Vous êtes sur la page 1sur 31

ASKEP PENYAKIT GAGAL JANTUNG BAWAAN

Tugas ini guna melengkapi tugas mata kuliah keperawatan anak

Dosen pengampu

Setianingsih, S.Kep., Ns., MPH

Di susun oleh

Nama: Savirda Kiki Fibriana (1602122)

Prodi: D3 Keperawatan / 2C

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN AJARAN 2018/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya, sehingga saya telah berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdullilah tepat pada
waktunya.Terimakasih juga tidak luput saya ucapkan kepada Ibu Setianingsih, S.Kep., Ns., MPH
yang telah memberikan tugas serta bimbingan-bimbingannya dalam pembuatan dan penyusunan
makalah ini. Makalah ini berisikan tentang PENYAKIT GAGAL JANTUNG BAWAAN . Diharapkan juga
semoga makalan ini nantinya dapat memberikan pengetahuan serta manfaat kepada kita semua.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun sangat saya harapkan.Akhir kata semoga Allah SWT
senantiasa memberi petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita semua,Amin amin ya Robal Allamin.

Klaten, Desember 2017


Penyusun

Savirda Kiki F.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jantung merupakan struktur kompleks yang terdiri dari jaringan fibrosa, otot jantung
dan jantung konduksi listrik. Jantung mempunyai fungsi utama untuk memompakan darah. Halini
dapat dilakukan dengan baik bila kemampuan otot jantung untuk memompakan
cukup baik, serta irama pemompaan yang baik. Bila ditemukan kenormalan pada salah satu
diatasm a k a a k a n m e m p e n g a r u h i e f i s i e n s i p e m o m p a a n d a n k e m u n g k i n a n d a p a t
m e n ye b a b k a n kegagalan memompa. Gagal jantung (heart failure/decompesantion
cordis) adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah
secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan u n t u k k e p e r l u a n
metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan
t e k a n a n pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.Gagal jantung merupakan salah
satu penyebab morbiditas dan mortalitas. Akhir akhir ini insiden gagal jantung mengalami
peningkatan. "ajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang mendahului dan
menyertai gagal jantung. "ondisi tersebut dinamakanf a k t o r r e s i k o . F a k t o r r e s i k o ya n g
a d a d a p a t d i m o d i f i k a s i a r t i n ya d a p a t d i k o n t r o l d e n g a n mengubah gaya hidup
atau kebiasaan pribadi dan faktor resiko yang non modifiable yang merupakan
konsekuensi genetik yang tak dapat dikontrol, contohnya ras, dan jenis kelamin. Gagal jantung
adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri ciri yang penting dari definesi ini adalah
pertama definisi gagal adalah relatif terh adap kebutuhan metabolik tubuh,
kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Gagal
jantung akut telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia sekaligus
penyebabs i g n i f i k a n j u m l a h p e r a w a t a n d i r u m a h s a k i t d e n g a n m e n g h a b i s k a n
b i a ya y a n g t i n g g i . &eningkatnya harapan hidup disertai makin tingginya angka
keselamatan ( survival ) setelahs e r a n g a n i n f a r k m i o k a r d a k u t a k i b a t k e m a j u a n
p e n g o b a t a n d a n p e n a t a l a k s a n a a n n ya , mengakibatkan semakin banyak pasien yang
hidup dengan disfungsi 'entrikel kiri yang selanjutnya masuk ke dalam gagal jantung kronis.
Dalam The 2nd Internasional Pediatric Cardiology Meeting di Cairo, Egypt, 2008 dr.Sukman
Tulus Putra lebih lanjut mengungkapkan 45.000 bayi Indonesia terlahir dengan gagal jantung
bawaan tiap tahun (Indonesia Heart Association).
Diharapkan dengan dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan dengan penyakit jantung
bawaan atau kongential ini dapat memberi asuhan keperawat dengan tepat dan benar bagi penderita
gagal jantung bawaan dan dapat mengurani angka kesakitan dan kematian karena penyakit gagal
jantung bawaan di masyarakat.
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan konsep penyakit gagal jantung
2. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan gagal jantung
3. Menjelaskan patofisiologi pada gagal jantung
4. Menjelaskan klasifikasi gagal jantung
5. Melaksanakan proses keperawatan klien dengan gagal jantung
6. Mengenal pengkajian penatalaksanaan medis pada klien dengan gagal jantung
7. Merencanakan intervensi pada klien dengan gagal jantung keperawatan
8. Mengenal pengkajian diagnosis pada klien dengan gagal jantung
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gagal Jantung Bawaan

Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi
struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan
yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan
akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal
ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami
tindakan operasi dini pada usia muda.

Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten

(Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)

Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan
mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang
menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam
arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)

B. Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit
jantung bawaan :

1. 1. Faktor Prenatal :

 Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.


 Ibu alkoholisme, peminum obat penenang atau jamu
 Umur ibu lebih dari 40 tahun.
 Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

2. Faktor Genetik :

 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.


 Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
 Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
 Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

( Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional
Harapan Kita, 2001 ; 109)

C. Patofisiologi

Dalam keadaan normal darah akan mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah. Daerah yang bertekanan tinggi ialah jantung kiri sedangkan yang bertekanan
rendah adalah jantung kanan. Sistem sirkulasi paru mempunyai tahanan yang rendah sedangkan
sistem sirkulasi sistemik mempunyai tahanan yang tinggi.

Apabila terjadi hubungan antara rongga-rongga jantung yang bertekanan tinggi dengan rongga-
rongga jantung yang bertekanan rendah akan terjadi aliran darah dari rongga jantung yang
bertekanan tinggi ke rongga jantung yang bertekanan rendah. Sebagai contoh adanya defek pada
sekat ventrikel, maka akan terjadi aliran darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan. Kejadian ini
disebut pirau (shunt) kiri ke kanan. Sebaliknya pada obstruksi arteri pulmonalis dan defek
septum ventrikel tekanan rongga jantung kanan akan lebih tinggi dari tekanan rongga jantung
kiri sehingga darah dari ventrikel kanan yang miskin akan oksigen mengalir melalui defek
tersebut ke ventrikel kiri yang kaya akan oksigen, keadaan ini disebut dengan pirau (shunt)
kanan ke kiri yang dapat berakibat kurangnya kadar oksigen pada sirkulasi sistemik. Kadar
oksigen yang terlalu rendah akan menyebabkan sianosis.

Kelainan jantung bawaan pada umumnya dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:

1. Peningkatan kerja jantung, dengan gejala: kardiomegali, hipertrofi, takhikardia

2. Curah jantung yang rendah, dengan gejala: gangguan pertumbuhan, intoleransi terhadap
aktivitas.

3. Hipertensi pulmonal, dengan gejala: dispnea, takhipnea

4. Penurunan saturasi oksigen arteri, dengan gejala: polisitemia, asidosis, sianosis.


D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang
berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban
ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung
kongestif (CHF)

Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung

 Terdengar bunyi mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata


terdengar di tepi sternum kiri atas)
 Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat,
Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
 Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
 Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
 Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
 Apnea, Tachypnea
 Nasal flaring
 Retraksi dada
 Hipoksemia
 Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)

E. KLASIFIKASI

Pembagian atas dasar kelainan fungsi sirkulasi yang terjadi, yaitu:

 Penyakit jantung bawaan non-sianotik:


a. Dengan vaskularisasi paru normal: stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasio
aorta, kardiomiopati.
b. Dengan vaskularisasi paru bertambah: defek septum atrium, defek
atrioventrikularis, defek septum ventrikel, duktus arteriosus persisten, anomaly
drainase vena pulmonalis parsial.
 Penyakit jantung bawaan sianotik:
a. Dengan vaskularisasi paru bertambah: transposisi arteri besar tanpa stenosis
pulmonal, double outlet right ventricle tanpa stenosis pulmonal, trunkus arteriosus
persisten, ventrikel tunggal tanpa stenosis pulmonal, anomaly total drainase vena
pulmonalis.
b. Dengan vaskularisasi paru berkurang: stenosis pulmonal berat pada neonates,
tetralogi Fallot, atresia pulmonal, atresia tricuspid, anomaly Ebstein.
(Sastroasmoro & Maldiyono, 1996)

F. Komplikasi

 Endokarditis
 Obstruksi pembuluh darah pulmonal
 CHF
 Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
 Enterokolitis nekrosis
 Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia
bronkkopulmoner)
 Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
 Hiperkalemia (penurunan keluaran urin.
 Aritmia
 Gagal tumbuh

G. Pemeriksaan Diagnostik

 Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.


 Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada ventrikel kanan
dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.
 Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan
arahnya.
 Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. sangat menentukan
dalam diagnosis anatomik.
 Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru

H. Penatalaksanaan Medis

 Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan bemberian obat-obatan : Furosemid


(lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi
efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin)
untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah
endokarditis bakterial.
 Pembedahan : Operasi penutupan defek, Pemotongan atau pengikatan duktus.
 dianjurkan saat berusia 5-10 tahun
 Obat vasodilator, obat antagonis kalsium untuk membantu pada pasien dengan resistensi
kapiler paru yang sangat tinggi dan tidak dapat dioperasi.

 Pemotongan atau pengikatan duktus.


 Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi
jantung.

I. PATHWAY
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas
Pada penderita Gagal jantung bawaan biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20
tahun atau > 35 tahun

2. Riwayat kesehatan ibu sekarang :


Terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan
kabur

3. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya :


Penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM

4. Riwayat kehamilan:
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya

5. Pola nutrisi :
Jjenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan

6. Psikososial spiritual :
Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan
moril untuk menghadapi resikonya.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum
 Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
 Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
 Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
 Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (
jika refleks+)

b. Kesadaran
Apatis

c. Tanda – tanda vital


 Tekanan darah :
 Nadi :
 Pernafasan :
 Suhu :

d. Pemeriksaan fisik head to toe


1) Kepala dan rambut
Pada kepala perlu dikaji adalah bentuk kepala, kulit kepala apakah kotor
atau berketombe, rambut apakah tampak lusuh/kusut, apakah ada
laserasi/luka.
2) Wajah
Yang perlu dikaji adalah warna kulit apakah pucat atau tidak, bentuk wajar
apakah lonjong/oral.

3) Mata
Bentuk bola mata, ada tidaknya gerak mata, konjungtiva anemis atau tidak,
bentuk mata apakah simetris atau tidak.
4) Hidung
Ada tidaknya septuminasi, polip dan kebersihannya
5) Telinga
Kebersihan/tidaknya kelainan fungsi pendengaran, kelainan anatomi pada
telinga.
6) Mulut,bibir, dan faring
Bentuk bibir apakah simetris/tidak, kelembaban, kebersihan mulut, ada
tidaknya pembesaran tonsil, ada tidaknya kelainan bicara.
7) Gigi
Jumlah gigi lengkap atau tidak, kebersihan gigi, ada tidaknya peradangan
pada gusi/caries gigi, karang gigi.
8) Leher
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
9) Integument
Meliputi warna kulit, apakah pucat atau tidak, kebersihan, turgor, tekstur
kulit.
10) Thorax
Dikaji kesimetrisannya, ada tidaknya suara ronchi, ada tidaknya kolostrum,
apakah putting susu masuk atau tidak, apakah tampak kotor atau tidak.

e. Pemeriksaan penunjang :
 Tanda vital diukur dalam posisi terbaring, diukur 2 kali dengan interval 6
jam
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
 Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
 Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada
otak
 USG ; untuk mengetahui keadaan janin
 NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut
Definisi: Pengenalan sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(International Association fot the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi.

