Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2.5 Penatalaksanaan
2.5.1. Persiapan alat-alat untuk pemasangan Drainage thoraks :
1) Persiapan Drainage Thoraks
- Drain steril terdiri dari :
Dengan satu botol
Merupakan sistim drainage dada yang paling sederhana.Sistim ini terdiri dari satu botol
dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua lubang,satu untuk ventilasi udara dan
yang lainnya memungkinkan selang masuk sampai dasar botol.
2) Persiapan Obat- obatan.
- Spuit dan jarum steril.
- Betadin.
- Alkohol 70%.
3) Persiapan alat-alat steril untuk pemasangan Drainage thorak.
- Selang untuk rongga Thoraks yang sesuai ukurannya.
- Klem desinfeksi.
- Doek klem.
- Kasa.
- Doek lubang.
- Gunting.
- Trocar.
- Scapel / Bisturi.
- Pinset.
- Beberapa klem.
- Pemegang jarum.
- Sarung tangan.
4) Persiapan alat-alat non steril untuk pemasangan Drainage Thoraks.
- Bengkok.
- Ember / Kom.
- Plester / hipafyx.
- Gunting plester.
Persiapan pasien :
a. Pasien diberitahu tentang tindakan yang akan dilakukan
b. Mengatur posisi yang nyaman dan aman.
Prosedur kerja :
a. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan antiseptik.
b. Pasang perlak
c. Pasang sarung tangan
d. Kaji kondisi luka
e. Bersihkan luka dengan NaCl 0,9% dari pusat ke arah luar
f. Keringkan luka dengan kasa steril dengan lembut
g. Bersihkan kulit utuh sekeliling luka dengan alkohol 70% (radius 3 – 5 cm dari tepi luka)
h. Tutup luka dengan dengan steril dan paten
2.7. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Empisema Kutis
3. Infeksi
4. PneumoThoraks
2.9. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen dada merupakan tindadakan untuk mendiagnosis efusi pleura atau adanya
trauma Thoraks sehingga membutuhkan tindakan WSD atau tidak, serta untuk evaluasi
keberhasilan pemasangan WSD biasanya 24 jam setelah pemasangan apakah paru-paru
mengembang atau tidak. Pada kasus pneumoThoraks akan membutuhkan foto rontgen
berkali-kali.
- Batuk-batuk.
C. Intervensi Keperawatan
2. Risiko terhadap perubahan pola pernapasan berhubungan dengan nyeri pada area
invasif WSD.
Tujuan :
Pola pernafasan tetap normal
Kriteria hasil :
a. Klien tidak mengalami sesak RR 18-21x/mnt.
b. Klien mampu melakukan latihan nafas dalam dan batuk efektif sesuai kebutuhan.
c. Klien mampu mengutarakan pentingnya latihan nafas dalam.
Intervensi :
a. Dengan Kaji terhadap adanya penurunan nyeri optimal dengan periode keletihan atau
depresi pernapasan normal.
Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah
kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.
b. Catat perubahan upaya dan pola pernafasan.
Penggunaan otot interkostal / abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan upaya
bernafas.
c. Berikan posisi semi fowler, bantu pasien untuk nafas dalam serta batuk efektif.
Posisi semi fowler dan latihan nafas dalam membantu memaksimalkan ekspansi paru
menurunkan upaya pernafasan.
d. Jelaskan pada pasien pentingnya melakukan latihan aktivitas secara bertahap.
Dengan melakukan aktivitas secara bertahap diharapkan fungsi pernafasan akan
meningkat dan dispneu akan menurun.
e. Ajarkan individu untuk menggunakan balon atau spirometer setiap jam saat bangun.
Dengan latian meniup balon atau spirometer dapat membantu klien mengoptimalkan
fungsi paru - parunya.
f. Auskultasi bidang paru setiap 8 jam, tingkatkan frekuensi jika ada gangguan nafas.
Bunyi nafas dapat menurun atau tidak jika terjadi komplikasi, sumbatan selang WSD atau
terlepasnya selangWSD.
Poskan Komentar