Vous êtes sur la page 1sur 11

PENELITIAN ILMIAH

MAKALAH ASPEK BAHASA DALAM KARYA TULIS ILMIAH

Oleh
ANNISA MELIANRIZA
1411212042

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antarmanusia. Sudah menjadi kodratnya
bahwa sebuah bahasa, termasuk bahasa indonesia, yang digunakan oleh berbagai etnis (suku
bangsa) yang bebeda, serta digunakan secara luas untuk berbagai keperluan dan kegiatan
maka bahasa indonesia menjadiragamnya. Bahasa Indonesia yang digunakan orang di Banda
Aceh, di Sumatera Barat, Jakarta, Makassar dan tempat-tempat lainnya menjadi tidak sama.
Demikian juga dengan bahasa Indonesia yang digunakan dalam bidang kegiatan tertentu,
seperti dalam bidang jurnalisstik, dalam bidang kesustraan, dalam bidang hukum dan dalam
bidang-bidang lainnya, semua menjadi berbeda, meskipun masih bernama bahasa Indonesia.
Dalam berbagai situasi bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan penulis
atau pembicara kepada pembaca atau pendengarnya. Pada tiap-tiap situasi komunikasi yang
dihadapi dapat dipilih satu dari sejumlah variasi atau ragam bahasa. Oleh karena itu penulis
membahas menguraikan mengenai Bahasa Karya Tulis Ilmiah.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa Pengertian Ragam Bahasa Karya Tulis Ilmiah?
2. Bagaimana Fungsi dan Kedudukan Bahasa Karya Tulis Ilmiah?
3. Bagaimana Macam-Macam Ragam Bahasa Bahasa?
4. Bagaimana Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar itu?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa Karya Tulis Ilmiah


Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis
pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia
harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku),
logis, cemat, dan sistematis.
Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa ilmiah, bahasa, bentuk, luas, dan ide yang disampaikan
melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam tidak dapat dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri
bahasa ilmu, seperti berikut ini.
1. Baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata.
2. Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah
dapat diterima akal.
3. Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara
pasti.
4. Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh
pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.
5. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif.
6. Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya,
baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf ialah seperangkat kalimat yang
mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.
Dalam karangan ilmiah, bahasa ragam merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan
menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan. Sesuai dengan sifat keilmuannya,
bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia), logis, cermat, dan sistematis. Karangan Ilmiah beberapa ciri diantaranya : jelas,
logis, lugas, objektif, saksama, sistematis, dan tuntas.[1]

B. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Karya Tulis Ilmiah


Yang dimaksud fungsi bahasa adalah nilai pemakaian bahasa yangdirumuskan sebagai tugas
pemakaian bahasa itu didalam kedudukan yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan
kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lembaga nilai budaya, yang
dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan dengan bahasa yang bersangkutan.
Dilihat dari kedudukannya, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara. Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai :
1. Lambang kebanggaan nasional.
2. Lambang identitas nasional.
3. Alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda-beda latar belakang.
4. Alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa indonesia mencerminkan nilai-nilai
sosialbudaya yang mendasari rasa kebangsaan. Dengan melalui bahasa nasionalnya, banga
Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikannnay pegangan hidup.
Atas dasar kebanggaan ini, bahasa Indonesia terpelihara dan dikembangkan, dan rasa
kebanggan memakainya senantiasa dibina.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dijunjung disamping bendera dan
negara kita. Didalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia tentulah harus memiliki
identitas sendiri pula sehingga ia serasi dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa
Indonesia dapat memiliki identitasnya sendiri hanya apabila masyarakat pemakainya
membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga ia bersih dari unsur-unsur
bahasa lain, terutama bahasa asing seperti bahasa Inggris, yang tidak benar-benar diperlukan.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan kebangsaan dan sebagai lambang
identitas nasional berhubungan erat dengan fungsinya yang ketiga, yaitu sebagai alat yang
memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku-suku bangsa yang memiliki latar
belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda kedalam satu-kesatuan kebangsaan
yang bulat. Didalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa
itu mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu tanpa harus meninggalkan
identitas kesukuan dan kesediaan kepada nilai-nilai sosial dan budaya serta latar belakang
bahasa daerah yang bersangkutan malah lebih dari itu. Dengan bahsa nasional itu, dapat
diletakkan kepentingan daerah dan golongan.
Latar belakang sosial budaya dan latar belakang kebahasaan yang berbeda-beda itu tidak pula
menghambat adanya perhungan antar daerah dan antar budaya. Berkat adanya bahasa
Nasional, penduduk dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga
kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa tidak
perlu dikhawatirkan. Seseorang dapat bepergian dari pelosok yang satu kepelosok yang lain
ditanah air ini dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat dalam
fungsinya sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar budaya telah dimungkinkan pula
oleh meningkatnya perbaikan sarana perhubungan darat, laut dan udara oleh bertambah
luasnya penggunaan alat-alat perhubungan masa seperti radio, televisi, dan majalah, oleh
bertambah meningkatnya arus perpindahan penduduk, baik dalam bentuk perantauan
perorangan maupun dalam bentuk transmigrasi berencana, oleh meningkatnya jumlah
perkawinan antar suku, serta oleh pemindahan petugas-petugas negara, baik sipil maupun
militer dari satu daerah ke daerah yang lain.
Sejalan dengan fungsinya sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar budaya, bahasa
Indonesia telah berhasil pula melaksanakan fungsinya sebagai alat pengungkapan perasaan.
Kalau beberapa tahun yang lalu masih ada orang yang merasa bahwa bahasa Indonesia belum
sanggup mengungkapkan nuansa peranan yang halus-halus, sekarang dilihat kenyataan
bahwa seni sastra dan drama baik yang dituliskan maupun dilisankan serta dunia perfilman
telah berkembang sedemikian rupa sehingga nuansa perasaan yang betapapun halusnya dapat
diungkapkan dengan memakai bahasa Indonesia. Kenyataan ini tentulah menambah tebalnya
rasa bangga akan kemampuan bahasa nasional itu.
Sebagai bahasa negara kedudukan bahasa Indonesia itu didasarkan pada undang-undang
dasar 1945, Bab XV, Pasal 36. Sebagaimana diketahui, pasal 36 itu berbunyi, “bahasa
negara adalah bahasa Indonesia.” Landasan konstitusional ini memberikan kedudukan yang
kuat bagi bahasa Indonesia untuk digunakan dalam berbagai urusan kenegaraan dan ddalam
menjalankan pemerintahan.
Didalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1)
bahasa resmi kenegaraan. (2) bahasa pengantar pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan
pemerintahan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan pertimbanagan akan berbagai macam fungsi bahasa Indonesia itu muncullah berbagai
macam pula ragam bahasa sesuai dengan situasinya. Situasi tempat, pembicara atau penulias,
pendengar, pokok pembicaraan, dan sebagainya menentukan ragam bahasa yang dipilih
seseorang dalam komunikasinya. Pertimbangan pemilihan ragam bahasa disesuaikan denagan
fungsi dan situais pembicaraan. Pada situasi resmi, misalnya pidato hendaklah dikenegaraan,
ceramah ilmiah, surat-menyurat dinas, rapat dinas, karangan dinas, perkulihan, dan
seebagainya, hendaklah dipilih ragam bahasa yang berbeda dengan situasi non resmi,
misalnya situasi dipasar, dijalan-jalan, dirumah, dilapangan olahraga, digedung pertunjukkan,
dan sebagainya. Dengan mengingat dan situasi komunitasi itu, tersedialah berbagai raga
bahsa yang sesuai komunikasi itu, tersedialah ragam bahasa yang sesuai, yang masing-
masing dapat dipilih sesuai dengan kepentinagn dan keperluannya.[2]
C. Macam-Macam Ragam Bahasa
· Ragam Bahasa Berdasarkan Waktunya
Terdapat tiga macam bahasa Indonesia jika konteks waktu dijadikan bahan utama
pertimbangan pembedannya. Dalam seting waktu pula sebuah bahasa akan dapat diperinci
menjadi (a) bahasa ragam lama atau bahasa ragam kuno, (b) bahasa ragam baru atau bahasa
ragam modern, dan (c) bahasa ragam kontemporer, yakni ragam bahasa yang banyak mencuat
akhir-akhir ini.
Dengan bahasa laras lama atau bahasa ragam kuno dapat dilacak keberadaan atau ekstensi
berikut makna ssejumlah dokumen kuno, aneka praasti, dan tulisan-tulisan yang tertuang
dalam peranti yang masih sangat sederhana itu.
Bahasa Indonesia dalam ragam baru diatur dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang umumnya
juga sudah diperbaruhi.
Nah, dalam banyak literatur memang sama sekali tidak ditemukan ragam bahasa
kontemporer. Adapun yang dimaksud adalah entitas bahasa dalam wujud perkembangannya
yang sekarang ini, yang sudah tidak menjadi rahasia lagi, telah melahirkan bentuk-bentuk
kebahasaan baru yang cenderung mengabaikan kaidah-kaidah kebahasaan yang sudah ada itu.

