Vous êtes sur la page 1sur 7

ASPEK SOSIAL BUDAYA BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

KESEHATAN

A. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan Mempelajari Kebudayaan


1) Didalam semua religi atau agama, ada kepercayaan tertentu yang berkaitan
dengan kesehatan, gizi, dll. Misal : orang yang beragama Islam : tidak makan
babi, seorang petugas kesehatan dapat menganjurkan makanan lain.
2) Dengan mempelajari organisasi masyarakat, maka petugas kesehatan akan
mengetahui organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang
berkuasa, menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani.
3) Petugas kesehatan juga perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas
kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan
memperbaiki status kesehatan.
4) Petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah
berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa
persaudaraan.
5) Selain itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat setempat.
Karena petugas kesehatan dapat memanfaatkan kesenian yang ada
dimasyarakat untuk menyampaikan pesan kesehatan.
6) Sistem mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem mata pencaharian
ada kaitannya dengan pola penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut.
7) Teknologi dan peralatan masyarakat setempat. Masyarakat akan lebih mudah
menerima pesan yang disampaikan petugas jika petugas menggunakan
teknologi dan peralatan yangdikenal masyarakat.
B. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan
Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain
adalah :
1) Umur
2) Jenis Kelamin
3) Pekerjaan
4) Sosial Ekonomi
Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada
perilaku kesehatan :
1) Self concept
Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau
ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri.
2) Image kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.
Sebagai contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran
dan orang-orang dengan pendidikan tinggi.
C. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan
Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi
kesehatan :
1) Pengaruh tradisi
2) Sikap fatalistis (fanatik)
3) Sikap ethnosentris
4) Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
5) Pengaruh norma
6) Pengaruh nilai
7) Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
terhadap perilaku kesehatan.
8) Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan

PUSTAKA
PERSAGI. 2010. Penuntun Konseling Gizi. PT. Abadi, Jakarta.
Soekidjo Notoadmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.
Jakarta
ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG MENJADI PENYEBAB MASALAH
KESEHATAN DAN GIZI DI INDONESIA

D. Masalah Gizi Masyarakat Di Indonesia


Pembangunan program gizi di indonesia selama 30 tahun terakhir
menunjukkan hasil yang positif.
Gambaran makro perkembangan keadaan gizi masyarakat menunjukkan
kecendrungan yang sejalan. Prevalensi kurang energi protein pada balita turun
37,5% pada tahun 1989 menjadi 26,4% pada tahun 1990. Penurunan serupa terjadi
pada prevalensi masalah gizi lain. Prevalensi gangguan akibat kurang yodium,
kurang vitamin A dan anemia gizi pada tahun 1998 masing 9,8%, 0,3%, dan 50,9%.
Dibandingkan dengan sasaran global yang disepakati, keadaan gizi masyarakat di
indonesia masih jauh ketinggalan. Sebagai contoh pada tahun 2005 diharapkan
terjadi penurunan prevalensi kurang energy protein menjadi 20% , gangguan akibat
yodium menjadi 5% , anemia gizi menjadi 40%, dan bebas masalah kebutaan akibat
kurang vitamin A.
Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah,
undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah, dan peraturan pemerintahan nomor 25 tahun 2000
tentang kewenangan pemerintah dan provinsi sebagai daerah otonom, mengatur
kewenangan pemerintah daerah dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan termasuk pembangunan di bidang gizi.
Seperti halnya di indonesia, masalah kurang vitamin A klinik
(Xeropthalmia) juga telah diberantas. Angka kematian ibu melahirkan turun drastis
dari 230 tahun 1992 menjadi 17 per 100.000 tahun 1996.

E. Penyebab Masalah Gizi


Penyebab langsung kurang gizi adalah makanan anak dan penyakit infeksi
yang mungkin diderita anak. Timbulnya kurang gizi karena makanan yang kurang
tetapi bisa juga karna penyakit. Anak yang mendapatkan makanan yang cukup bayi,
tetapi sering diserangdiare atau demam akhirnya dapat menderita kurang gizi.
Deklarasi dunia di Roma “ The World Declaration and Plan of Action for
Nurtrion, 1992” memberikan sembilan goal dan sembilan strategi untuk gizi yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam memformulasi rencana kerja nasional.
Goal yang ingin dicapai adalah :
1. Menghilangkan kelaparan dan kematian akibat kelaparan
2. Menghilangkan berbagai jenis kelaparan dan penyakit yang berhubungan
dengan kurang gizi sebagai akibat dari bencana alam
3. Menghilangkan masalah kurang yodium dan vitamin A
4. Mengurangi kelaparan kronis
5. Mengurangi kurang gizi, terutama pada bayi, balita, dan wanitan usia subur
6. Mengurangi masalah kurang gizi mikro lainnya, termasuk zat besi
7. Mengurangi penyakit infeksi dan non infeksi yang erat kaitannya dengan
makanan yang dikonsumsi
8. Mengurangi berbagai masalah sosial berkaitan dengan peningkatan
penggunaan ASI
9. Mengurangi keadaan kesehatan diri dan lingkungan yang tidak memadai,
termasuk peningkatan penggunaan air bersih.

