Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
pasien berada dimeja bedah (Zulfikar, 2016). Dalam fase pre operatif ini banyak
Kecemasan yang terjadi pada klien diakibatkan karena klien takut terhadap
poliklinik, bagian bedah atau unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar
operasi oleh perawat pre operatif akan menjadikan masalah keperawatan yang
terciptanya komunikasi yang baik antara perawat ruangan dengan perawat kamar
operasi sehingga proses tindakan pembedahan dari pre operatif, intra operatif dan
1.2.2 Apakah persiapan yang harus disiapkan dalam keperawatan pre operatif ?
operatif?
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
yang dimulai sejak ditentukannya persiapan dan berakhir sampai pasien berada
dimeja bedah (Zulfikar, 2016). Pre operatif adalah fase dimulai ketika keputusan
untuk menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi (Smeltzer and Bare, 2002). Asuhan keperawatan pre
keperawatan praoperatif dibagian rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one
day care) atau di unit gawat darurat yang kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh
ruang rawat inap, poliklinik, bedah sehari, atau unit gawat darurat akan tetap
dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik antara perawat ruangan dengan
Persiapan fisik pre operatif yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan,
persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi menurut
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan
masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status
fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat
yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan
mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki
riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan,
lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin)
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di
rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan
penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output
cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal.
natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5
mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan
elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur
mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat- obatan anastesi. Jika fungsi
ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
akut, maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali pada
yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan
puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00
WIB). Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan lambung dapat
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur
proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun demikian ada beberapa kondisi
tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien
luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan
hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali
pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih
nyaman. Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan
daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh
yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada
daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk
mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya
jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri
kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan
pasien. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien preoperasi antara lain:
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
ureum, kreatinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsum
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh
untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa infeksi
kronis saja.
mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji
KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil
darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post
prandial).
2.2.3 Pemeriksaan Status Anestesi
untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung
jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien maupun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan
tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi
pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan
komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang
kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera
setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti:
kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan,
kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan. Informed
Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik
hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib
mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk
dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga
setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran
keluarga.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh
terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa muncul pada pasien
preoperasi adalah kecemasan. Maka perawat harus mengatasi permasalahan yang
sedang dihadapi klien. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa
digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu
mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun
dan petugas kamar operasi., Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur
(pre, intra, post operasi), Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan
sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam,
psikologis. Menurut Long B.C (2001), pasien preoperasi akan mengalami reaksi
(body image)
4) Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai
3) Mendiskusikan persiapan kulit termasuk daerah yang akan dilakukan operasi dan
sebelum pembedahan.
periode pembedahan.
semua prosthesis (misalnya kaca mata,gigi palsu dan wig) segera sebelum
pembedahan.
10) Menginformasikan kepada klien mengenai area operasi serta beritahu lokasi
11) Mengajarkan latihan nafas dalam dan batuk, latihan tungkai, cara mengubah
3.1 Pengkajian
Pengkajian pasien pada fase pre operatif secara umum dilakukan untuk
yang sesuai dengan kondisi pasien. Pengkajian praoperatif secara umum meliputi
Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien. Umur
pasien sangat penting untuk diketahui guna melihat kondisi pada berbagai jenis
3.1.2 Usia
Perawat harus mengetahui bahwa factor usia, baik anak-anak dan lansia,
kemampuan pasien dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan menjalani proses
misalnya pembedahan jantung dan vascular, bedah saraf dan bedah ortopedi.
3.2 Riwayat kesehatan
akan menjalani bedah sehari (one day care) harus diperiksa secara teliti dan
tingkat perawatan yang pernah diberikan adalah factor-faktor yang mungkin akan
diingat oleh pasienDi unit bedah sehari, riwayat yang perlu dikaji biasanya lebih
dilakukan pada saat pasien dirawat di rumah sakit dan sore hari sebelum
memberikan seluruh informasi yang dibutuhkan maka perawat dapat bertanya pada
anggota keluarga.
3.3 Riwayat Alergi
alergi satu atau lebih, maka pasien perlu mendapat pita identifikasi alergi yang
symbol alergi yang tertulis jelas pada status rekam medis sesuai dengan kebijakan
institusi . perawat juga harus memastikan bagian depan lembar pencatatan pasien
menggali peran orang terdekat , baik dari keluarga, sahabat, adanya sumber
3.4.2 Perasaan
dan perbuatannya. Pasien yang merasa takut biasanya akan sering bertanya ,
tampak tidak nyaman jika ada orang asing memasuki ruangan. Atau secara
Pasien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi yang
dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri pasien dengan cara
meminta pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelamahan dirinya , pasien yang
cepat mengkritik mungkin mempunyai harga diri yang rendah atau sedang menguji
pendapat perawat tentang karakter mereka. Konsep diri yang buruk mengganggu
Perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang pasien anggap akan terjadi
akibat operasi.
,perawat juga bertanya tentang manajemen stress yang biasa dilakukan pasien
sebelumnya .
ketakutan dan ansietas. Oleh karena itu kepercayaan yang dimiliki oleh setiap
pasien harus dihargai dan didukung. Menghormati nilai budaya dan kepercayaan
ini:
1) Usia
2) Tanda distres
Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri, kesulitan
membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan diperiksa terlebih
dahulu.
3) Jenis tubuh
sangat kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan gaya
hidup.