· Ragam Bahasa Berdasarkan Medianya


Jika dilihat dari dimensi medianya, bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni (a)
bahasa ragam lisan dan (b) bahasa ragam tulis. Bahasa ragam lisan lazimnya ditandai dan
ditentukan oleh penggunaan aksen-aksen bicara atau penekanan-penekanan tertentu dalam
aktifitas bertutur, pemakaian intonasi atau lagu kalimat tertentu. Demikian juga tanda-tanda
itu akan kelihatan dari wujud-wujud kosakata, tatabahassa, kalimat, dan paragrafnya.
Bahasa ragam lisan selanjutnya dapat diperinci manjadi dua, yakni (a) bahasa ragam lisan
baku dan (b) bahasa ragam lisan tidak baku. Bahasa ragam lisan baku kelihatan, misalnya
saja, ketika orang sedang berceramah di depan para dosen atau mahasiswa, ketika orang
sedang menguji skripsi, ketika orang sedang berpidato, ketika orang sedang presentasi, dan
seterusnya.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan bahasa ragam tulis adalah bahasa yang hanya tepat
muncul dalam konteks tertulis. Bahasa dalam ragam tulis harus sangat cermat dalam
pemakaian tanda bacanya, dalam pemakaian ejaan, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan
seterusnya. Ketentuan-ketentuan yang lazim ditemukan dalam ragam bahasa baku, terlebih-
lebih ragam baku tulis, beberapa dapat disebutkan berikut ini : (1) memakai ucapan baku, (2)
memakai ejaan resmi, (3) menghindari unsur kedaerahan, (4) memakai fungsi gramatikal
secara eksplisit, (5) memakai konjungsi ‘bahwa’ secara eksplisit, (6) pemakaian bentuk
kebahasaan secara lengkap, (7) pemakaian partikel secara konstiten, (8) pemakaian kata
depan secara tepat, (9) pemakaian aspek-pelaku-tindakan secara konsisten, (10) memakai
bentuk sintesis, (11) menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah.
Bahasa ragam tulis baku dalam karya ilmiah akademis tersebut memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : (1) jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya jelas dan runtut, (2) mengemban
konsep makna yang jelas, (3) memiliki kecermatan dalam hal diksi dan pemakaian tata
bahasanya, (4) bersifat objektive karena bahasa ilmiah menggambarkan fakta sesuai dengan
keadaan sesungguhnya, (5) bersifat konsisten dan runtut dalam penalarannya, (6) bersifat
rasional dan sistematis dalam alur berpikirnya.

· Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasinya


Apabila didasarkan pada kandungan pesan komunikasinya, bahasa dapat dibedakan menjadi
(1) bahasa ragam ilmiah, (2) bahasa ragam sastra, (3) bahasa ragam pidato, dan (4) bahasa
ragam berita.[3]

D. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Dalam penulisan karya tulis ilmiah juga menggunakan bahasa tulisan ilmiah yang bercirikan :
a. Penggunaan bahasa yang baku. Misalnya, tidak menggunakan kata “bisa”, tetapi
menggunakan kata “dapat”.
b. Kalimat pada umumnya mengunakan kalimat pasif. Misalnya, “masalah ini
sebaiknya “diabaikan”, bukan, “Saya sebaiknya mengabaikan masalah ini”.
c. Menggunakan kata “penulis” sebagai kata “saya” atau “kami”.
d. Kata-kata yang digunakan tidak mengandung makna ambigo. Artinya, diksi atau pilihan
kata hanya memilih kata-kata yang bermakna satu dan jelas.
e. Dalam tulisan tidak digunakan ungkapan-ungkapan yang bersifat hiperbola atau
melebih-lebihkan.
f. Tidak menggunakan kata-kata yang bersifat menyangatkan atau instensify, seperti
sangat, sekali dan sejenisnya.
g. Menghindari kata-kata yang mengekspresiakan emosi seperti suka, bagus, dan
sejenisnya. Sebagai gantinya menggunakan kata, seperti “memilih”, “sesuai standart”,
“menurut aturan”.
h. Kalimat ditulis secara singkat, tidak bertele-tele atau memutar-mutar.
i. Tulisan banyak menggunakan terminologi khusus.[4]
Disamping ciri-ciri tersebut diatas, bahasa ilmiah juga memuat ciri-ciri sebagai berikut :
a) Bahasanya jelas, lugas, logis, dan runtut. Kejelasan dan kejelasan ini terlihat pada
pemakaian kata dan istilah yang tertentu maknanya. Kelogisan terlihat pada pemaiakan
kalimat yang bisa diterima oleh akal sehat. Sedangkan keruntutan bisa dilihat dari rangakaian
kalimat dalam paragraf.
b) Objektife, yaitu penyampaian yang menonjolkan objek yang dibahas, bukan
menonjolkan yang dibahas. Ciri ini terlihat pada penggunaan ciri kalimat pasif, bukan
kaliamat aktif. Juga menghindari penggunan kata “saya”, “kami”, dan sejenis dengan itu.
c) Penggunaan tata cara penulisan yang benar, yaitu sesuai dengan kaidah penulisan yang
berlaku. Misalnya penggunaan tanda baca yang benar, penggunaan singkatan yang benar. [5]
Berkaitan dengan ragam tulisan ada baiknya kitapun memahami perihal gaya penulisan, yaitu
sikap terhadap isi dan bentuk tulisan. Dalam prespektif stilistika, gaya penulisan
dikategorikan :
a. Gaya sastra yang impresionitik dan subjektif mengingat tujuannya yang hendak
memunculkan kesan tertentu.
b. Gaya keilmuan yang formal, objektif dan argumentatif, karena hendak, menggaris
bawahi keberan.
c. Gaya jornalistik yang deskriftif dan objektif sesuai dengan tujuan itu sendiri sebagai
laporan atas fakta. [6]
Didalam statistika modern gaya penulisan lebih dikenal dalam istilah “gaya bahasa”. Pada
kategori gaya penulisan, maka artikel ilmiah maupun pada gaya keilmuan.
Prinsip-prinsip dalam penulian karya tulis ilmiah, yaitu :
A. Penulisan kata
Dalam menulis artikel ilmiah kita harus menguasai secara aktif sejumlah besar kosakata
bahasa (dalam kaita ini : bahasa Indonesia dan bahasa Asing yang relevan). Makin besar
kosakata yang dikuasai, kita makin mampu mengendalikan diksi secara tepat dan sesuai.
Diksi arau pilihan kata akan mencerminkan kecermatan kita dalam berbahasa. Terutama
untuk artikel ilmiah, diksi sharusnya mencerminkan bidang keilmuan kita. Oleh karena itu
merupakan hal yang wajar dikatakan bahwa kita sebagai penulis artikel ilmiah harus tepat
dan sesuai dalam memilih kata atau apakah plihan kata kita sudah sesuai dengan konteks
pembicaraan kita.[7]
Penggunaan kata dalam karya tulis ilmiah berbeda dengan penggunaan kata yang sering
dipakai dalam karya sastra atau dalam berbahsa sehari-hari. Kata-kata yang dipakai dalam
karya tulis ilmiah harus mengacu pada makna yang pasti, tidak samar, dan tidak mendua