Sementara itu, strategi yang di rekomendasikan adalah :


1. Menyatukan tujuan, kebijakan, dan strategi berkaitan dengan gizi dalam
pengembangan kebijakan dan program pembangunan nasional
2. Meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga
3. Melindungi konsumen melalui peningkatan kualitas dan keamanan pangan
4. Mencegah dan meningkatkan tata laksana penyakit infeksi
5. Mempromosikan ASI dan makanan pendamping ASI
6. Meningkatkan pola asuh untuk kelompok rawan
7. Mencegah masalah kurang zat gizi mikro
8. Mempromosikan gizi seimbang dan hidup sehat
9. Memantau, menilai, dan menganalisis situasi gizi secara terus-menerus.
F. Kondisi Gizi Masyarakat Di Indonesia Sangat Memprihatinkan
Pada saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi kurang dan masalah gizi
lebih, masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kekurangan
persediaan pangan, kurang baiknya kuwalitas lingkungan (sensitasi) ; kurangnya
pengetahuan masyrakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan ; dan adanya
daerah miskin gizi (iodium).
Penyebab utama kesenjangan itu adalah adanya pertumbuhan penduduk
yang masih relatif tinggi, yaitu 1,49 persen per tahun, dengan jumlah besar dan
penyebaran yang tidak merata.
1) Masalah gizi kurang
Keberhasilan pemerintah dalm meningkatkan produksi pangan dalam
pembangunan jangka panjang tahap 1 (PJP 1) disertai dengan perbaikan
distribusi pangan, perbaikan ekonomi, dan peningkatan daya beli masyarakat
telah banyak memperbaiki keadaan gizi masyarakat.
2) Kurang energi protein (KEP)
Kurang energy protein (KEP) disebabkan oleh kekurangn makan
sumber energy secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak,
KEP dapat menghambat pertumbuhan terhadap penyakit terutama penyakit
infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkoduktivitas kerja dan derajat
kecerdasan.
3) Anemia gizi besi (AGB)
Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan
kekurangan zat besi (AGB). Angka nasional prevalensi anemia gizi besi baru
dikumpulkan pada tahun 1989 melalui survey kesehatan rumah tangga (SKRT)
untuk ibu hamil, yaitu sebesar 70%. SKRT tahun 1992 mencatat prevalensi
AGB untuk ibu hamil sebesar 63,5% dan balita 55,5%.
4) Ganguan akibat kekurangan ioudium (GAKI)
Kekurangan iodium terutama terjadi di daerah pengunungan, dimana
tanah kurang mengandung iodium. Daerah GAKI merentang sepanjang bukit
barisan disumatra, daerah pengunungan dijawa, Bali, NTT, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku dan irian jaya. Di daerah tersebut GAKI terdapat secara
endemic. Pada pemetaan GAKI pada anak sekolah yang dilakukan secara
periodic sejak tahun 1989 rata-rata prevalensi gondok total/total goiter
rate (TGR). Bila pada tahun 1989 rata-rata angka TGR adalah sebesar 37,2%,
pada tahun 1992 turun menjadi 27,7%.

Penangulangan gizi kurang


Upaya-upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang harus dilakukan
secara terpadu oleh masyarakat dan pihak pemerintah setempat antara lain :
1) Upaya pemenuhan dan persediaan pangan nasional terutama peningkatan
produksi beraneka ragam pangan
2) Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga
3) Peningkatan upaya pelayanan-pelayanan gizi terpadu dan system rujukan
dimulai dari tingkat pos pelayanan terpadu (posyandu), hingga puskesmas
dan rumah sakit
4) Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui system kewaspadaan
pangan dan gizi masyarakat (SKPG)
5) Peningkatan komunikasi, imformasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi
masyarakat
6) Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas
7) Peningkatan kesling
8) Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi. Dll

G. Penyebab Utama Masalah Gizi


Terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi khususnya
gizi buruk atau kurang, yaitu intake zat gizi yang bersumber dari makanan dan
infeksi penyakit. Kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut terkait dengan
berbagai fakto penyebab tidak langsung yaitu ketahanan dan keamanan pangan,
perilaku gizi, kesehatan badan dan sanitasi lingkungan.
Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama upaya peningkatan
status gizi masyarakat yang paling erat kaitannya dengan pembangunan pertanian.
Situasi produksi pangan dalam negeri serta ekspor dan impor pangan akan
menentukan ketersediaan pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi kondisi
ketahanan pangan di tingkat wilayah.

