Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Nyeri
Nyeri merupakan suatu sensasi subjektif rasa tidak nyaman dengan ada atau
tidaknya kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri dapat bersifat sebagai
protektif, yaitu menyebabkan individu menjauh dari stimulus yang berbahaya, atau
tidak melakukan fungsi. Sifat nyeri yang diungkapkan oleh pasien berupa perasaan
kerusakan (Meliala et al., 2000). Nyeri bersifat unik karena di satu sisi, nyeri dapat
lain nyeri dapat memberikan manfaat sebagai mekanisme proteksi dan mekanisme
Terdapat banyak istilah yang sering dipakai dalam praktek klinis untuk
myalgia, muscular rheumatism. Istilah - istilah tersebut memiliki definisi yang sama
walaupun secara patologis memiliki definisi yang berbeda - beda, namun memiliki
tanda dan gejala yang hampir sama (Faizah 2013). Myofascial pain syndrome
10
merupakan sekumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger
point).
motoris (taut band yang keras di dalam otot) dan ketidaknormalan pada sensoris
sebagai nyeri musculosceletal yang bersifat akut atau kronis. Hal ini bisa
menyebabkan yaitu timbulnya nyeri lokal, atau gangguan sekunder yang terjadi
sebagai akibat dari beberapa kondisi. Ketika myofascial menjadi kronis, tidak cukup
Myofascial pain syndrome biasanya berupa nyeri regang (taut pain) dan nyeri
tekan (tenderness pain). Myofascial pain syndrome sering terjadi pada area yang
merupakan titik – titik nyeri (trigger points) yang mudah terangsang oleh sisa
dikarakteristikkan dengan kondisi otot yang sakit bersifat kronis yang hypersensitive
jika diberikan penekanan. Tipe dari nyeri ini pada umumnya bersifat dalam (deep)
dan tumpul, terasa nyeri pada otot yang terkena dan jika dilakukan palpasi, maka
11
nyerinya sering menyebar ke area nonspesifik disekitar otot. Sekelompok otot yang
mengalami ketegangan dan dapat diraba ini disebut dengan trigger point. Taut band
yang terdapat di dalam otot skeletal sangat sensitif terhadap suatu tekanan sehingga
ketika diberikan penekanan tepat pada titik nyeri tersebut, maka penderita akan
merasakan nyeri yang tajam. Nyeri yang dirasakan oleh penderita tidak akan terasa
hingga ke persendian akan tetapi lingkup gerak sendi akan menjadi berkurang akibat
Kebanyakan orang tidak menyadari keberadaan dari trigger point. Ketika akut
trigger point menjadi kronis maka lama kesembuhan yang didapatkan pasien menjadi
lebih lama. Akut trigger point terjadi karena adanya cedera secara langsung dan
menjadi kronis akibat adanya trauma dalam jangka waktu yang panjang. Fisiologi
yang mendasari tentang mekanisme terjadinya myofascial syndrome ini tidak dapat
literatur tentang penyebab akut ataupun kronis. Adanya retikulum sarkoplasma yang
ATP menyebabkan sarkomer mengalami kontraksi yang lebih pendek pada daerah
yang terdapat taut band. Hal tersebut akan meningkatkan aktivitas metabolik, adanya
iskemik dan adanya pelepasan zat tersebut menyebabkan iritasi yang berlebihan pada
ujung saraf sensorik dan akhirnya menimbulkan nyeri (Simons et al., 1999).
(Fernandez et al., 2005). Komponen klinis utama pada nyeri myofascial, yang
12
terpenting adalah adanya titik picu (trigger points), taut band, dan local twitch
Trigger point adalah suatu nodul hipersensitive yang terdapat dalam taut band
pada otot skeletal. Karakteristik utama dari trigger points yaitu adanya nodul pada
taut band. Nodul ini menyebabkan hyperalgesia yang merupakan respon nyeri yang
berlebihan ketika diberikan suatu rangsangan normal dan adanya allodynia yang
Trigger point dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu aktif trigger point
dan pasif trigger point. Aktif trigger point terjadi ketika pasien mengalami nyeri
spontan pada saat pasien istirahat yang dapat memicu adanya reffered pain ketika
diberikan suatu penekanan. Pasif trigger point terjadi ketika pasien tidak mengalami
nyeri secara spontan tetapi dapat menyebabkan adanya keterbatasan gerakan dan
kelemahan otot, tapi ketika trigger point tersebut mendapat penekanan maka pasien
akan merasakankan nyeri pada daerah yang diberikan penekanan. Pasif trigger point
dapat menjadi aktif jika adanya stimulasi seperti posture tubuh yang tidak benar,
penggunaan otot secara berlebihan tanpa adanya istirahat dan dengan posisi statik,
ergonomi tubuh yang tidak benar ketika melakukan pekerjaan (Werenski, 2011).
