Vous êtes sur la page 1sur 4

Setiap rumah sakit pasti akan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas mutunya dan sudah pasti

audit klinis tersebut akan selalu teratur dilakukan. Namun mengapa selalu saja mutu dari Rumah Sakit
Indonesia selalu bermasalah??Berikut adalah faktor yang menurut saya mempengaruhi hal tersebut:
1. Sistem senioritas dalam rumah sakit di Indonesia masih sangat amat tinggi dan dalam audit klinis
salah satu kriteria yang dibutuhkan adalah mendapatkan persetujuan dari pada klinisi. Kalau misalnya
ada bagian yang harus diaudit dan memang benar harus diaudit tapi tidak mendapatkan persetujuan
klinisi, maka tidak akan dapat dilakukan audit klinis. Lalu mengapa audit klinis harus mendapatkan
persetujuan dari klinisi??Karena nantinya akan terkait dengan sistem perbaikannya. Kalau dari awal saja
para klinis tidak setuju maka rencana untuk perbaikan juga tidak akan bisa berjalan
2. Dana yang terbatas. Untuk dapat melakukan perbaikan tentunya sangat diperlukan dana. Nah
mungkin audit ni telah dilakukan dan rencana perbaikan telah dibuat namun jika dana yang dibutuhkan
tidak juga “cair” maka akan percuma dan proses perbaikan tidak akan bisa berjalan
3. Dokter masih banyak yang kurang update atau menganut ilmu/kebiasaan yang lama. Ini akan terkait
dengan proses penyelenggaraan kesehatan. Ilmu kesehatan akn terus berkembang dan pengetahuan
baru akan selalu ada. Namun kebanyakan dokter masih menganut kebiasaan yang dulu dipelajari atau
budaya yang biasanya dilakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan proses perbaikan audit yang berdasar
pada bukti ilmiah terbaru. Pernah saya mendengar seorang dosen yang mengatakan bahwa untuk
sebuah guideline kesehatan yang baru dibutuhkan sekitar 10 tahun untuk menerapkannya pada proses
rumah sakit. Padahal tiap tahun pasti ada penelitian dan pengetahuan yang baru.
4. Proses audit klinis dan rancangan perbaikan kadang hanya sekedar audit. Sifat buruk Bangsa
Indionesia adalah melakukan perbaikan tanpa adanya pelakasanaan. Walaupun rencana pelaksanaanya
ada namun kadang pelaksanaannya sulit dan ujung-ujungnya tidak ada mutu perbaikan
Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui sistem audit klinis perlu
kerjasama dari semua pihak:
1. Dari pihak para klinisi sendiri/kolegium/perhimpunan dokter harus dapat menerima suatu bagian
yang harus diaudit dan mau menerima secara lapang dada jika ada suatu proses yang berjalan kurang
tepat dan harus diperbaiki
2. Dari pihak dokter secara individu harus terbuka dengan ilmu yang baru dan selalu update. Para dokter
diharapkan juga memiliki pandangan luas dan tidak terikat dengan budaya yang sudah lama/tidak sesuai
lagi dengan zamannya
3. Dari petinggi rumah sakit sendiri/regulator agar melakukan sistem pengawasan yang baik terhadap
pelakasanaan perbaikan mutu hasil audit klinis ini. Dan kalau perlu adanya pemberian sangsi terhadap
pihak-pihak yang tidak mendukung dalam perbaikan mutu.
4. Untuk mengantisipasi masalah dana sendiri diharapkan para auditor untuk memilih rencana
perbaikan yang efektif dan efisien. Dipilih jalan keluar yang memiliki dampak besar, mudah dilakukan
dan murah secara dana.
5. Rumah sakit harus mensosialisasikan rencana perbaikan dengan baik ke seluruh tenaga dalam suatu
rumah sakit sehingga tiap orang dapat berupaya dan berperan dalam peningkatan mutu kesehatan
6. Mengubah budaya NATO (Np Action Talk Only) menjadi budaya action. Ini terkait dengan pelaksanaan
perubahan. Memang mungkit sulit untuk mngubah budaya namun jika perubahan ini dimulai dari hal-
hal kecil pasti bisa dilakukan sampai hal-hal yang besar
inShare

Diposting oleh Hospital auditor di 12.13 Tidak ada komentar:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: audit klinis

Konsep dan Langkah-langkah audit klinis

Audit klinik adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan
kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.
Mutu/Kualitas dapat ditinjau dari berbagai perspektif baik itu dari perspekstif pasien dan penyandang
dana, manajer dan profesi dari pemberi jasa rumah sakit maupun pembuat dan pelaksana kebijakan
layanan kesehatan di tingkat regional, nasional dan institusi. Perkembangan evolusi mengenai bidang
mutu (Quality), kaidah teknik mekanisme pengambilan keputusan untuk profesi seperti Evidence-based
(Medicine, Nursing, Healthcare, Health Technology Asssessment), dan Sistem Layanan Kesehatan di
rumah sakit sangat perlu dan penting untuk diketahui terlebih dahulu sebelum menetapkan arah
pengembangan suatu sarana layanan kesehatan (rumah sakit) sehingga akan lebih mudah dalam menilai
progresivitas dan kinerja (performance) dalam bentuk indikator-indikator yang mencerminkan keadaan
yang sesungguhnya.
Penetapan topik audit
Rapat Komite Medik menentukan topik audit yang diikuti oleh Direksi dan Sub-komite audit medik,
berdasar:
a. Data rutin rumah sakit
b. Survey kepuasan pasien
c. Observasi pemberian pelayanan
d. Masukan (direksi, asuransi, unit-unit, dll)
Pilih topik yang:
-Dapat diperbaiki
-High risk, cost, volume, problem
-Ada dukungan atau konsensus dari para klinisi
-Ada clinical guidelines-nya

