Vous êtes sur la page 1sur 5

Nama : Zikri Zakaria Salam

Kelas : X IPA 2

Ayat pertama

Allah Ta’ala berfirman :

‫صاَلإلحاَ مومل يقلشإرلك‬ ‫ي أمننمماَ إإ ىلمهققكلم إإ ىلمهرَ مواَإحرَد ۖ فممملن مكاَمن يملرقجوُ لإمقاَمء مرببإه فملليملعمملل معمملل م‬
‫ققلل إإننمماَ أممناَ بممشرَر إملثلققكلم قيوُمحىى إإلم ن‬
َ‫بإإعمباَمدإة مرببإه أممحلدا‬

“Katakanlah, sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kalian, diwahyukan


kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kalian itu adalah Tuhan Yang Esa”.
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang salih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya” (Al-Kahfi : 110).

Ayat kedua

Allah Ta’ala berfirman


‫مواَلعبققدواَ ن‬
َ‫ام مومل تقلشإرقكوُاَ بإإه مشليلئا‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun” (An-Nisaa`: 36).

Kisah Sang Ahli Ibadah yang Digoda oleh Syaithan hingga


Berbuat Syirik
Ada seorang ahli ibadah (‘Abid) dari kalangan Bani Israil, yang merupakan ahli
ibadah pada masanya. Tersebutlah tiga bersaudara yang memiliki satu-satunya
saudara perempuan yang masih perawan. Suatu ketika, ketiga orang ini ingin pergi ikut
berjihad di jalan Allah namun mereka tidak tahu kepada siapa saudara perempuan
mereka itu akan dititipkan dan mendapatkan tempat yang aman padahal orang tua
mereka sudah meninggal dunia. Lalu bersepakatlah mereka untuk menitipkannya
kepada seorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil tersebut sebab hanya dia yang
mereka percayai.

Karena itu, mereka mendatangi orang tersebut dan memintanya agar bersedia
menerima titipan saudara perempuan mereka tersebut sehingga ia bisa tinggal dulu di
sampingnya hingga mereka pulang kembali dari perjalanan, namun si ahli ibadah ini
menolaknya dan berlindung kepada Allah dari mereka dan sikap mereka tersebut.
Karena terus didesak dan mereka tetap ngotot, akhirnya dia pun bersedia menerima
seraya berkata, “Tolong inapkan dia di sebuah rumah di dekat tempat ibadah yang
khusus untukku.” Maka mereka pun membawanya ke tempat itu, kemudian berangkat
dan meninggalkannya.

Wanita, saudara perempuan ketiga orang itu pun menginap di rumah sang ahli
ibadah itu hingga beberapa masa. Selama itu, dia turun dari tempat ibadahnya (yang
berada di atas dan berdampingan dengan rumah di mana wanita itu tinggal) untuk
memberinya makan, memanggilnya, lalu wanita itu keluar untuk mengambil makanan
yang diletakkannya di suatu tempat.

Maka, syaithan pun memainkan perannya; pertama-tama ia pura-pura peduli


dengan si ahli ibadah ini dengan mensugestinya terus agar berbuat baik, akan tetapi ia
menyayangkan keluarnya si wanita itu dari rumahnya pada siang hari dengan menakut-
nakutinya bahwa cara seperti itu bisa saja dilihat seseorang lalu tertarik pada wanita itu.
Dia lalu menganjurkan, “Andaikata kamu sendiri yang berjalan dan meletakkan
makanannya di pintu rumah, tempat si wanita itu, tentulah pahalanya bagimu lebih
besar.” Si Iblis terus menggodanya dengan hal itu hingga akhirnya, si ahli ibadah itu
mengikutinya. Dia datang ke rumah, tempat wanita itu menginap, membawa makanan
itu sendiri dan meletakkannya di depan pintunya namun tidak berbicara sepatah kata
pun dengannya. Kondisi ini berjalan beberapa lama.

Kemudian Iblis itu datang lagi seraya mensugestinya untuk senantiasa berbuat
kebaikan sehingga mendapatkan pahala. Dia berkata, “Andaikata kamu berbicara
dengannya sehingga dia bisa merasa terhibur denganmu. Sebab ia tentu dicekam
kesepian yang amat sangat.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia berani
mengajak si wanita itu berbicara sekalipun sembari melihat dari tempat ibadahnya yang
berada di bagian atas.