13
ketika diraba akan terasa berbeda dengan bagian otot yang lain. Adanya taut band
dalam otot akan mengakibatkan penurunan ekstensibilitas dan fleksibilitas pada otot
tersebut. Adanya perlengketan dalam struktur otot yang terjadi pada fascia dan
myofilament dalam sarcomer taut band maka akan terjadi peningkatan konsentrasi
secara abnormal dari asetilkolin dalam end plate tautband. Perlengketan ini
menyebabkan sirkulasi darah pada otot menjadi berkurang sehingga kebutuhan nutrisi
dan oksigen pada area taut band berkurang (Gerwin et al, 2004).
mengejutkan atau tertusuk jarum dan sel otot berkontraksi dalam taut band. Elektrik
pada LTR terjadi secara spontan dalam taut band tanpa adanya stimulasi saraf
motorik disebut end plate noise yang terdapat pada ujung saraf yang dekat dengan
14
zona trigger point. Pelepasan elektrik terjadi dengan frekwensi 10-100 kali lebih dari
potensial elektrik motor end plate normal. Sehingga merupakan aktivasi saraf
simpatik yang mempengaruhi pelepasan secara spontan Ach karena aktivitas adreno
Menurut Azizah dan Hardjono, 2006 tanda dan gejala yang menyebabkan
2. Terdapat taut band pada otot dan fascia serta jaringan ikat longgar
(connective tissue).
4. Adanya titik tenderness pada suatu tempat sepanjang taut band yang
6. Spasme otot akibat dari adanya rasa nyeri yang timbul dan juga akibat dari
1. Postur tubuh
Pada postur tubuh yang tidak bagus dapat menyebabkan stress dan strain
pada otot upper trapezius seperti forward head posture yaitu posisi
seseorang yang melakukan posisi kerja statis terus menerus pada saat
Ergonomi tubuh yang tidak baik seperti penggunaan otot yang berlangsung
lama, mekanisme kerja yang buruk pada leher dan bahu menggambarkan
beban kerja otot upper trapezius lebih berat, posisi tempat kerja yang tidak
Trauma pada jaringan myofascial dapat dibagi menjadi dua, yaitu trauma
makro dan trauma mikro. Trauma makro yaitu suatu cidera yang mengenai
otot atau fasia. Ketika jaringan myofascial mengalami cidera maka akan
injury) akibat dari suatu kerja dalam jangka waktu lama dan dengan beban
yang berlebih.
4. Usia
Myofascial pain syndrome kebanyakan terjadi pada orang dewasa pada usia
pertengahan karena kemampuan otot pada usia muda lebih baik dalam
Otot trapezius merupakan otot terbesar dan paling superfisial pada daerah
scapulothoraks. Dinamakan otot trapezius karena bentuk otot ini mirip dengan
bangun trapezium. Otot ini mudah dipalpasi karena memiliki banyak fascia yang
terletak di bawah kulit. Otot upper trapezius dibagi menjadi empat bagian yaitu
bagian I dan II membentuk otot upper trapezius yang berperan dalam gerakan elevasi
17
dan adduksi shoulder, bagian III membentuk middle trapezius berperan dalam
gerakan adduksi shoulder, dan bagian IV membentuk lower trapezius berperan dalam
dan lateral dari acromion terutama ketika gerakan elevasi shoulder. Serat otot pada
bagian upper trapezius tipis dan relatif lemah, melekat pada clavicula, sehingga
kepala bisa sepenuhnya memutar ke sisi yang berlawanan. Serat otot pada upper
trapezius akan membantu middle trapezius dan levator scapula dalam melakukan
gerakan elevasi serta rotasi. Karena upper trapezius mempunyai serat otot yang tipis
dan lemah, dan membantu middle trapezius dalam melakukan gerakan membuat
bagian ini mudah sekali mengalami kelelahan dan ketegangan otot. Disamping itu
otot ini rentan mengalami myofascial pain karena otot ini sering digunakan dalam
Middle trapezius dapat teraba dari C7 hingga T3, lateral acromion, scapula
spine terutama ketika posisi adduksi shoulder. Pada middle trapezius terdapat serat-
serat otot yang kuat dan tebal. Otot ini berkarakteristik kuat karena mempunyai peran
dalam memposisikan bahu sesuai postur tubuh yang benar. Lower trapezius dapat
dipalpasi pada bagian T4 hingga T12, bagian medial scapula tulang belakang
terutama ketika posisi depresi dan adduksi. Daerah lower trapezius terdapat otot yang
lemah dan bagian ini berperan dalam gerakan adduksi, depresi, dan rotasi.
