Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi daerah operasi (atau yang biasa disingkat dengan IDO) merupakan
komplikasi yang berkaitan dengan setiap prosedur operasi.1 Infeksi tipe ini
didefinisikan sebagai infeksi yang muncul pada luka akibat prosedur operasi invasif
dalam rentang waktu 30 hari atau 90 hari. Infeksi yang terjadi di lapisan tubuh
bersifat superfisial, yakni pada lapisan kulit, tetapi dapat pula melibatkan jaringan
yang lebih dalam dari lapisan kulit serta bersifat lebih serius.2 Infeksi daerah operasi
termasuk dalam masalah infeksi terkait pelayanan kesehatan yang paling banyak
diteliti.3,4
Prevalensi infeksi terkait pelayan kesehatan pada tahun 1995 -2010 pada
negara dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah berdasarkan WHO, yaitu
sebesar 15,5%. Negara Indonesia sendiri menurut WHO (1995-2010) memiliki
prevalensi sebesar 7,1 %.1 Infeksi daerah operasi, secara khusus, menurut data
terbaru dari WHO pada tahun 2016, merupakan jenis infeksi terkait pelayanan
kesehatan yang paling sering ditemui di negara dengan tingkat ekonomi menengah
ke bawah dan terjadi pada setidaknya satu dari tiga pasien yang menjalani prosedur
pembedahan.2
Insidens IDO pada negara dengan kategori tersebut dilaporkan sebesar 11.8
per 100 pasien yang menjalani prosedur bedah dan 5.6 per 100 prosedur bedah.1 Di
Asia Tenggara sendiri, sebuah studi meta analisis pada tahun 2015 yang melibatkan
41 laporan studi lainnya menyebutkan bahwa insidensi rata-rata kejadian infeksi
terkait pelayanan kesehatan mencapai 9% dengan angka insidensi infeksi daerah
operasi (IDO) mencapai 7,8%.5 Angka ini menunjukkan peningkatan insidensi
kejadian infeksi daerah operasi (IDO) sampai dengan lebih dari dua kali lipat bila
2
1.2.Perumusan Masalah
Bagaimanakah hubungan antara waktu dan durasi pemberian antibiotik terhadap
kejadian infeksi daerah operasi (IDO) pada pasien yang menjalani prosedur
pembedahan di Rumah Sakit Atma Jaya pada bulan Mei-Juli 2017?
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara waktu dan durasi pemberian antibiotik terhadap
kejadian infeksi daerah operasi (IDO) pada pasien yang menjalani prosedur
pembedahan di Rumah Sakit Atma Jaya pada bulan Mei-Juli 2017?
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pasien yang mengalami infeksi daerah operasi (IDO) setelah
menjalani prosedur pembedahan di Rumah Sakit Atma Jaya pada bulan Mei-
Juli 2017.
b.Mengetahui waktu pemberian antibiotik profilaksis pada pasien yang
mengalami infeksi daerah operasi (IDO) setelah menjalani prosedur
pembedahan di Rumah Sakit Atma Jaya pada bulan Mei-Juli 2017
c. Mengetahui durasi pemberian antibiotik profilaksis pada pasien yang
mengalami infeksi daerah operasi (IDO) setelah menjalani prosedur
pembedahan di Rumah Sakit Atma Jaya pada bulan Mei-Juli 2017
d.Mengetahui jenis antibiotik profilaksis yang diberikan pada pasien yang
mengalami infeksi daerah operasi (IDO) setelah menjalani prosedur
pembedahan di Rumah Sakit Atma Jaya pada bulan Mei-Juli 2017
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
e. Klasifikasi Luka
Oleh American College of Surgeon, luka diklasifikasikan menjadi
4 jenis, yakni luka bersih, luka bersih-terkontaminasi, luka
terkontaminasi, dan luka kotor/terinfeksi.2
Dalam berbagai studi, ditemukan bahwa pada luka dengan derajat
bersih maupun bersih-terkontaminasi, insidensi terjadinya infeksi
daerah operasi (IDO) lebih rendah bila dibandingkan dengan
insidensinya pada luka terkontaminasi maupun kotor/terinfeksi.9,12,13
f. Kompleksitas Prosedur Pembedahan
Dari berbagai studi terkait infeksi daerah operasi (IDO),
ditemukan pula bahwa semakin kompleks suatu prosedur
pembedahan maka semakin tinggi pulalah resiko terjadinya infeksi
daerah operasi (IDO), Hal ini terutama berhubungan dengan lama
durasi prosedur pembedahan.6,22
g. Jenis Anestesi yang Digunakan
Jenis anestesi yang digunakan selama prosedur pembedahan
bergantung pada tindakan pembedahan yang dilakukan, status
kesehatan pasien, usia pasien, dan permintaan dari pasien. Beberapa
studi menunjukkan bahwa pasien yang dianestesi menggunakan
anestesi umum memiliki insidensi terjadinya infeksi daerah operasi
(IDO) yang lebih tinggi daripada pasien yang dianestesi
menggunakan teknik anestesi regional.23,24 Namun, ada pula berbagai
studi yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan di antara
keduanya.25,26
h. Jenis Operasi (Cito atau Elektif)
Jenis operasi cito/emergensi disebut memiliki insidensi infeksi
daerah operasi (IDO) yang lebih tinggi dibandingkan pada pasien
yang mengalami prosedur pembedahan secara elektif. Hal ini
berhubungan dengan tidak memungkinkannya dilakukan persiapan
8
k. Pemasangan Implan
Operasi dengan menggunakan implan atau prostetik, sebagai contoh
graft pembuluh darah setelah operasi bypass arteri atau pemasangan
sendi prostetik, menyebabkan adanya benda asing dalam tubuh.
