan
kultural haruslah dieliminasi seminimal mungkin dari gerakan ini
sebab pengalaman sejarah telah membuktikan bahwa tarikan politik
praktis biasanya justru malah menyebabkan stagnasi pemikiran dan
terlalaikannya pencerahan terhadap masyarakat bawah. Bila Islam
masih ingin tetap menjadi agama idola manusia dan visinya yang
rahmatan lil 'alamin bukan sekadar menjadi wirid apologetik,
pembacaan dan pemaknaan baru terhadap ajaran memang harus terus
dilakukan. Teologi Islam tidak harus menjadi teologi yang mengurusi
surga dan negara saja, tetapi teologi yang betul bisa mencerahkan
umat dan membebaskan mereka dari kungkungan hegemoni para
penindas dan kapitalisme global. Amin.

(Ahmad Fuad Fanani aktivis Jaringan Intelektual Muda


Muhammadiyah--JIMM, Peneliti Al-Maun Institute for Islamic
Transformation-MIIT, serta Analis pada Center for Moderate Moslem--
CMM).
POF SAMIANG KATU: BUKU MENTRI-MENTRI AGAMA

Vous aimerez peut-être aussi

  • Leaflet PTM
    Leaflet PTM
    Document2 pages
    Leaflet PTM
    Sri Sulistyawati Anton
    0% (1)
  • Sop Picc
    Sop Picc
    Document7 pages
    Sop Picc
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • SOP Koreksi Albumin
    SOP Koreksi Albumin
    Document8 pages
    SOP Koreksi Albumin
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • SOP Ventilator
    SOP Ventilator
    Document5 pages
    SOP Ventilator
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • SOP Balance Cairan
    SOP Balance Cairan
    Document6 pages
    SOP Balance Cairan
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • SOP PEMASANGAN TRansfusi Fix
    SOP PEMASANGAN TRansfusi Fix
    Document7 pages
    SOP PEMASANGAN TRansfusi Fix
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Diagnosa Kasus
    Diagnosa Kasus
    Document4 pages
    Diagnosa Kasus
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Sop Huknah
    Sop Huknah
    Document6 pages
    Sop Huknah
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Analisis Risiko Bencana
    Analisis Risiko Bencana
    Document10 pages
    Analisis Risiko Bencana
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Infeksi Torch Pada Kehamilan
    Infeksi Torch Pada Kehamilan
    Document15 pages
    Infeksi Torch Pada Kehamilan
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Sop CVP
    Sop CVP
    Document6 pages
    Sop CVP
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Rute Pemberian Obat
    Rute Pemberian Obat
    Document21 pages
    Rute Pemberian Obat
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • SOP Balance Cairan
    SOP Balance Cairan
    Document6 pages
    SOP Balance Cairan
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Antidepresan Mekanisme
    Antidepresan Mekanisme
    Document35 pages
    Antidepresan Mekanisme
    Lira Riana Akbar
    Pas encore d'évaluation
  • Sop Huknah
    Sop Huknah
    Document6 pages
    Sop Huknah
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Sehat Jiwa
    Askep Sehat Jiwa
    Document43 pages
    Askep Sehat Jiwa
    irma dwi hapsari
    100% (11)
  • Diagnosa Keperawatan Keluarga
    Diagnosa Keperawatan Keluarga
    Document4 pages
    Diagnosa Keperawatan Keluarga
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Konsep Keperawatan Keluarga
    Konsep Keperawatan Keluarga
    Document30 pages
    Konsep Keperawatan Keluarga
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Patofis Io Dan Aids
    Patofis Io Dan Aids
    Document1 page
    Patofis Io Dan Aids
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Asuhan Keperawatan Keluarga
    Asuhan Keperawatan Keluarga
    Document13 pages
    Asuhan Keperawatan Keluarga
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Silabus Kep. Keluarga
    Silabus Kep. Keluarga
    Document9 pages
    Silabus Kep. Keluarga
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Sop CVP
    Sop CVP
    Document6 pages
    Sop CVP
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • SOP Injeksi Triway
    SOP Injeksi Triway
    Document6 pages
    SOP Injeksi Triway
    Sri Sulistyawati Anton
    100% (1)
  • SOP Balance Cairan
    SOP Balance Cairan
    Document6 pages
    SOP Balance Cairan
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Peraturan Pemerintah Tahun 2004 043 04
    Peraturan Pemerintah Tahun 2004 043 04
    Document27 pages
    Peraturan Pemerintah Tahun 2004 043 04
    Dre Hasan
    Pas encore d'évaluation
  • Sop Labk
    Sop Labk
    Document4 pages
    Sop Labk
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Manasik Umroh
    Manasik Umroh
    Document67 pages
    Manasik Umroh
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation
  • Sop Lab
    Sop Lab
    Document8 pages
    Sop Lab
    Bestrica Kurnia Sari
    Pas encore d'évaluation
  • 04 Kerangka Teori Hipotesis Ok
    04 Kerangka Teori Hipotesis Ok
    Document14 pages
    04 Kerangka Teori Hipotesis Ok
    sharah fitriani
    Pas encore d'évaluation
  • Sop Labk
    Sop Labk
    Document4 pages
    Sop Labk
    Sri Sulistyawati Anton
    Pas encore d'évaluation