Setelah itu, Iblis mendatanginya lagi seraya berkata, “Andaikata kamu


menghampirinya dengan duduk di pintu tempat ibadahmu seraya mengajaknya
berbicara sementara ia juga duduk di pintu rumahnya sambil berbicara denganmu,
tentulah ini lebih baik dan lebih membuatnya terhibur (tidak kesepian).” Iblis terus
menggodanya hingga akhirnya dia pun turun dan duduk di pintu tempat ibadahnya
sambil mengajak berbicara si wanita itu yang juga keluar dari rumahnya sambil duduk di
pintunya guna meladeninya berbicara. Kondisi ini pun berjalan beberapa lama.

Kemudian Iblis itu datang lagi seraya tidak lupa mensugestinya untuk berbuat
kebaikan dan meraih pahala terhadap apa yang dilakukannya. Ia bertutur, “Andaikata
kamu keluar saja dari tempat ibadahmu itu, kemudian duduk di dekat pintu rumahnya
lalu mengajaknya bicara tentulah akan lebih membuatnya merasa terhibur lagi dan
akan lebih baik baginya.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya dia melakukannya
juga. Kondisi itu pun berjalan beberapa lama.

Kemudian Iblis datang lagi sembari terus mensugestinya untuk berbuat


kebaikan. Ia berkata, “Andaikata kamu mendekatinya dan duduk di samping pintu
rumahnya lalu berbicara dengannya tetapi dia tidak usah keluar dari rumahnya, tentu
lebih baik.” Maka dia pun melakukannya; turun dari tempat ibadahnya, berdiri di depan
pintu si wanita itu lalu berbicara dengannya. Kondisi ini berjalan untuk beberapa waktu.

Setelah itu, Iblis datang lagi seraya berkata, “Andaikata kamu masuk bersama-
sama dengannya lalu berbicara akan tetapi dia tidak usah menampakkan wajahnya
kepada siapapun, tentulah lebih baik bagimu.” Iblis terus menggodanya hingga si ahli
ibadah ini pun memasuki rumah si wanita lalu mengajaknya berbicara sepanjang siang
hari itu dan begitu siang sudah habis, ia kembali naik ke tempat ibadahnya.

Keesokan harinya, Iblis datang lagi dan terus membuatnya terbayang-bayang


dengan si wanita tersebut hingga akhirnya si ahli ibadah berani memegang pahanya
dan menciumnya. Iblis terus memperdayanya dengan membuat hal demikian elok di
hadapan matanya dan menggodanya hingga akhirnya dia berbuat zina dengan wanita
itu dan menghamilinya. Setelah beberapa lama wanita itu pun kemudian melahirkan
anak dari hasil hubungan gelap mereka.

Tak berapa lama setelah itu, Iblis datang lagi seraya berkata kepada si ahli
ibadah, “Menurutmu, apa yang dapat kamu perbuat bila saudara-saudara si wanita itu
datang lalu mendapatinya telah melahirkan seorang anak? Tidak, Aku tidak dapat
menjamin bahwa ia (wanita) tidak membuka rahasia terhadap aib itu atau pun mereka
nantinya berhasil menyingkap aibmu. Karena itu, pergilah ke anak itu lalu goroklah dia
dan kuburkan, pasti ia (wanita itu) tidak akan angkat bicara karena takut saudara-
saudaranya akan berbuat kasar terhadapmu begitu mengetahui apa yang telah kamu
lakukan terhadapnya.” Maka, si ahli ibadah ini pun menuruti saja bujukan Iblis itu
dengan membunuh anak hasil hubungannya dengan wanita tersebut.

Kemudian Iblis berkata lagi, “Menurutmu, apakah ia (wanita itu) tidak akan
angkat bicara kepada saudara-saudaranya mengenai perlakuanmu terhadapnya dan
anaknya yang telah kamu bunuh? Tidak, karena itu, singkirkan dan goroklah dia lalu
kuburkan bersama anaknya.” Iblis terus menggodanya hingga akhirnya ia pun
menggorok wanita itu dan membuang kedua mayat itu ke dalam sebuah lubang, lalu
menyumbatnya dengan batu besar kemudian tanahnya diratakan kembali. Setelah itu,
ia naik ke tempat ibadahnya seraya terus melakukan ritual. Kondisi ini berlangsung
beberapa lama hingga kemudian saudara-saudara wanita itu pulang dari berperang.
Mereka datang seraya menanyakan keadaan saudara perempuan mereka. Namun, si
ahli ibadah ini dengan mimik sedih menyampaikan bela sungkawanya kepada mereka
atas kematiannya dan mendoakan semoga Allah merahmati arwahnya.