(ambigu). Oleh karena itu dalam menggunakan kata harus sadar akan maknanya.[8]
B. Penulisan Kalimat
Kalimat-kalimat yang ada dalam karya tulis ilmiah haruslah kalimat yang memenuhi syarat
dari isi dan strukturnya. Dari segi isi, informasinyang disampaikan dalam kalimat
mengandung kebenaran yang diterima oleh akal sehat. Dari segi strukturnya bagian-bagian
yang ada dalam kalimat menduduki kalimat yang jelas dan saling emngait satu dengan yang
lain, sehingga mempunyai keutuhan.[9]
Dalam menulis artikel ilmiah kita harus menguasai secara aktif kaidah penyusunan kalimat
yang dalam kaitan ini merujuk oada :
a. Kelengkapan unsur kalimat. Kalimat “disini melyani kambing kurban”, umpamanya,
tentu dianggap sebagai kalimat yang kehilangan unsur subjek dan predikatnya (seharusnya,
“disini kami melayani pembelian kambing kurban”);
b. Pararelisme, pararelisme seharusnya diperhatikan guna menyelaraskan antara struktur
gramatiak dan alur pikir. Kalimat “Rohandi menyeret kambing kurban, lalu disembelihnya”,
contohnya, tentu dianggap sebagai kalimat yang tidak selaras (seharusnya, “Rohandi
menyeret kambing kurban lalu menyembelihnya”);
c. Mengindari Ambiguitas, karena akan membingungkan pembaca. Kalimat “Suami dosen
yang kurus itu muda sekali”, misalnya, tentu dianggap sebagai kalimat yang ambigu, sebab
siapa yang kurus suami dosen itu ataukah si dosen itu sendiri”;
d. Menghindari penonjolan personal atau menunjuk diri.Kalimat “perihal penilitan ini
sudah dikonfirmasikan “tentu lebih baik ketimbang “perihal penelitian ini sudah saya
konfirmasikan”;
e. Menghindari bahasa figuratif atau bahasa kias, agar makna kalimat menjadi lugas atau
menjadi kias. Kalimat “untuk melancarkan penelitian ini “tentu lebih baik daripada kalimat
“untuk melancarkan penelitian ini” tentu lebih baik daripada kalimat “untuk memuluskan
penelitian ini”;
f. Menghindari kalimat yang terlalu kompleks, bertele-tele atau berputar-putar, karena
akan menghilangkan gagasan atau topik utamanya”[10]
C. Paragraf merupakan pengembangan gagasan pengembangan dari suatu topik. Oleh
karena itu, paragraf biasanya terdiri atas 2 kalimat atau lebih. Sebagai pengembangan
gagasan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang alin harus jelas hubungannya. Apakah
hubungan sebab, akibat, syarat, klasifikasi, kondisi, contoh, bukti, perbandingan atau yang
lainnya. Kalau ada kalimat yang tidak jelas hubungannya dengan kalimat yang lain, pertanda
paragraf itu tidak baik karena pengembangannya tidak jelas.[11]
D. Penyusunan Alinea
Alinea adalah satuan bahasa yang pada umumnya merupakan penggabungan secara runtut
dan padu beberapa kalimat yang hanya membicarakan suatu gagasan. Sebuah alinea yang
mengandung beberapa gagasan dianggap sebagai alinea yang gagal. Menurut fungsinya,
kalimat-kalimat yang membangun sebuah alinea dapat dikategoriaka sebagai kalimat topik
(kalimat pokok) dan kalaimat pendukung (kalimat penjelas). Kalimat topok adalah kalimat
yang berisiskan ide pokok atau ide utama alenia. Alinea yang efektif haruslah memenuhi dua
syarat.
1. Kesatuan atau Kohesi
Yaitu jika seluruh kalimat dalam alinea hanya membicarakan satu pokok pikiran taua satu
masalah (tidak tiba-tiba melompat ketopik yang lain, meskipun masih berkaitan denagn topik
yang sedang dibicarakan).
2. Kepaduan atau Koherensi
Yaitu jika aliran kalimat satu dan lainnya berjalan denagn lancar. Untuk melancarkannya, kita
dapat menggunakan susunan yang logisantar kalimat atau mamnfaatkan repetisi, kata ganti
kata sambung, dan frase penghubung.[12]