18
medial ligamentum nuchae, dan berinsertio pada batas posterior dari 1/3 bagian
lateral clavicula dan acromion dari scapula. Otot ini dipersarafi oleh accessory nerve
Terdapat dua tipe serabut otot yang utama yaitu serabut slow-twitch dan
serabut fast-twitch. Kedua tipe serabut tersebut terdapat didalam suatu otot tunggal.
1. Tipe I atau slow twitch (tonik muscle fibers) : disebut sebagai red muscle
karena serabut ototnya berwarna merah atau lebih gelap dari otot yang
mempertahankan sikap. Otot slow twitch ini berguna untuk olahraga yang
2. Tipe II atau fast twitch (phasic muscle fibers) : disebut sebagai white
muscle karena serabut ototnya berwarna putih atau berwarna lebih pucat.
melakukan gerakan yang cepat dan kuat. Otot fast twitch ini diperlukan
kuat dan cepat seperti lari cepat. Misalnya pada otot upper trapezius
Tubuh manusia tersusun atas 434 otot yang membentuk 40% - 45% dari berat
tubuh orang dewasa. Sekitar 75% pasangan otot bertanggung jawab terhadap gerakan
tubuh dan postur tubuh. Otot rangka sering disebut dengan otot skelet, otot bergaris
atau otot lurik merupakan otot yang berfungsi untuk menggerakkan tulang. Apabila
otot ini dilihat dibawah mikroskop maka susunannya terdiri dari serabut-serabut
panjang yang mengandung banyak inti sel, dan terlihat adanya garis terang yang
Otot mempunyai hukum “All or none law” hukum berlaku untuk1 serabut
otot, artinya bila 1 serabut otot dirangsang, maka akan berkontraksi bila rangsangan
yang diterima lebih tinggi dari nilai ambang rangsang, otot tidak akan berkontraksi
memberikan bentuk pada tubuh, melindungi organ tubuh yang lebih dalam. Otot
membran yang membungkus serabut otot disebut dengan sarkolema. Pada bagian
dalam dari sel otot rangka terdapat cairan intraseluler (sarcoplasma) yang terisi
Sarkoplasma pada tiap serabut otot mengandung mitokondira dan terdapat serabut
sehingga dinamakan otot striated atau otot skeletal. Myofibril terbuat dari molekul
protein yang panjang yang disebut dengan myofilamen. Myofilamen terdiri dari dua
jenis yaitu thick myofilamen yang berwarna lebih gelap dan thin myofilamen yang
Pada setiap serabut otot terdapat ratusan hingga ribuan myofibril. Setiap
myofibril tersusun oleh sekitar 1500 filamen tebal (myosin) dan 3000 filamen tipis
(actin), yang merupakan molekul protein polimer besar yang bertanggung jawab
Pada myosin dan actin akan membentuk suatu bagian yang saling bersambung
dalam myofibril yang disebut sarcomer. Pada daerah tengah sarcomere akan terlihat
lebih gelap yang disebut dengan A-band sedangkan daerah pinggir terlihat lebih
terang yang disebut dengan I-band. Bagian yang memisahkan antara kedua daerah
perubahan struktur bands (A bands, I bands) dan garis di dalam otot skeletal selama
kontraksi otot. Pada sarkomer terbagi antara 2 Z lines, yang merupakan unit struktural
dasar dari serabut otot. Setiap sarkomer dibagi menjadi dua oleh suatu M line. A band
berisi filamen myosin yang kasar dan tebal serta dikelilingi oleh 6 filamen actin yang
tipis dan halus. Pada I band berisi hanya filamen actin yang tipis. Pada pusat A band
Ketika otot melakukan kontraksi, filamen actin yang tipis dari salah satu
ujung sarkomer akan bergerak satu sama lain. Z line akan bergeerak ke arah A bands
dan H zone menjadi menghilang. Jumlah serabut otot pada tiap-tiap orang berbeda,
jumlah serabut otot yang sama saat lahir akan dipertahankan hingga dewasa kecuali
jika terjadi injury maka jumlah serabutnya akan menurun atau bahkan akan
resistance training.