Batasan Karakteristik
 Bukti nyeri dengan menggunakan standar draftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya (mis; Neonatal Infant Pain Scale, Pain
Assessment Checklist for Senior with Limited Ability to Communicate)
 Diaforensis
 Dilatasi pupul
 Ekspresi wajah nyeri (mis; mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar, atau tetep pada satu focus, meringis)
 Focus menyempit (mis; presepsi waktu, proses berpikir, interaksi dengan orang
dan lingkungan)
 Focus pada diri sendiri
 Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri (mis; skala Wong-
Baker FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik)
 Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrument
nyeri (mis;anggota keluarga, pemberian asuhan)
 Mengekspresikan perilaku (mis; gelisah, merengek, menangis, waspada)
 Perilaku distraksi
 Perubahan pada parameter fisiologi (mis; tekanan darah, frekuensi jantung,
frekuensi pernafasan, saturasi oksigen, dan end-tidal karbon dioksida [CO2])
 Perubahan posisi untuk menghinari nyeri
 Perubahan selera makan
 Putus asa
 Sikap melindungi area nyeri
 Sikap tubuk melindungi
Factor yang berhubungan
 Agens cedera biologis (mis; infeksi, iskmia, neoplasma)
 Agens cidera fisik (mis; abses, amputasi, luka bakar, terpotong mengangkat
berat, proses bedah,trauma, olahraga berlebihan)
 Agens cedera kimiawi(mis; lika bakar, kapsasin, metilen kondria, agens
mustard)
2. Ketidak seimbangan nutrisi
Definis: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenui kebutuhan metabolic

Batasan Karakteristik
 Berat badan 20% atau lebih dari rentang berat badan ideal
 Bising usus hiperaktif
 Cepat kenyang setekah makan
 Diare
 Gangguan sensasi rasa
 Kehilangan rambut berlebihan
 Kelemahan otot pengunyah
 Kelemahan otot untuk menelan
 Kerapuhan kapiler
 Kesalahan informasi
 Kesalahan presepsi
 Ketidak mampuan memekan makanan
 Kram abdomen
 Kurang informasi
 Kurang minat pada makanan
 Membrane mukosa pucat
 Nyeri abdomen
 Penurunan berat badan
 Penurunan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat
 Sariawan rongga mulut
 Tonus otot menurun
Faktor yang Berhubungan
 Factor biologis
 Factor ekonomi
 Gangguan pisikologis
 Ketidak mampuan makanan
 Ketidak mampuan mencerna makanan
 Ketidak mampuan mengapsorpsi nutrient
 Kurang asupan makanan
3. Defisiensi Pengetahuan
Definisi: Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.
. Risiko Kekurangan Volume Cairan
Definisi : Kerentanan mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial,
dan/atau intraseluler, yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko
 Agens farmaseutikal

 Barier kelebihan cairan

 Berat badan ekstrem

 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan

 Gangguan mekanisme regulasi

 Kehilangan cairan melalui rute normal

 Kehilangan volume cairan aktif

 Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan


 Penyimpanan yang memengaruhi asupan cairan

Batasan Karakteristik
 Ketidakakuratan melakukan tes
 Ketidakakuratan mengikuti perintah
 Kurang pengetahuan
 Perilaku tidak tepat (mis; hysteria, bermusuhan, agitasi, apatis)

Factor yang berhubungan


 Gangguan fungsi kognitif
 Gangguan memori
 Kurang informasi
 Kurang sumber pengetahuan
 Salah pengertian terhadap orang lain

4. Risiko Kekurangan Volume Cairan


Definisi : Kerentanan mengalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial,
dan/atau intraseluler, yang dapat mengganggu kesehatan.
Faktor Risiko
 Agens farmaseutikal

 Barier kelebihan cairan

 Berat badan ekstrem

 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan

 Gangguan mekanisme regulasi

 Kehilangan cairan melalui rute normal

 Kehilangan volume cairan aktif


 Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan

 Penyimpanan yang memengaruhi asupan cairan

5. Gangguan Pertukaran Gas

Definisi: Kelebihan atau deficit oksigen dan/atau eliminasi karbon diogsida pada
membrane alveolar – kapiler

Batasan karakteristik

 Diaforesi

 Dispnea

 Gangguan penglihatan

 Gas darah arteri abnormal

 Gelisah

 Hiperkapnia

 Hipoksemia

 Hipoksia

 Iritabilitas

 Konfusi

 Nafas cuping hidung

 Penurunan karbon dioksida

 pH arteri abnormal

 Pola pernafasan abnormal (mis; kecepatan, irama, kedalaman)

 Sakit kepala saat bangun

 Sianosis

 Somnolen

 Takikardia
 Arna kulit abnormal (mis; pucat, kehitaman)