BAB III
KESIMPULAN
Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa bedasarkan pengelompokan menurut jenis
pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia
harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku),
logis, cemat, dan sistematis.
Yang dimaksud fungsi bahasa adalah nialai pemakaian bahasa yangdirumuskan sebagai tugas
pemaikan bahasa itu didalam kedudukan yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan
kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lembaga nilai budaya, yang
dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dihubungkan dengan bahasa yang bersangkutan.
Dilihat dari kedudukannya, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara. Didalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) Lambang kebanggaan nasional, (2) Lambang identitas nasional, (3) Alat
pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda-beda latar belakang, (4) Alat perhubungan
antar daerah dan antar budaya.

Macam-Macam Ragam Bahasa


· Ragam Bahasa Berdasarkan Waktunya
Terdapat tiga macam bahasa Indonesia jika konteks waktu dijadikan bahan utama
pertimbangan pembedannya. Dalam seting waktu pula sebuah bahasa akan dapat diperinci
menjadi (a) bahasa ragam lama atau bahasa ragam kuno, (b) bahasa ragam baru atau bahasa
ragam modern, dan (c) bahasa ragam kontemporer, yakni ragam bahasa yang banyak mencuat
akhir-akhir ini.
· Ragam Bahasa Berdasarkan Medianya
Jika dilihat dari dimensi medianya, bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni (a)
bahasa ragam lisan dan (b) bahasa ragam tulis. Bahasa ragam lisan lazimnya ditandai dan
ditentukan oleh penggunaan aksen-aksen bicara atau penekanan-penekanan tertentu dalam
aktifitas bertutur, pemakaian intonasi atau lagu kalimat tertentu. Demikian juga tanda-tanda
itu akan kelihatan dari wujud-wujud kosa kata, tata bahasa, kalimat, dan paragrafnya.

· Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasinya


Apabila didasarkan pada kandungan pesan komunikasinya, bahasa dapat dibedakan menjadi
(1) bahasa ragam ilmiah, (2) bahasa ragam sastra, (3) bahasa ragam pidato, dan (4) bahasa
ragam berita.
E. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Dalam penulisan karya tulis ilmiah juga menggunakan bahasa tulisan ilmiah yang bercirikan :
A. Penggunaan bahasa yang baku. Misalnya, tidak menggunakan kata “bisa”, tetapi
menggunakan kata “dapat”.
B. Kalimat pada umumnya mengunakan kalimat pasif. Misalnya, “masalah ini
sebaiknya “diabaikan”, bukan, “Saya sebaiknya mengabaikan masalah ini”.
C. Menggunakan kata “penulis” sebagai kata “saya” atau “kami”.
D. Kata-kata yang digunakan tidak mengandung makna ambigo. Artinya, diksi atau pilihan
kata hanya memilih kata-kata yang bermakna satu dan jelas.
E. Dalam tulisan tidak digunakan ungkapan-ungkapan yang bersifat hiperbola atau
melebih-lebihkan.
F. Tidak menggunakan kata-kata yang bersifat menyangatkan atau instensify, seperti
sangat, sekali dan sejenisnya.
G. Menghindari kata-kata yang mengekspresiakan emosi seperti suka, bagus, dan
sejenisnya. Sebagai gantinya menggunakan kata, seperti “memilih”, “sesuai standart”,
“menurut aturan”.
H. Kalimat ditulis secara singkat, tidak bertele-tele atau memutar-mutar.

V. PENUTUP
Demikianlah uraian singkat mengenai ragam bahasa karya tulis ilmiah. Pemakalah sadar
bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan
kritik yang kami harapkan dari para pembaca, guna perbaikan makalah kami selanjutnya.
Semoga apa yang kami tulis dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Rahardi Kunjana, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Erlangga, 2009.
Alek dan Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2010.
Sugihastuti, Bahasa Laporan Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007.
Sawarno Jonathan, Pintar Menulis Karangan Tulis Ilmiah, Yogyakarta : Andi Offset, 2010.
Muslich, Masnur dan Maryaeni, Bagaimana Menulis Skripsi. Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
Wibowo Wahyu, Piawai Menembus Jurnal Terakreditas, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.

Vous aimerez peut-être aussi