Kontraksi otot skeletal ada dua yaitu kontraksi isotonik dan isometrik.
Kontraksi otot isotonik dibagi menjadi konsentrik dan eksentrik. Kontraksi konsentrik
22
merupakan kontraksi otot yang membuat otot memendek dan terjadi gerakan pada
sendi sedangkan kontraksi eksentrik merupakan kontraksi otot pada saat memanjang
untuk menahan beban. Kontraksi isometrik merupakan kontraksi otot yang tidak
Kelelahan otot terjadi akibat adanya aktivitas fisik dengan intensitas yang
tinggi dan berlangsung singkat yang disebabkan oleh akumulasi produksi asam laktat
di dalam otot dan darah. Ketika melakukan aktivitas dengan intensitas yang tinggi
maka akan terjadi kontraksi otot di dalam serabut otot fast twitch (FT). Serabut otot
FT lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan serabut otot slow twitch (ST)
dan sistem aerob yang rendah sehingga mempercepat penumpukan dari asam laktat.
Hal tersebut menyebabkan lebih cepat terjadi kelelahan otot (Sherwood, 2006).
23
aponeurosis dan jaringan parut. Fascia terdapat diseluruh tubuh, sebagai perantara
dari semua sistem yang ada pada tubuh dan memberikan bentuk untuk sistem tubuh
seperti sistem sirkulasi darah, sistem saraf dan sistem limfatik. Fascia berfungsi
untuk dapat membentuk dan menunjang bagian tubuh dan menahan agar tetap berada
pada tempatnya, memberikan lubrikasi (pelumas) sehingga otot akan bebas bergerak
tanpa menimbulkan suatu gesekan yang bisa menyebabkan adanya injury pada otot
(Clay, 2008).
profunda (deep), dan deepest fascia. Fascia superficialis merupakan lapisan jaringan
24
ikat longgar yang terletak pada lapisan bawah dermis kulit dan kadang disebut
sebagai jaringan subkutan. Fascia ini berfungsi sebagai jalur untuk saraf dan darah
menuju otot rangka dan berbagai jaringan adiposa. Fascia superficialis lebih
menonjol pada bagian belakang tubuh daripada bagian depan. Fungsi utama lapisan
ini yaitu sebagai pelindung deformasi mekanikal dan memberikan jalur untuk
sarafdan dinding pembuluh saraf. Deep fascia adalah lapisan fibrosa pada jaringan
ikat yang ditemukan di bawah superficialis fascia. Deep fascia berfungsi sebagai
jalur untuk saraf dan pembuluh darah dan sebagai tempat untuk mengembangkan otot
dan struktur internal lainnya. Deepest fascia dikenal sebagai dural tube yang
mengelilingi dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang (Lindsay and
Robertson, 2008).
terluas yang melapisi seluruh otot dan mengikat seluruh fasikel. Perimysium
merupakan jaringan fascia yang membungkus sekelompok serabut otot ke dalam satu
menyebabkan otot menjadi melebar. Ketegangan yang terjadi pada fascia akan
mengalami peningkatan akibat adanya otot yang hipertropi secara sekunder karena
25
latihan, atau dalam kondisi konstan hipertonus akibat dari postur yang jelek. Ketika
timbul nyeri yang hebat, maka mengurangi jumlah suplai darah dan mengalami
Pada myofascial pain syndrome terdapat taut band yang didalamnya berisi
trigger point. Taut band dalam otot ini dapat menyebabkan penurunan dari tingkat
fleksibilitas dan ekstensibilitas otot. Adanya perlengketan ini dapat berdampak pada
penurunan sirkulasi darah sehingga menyebabkan kebutuhan akan nutrisi dan oksigen
26
pada area taut band berkurang. Dampaknya terjadi hiperkontraksi sel otot yang akan
simpatik yang berakibat vasokontriksi pada pembuluh darah kapiler (Gerwin et al.,
2004).
Otot upper trapezius merupakan otot tipe 1 (slow twitch) atau postural yang
posisi kepala yang cenderung jatuh ke depan karena adanya kekuatan otot gravitasi.