Keberadaan benda asing tersebut menurunkan jumlah organisme
patogen yang dapat menyebabkan infeksi daerah operasi. Sebaliknya
pada lingkungan seperti ini, organisme bersifat non-patogen, seperti
9
dan tanda infeksi (demam dengan suhu >38⁰C atau adanya nyeri
setempat pada daerah bekas pembedahan),
Adanya abses atau bukti lain yang menunjukkan bahwa telah
terjadi infeksi yang melibatkan insisi dalam (ditemukan melalui
pemeriksaan anatomikal, histopatologis, ataupun radiologis), dan
Diagnosis infeksi daerah operasi (IDO) insisional dalam
ditegakkan oleh ahli bedah atau dokter yang melihat pasien secara
langsung.
Topik Rekomendasi
FASE PREOPERATIF
Membersihkan diri Pasien dianjurkan untuk mandi sebelum
(mandi) sebelum operasi prosedur pembedahan.
Penggunaan sabun ataupun sabun
antimikroba dalam hal ini sudah cukup.
Tidak perlu membersihkan diri (mandi)
dengan menggunakan clorhexidin gluconate
karena tidak terbukti menurunkan insidensi
terjadinya infeksi daerah operasi (IDO).
Dekolonisasi Pada pasien yang diketahui merupakan
menggunakan salep carrier S. aureus di daerah hidung dan akan
mupirocin dengan/tanpa menjalani operasi di bidang cardiothorax
menggunakan sabun ataupun orthopedi, pengaplikasian
clorhexidin gluconate menggunakan salep mupirocin 2% dengan
untuk membersihkan atau tanpa kombinasi dengan mandi
diri (mandi) sebagai menggunakan clorhexidin gluconate sangan
13
operasi (IDO).
Penggunaan kain operasi dengan bahan
adhesive dari plastic dengan/tanpa agen
antimikroba tidak dianjurkan.
Wound protector Dianjurkan untuk menggunakan wound
devices protector devices pada operasi daerah
abdomen dengan jenis luka bersih
terkontaminasi, terkontaminasi, ataupun
kotor untuk mengurangi resiko terjadinya
infeksi daerah operasi (IDO).
Irigasi luka insisi Belum ada bukti yang cukup untuk
menyatakan pentingnya irigasi luka insisi
menggunakan saline sebelum penutupan
luka operasi untuk mengurangi resiko
terjadinya infeksi daerah operasi (IDO).
Tidak dianjurkan untuk mengirigasi luka
insisi menggunakan larutan antibiotik.
Perawatan luka Perawatan luka menggunakan tekanan
menggunakan tekanan negatif untuk mencegah terjadinya infeksi
negatif untuk mencegah daerah operasi (IDO) dapat digunakan untuk
terjadinya infeksi daerah mengurangi resiko terjadinya infeksi daerah
operasi (IDO) operasi (IDO) pada pasien dengan resiko
tinggi mengalami infeksi daerah operasi
(IDO).
Penggunaan sarung Belum ada bukti kuat terkait penggunaan
tangan surgikal satu atau dua lapis sarung tangan steril
terkait hubungannya untuk mengurangi
resiko terjadinya infeksi daerah operasi
17
(IDO).
Pergantian instrument Belum ada rekomendasi.
operasi
Jahitan dengan lapisan Penggunaan benang jahit berlapis triklosan
antimikroba dianjurkan untuk mengurangi resiko
terjadinya infeksi daerah operasi (IDO),
tanpa memandang jenis operasi yang
dilakukan.
FASE POSTOPERATIF
Perpanjangan periode Tidak direkomendasikan untuk
penggunaan antibiotik memperpanjang pemberian antiobiotik
profilaksis profilaksis setelah prosedur pembedahan
selesai dilakukan.
