Vous êtes sur la page 1sur 17

DISUSUN OLEH :

Kelompok II

NURUL DWI UTAMI SYAM RESKI KUSUMA DEWI


VITA SARI MBANGI TRY RAHMADANI
MIFTAHUL JANNAH HASLINA
DIAN ALGIANTI ANISA HERMAWANTI
HALIMATUS SYA’DIYAH FARADILA WAKANG

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya, mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan walaupun
masih ada kesalahan.
Makalah ini memuat tentang “INKONTINENSIA URINE:URGENSI”. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Makassar, Januari 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing.
Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita yang pernah melahirkan daripada
yang belum pernah melahirkan (nulipara). Diduga disebabkan oleh perubahan
otot dan fasia di dasar panggul. Kebanyakan penderita inkontinensia telah
menderita desensus dinding depan vagina disertai sisto-uretrokel. Tetapi
kadang-kadang dijumpai penderita dengan prolapsus total uterus dan vagina
dengan kontinensia urine yang baik.
Angka kejadian bervariasi, karena banyak yang tidak dilaporkan dan
diobati. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 10-12 juta orang dewasa
mengalami gangguan ini. Gangguan ini bisa mengenai wanita segala usia.
Prevalensi dan berat gangguan meningkat dengan bertambahnnya umur dan
paritas. Pada usia 15 tahun atau lebih didapatkan kejadian 10%, sedang pada
usia 35-65 tahun mencapai 12%. Prevalansi meningkat sampai 16% pada wanita
usia lebih dari 65 tahun. Pada nulipara didapatkan kejadian 5%, pada wanita
dengan anak satu mencapai 10% dan meningkat sampai 20% pada wanita
dengan 5 anak.
Pada wanita umumnya inkontinensia merupakan inkontinensia stres,
artinya keluarnya urine semata-mata karena batuk, bersin dan segala gerakan
lain dan jarang ditemukan adanya inkontinensia desakan, dimana didapatkan
keinginan miksi mendadak. Keinginan ini demikian mendesaknya sehingga
sebelum mencapai kamar kecil penderita telah membasahkan celananya. Jenis
inkontinensia ini dikenal karena gangguan neuropatik pada kandung kemih.
Sistitis yang sering kambuh, juga kelainan anatomik yang dianggap sebagai
penyebab inkontinensia stres, dapat menyebabkan inkontinensia desakan.
Sering didapati inkontinensia stres dan desakan secara bersamaan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan inkontinensia
urine:Urgensi ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam
jumlah yang cukup banyak,sehingga dapat dianggap merupakan masalah bagi
seseorang.

B. ETIOLOGI
Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada
anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar panggul
akibat kehamilan berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis.
Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya
kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun
kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.
Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait dengan gangguan di
saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi urin meningkat atau
adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet. Gangguan saluran kemih
bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi infeksi saluran kemih, maka
tatalaksananya adalah terapi antibiotika. Apabila vaginitis atau uretritis atrofi
penyebabnya, maka dilakukan tertapi estrogen topical. Terapi perilaku harus
dilakukan jika pasien baru menjalani prostatektomi. Dan, bila terjadi impaksi
feses, maka harus dihilangkan misalnya dengan makanan kaya serat, mobilitas,
asupan cairan yang adekuat, atau jika perlu penggunaan laksatif. Inkontinensia
Urine juga bisa terjadi karena produksi urin berlebih karena berbagai sebab.
Misalnya gangguan metabolik, seperti diabetes melitus, yang harus terus
dipantau. Sebab lain adalah asupan cairan yang berlebihan yang bisa diatasi
dengan mengurangi asupan cairan yang bersifat diuretika seperti kafein.
Gagal jantung kongestif juga bisa menjadi faktor penyebab produksi urin
meningkat dan harus dilakukan terapi medis yang sesuai. Gangguan kemampuan
ke toilet bisa disebabkan oleh penyakit kronik, trauma, atau gangguan mobilitas.
Untuk mengatasinya penderita harus diupayakan ke toilet secara teratur atau
menggunakan substitusi toilet. Apabila penyebabnya adalah masalah psikologis,
maka hal itu harus disingkirkan dengan terapi non farmakologik atau
farmakologik yang tepat. Pasien lansia, kerap mengonsumsi obat-obatan tertentu
karena penyakit yang dideritanya. Inkontinensia urine juga terjadi akibat
kelemahan otot dasar panggul, karena kehamilan, pasca melahirkan, kegemukan
(obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi vagina.
Penambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan
melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan bulan. Proses
persalinan juga dapat membuat otot-otot dasar panggul rusak akibat regangan
otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat
meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urine. Dengan menurunnya kadar
hormon estrogen pada wanita di usia menopause (50 tahun ke atas), akan terjadi
penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga
menyebabkan terjadinya inkontinensia urine. Faktor risiko yang lain adalah
obesitas atau kegemukan, riwayat operasi kandungan dan lainnya juga berisiko
mengakibatkan inkontinensia. Semakin tua seseorang semakin besar
kemungkinan mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan struktur
kandung kemih dan otot dasar panggul.