Dilihat dari fungsinya yaitu sebagai otot stabilitator, apabila terjadi suatu patologis
otot ini mudah sekali terjadi gangguan berupa thigtness dan kontraktur. Kerja otot ini
akan semakin memburuk apabila adanya postur yang buruk, penggunaan otot dalam
kondisi statis lama, mekanisme kerja yang buruk pada leher dan bahu. Akibat yang
dapat ditimbulkan yaitu adanya fase kompresi dan ketegangan lebih lama daripada
maka akan menurunkan mobilitas dari jaringan myofascial sehingga juga akan
mekanis. Jika ketegangan otot tersebut terjadi dalam waktu yang lama maka akan
menstimulasi nociceptor yang terdapat di dalam otot. Semakin sering dan kuat
nociceptor tersebut terstimulasi maka akan semakin kuat pula aktivitas refleks dari
ketegangan otot tersebut, akibatnya pada jaringan myofascial terjadi penumpukan zat-
zat nutrisi dan oksigen ke jaringan sehingga akan menimbulkan iskemia pada jaringan
myofascial. Ketika adanya iskemia maka aliran darah yang menuju jaringan akan
27
terhambat, jaringan yang mengalami iskemia beberapa menit saja dapat menimbulkan
substansi P hingga menjadi suatu peradangan kronis yang menghasilkan zat algogen
sensitivitas nyeri (Guyton and Hall, 2008). Proses radang dapat juga menimbulkan
kerusakan otot tersebut, sehingga timbullah viscous circle of pain, yaitu spasme
dan seterusnya.
Pada umumnya ketika ada rasa nyeri, pasien tidak mau menggerakan bagian
taut band dan trigger point Ketika jaringan myofascial berada dalam kondisi
adalah unsur kolagen normal dari jaringan ikat. Ikatan melintang (cross binding) ini
akan menurunkan fleksibilitas fascia dan juga membatasi gliding antara lembaran
fasia. Ketika jaringan ikat dalam keadaan immobilisasi maka akan terjadi perubahan
dasar akan mengikat air dan menjadikan banyak gel yang tidak berbentuk (water
terbesar dari substansi dasar akan menurun. Akibatnya serabut kolagen akan saling
berdempetan. Ketika jarak dari satu molekul kolagen ke molekul kolagen yang lain
menurun hingga pada ambang kritis, yang terjadi adalah molekul mulai membentuk
ikatan menyilang (cross binding). Jaringan ikat juga menjadi kurang elastis karena
serabut kolagen dan lapisan fasia kehilangan pelumas. Hal ini akan menyebabkan
molekul dari lembaran fasia ternyata terikat bersama-sama. Keadaan imobilisasi dari
jaringan myofascial ini banyak disebabkan misalnya oleh ergonomi yang jelek,
dimana keadaan ini akan mencetuskan timbunan fibroblas dan banyak kolagen
membuat ikatan tali (cross links). Cross links kolagen akan secara fisiologis timbul
Akibatnya akan menurunkan jarak kritis pada area tersebut. Di samping itu aliran
darah pada area tadi juga akan menurun bahkan hingga tingkat iskemia yang akan
terutama dari serabut tipe C lambat-kronik perifer. Walaupun jaras ini juga
berakhir di dalam medula spinalis hampir seluruhnya di lamina II dan III kornu
kemudian melewati satu atau lebih neuron serabut pendek tambahan di dalam kornu
besar menyambungkan serabut-serabut dari jaras rasa nyeri cepat (Guyton and Hall,
2008).
dilepaskan jauh lebih lambat. Inilah mengapa seseorang bisa merasakan nyeri ganda.
Lokalisasi nyeri yang dijalarkan lewat jalur jaras paleospinotalamikus bersifat buruk,
2.7.1 Definisi
muscle energy technique yang efektif untuk melepas nyeri pada myofascial pain
jaringan lunak seperti otot fascia, tendon dan ligamen yang mengalami pemendekan
secara patologis sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi, pemendekan otot
Ketika INIT diberikan pada otot maka komponen actin dan myosin dan
Sarkomer berperan dalam proses kontraksi dan relaksasi otot. Ketika otot mengalami
30
suatu kontraksi, maka filamen actin dan myosin akan berhimpit dan otot akan
memendek. Sedangkan ketika otot mengalami fase relaksaasi maka otot akan
mengalami pemanjangan. Ketika terjadi penguluran, maka serabut otot akan terulur
penuh melebihi panjang serabut otot itu dalam posisi normal yang dihasilkan oleh
sarcomer. Ketika penguluran terjadi, serabut yang berada pada posisi yang tidak
teratur akan dirubah posisinya sehingga posisinya akan menjadi lurus sesuai dengan
arah ketegangan yang diterima. Adanya penguluran pada serabut otot dapat
memulihkan jaringan parut untuk dapat kembali normal (Nagrale et al, 2000).