Factor Yng Berhubungan

 Ketidak seimbangan ventilasi – perfusi


 Perubahan membran alveolar – kapiler
C. Rencana Keperawatan

1. Nyeri Akut

Kriteria hasil :
Kontrol nyeri
 Mengenali kapan nyeri terjadi secara konsiaten menunjukkan

 Menggambarkan faktor penyebab secara konsisten menunjukkan

 Menggunakan jurnal harian untuk memonitor gejala dari waktu ke waktu secara
konsisten menunjukkan

 Menggunakan tindakan pencegahan secara konsisten menunjukkan

 Menggunakan tindakan pengurangan [nyeri] tanpa analgesik secara konsisten


menunjukkan

 Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri secara konsisten menunjukkan

Tingkat nyeri
 Nyeri yang dilaporkan tidak ada

 Panjangnya episode nyeri tidak ada

 Mengerang dan menangis tidak ada

 Ekpresi nyeri wajah tidak ada

 Tidak bisa beristirahat tidak ada

 Berkeringat berlebih tidak ada

 Mengeringit tidak ada

Intervensi (NIC)
Pemberian Analgesik
Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
Aktivitas :
 Tentukan lokasi, Karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien

 Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang
diresepkan

 Cek adanya alergi obat

 Tentukan pilihan obat analgesik, berdasarkan tipe dan keparahan nyeri

 Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri yang berat

 Evaluasi keefektifan analgesik dengan interval yang teratur pada setiap setelah
pemberian khususnya setelah pemberian pertama kali, juga observasi adanya tanda
dan gejala efek samping

Pengurangan kecemasan
Definisi : mengurangi tekanan, ketakutan, firasat, maupun ketidaknyamanan terkait
dengan sumber-sumber bahaya yang tidak teridentifikasi.
Aktivitas :
 Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan

 Nyatakan dengan jelas harapan terjadap perilaku klien

 Pahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien

 Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan

 Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman

 Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

 Bantu klien untuk mengartikulasikan deskripsi yang realiatis mengenai kejadian


yang akan datang

 Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi

Manajemen nyeri
Definisi : pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat
diterima oleh pasien
Aktivitas :
 Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, Karakteristik,
durasi/onset, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus

 Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada


mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
 Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri

 Gali pengetahuan dan Kepercayaan pasien mengenai nyeri

 Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (mis., tidur,
nafas makan, pengertian, perasaan hubungan)

 Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri

 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya, mengenai efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri yang pernah digunakan sebelumnya

 Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan

 Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan


nyeri

 Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri

 Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyerinya dengan tepat

 Gali penggunaan metode farmakologi yang dipakai pasien untuk menurunkan nyeri

 Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri

 Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri

 Monitor kepuasaan pasien terhadap manajemen nyeri dalam interval yang spesifik

Manajemen lingkungan (kenyamanan)


Definisi : manipulasi lingkungan pasien untuk mendapatkan kenyamanan yang optimal
Aktivitas :
 Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola lingkungan dan
kenyamanan yang optimal

 Sediakan kamar terpisah jika terdapat preferensi dan kebutuhan pasien untuk
mendapatkan ketenangan dan di istirahat, jika memungkinkan

 Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung

 Sediakan lingkungan yang aman dan bersih

 Posisiskan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan, gunakan prinsip-prinsip


keselarasan tubuh, sokong dengan bantal
 Berikan sumber-sumber edukasi yang relevan dan berguna mengenai manajemen
penyakit dan cedera pada pasien dan keluarga jika sesuai

Dukungan emosional
Definisi : memberikan kenyamanan, penerimaan dan dukungan selama masa stres
Aktivitas :
 Diskusikan dengan pasien mengenai pengalaman emosi[nya]

 Eksplorasi apa yang memicu emosi pasien

 Rangkul atau sentuh pasien dengan penuh dukungan

 Bantu pasien untuk mengenali perasaannya seperti adanya cemas, marah atau sedih

 Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan cemas, marah atau sedih

 Temani pasien dan berikan jaminan keselamatan dan keamanan selama periode
cemas

 Berikan bantuan dalam pembuatan keputusan

Peningkatan latihan : peregangan


Definisi : fasilitas latihan otot pelan-regang-tahan yang sistematis untuk menimbulkan
relaksasi memepersiapkan otot/sendi untuk latihan yang lebih berat, atau untuk
meningkatkan fleksibilitas tubuh
Aktivitas :
 Dapatkan izin medis untuk melakukan rencana latihan peregangan, sesuai dengan
kebutuhan