DAFTAR PUSTAKA

System kesehatan, Wiku adisasmito, Ph.D, 2007. Jakarta : Pt. Raja grafindo.
http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1088142057,65767,

http://keluargatinar.multiply.com/jurnal/item/16/beratbadandantinggibadan.

Vous aimerez peut-être aussi

  • Prejur DM
    Prejur DM
    Document11 pages
    Prejur DM
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Balita
    Balita
    Document23 pages
    Balita
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Surat MMD2
    Surat MMD2
    Document1 page
    Surat MMD2
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Agregat Balita
    Agregat Balita
    Document10 pages
    Agregat Balita
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Surat MMD2
    Surat MMD2
    Document1 page
    Surat MMD2
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Hak Anak
    Hak Anak
    Document12 pages
    Hak Anak
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Surat MMD2
    Surat MMD2
    Document1 page
    Surat MMD2
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Keluarga
    Askep Keluarga
    Document27 pages
    Askep Keluarga
    Heksana Budi Cahyono
    Pas encore d'évaluation
  • Format Pengkjian Keluarga
    Format Pengkjian Keluarga
    Document16 pages
    Format Pengkjian Keluarga
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Surat Ijin PKM Ke MSY
    Surat Ijin PKM Ke MSY
    Document2 pages
    Surat Ijin PKM Ke MSY
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Laporan Agregat Toga
    Laporan Agregat Toga
    Document31 pages
    Laporan Agregat Toga
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Laporan Agregat Warga
    Laporan Agregat Warga
    Document32 pages
    Laporan Agregat Warga
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas KDM
    Tugas KDM
    Document6 pages
    Tugas KDM
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Teori Bermain
    Teori Bermain
    Document109 pages
    Teori Bermain
    koala
    Pas encore d'évaluation
  • KOMUNIKASI KELUMPOK
    KOMUNIKASI KELUMPOK
    Document10 pages
    KOMUNIKASI KELUMPOK
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Pengkajian Keluarga
    Pengkajian Keluarga
    Document57 pages
    Pengkajian Keluarga
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Sab
    Sab
    Document5 pages
    Sab
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Askepklg Revisi
    Askepklg Revisi
    Document56 pages
    Askepklg Revisi
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Stroke
    Askep Stroke
    Document12 pages
    Askep Stroke
    G A's Adwiyahvee Cicy
    Pas encore d'évaluation
  • Konsep Dasar Stroke
    Konsep Dasar Stroke
    Document25 pages
    Konsep Dasar Stroke
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Pemecahan Dilema Etik 2011
    Pemecahan Dilema Etik 2011
    Document20 pages
    Pemecahan Dilema Etik 2011
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Pengkajian Keluarga
    Pengkajian Keluarga
    Document57 pages
    Pengkajian Keluarga
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Dermasitis Kontak
    Dermasitis Kontak
    Document2 pages
    Dermasitis Kontak
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Leav Lead Kepkel
    Leav Lead Kepkel
    Document2 pages
    Leav Lead Kepkel
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Komunitas Balita
    Komunitas Balita
    Document11 pages
    Komunitas Balita
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • TERAPI BERMAIN PUZZLE
    TERAPI BERMAIN PUZZLE
    Document11 pages
    TERAPI BERMAIN PUZZLE
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Pengertian Sistem Hukum Kesehatan Indonesia
    Pengertian Sistem Hukum Kesehatan Indonesia
    Document19 pages
    Pengertian Sistem Hukum Kesehatan Indonesia
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Pembahasan DHF & Thypoid
    Pembahasan DHF & Thypoid
    Document26 pages
    Pembahasan DHF & Thypoid
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Jamkesmas Analisa
    Jamkesmas Analisa
    Document7 pages
    Jamkesmas Analisa
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation
  • Emergency checklist
    Emergency checklist
    Document4 pages
    Emergency checklist
    DiAr Setya-sLank
    Pas encore d'évaluation