pemeriksa menemukan trigger points pada otot upper trapezius, kemudian pemeriksa
compression dilakukan selama 90 detik dan diikuti oleh penerapan Strain counter
strain.
Strain counter strain dimulai dari mengidentifikasi trigger point yang ada di
otot. Setelah trigger point didapatkan kemudian dilakukan penekanan pada area
tersebut dan posisikan pasien kedalam posisi yang nyaman setidaknya akan terjadi
31
penurunan nyeri sekitar 70% dalam posisi tersebut. Terapis berdiri dibelakang pasien
dengan satu tungkai fleksi knee 90o untuk menyanggah lengan pasien yang
diabduksikan secara pasif sekitar 90o, dan digerakkan cervical secara pasif kearah
sedikit lateral fleksi kearah titik nyeri. Pada saat memposisikan pasien ke dalam
posisi yang paling nyaman, tekanan pada tender point harus tetap dilakukan.
Pertahankan posisi nyaman yang maksimal dari pasien selama 90 detik. Waktu 90
detik adalah nilai ambang minimal untuk koreksi optimal dari suatu lesi/gangguan.
Selama waktu tersebut pasien harus merasa relaks. Seringkali pasien harus diingatkan
terjadi pada otot. Setelah 90 detik, secara perlahan kembalikan posisi pasien kedalam
posisi netral
metode muscle energy technique. Pasien dalam posisi duduk, tangan pemeriksa
memfiksasi bagian bahu yang terkena dan tangan satunya pada daerah telinga /
mastoid. Kemudian kepala dan leher diposisikan ke arah kontralateral, fleksi dan
rotasi, pasien diinstruksikan untuk mengangkat bahu pada area yang teridentifikasi,
pasien melakukannya tanpa disertai rasa sakit, usaha yang dilakukan pasien 20% dari
kekuatan yang ada dan upaya isometric ini dilakukan selama 8 detik. Selanjutnya
INIT
32
Pada myofascial pain syndrome terdapat adanya taut band dalam serabut otot.
fleksibilitas yang dapat membuat otot tidak bisa berkontraksi dan relaksasi secara
efisien yang dapat membuat penurunan kekuatan dan daya tahan tubuh. Di antara
berbagai otot-otot daerah leher, upper trapezius adalah lebih rentan untuk
antara ischemic compression, strain counter strain, dan muscle energy technique.
untuk menonaktifkan trigger points. Teknik ini menerapkan tekanan langsung yang
sakit. Setelah dilakukan penekanan maka akan terjadi peningkatan sirkulasi darah dan
Strain counter strain akan mencapai manfaatnya melalui spindle otot yang
mampu memanjangkan jaringan. Pada saat posisi tubuh dalam posisi nyaman, maka
jaringan akan mencapai posisi dimana rasa sakit akan menghilang dari titik yang
MET adalah metode yang umum digunakan untuk menginhibisi otot sebelum
golgi tendon (penghambatan autogenik). Hal ini juga dapat diterapkan untuk
kelompok otot antagonis yang memproduksi inhibisi timbal balik dalam otot
agonistic.
muscle energy technique yang disebut dengan INIT secara efektif mampu mengobati
untuk mengurangi rasa sakit dan kekakuan pada myofascial pain syndrome. INIT
merupakan salah satu usaha untuk mengembalikan panjang dan fleksibilitas otot. Otot
myofibril otot untuk memanjang. Pemanjangan sarcomer dan fascia akan mengurangi
derajat overlapping antara thick and thin myofilamen dalam sarcomer sebuah taut
pelebaran pembuluh kapiler otot sehingga sirkulasi darah akan lancar, mengurangi
penumpukan sampah metabolisme, meningkatkan nutrisi dan oksigen pada sel otot
dan mencegah adanya muscle fatique. INIT akan mengurangi nyeri dan
mempengaruhi golgi tendon organ otot yang terletak di tendon berdekatan dengan
serabut saraf. Apabila tegangaan meluas ke seluruh serabut saraf maka golgi tendon
34
organ akan melaju menimbulkan relaksasi serta fleksibilitas pada otot (Chaitow,
2003).