2. Menyusun latar belakang, tujuan dan sasaran


Latar-belakang
-Rasionalitas mengenai topik audit terpilih (pengertian singkat, epidemiologi internasional-nasional-RS)
-Ketersediaan guidelines dan isi pentingnya
-Permasalahan yang ada
Tujuan audit klinik
-Memastikan atau memperbaiki mutu
-Tidak hanya ”menghitung jumlah” atau ”memeriksa” tapi lebih terfokus dalam usaha peningkatan mutu
pelayanan.
Contoh:
”Apakah kita memberikan pelayanan klinik terbaik pada pasien dengan ca-mamme?”
”Apakah penatalaksanaan pasien dengan ca-paru sudah sesuai dengan guidelines?”
“Meningkatkan manajemen pelayanan klinik pada pasien dengan ulkus diabetes”
Sasaran: ”untuk meyakinkan bahwa...”
-Appropriateness: Apakah terapi yang dilakukan sudah sesuai standart?
-Timeliness : Apakah terapi yang diberikan ”tepat waktu”?
-Effectiveness : Apakah terapi yang diberikan memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan?
Sasaran lain:
-Acceptability: Apakah pasien puas dengan pelayanan yang diberikan?
-Accessibility: Bagaimana kemudahan pasien dalam mendapatkan pelayanan?
-Efficiency: Apakah terapi yang diberikan menggunakan biaya, tenaga dan sumberdaya minimal?
-Equity: Apakah perawatan yang tersedia bisa dirasakan merata?

3. Menyusun kriteria audit


Kriteria
Bukti yang diperlukan dan yang harus ada, bahwa penderita telah diberikan pelayanan pada taraf yang
seoptimal mungkin.
Diagnosis, pengobatan, tindakan, reaksi penderita, atau peristiwa lain yang ada kaitannya dengan
penyakit atau kondisi yang berhubungan dengan judul audit klinik
Kriteria yang dapat diaudit:
Proses: diagnosis, terapi, tindakan, bedah, dsb
Kriteria yang jarang diaudit:
Input: tidak lazim, karena biasanya terkait dengan keterbatasan budget, sehingga siklus audit tidak bisa
lengkap
Output: agak sulit karena akan terkait dengan faktor lain (penyakit penyerta): Status keluar rumah sakit,
LOS, Kematian, Komplikasi
Detail penulisan kriteria meliputi, nama kriteria : standar, perkecualian, petunjuk pengambilan data.
Standar
Batasan yang menyatakan harus ada (100%) atau tidak ada (0%) pada masing-masing unsur. Contoh:
◦ Penggunaan antibiotik profilaksis pada pembedahan elektif: standar 100%
◦ Decubitus pada pasien: standar 0%
Standar dipakai untuk menentukan apakah suatu catatan medik memenuhi kriteria pedoman audit klinik
atau tidak
Perkecualian
Keadaan-keadaan yang mungkin merupakan alasan bagi sebuah catatan medik untuk tidak memenuhi
standar.
Merupakan suatu keadaan klinis yang ada dan dapat menerangkan alasan tidak terpenuhinya suatu
standar.
Petunjuk Pengumpulan Data
Menunjukkan bagian-bagian mana dari suatu catatan medik yang dapat dipercaya sebagai sumber data
Petunjuk-petunjuk harus ditulis secara obyektif dan semua istilah harus disebutkan secara lengkap.

4. Pengumpulan data
Retrospektif bila data yang anda kehendaki secara rutin telah dikumpulkan misal pada suatu sistem
komputer atau di dalam buku catatan
Prospektif diambil pada pasien-pasien yang baru seperti dan saat mereka masuk

5. Variabel
-Varibel diperlukan untuk melihat apakah ada pola dalam mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien
-Varibel diperlukan untuk melihat apakah ada hal-hal tertentu (dari aspek RS, dokter, perawat,
pasien) yang mempengaruhi mutu pelayanan, misalnya:
Dokter
Kelas perawatan
Asal bangsal
Umur pasien, dsb

6. Populasi dan sampel


Ambil seluruh populasi bila topik audit sangat penting (misalnya operasi)
Pakai sampel bila jumlah pasien sangat banyak (misal 1000)
Sampel pragmatis: 20-50 pasien sudah cukup
Sampel ilmiah dengan penghitungan sample size: bila perlu pertanggung –jawaban atau publikasi ilmiah

7. Analisis data
1. Re-check: analisa penyimpangan
◦ Memastikan apakah hasil audit menurut asisten audit sudah benar (yang disebut menyimpang
benar-benar menyimpang)
2. Identifikasi karakteristik sampel audit, apakah dapat mewakili seluruh populasi
3. Menghitung tingkat kepatuhan secara umum
4. Mengidentifikasi pola penyimpangan
5. Mengidentifikasi penyebab penyimpangan

8. Menetapkan perubahan => merupakan tujuan utama audit klinik.

9. Re-audit

Vous aimerez peut-être aussi