4) Postur
Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki postur tubuh
yang merosot, tegak, dan bungkuk. Postur dapat mencerminkan alam perasaan
5) Gerakan tubuh
tremor di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh yang tidak
bergerak.
kulit dan kuku jari. Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi karena kebersihan
diri yang buruk atau akibat patologi penyakit tertentu. Kondisi kebersihan
konsep asepsis intraoperasi dan akan memberikan data dasar pada perawat untuk
area pembedahan.
Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain. Alamperasaan atau
8) Bicara
Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan kecepatan
kondisi pasien dan waktu untuk mengumpulkan data penilaian tingkat kesadaran
sangat terbatas. Oleh karena itu, GCS dapat memberikan jalan pintas yang sangat
utama pasien terhadap lingkungan, yaitu : membuka mata, mengucapkan kata, dan
gerakan.
tubuh. Peningkatan tekanan darah pasien bisa dikarenakan karena kecemasan yang
cairan plasma, kekurangan kalium, atau kelebihan natrium. Apabila denyut nadi
kuat dan keras, hal tersebut mungkin disebabkan karena kelebihan volume cairan.
diperhatikan. Apabila pasien mengalami infeksi, maka dokter bedah dapat menunda
Pemeriksaan dimulai dengan melihat keadaan umum sistem peranapasan dan tanda-
tanda abnormal seperti sisnosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, penilaian
1) Inspeksi :
Penilaian bentuk dada secara inspeksi dilakukam untuk melihat seberapa jauh
kelainan yang terjadi pada pasien. Benuk dada normal pada orang dewasa adalah
Kondisi yang tidak normal, seperti barrel chest akan meningkatkan resiko
2) Palpasi:
Pemeriksaan palpasi untuk menilai adanya kelainan pada dinding toraks dan
merasakan perbedaan getaran suara napas. Kelainan yang mungkin didapatkan pada
pemeriksaan ini seperti: nyeri tekan, adanya emfisema subkutan atau terdapat
penuruanan getaran saura napas pada satu sisi akibat adanya cairan atau udara pada
rongga pleura.
3) Perkusi:
Perkusi pada paru yang normal menimbulkan nadan sonor, sedangkan perkusi
pada struktur yang berongga seperti, usus atau pneumotoraks, menimbulkan nada
mengkaji aliran udara melalui cabang bronkus dan mengevaluasi adanya cairan atau
obstruksi padat dalam struktur paru. Untuk menentukan kondisi paru-paru
pemeriksa mengauskultasi bunyi napas normal, bunyi napas tambahan, dan bunyi
suara.
4) Auskultasi:
kongesti paru atau penyempitan jalan napas. Adanya atelektasis atau kelembaban
pada jalan napas akan memperburuk kondisi pasien selama pembedahan. Kongesti
anestesi dapat menyebabkan spasme otot laring. Oleh karena itu, jika perawat
mendengar bunyi mengi saat mengauskultasi jalan napas pada pemeriksaan pre
operatif, maka hal ini menunjukkan bahwa pasien berisiko mengalami penyempitan
Inspeksi ada/ tidaknya parut bekas luka. Operasi jantung sebelumnya akan
menimbulkan bekas parut pada dinding dada. Pemeriksaan tekanan darah pre
operatif dilakukan untuk menilai adanya peningkatan tekanan darah di atas normal
pascaoperatf. Perawat mengkaji nadi perifer, waktu pengisian kapiler dan warna
serta suhu ekstremitas untuk menentukan status sirkulasi pasien. Waktu pengisian
tingkat orientasi, kesadaran, mood pasien serta memperhatikan apakah pasien dapat
menjawab pertanyaan dengan tepat dan dapat mengingat kejadian yang baru dan
Pengkajian bising usus pada fase praoperatif berguna sebagai data dasar.
anestesi umum, maka peristalik tidak akan kembali normal dan bising usus akan
insufisiensi renal akut dengan oliguri atau anuri, atau masalah-masalah renal akut
lainnya, kecuali kalau pembedahan merupakan satu tindakan penyelamat hidup atau
amat penting untuk memperbaiki fungsi urinari, seperti pada obstruksi uropati.
Perhatian utama ditujukan pada daerah tonjolan tulang seperti siku, sakrum, dan
skapula. Selama pembedahan, pasien harus berbaring dalam satu posisi tertentu dan
bisanya sampai beberapa jam. Dengan demikian, pasien rentan mengalami ulkus
tekan atau dekubitus terutama jika kulit pasien tipis, kering, dan turgor kulintya
buruk. Kondisi keseluruhan kulit juga menunjukkan kadar hidrasi pasien. Lansia
berisiko mangalami gangguan integritas kulit akaibat posisi dan pergeseran di atas
meja ruang operasi yang dapat menyebabkan kulit lecet dan tertekan. Lakukan
palpasi dengan mencubit kulit untuk menentukan tingkat hidrasi tubuh. Kaji kondisi
jari untuk menilai adanya tanda sianosis perifer. Perawat juga perlu mengkaji
adanya jari tubuh (clubbing finger) pada kuku jari tangan pasien, yang
Pada diabetes yang tidak terkontrol , bahaya utama yang megancam hidup
akibat asupan karbohidrat pasctif yang tidak adekuat atau pemberian obat insulin
yang berlebihan , bahaya lain yang mengancam pasien tetapi onsetnya tidak secepat
3.7.3 Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ancaman kehilangan organ
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pre operatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi
atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi.
Dalam fase pre operatif terdapat beberapa persiapan diantaranya adalah persiapan
proses pengkajian agar mendapatkan data yang valid dalam menegakkan diagnosa
dan merencanakan asuhan keperawatan. Pada fase pre operatif terdapat beberapa
5.2 Saran
Sebagai seorang perawat seharunya dapat mengetahui konsep teori dan konsep
secara intensif mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi pada