2.8.1 Definisi
mobilization yang efektif untuk treatment pada struktur myofascial (otot, tendon,
ligament dan jaringan ikat). MRT difokuskan pada jaringan lunak yaitu fascia dan
otot, berperan untuk memberikan regangan atau elongasi pada struktur otot dan fascia
dengan tujuan yaitu untuk mengembalikan kualitas cairan atau lubrikasi pada jaringan
fascia, mobilitas jaringan fascia dan otot, dan fungsi sendi normal (Riggs and Grant,
muskulosceletal karena adanya teori yang dapat menjelaskan hal tersebut. Teori yang
tekanan, perjalanan jalur sistem saraf akan bergerak bebih cepat pada sistem saraf
daripada stimulasi nyeri. Stimulasi tekanan akan berpengaruh pada transmisi rasa
nyeri yang menuju otak, sehingga terjadi “penutupan pintu gerbang” yang menuju
pada reseptor rasa nyeri di otak (Werenski, 2011). Ketika pasien menerima suatu
mampu untuk menurunkan persepsi nyeri. Hal ini berkaitan dengan adanya respon
35
berkaitan dengan kebiasaan postural yang jelek, aktivitas spesifik atau kurangnya
aktivitas, injury yang sebelumnya akibat dari mekanikal stress kronik. Kondisi
fascia. Fascia membentuk struktur pasif pada jaringan tubuh, adanya adhesion
menyebabkan serabut fascia saling terikat satu sama lain secara disfungsional (Riggs
Manfaat utama yang dapat diperoleh dari myofascial release yaitu untuk
meningkatkan kebebasan gerak dan mengurangi rasa sakit akibat adanya pembatasan
otot, memulihkan keseimbangan dan postur tubuh yang benar (Duncan, 2014).
Technique
Menurut Cantu and Grodin, 2001 efek-efek yang dapat ditimbulkan dari
cutaneous.
dan aliran darah pada area tersebut dan membuang sisa-sisa metabolisme
penyembuhan
internal dan gaya eksternal. Tanpa adanya stress pada jaringan tersebut
general, skin rolling, direct technique, dan lifting atau rolling. Dalam penelitian ini
hanya dijelaskan direct technique. Pada direct technique terapis menggunakan lengan
bawah, kedua palmar tangan, atau suatu permukaan yang kasar. Perlu diingat bahwa
penting melakukan stretch yang cepat pada fascia baik dengan menggunakan posisi
cukup stretch untuk memanjangkan otot tanpa adanya ketegangan yang dapat
tangan dan tangan lain melakukan stretch secara terlokalisir (Riggs and Grant, 2009).
terstimulasi dan menyebabkan otot berkontraksi. Hal ini menguntungkan bagi terapis
didalam memulai teknik pada akhir lingkup gerak dimana jaringan fascial ter-stretch.
Ditambah lagi dengan adanya pembebasan hambatan yang terjadi pada akhir gerak
stretch yang relaks dapat memberikan input neurologik yang bermakna terhadap
Indikasi berupa kondisi dan cedera yang dapat merespon dengan baik
4. Tendinosis atau tenosinovitis (pada daerah yang radang atau otot yang
6. Nyeri leher,
7. Osteoarthritis.
1. Peradangan akut
Selulitis muncul sebagai bengkak merah pada kulit yang terasa panas
dan sakit, dan bisa menyebar dengan cepat. Jika tidak diobati, infeksi
7. Hematoma
(peringatan),
18. Indikasi stroke (pusing, sakit kepala yang tajam dijelaskan, distorsi
visual),
19. Varises (lokal). Varises adalah pembuluh darah yang membesar dan
2.9 Infrared
2.9.1 Definisi
gelombang 7.700 sampai 4 juta Ao. Infrared dapat digunakan untuk mengatasi
keluhan yang hanya sampai di bagian kulit. Sebagian besar radiasi infrared yang
datang pada kulit akan langsung diserap oleh lapisan kulit bagian luar. Bagian dalam
kulit akan mengalami pemanasan dari aliran darah sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah. Apabila sinar infrared diabsorbsi oleh kulit, maka akan terjadi
yaitu:
41
penetrasi sekitar 2mm. Daya penetrasi dari gelombang ini hanya sampai
mempunyai daya penetrasi yang lebih dalam dari pada gelombang panjang.