Mendengar kejadian itu, mereka berniat tinggal beberapa hari di kuburannya,


untuk kemudian kembali menemui sanak saudara mereka.

Begitu malam tiba dan mereka sudah tertidur pulas, datanglah syaithan dalam
mimpi mereka menyamar sebagai seorang laki-laki yang sedang bepergian. Lalu ia
memulai pertanyaannya kepada kakak sulung dari tiga bersaudara tersebut mengenai
kondisi saudara perempuan mereka. Maka si kakak sulung itu memberitahukan
kepadanya seperti yang telah dikatakan si ahli ibadah itu mengenai kematiannya,
bagaimana dia berbelasungkawa dan menunjukkan lokasi dikuburkannya saudara
perempuan mereka tersebut, akan tetapi syaithan yang menyamar tersebut-
menyangkal ucapan si ahli ibadah dan menganggapnya telah berdusta, seraya berkata,
“Ia tidak berbicara jujur pada kalian mengenai saudara perempuan kalian tersebut.
Sebenarnya, dia telah menghamilinya lalu lahirlah seorang anak, kemudian si ahli
ibadah itu menggoroknya dan anak itu karena takut kepada kalian, setelah itu, dia
melempar keduanya ke dalam lubang yang digalinya di belakang pintu rumah tempat
tinggal sudara wanita kalian itu, tepatnya di sebelah kanan orang yang masuk ke sana.
Pergilah ke sana, lalu masuklah ke rumah itu, pasti kalian akan menemukan mayat
keduanya sebagaimana yang telah aku beritahukan kepada kalian ini.”

Iblis kemudian mendatangi mimpi saudara nomor dua mereka dan mengatakan
kepadanya persis seperti yang dikatakannya kepada kakak sulung mereka, kemudian ia
datang lagi ke dalam mimpi si bungsu dan mengatakan hal yang sama.

Tatkala bangun, mereka tertegun-tegun terhadap apa yang masing-masing


mereka lihat dalam mimpi. Akhirnya masing-masing bertemu dan berkata kepada
saudaranya, “Semalam aku melihat sesuatu yang aneh di dalam mimpi.” Masing-
masing saling menceritakan apa yang dilihatnya.

Maka, berkatalah si kakak sulung, “Ini hanyalah mimpi belaka, tidak akan ada
apa-apa. Ayo kita berangkat dan anggap saja hal ini sebagai angin lalu.”

“Demi Allah, aku tidak akan berangkat hingga mendatangi tempat tersebut lalu
melihat apa yang ada di dalamnya,” kata si bungsu.

Akhirnya, mereka semua menuju ke rumah di mana saudara perempuan mereka


pernah tinggal tersebut. Mereka buka pintunya dan mencari lokasi seperti yang
disebutkan di dalam mimpi mereka. Ternyata, mereka mendapati saudara perempuan
mereka dan anaknya dalam kondisi tergorok di dalam sebuah lubang sebagaimana
yang dikatakan kepada mereka dalam mimpi itu. Lalu mereka menanyakan kebenaran
hal itu kepada si ahli ibadah, maka ia pun membenarkan apa yang dikatakan Iblis pada
mereka di dalam mimpi itu berkenaan dengan apa yang telah diperbuatnya terhadap
ke-dua orang tersebut (si wanita dan anaknya).

Mereka kemudian mengangkat perkara tersebut kepaada raja, menurunkannya


dari tempat ibadahnya dan menghadirkannya untuk disalib. Tatkala mereka telah
mengikatnya di atas kayu untuk dibunuh, datanglah Iblis menjumpai si ahli ibadah itu
seraya berkata, “Akulah temanmu yang tempo lalu telah mengujimu dengan wanita
tersebut sehingga ia hamil dan anaknya engkau bunuh. Jika sekarang ini kamu mau
patuh padaku dan kafir terhadap Allah Yang menciptakan serta membentukmu, aku
akan menyelematkanmu dari kondisimu saat ini.” Maka, si ahli ibadah itupun menjadi
kafir kepada Allah. Tatkala ia telah menyatakan kekafirannya, syaithan pun lari dan
membiarkan urusannya dengan orang-orang diselesaikan sehingga mereka pun
menyalibnya, lalu ia pun dibunuh.

Vous aimerez peut-être aussi