 Bantu pasien untuk mengeksplorasi keyakinannya sendiri, motivasi dan tingkat


kebugaran neuromuskuloskeletal

 Berikan informasi mengenai pilihan urutan, kegiatan peregangan spesifik, tempat,


dan waktu

 Instruksikan untuk memulai latihan rutin pada kelompok otot/sendi yang tidak kaku
atau pegal dan secara bertahap pindah ke kelompok otot/sendi yang lebih kaku

 Monitor toleransi latihan selama latihan

 Evaluasi kembali rencana latihan jika gejala toleransi menetap selama penghentian
latihan

 Kolaborasi dengan anggota keluarga dalam perencanaan, pengajaran dan


pemantauan rencana latihan
Perawatan paska anastesi
Definisi : monitor dan manajemen pasien yang baru saja dilakukan anastesi umum atau
lokal
Aktivitas :
 Kaji ulang alergi pasien, meliputi alergi pada lateks

 Berikan oksigen, dengan tepat. Monitor oksigenasi

 Monitor kualitas dan jumlah pernafasan

 Dukung pasien untuk bernafas dalam dan batuk

 Monitor dan catat tanda vital, meliputi pengkajian nyeri, setiap 15 menit atau
sering, dengan tepat

 Berikan tindakan kehangatan sesuai kebutuhan

 Sediakan pereda nyeri baik non farmakologi atau farmakologi sesuai kebutuhan

 Monitor kembalinya fungsi sensori dan motorik

 Monitor tingkat kesadaran

 Monitor area pembedahan dengan tepat

 Sediakan dukungan emosi pada pasien dan keluarga, dengan tepat

 Sediakan laporan pasien pada unit perawatan post operatif

Mengahdirkan diri
Definisi : berada bersama seseorang baik secara fisik maupun psikologi pada saat
seseorang membutuhkan [kehadiran orang lain]
Aktivitas :
 Tunjukkan perilaku menerima

 Secara verbal mengkomunikasikan empati atau pemahaman mengenai pengalaman


pasie

 Bina rasa percaya dan penghargaan positif

 Dengarkan apa yang menjadi perhatian pasien

 Sentuh pasien dalam rangka mengekspresikan kepedulian dengan cara yang tepat

 Menyediakan diri sebagai penolong secara fisik

 Beri jarak bagi pasien dan keluarga sesuai dengan kebutuhan [mereka]
 Temani pasien dan berikan jaminan rasa aman selama periode cemas

Terapi relaksasi
Definisi : penggunaan teknik-teknik untuk mendorong dan memperoleh relaksasi demi
tujuan mengurangi tanda dan gejala yang tidak diinginkan seperti nyeri, kaku otot dan
ansietas
Aktivitas :
 Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia

 Tentukan apakah ada intervensi relaksasi dimasa lalu yang sudah memberikan
manfaat

 Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan
mata tertutup

 Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi

 Dorong kontrol sendiri ketika relaksasi dilakukan

 Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi


Peningkatan tidur
Definisi : memfasilitasi tidur/siklus bangun yang teratur
Aktivitas :
 Tentukan pola tidur/aktivitas pasien

 Monitor atau catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur

 Monitor pola tidur pasien, dan catat kondisi fisik

 Anjurkan pasien untuk memantau pola tidur

 Bantu untuk meningkatkan jumlah jam tidur, jika diperlukan

 Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai teknik untuk meningkatkan tidur

Monitor tanda-tanda vital


Definisi : pengumpulan dan analisis data kardiovaskuler, pernafasan, dan suhu tubuh
untuk menentukan dan mencegah komplikasi
Aktivitas :
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat

 Monitor tekanan darah setelah pasien minum obat jika memungkinkan

 Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah
beraktivitas dengan tepat
2. Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Definisi: Asupan nutrisi tidan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic
Intervensi (NIC)
Manajemen cairan
Definisi : meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi yang
dihasilkan dari tingkat cairan tidak normal atau tidak diinginkan
Aktivitas :
 Timbang berat badan setiap hari dan monitor status paaien