Daya penetrasi dari gelombang ini mencapai jaringan subkutan dan dapat
Efek fisiologis
Suatu reaksi kimia akan dapat dipercepat dengan adanya panas atau
pada jaringan.
dilatasi pembuluh darah kapiler dan artiole. Kulit akan mengadakan reaksi
juga baik.
3) Pigmentasi
tersebut.
5) Distruksi Jaringan.
jaringan yang cukup tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama
juga akan terjadi penurunan tekanan darah sistemik oleh karena adanya
panas yang akan merangsang pusat pengatur panas tubuh untuk meratakan
Efek terapeutik
maka zat ”P” yang merupakan salah satu penyebab nyeri akan ikut
terbuang.
2) Relaksasi otot
Relaksasi otot mudah dicapai bila jaringan otot dalam keadaan hangat
Posisi pasien diatur senyaman mungkin sesuai dengan arah yang akan
disinari baik duduk atau tengkurap. Daerah yang disinari harus bebas dari logam
dan pakaian. Lakukan tes sensibilitas terhadap panas atau dingin. Daerah yang akan
disinari dalam keadaan kering dan pastikan memberitahu pasien tentang rasa panas
yang akan dirasakan. Posisikan lampu infrared tegak lurus dengan daerah yang
diterapi. Durasi waktu diberikan pada terapi adalah 10 menit dengan jarak 35 cm.
Selama proses terapi berlangsung harus dikontrol rasa hangat yang diterima oleh
pasien.
2.9.5 Mekanisme penurunan nyeri pada myofascial pain syndrome dengan modalitas
infrared
skelet. Reaksi ini merupakan refleks alamiah yang dicetuskan oleh efek reseptor suhu
pada kulit. Stimulasi pada superfisialis dapat mengurangi aktivitas serabut gamma
45
sehingga kepekaan otot spindel akan berkurang. Selain itu dengan pemberian
darah sehingga menyebabkan aliran darah pada daerah nyeri yang diakibatkan oleh
akan tampak kemerah-merahan, hal ini disebabkan karena adanya dilatasi pada
Keadaan ini merupakan reaksi tubuh terhadap adanya energi panas yang
pengatur panas (heat regulating mechanism). Dengan sirkulasi darah yang meningkat
ini, maka pemberian nutrisi dan oksigen meningkat, sehingga kadar sel darah merah
dan anti bodies dalam jaringan akan meningkat. Dengan demikian jaringan akan
menjadi lebih baik dan perlawanan terhadap agen penyebab proses radang juga
semakin baik. Dengan lancarnya sirkulasi darah maka zat ”P” juga akan ikut
terbuang, sehingga rasa nyeri berkurang dan terjadi relaksasi otot (Prentice, 2002).
digunakan dalam praktek klinis untuk menilai nyeri. Terdiri dari Numeric Rating
Scale (NRS), Verbal Rating Scale (VRS), Faces Pain Scale (FPS) dan Visual
Analogue Scale (VAS). Visual Analogue Scale (VAS) merupakan alat pengukuran
intensitas nyeri yang dianggap paling efisien yang telah digunakan dalam penelitian
Pada umunya VAS disajikan dalam bentuk garis horisontal yang cara
intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien. Setiap ujungnya ditandai dengan level
intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “tidak nyeri” dan ujung kanan diberi tanda
“nyeri tidak tertahankan”). Pasien diminta untuk menandai disepanjang garis tersebut
sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur
dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm) dan skorenya
menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian score tersebut dicatat untuk melihat
dapat diperoleh. Keuntungan penggunaan VAS antara lain VAS adalah metode
mempunyai korelasi yang baik dengan skala-skala pengukuran yang lain dan dapat
diaplikasikan pada semua pasien bahkan dapat digunakan pada anak-anak di atas 5
tahun, serta VAS dapat digunakan untuk mengukur semua jenis nyeri. Namun
kekurangan dari skala ini adalah VAS memerlukan pengukuran yang lebih teliti dan
sangat bergantung pada pemahaman pasien terhadap alat ukur tersebut. Vas sangat
bergantung pada pemahaman pasien terhadap alat ukur tersebut. Sehingga edukasi
pengukur tentang VAS terhadap pasien sangat diperlukan (Hawker et al, 2011).
47