C. INKONTENSIA URINE:URGENSI

Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi keinginan


berkemih.Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan dengan kontraksi detrusor
tak terkendali (detrusor overactivity). Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan dengan
inkontinensia urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit Parkinson, demensiadan cedera medula
spinalis. Pasien mengeluh tak cukup waktu untuk sampai di toiletsetelah timbul keinginan untuk
berkemih sehingga timbul peristiwa inkontinensiaurin. Inkontinensia tipe urgensi ini merupakan
penyebab tersering inkontinensia padalansia di atas 75 tahun. Satu variasi inkontinensia urgensi
adalah hiperaktifitasdetrusor dengan kontraktilitas yang terganggu. Pasien mengalami
kontraksiinvolunter tetapi tidak dapat mengosongkan kandung kemih sama sekali.
Merekamemiliki gejala seperti inkontinensia urin stress, overflow dan obstruksi. Oleh karenaitu
perlu untuk mengenali kondisi tersebut karena dapat menyerupai ikontinensia urintipe lain
sehingga penanganannya tidak tepat.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Urgensi
2. Retensi
3. Kebocoran urine
4. Frekuensi
E. PATOFISIOLOGI
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari penyakit
infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter atau terjadinya perubahan tekanan
abdomen secara tiba-tiba. Inkontinensia bisa bersifat permanen misalnya pada spinal
cord trauma atau bersifat temporer pada wanita hamil dengan struktur dasar panggul
yang lemah dapat berakibat terjadinya inkontinensia urine. Meskipun inkontinensia
urine dapat terjadi pada pasien dari berbagai usia, kehilangan kontrol urinari
merupakan masalah bagi lanjut usia.

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Inkontinensia stres: keluarnya urin selama batuk, mengedan, dan sebagainya.


Gejala-gejala ini sangat spesifik untuk inkontinensia stres.
2. Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan
gambaran seringnya terburu-buru untuk berkemih.
3. Enuresis nokturnal: 10% anak usia 5 tahun dan 5% anak usia 10 tahun
mengompol selama tidur. Mengompol pada anak yang lebih tua merupakan
sesuatu yang abnormal dan menunjukkan adanya kandung kemih yang tidak
stabil.
4. Gejala infeksi urine (frekuensi, disuria, nokturia), obstruksi (pancara lemah,
menetes), trauma (termasuk pembedahan, misalnya reseksi abdominoperineal),
fistula (menetes terus-menerus), penyakit neurologis (disfungsi seksual atau
usus besar) atau penyakit sistemik (misalnya diabetes) dapat menunjukkan
penyakit yang mendasari.
G. Penatalaksanaan
Latihan otot-otot dasar panggul Latihan penyesuaian berkemih Obat-obatan untuk
merelaksasi kandung kemih dan estrogen Tindakan pembedahan memperkuat muara
kandung kemih
1. Inkontinensia urgensi
a. Latihan mengenal sensasi berkemih dan penyesuaiany
b. Obat-obatan untuk merelaksasi kandung kemih dan estrogen
c. Tindakan pembedahan untuk mengambil sumbatan dan lain-lain keadaan
patologik yang menyebabkan iritasi pada saluran kemih bagian bawah.
d. Kateterisasi, bila mungkin secara intermiten, dan kalau tidak mungkin secara
menetap.
e. Tindakan pembedahan untuk mengangkat penyebab sumbatan
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
( INKONTINENSIA URINE :URGENSI)
( INKONTINENSIA URINE:URGENSI,RESIKO)