 Hitung atau timbang popok dengan baik

 Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output

 Masukkan kateter urin

 Monitor status hidrasi

 Monitor hasik laboratorium yang relevan dengan retensi cairan

 Monitor tanda-tanda vital pasien

 Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori harian

 Monitor status gizi

 Berikan cairan dengan tepat

Monitor tanda-tanda vital


Definisi : pengumpulan dan analisis data kardiovaskuler, pernafasan, dan suhu tubuh
untuk menentukan dan mencegah komplikasi
Aktivitas :
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat

 Monitor tekanan darah setelah pasien minum obat jika memungkinkan

 Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah
beraktivitas dengan tepat

Manajemen berat badan


Definisi : memfasilitasi pasien untuk mempertahankan berat badan dan presentase
lemak tubuh yang optimal
Aktivitas :
 Diskusikan dengan pasien mengenai hubungan antara asupan makanan, olahraga,
peningkatan berat badan, dan penurunan berat badan

 Diskusikan dengan pasien mengenai kondisi medis apa saja yang berpengaruh
terhadap berat badan

 Diskusikan resiko yang mungkin muncul jika terdapat kelebihan berat badan atau
berat badan kurang

 Kaji motivasi pasien untuk mengubah pola makannya

 Hitung berat badan ideal pasien

 Bersama dengan pasien membuat metode yang tepat untuk mencatat asupan
makanan harian, waktu olahraga, dan atau perubahan berat badan

3. Defisiensi Pengetahuan

Kriteria hasil : Kebutuhan pengetahuan terpenuhi secara adekuat.

Intervensi:

 Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman atau situasi. Dorong
mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll.
 Mempertahankan kepercayaan pasien ( tanpa adanya keyakinan yang salah )
 Terima tapi jangan beri penguatan terhadap penolakan
 Orientasikan klien atau keluarga terhadap prosedur rutin dan aktifitas, tingkatkan
partisipasi bila mungkin.
 Jawab pertanyaan dengan nyata dan jujur, berikan informasi yang konsisten, ulangi bila
perlu.
 Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan.

4. Kekurangan volume cairan

Kriteria Hasil
 Tekanan darah tidak terganggu

 Denyut nadi radial tidak terganggu

 Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam tidak terganggu

 Serum elektrolit tidak terganggu

 Berat badan stabil tidak terganggu


 Berat jenis urin tidak terganggu

 Turgor kulit tidak terganggu

 Haus tidak ada

 Peningkatan suhu tubuh tidak ada

 Membran mukosa lembab tidak terganggu

 Diare tidak ada

Intervensi (NIC)
Manajemen diare
Definisi : manajemen dan penyembuhan diare
Aktivitas :
 Ambil tinja untuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas bila diare berkelanjutan

 Instruksikan pasien atau keluarga untuk memcatat warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja

 Anjurkan pasien untuk menghindari makanan ledas dan yang menimbulkan gas
dalam perut

 Monitor tanda dan gejala diare

 Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan perut (mis., nutrisi oral, diet cair)

Manajemen elektrolit/cairan
Definisi : pengaturan dan pencegahan komplikasi dari perubahan cairan dan/atau
elektrolit
Aktivitas :
 Pantau kadar serum elektrolit yang abnormal, seperti yang tersedia

 Monitor perubahan status jantung atau paru yang menunjukkan kelebihan cairan
atau dehidrasi

 Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk atau dehidrasu

 Dapatkan spesimen laboratorium untuk pemantauan perubahan cairan atau


elektrolit

 Timbang berat badan harian dan pantau gejala

 Monitor tanda-tanda vital yang sesuai


 Instruksikan pasien dan keluarga mengenai alasan untuk pembatasan cairan,
tindakan hidrasi, atau administrasi elektrolit tambahan, seperti yang ditunjukkan

Perawatan demam
Definisi : manajemen gejala dan kondisi terkait yang berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh dimediasi oleh pirogen endogen
Aktivitas :
 Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya

 Monitor warna kulit dan suhu

 Monitor aaupan dan pengeluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak
dirasakan

 Dorong komsumsi cairan

 Tingkatkan sirkulasi udara

 Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang keing

Monitor cairan
Definisi : pengumpulan dan analisis data pasien dalam pengaturan keseimbangan
cairan
Aktivitas :
 Monitor intake dan output.