Penggunaan antimikroba Tidak direkomendasikan untuk
profilaksis bila memperpanjang pemberian antibiotik
terpasang drain dan profilaksis pada pasien yang dipasang
waktu yang tepat untuk selang drain.
melepaskan drain Selang drain dapat dilepaskan sesuai dengan
indikasi klinisnya. Tidak ada waktu tertentu
yang dianjurkan untuk melepaskan selang
drain dengan harapan untuk mengurangi
resiko terjadinya infeksi daerah operasi
(IDO).
dan mortalitas akibat infeksi daerah operasi, mengurangi durasi dan biaya
perawatan, tanpa efek samping, serta tidak mempengaruhi flora pasien atau
rumah sakit Hal tersebut dapat dicapai dengan menggabungkan beberapa
faktor. Faktor pertama yang berperan adalah pemilihan agen antimikroba.
Agen yang dipilih harus memiliki mekanisme yang dapat melawan patogen
daerah operasi tersering. Organisme yang predominan menyebabkan infeksi
daerah operasi setelah prosedur operasi golongan bersih adalah flora kulit,
termasuk didalamnya S. aureus dan Staphylococcus kogulase negsatif,
sedangkan pada prosedur bersih-terkontaminasi organisme yang predominan
adalah bakteri batang gram negatif dan enterococcus disamping flora pada
kulit. Berdasarkan hal tersebut, pemilihan jenis antibiotik yang sesuai
dengan patogen berperan penting dalam profilaksis infeksi. Beberapa agen
antimikroba yang telah diakui oleh FDA diantaranya adalah cefazolin,
cefuroxime, cefoxitin, cefotetan, ertapenem dan vancomycin.27
Faktor kedua adalah waktu pemberian antibiotik yang sesuai hingga
tercapai dosis inisial sebelum kontaminasi oleh mikroorganisme terjadi.
Prinsip pemberian antibiotic profilaksis ini adalah memasukkan seluruh
dosis antibiotik sebelum adanya gangguan peredaran darah di lapangan
operasi. Secara menyeluruh yang direkomendasikan adalah dosis pertama
antibiotik diberikan dalam rentang waktu 60 menit sebelum insisi dilakukan.
Vancomycin dan florokuinolon secara khusus perlu dimulai dalam rentang
waktu 20 menit sebelum insisi. Hal ini dikarenakan kedua obat tersebut
membutukan waktu infus yang lebih lama. Vancomycin dan florokuinolon
memiliki waktu paruh yang panjang maka pemberian yang lebih cepat tidak
mempengaruhi konsentrasi dalam serum. 27
Faktor lainnya adalah durasi pemberian profilaksis. Saat ini durasi
terpendek yang paling efektif untuk mencegah terjadinya infeksi daerah
operasi belum diketahui, akan tetapi ada banyak studi yang menyatakan
pemberian antibiotik setelah prosedur operasi tidak diperlukan. Durasi
19
-Diabetes -Malnutrisi
-Radioterapi
Antibiotik profilaksis
Jenis Operasi
-Kompleksitas -Elektif
-Durasi pembedahan
Jumlah Sel Darah Putih
(leukosit) Pre Operatif
Klasifikasi Luka
Jenis Anestesi yang Digunakan
-Bersih
BAB III
Kerangka Konsep
Infeksi
Antibiotik Profilaksis daerah
operasi
( waktu dan durasi)
Proses
Pembedahan
3.2 Hipotesa
Ho : Tidak ada hubungan kejadian infeksi daerah operasi dengan
waktu dan durasi pemberian antibiotkc profilaksis.
Hα : Terdapat hubungan kejadian infeksi daerah operasi dengan
waktu dan durasi pemberian antibiotik profilaksis.
Variabel terikat :
Infeksi daerah operasi
Definisi : Infeksi yang terjadi dalam 30 hari setelah prosedur pembedahan
dan melibatkan lapisan kulit serta jaringan subkutis tempat insisi
dilakukan (superficial) dan/atau melibatkan jaringan lunak yang
lebih dalam lagi, seperti fascia atau otot, serta dapat pula
melibatkan organ ataupun rongga tubuh yang mengalami
manipulasi selama proses pembedahan
Skala ukur : Ordinal
Alat ukur : Diagnosa IDO oleh dokter spesialis atau dokter umum
Hasil ukur : Ya atau tidak
22
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.2.1. Populasi
4.2.2. Sampel
2
𝑍𝛼+𝑍𝛽
n ={ (1+𝑟) } +3
0.5 𝑙𝑛[(1−𝑟)]
Keterangan :
Zα = Kesalahan tipe 1
Zβ = Kesalahan tipe 2
r = nilai korelasi
Maka besar sampel yang dibutuhkan
2
2,576+1,960 4,536 2
{ (1+0.5) } + 3 = (0.5 ln 3) + 3 = 71,2
0.5 𝑙𝑛[(1−0,5)]
Data yang diambil merupakan data primer yang didapatkan dari hasil pencatatan
komponen-komponen faktor risiko oleh peneliti sendiri
Catatan tentang komponen faktor risiko dan tanda-tanda klinis terjadinya infeksi
daerah operasi yang dibuat oleh peneliti sendiri dan rekam medis pasien.
