Vous êtes sur la page 1sur 2

Bulan Desember 2010 mendatang kita akan kembali mengenang terjadinya tsunami aceh.

lalu
bagaimana proses terjadinya tsunami tersebut ? simak tulisan berikut.

Pada tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai
barat Aceh.Gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316
N 95.854 EKoordinat: 3.316 N 95.854 E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam
10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan
gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh.

Gempa tersebut mampu menciptakan tsunami dan mampu bergerak sampai sejauh benua
Afrika. Sebenarnya daerah yang rawan terkena tsunami adalah daerah-daerah di Pasifik
dimana Samudera Pasifik adalah samudera terbesar di dunia, lebih dari 1/3 total area di bumi.
Samudera Pasifik ini dikelilingi oleh pegunungan-pegunungan, palung-palung yang sangat
dalam di samudera, dan kepulauan busur vulkanik yang sering disebut lingkaran api atau
"ring of fire" yang kesemuanya itu berpotensi menghasilkan tsunami yang sangat dahsyat.

Gelombang tsunami mempunyai amplitudo atau tinggi gelombang yang tidak begitu
tinggi,kurang dari 1 meter, terutama di laut lepas tetapi mempunyai panjang gelombang yang
sangat panjang dan bersifat tidak continue yang ditimbulkan oleh gaya impulsif yang bersifat
insidentil.

Panjang gelombang adalah jarak antara puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya.
Panjang gelombang dari tsunami bisa mencapai ratusan kilometer dimana angka ini juga
berbeda dengan panjang gelombang dari gelombang yang disebabkan oleh angin yang hanya
sebesar 100 sampai 200 meter.

Akibat dari panjangnya gelombang tsunami maka perioda waktu untuk puncak gelombang
berikutnya mencapai tempat yang sama dari gelombang sebelumnya) akan cukup besar mulai
dari beberapa menit sampai ke jam. Sedangkan untuk gelombang yang timbul oleh angin
periodanya cukup kecil yaitu sekitar 10 detik untuk panjang gelombang sekitar 150 meter.

Kecepatan dari tsunami kira-kira sebesar akar dua dari hasil perkalian percepatan grafitasi
dan kedalaman air. Jadi semakin dalam lautan maka kecepatan tsunami akan semakin besar
pula. Akan tetapi kecepatan tsunami akan berkurang pada saat tsunami tersebut mendekati
garis pantai atau daratan.

Hal ini disebabkan kedalaman dari lautan akan semakin berkurang saat mendekati daratan
sehingga kecepatannya juga akan berkurang. Sebagai konsekuensi berkurangnya kecepatan
akibat semakin dangkalnya lautan maka gelombang tsunami akan semakin tinggi pada saat
mendekati garis pantai atau daratan (bisa mencapai puluhan meter). Efek ini sering disebut
shoaling. Oleh sebab itu, banyak nelayan yang tidak menyadari adanya tsunami di laut lepas
karena gelombangnya relatif kecil padahal pada saat menuju daratan tinggi gelombang
tsunami akan bertambah sehingga mampu menghancurkan apa saja yang ada di garis pantai
pada saat tsunami ini melewati daerah tersebut.

Tanda-tanda yang bisa dilihat apabila daerah kita berpotensi terjadi tsunami. Diantara tanda-
tanda itu adalah:

* Merasakan terjadinya gempa.


* Air laut surut secara drastis dan tiba-tiba. Air laut bisa surut sampai ratusan meter.
Surutnya air laut ini bukan bukti berakhirnya bencana akan gempa bumi akan tetapi
menandakan akan adanya bencana lain yang terjadi akibat gempa bumi yaitu tsunami.
* Batas horizon antara lautan dan langit tidak terlihat jelas (seperti terlihat mendung). Ini
sebenarnya terjadi karena gelombang tsunami yang ada di lautan sedang menuju ke
daratan dan karena gelombang tersebut semakin meninggi maka butir-butir air laut yang
terbawa oleh gelombang semakin dominan sehingga batas antara lautan dan langit tidak
terlihat jelas.
* Biasanya akan muncul gelembung-gelembung gas pada permukaan air dan membuat
pantai terlihat seperti mendidih.
* Terdengar gemuruh dari laut lepas yang menandakan adanya gerakan gelombang yang
sangat cepat menuju daratan.

Vous aimerez peut-être aussi