 Monitor tekanan darah, denyut nadi dan status respirasi.

 Monitor membrane mukosa dan turgor kulit.

 Kelola cairan sesuai kebutuhan.

 Pertahankan kecepatan pemberian cairan intravena.

 Kelola pemberian obat-obatan yang meningkatkan urine output sesuai kebutuhan.

Manajemen cairan
Definisi : meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi yang
dihasilkan dari tingkat cairan tidak normal atau tidak diinginkan
Aktivitas :
 Timbang berat badan setiap hari dan monitor status paaien
 Hitung atau timbang popok dengan baik

 Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output

 Masukkan kateter urin

 Monitor status hidrasi

 Monitor hasik laboratorium yang relevan dengan retensi cairan

 Monitor tanda-tanda vital pasien

 Monitor makanan/cairan yang dikonsumsi dan hitung asupan kalori harian

 Monitor status gizi

 Berikan cairan dengan tepat

Monitor tanda-tanda vital


Definisi : pengumpulan dan analisis data kardiovaskuler, pernafasan, dan suhu tubuh
untuk menentukan dan mencegah komplikasi
Aktivitas :
 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat

 Monitor tekanan darah setelah pasien minum obat jika memungkinkan

 Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan setelah
beraktivitas dengan tepat

Manajemen berat badan


Definisi : memfasilitasi pasien untuk mempertahankan berat badan dan presentase
lemak tubuh yang optimal
Aktivitas :
 Diskusikan dengan pasien mengenai hubungan antara asupan makanan, olahraga,
peningkatan berat badan, dan penurunan berat badan

 Diskusikan dengan pasien mengenai kondisi medis apa saja yang berpengaruh
terhadap berat badan

 Diskusikan resiko yang mungkin muncul jika terdapat kelebihan berat badan atau
berat badan kurang

 Kaji motivasi pasien untuk mengubah pola makannya


 Hitung berat badan ideal pasien

 Bersama dengan pasien membuat metode yang tepat untuk mencatat asupan
makanan harian, waktu olahraga, dan atau perubahan berat badan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah tersebut dapat saya ambil kesimpulan, bahwasannya gagal jantung
merupakan penyakit degeneratif yang cukup banyak ditemukan dari segala jenis usia
mulai dari masa neonatus, bayi, anak-anak sampai dewasa lansia. Yang dari
seluruhnya disebabkan karena faktor pola hidup yang tidak sehat cenderung
menkonsumsi makanan yang berakibat memberatkan kerja jantung. Komplikasi
yang dialami para bayi juga berakibat fatal yang dapatmenyebabkan angka
morbidibitas dan mortalitas meningkat, maka diperlukan adanya perawatan khusus
bagi bayi penderita kelainan jantung.

B. Saran
Perlunya penyuluhan khusus kepada masyarakat tentang penyakit ini juga dirasa
cukup penting, agar kasus yang terjadi dapat ditanggulangi. Kepada ibu hamil yang
diharapkan dapat memberikan ASI eksklusif guna pemaksimalan imunitas anak agar
terhindar dari penyakit pada anak-anak dan balita, juga pencegahannya dengan
menjaga janin pada masa kehamilan dan tidak mengkonsumsi rokok,
alkohol maupun bahan makanan yang kiranya berdampak pada jantung ibu dan janin
yang akan dilahirkannya nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional
Harapan Kita, 2001 ; 109

Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227

Pandila, S.Kep, Ners. 2013. Asuhan Keperawaran Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Ziyad, M. H. 2002. Non surgical closure of the persistent patent ductus arteriosus. Chicago.
Kurt, P. 2001. Patent ductus arteriosus, Medical journal.
Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. “ Nursing Classification ( NIC ) “. United Kingdom : Elsevier Inc

Moorhead, Sue. Dkk. 2016. “ Nursing Outcomes Classification ( NOC ) “. United Kingdom :
Elsevier Inc

Internasional, N. 2017. diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017 . Jakarta:
EGC

Vous aimerez peut-être aussi