Analisis data yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini merupakan uji
Pearson pada program SPSS 15.0 for windows.
27
ANGGARAN
Total 625.000
Total (Rp)
Nama Barang Harga Jumlah
Total 3.335.000
28
DAFTAR PUSTAKA
(1) United States Centers for Disease Control and Prevention. Surgical Site Infection.
[cited 17 Mei 2012]. Available from: URL: https://www.cdc.gov/HAI/ssi/ssi.html
(2) World Health Organization. Global Guidelines for the Prevention of Surgical Site
Infection. [cited 4 Februari 2016]. Available from: URL:
http://www.who.int/gpsc/global-guidelines-web.pdf
(3) Allegranzi B, Bagheri Nejad S, Combescure C, Graafmans W, Attar H, Donaldson
L, et al. Burden of endemic health-care-associated infection in developing countries:
systematic review and meta-analysis. Lancet. 2011;377(9761):228-41
(4) Report on the burden of endemic health careassociated infection worldwide. A
systematic review of the literature. Geneva: World Health Organization; 2011
(http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/80135 /1/9789241501507_eng.pdf,
accessed 10 August 2016).
(5) Moi LL, Anucha A, Gilbert M. The Burden of Healthcare-Associated Infections in
Southeast Asia: A Systematic Literature Review and Meta-Analysis. Clin Infect Dis.
2015;60(11):1690-9.
(6) National Institute for Health and Clinical Excellence. Surgical Site Infection:
Prevention and Treatment of Surgical Site Infection. [cited Oktober 2008]. Available
from: URL: https://www.nice.org.uk/guidance/cg74/evidence/full-guideline-
242005933
(7) European Centre for Disease Prevention and Control. Survellance of Surgical Site
Infections in European Hospitals-HAISSI Protocol. [cited 15 Februari 2012].
Available from: URL:
http://ecdc.europa.eu/en/publications/Publications/120215_TED_SSI_protocol.pdf
(8) Ridgeway S, Wilson J, Charlet A, et al. Infection of the Surgical Site after
Arthroplasty of the Hip. Journal of Bone and Joint Surgery – British. 2005;87:844–
50.
(9) Neumayer L, Hosokawa P, Itani K, et al. Multivariable Predictors of Postoperative
Surgical Site Infection after General and Vascular Surgery: Results from the Patient
29
(20) Olsen MA, Butler AM, Willers DM, et al. Risk Factors for Surgical Site Infection
after Low Transverse Cesarean Section. Infection Control and Hospital
Epidemiology.2008;29:477–84.
(21) Gravante G, Araco A, Sorge R, et al. Postoperative Wound Infections after Breast
Reductions: The role of Smoking and the Amount of Tissue Removed. Aesthetic
Plastic Surgery.2008;32:25–31.
(22) Surgical Site Infection: Prevention and Treatment of Surgical Site Infection. NICE
Clinical Guidelines, No. 74. National Collaborating Centre for Women's and
Children's Health (UK). London: RCOG Press; 2008 Oct.
(23) Johnson A, Young D, Reilly J. Caesarean Section Surgical Site Infection
Surveillance. J Hosp Infect. 2006;64:30–35.
(24) Chang CC, Lin HC, Lin HW, Lin HC. Anesthetic Management and Surgical Site
Infections in Total Hip or Knee Replacement: A Population-Based Study.
Anesthesiology. 2010;113:279–284.
(25) Keping C, Jiawei L, Qingfang K, Changxian W, Nanyuan Y, Guohua X. Risk
Factors for Surgical Site Infection in a Teaching Hospital: A Prospective Study of
1,138 Patients. [cited 14 Agustus 2015]. Available from: URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4542557/
(26) Devjani De, Saxena S, Mehta G, Yadav R, Dutta R. Risk Factor Analysis and
Microbial Etiology of Surgical Site Infections Following Lower Segment Caesarean
Section. International Journal of Antibiotics. 2013;2013:283025
(27) Bratzler DW, Dellinger EP, Olsen KM, Perl TM, Auwaerter PG, Bolon MK, et al.
Clinical practice guidelines for antimicrobial prophylaxis in surgery. American
Journal of Health-System Pharmacy. 2013 Feb 1;70(3):195–283.