INKONTINENSIA URINE:URGENSI
Pengeluaran urine secara involunter yang terjadi segera setelah keinginan
berkemih yang kuat muncul.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
inkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi pada
lansia (usia ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak
menutup kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko mengalaminya.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang
dirasakan saat ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada
sesuatu yang mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa,
gerakan), masukan cairan, usia/kondisi fisik,kekuatan
dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan waktu miksi.
Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum
terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
b. Riwayat kesehatan klien
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah
pernah terjadi trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal,
infeksi saluran kemih dan apakah dirawat dirumah sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
keturunan, penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan
Batasan karakteristik

Subjektif :

Melaporkan urgensi berkemih

Melaporkan pengeluaran urine secara involunter akibat kontruksi/spasme


kandung kemih

Melaporkan ketidak mampuan mencapai toilet pada waktunya guna


menghindari pengeluaran urine

Objektif:

Tampak tidak mampu mencapai toilet pada waktunya untuk menghindari


pengeluaran urine

Faktor yang berhubungan

 asupan alcohol
 uretritis atrofik
 vaginitis atrofik
 infeksi kandung kemih
 asupan kafein
 penurunan kapasitas kandung kemih ( misalnya, riwayat penyakit radang
panggul, pembedahan abdomen, kateter urinemenetap ).

 Hiperaktivitas detrusor akibat gangguankontraktilitas kandung kemih


 Impaksi
 Penggunaan deuretik

Alternatif Diagnosis Yang Disarankan

 Defisit perwatan diri: eliminasi


 Eliminasi urin: gangguan
 Inkontinensia urine: fungsional
 Inkontinensia urine: overflow
 Inkontinensia urine: reflex
 Inkontinensia urine: stress
 Inkontinensia urine: total
 Retensi urine

Hasil NOC

Hasil NOC untuk inkontinensia urine: total.

Integritas jaringan : kulit dan membrane mukosa: keutuhan struktur dan fingsi
fisiologis normal kulit dan membrane mukosa.

Tujuan/criteria evaluasi

NOC untuk inkontinensia urine: funsional

Contoh menggunakan bahasa NOC

Menunjukkan kontinensia urine, yang di butuhkan oleh indicator berikut

(sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu di


tunjukkan)

 Berespon tepat waktu terhadap keinginan berkemih.


 Mengidentifikasi obat yang mengganggu kendali berkemih
 Mempertahankan lingkungan bebas-kendala untuk eliminasi mandiri
(urine dikeluarkan tanpa urgensi)
Contoh lain

Pasien akan

 Mendeskripsikan program manajemen kandung kemih untuk


mengembalikan pola eliminasiurine yang memuaskan
 Memiliki episode inkontinensia yang lebih jarang

Intervesi NIC
Bantuan perawatan diri: eliminasi: membantu individu melakukan eliminasi.

Pelatihan kebiasaan berkemih : menetapkan pola pengosongan kandung kemih


yang dapat diperkirakan untuk mencegah inkontinensia pada individu yang mengalami
keterbatasan kemampuan kognitif dan menderita inkontinensia urgensi,stress,atau
fungsional

Perawatan inkontinensia urine: membantu meningkatkan inkontinensia dan


memepertahankan integritas kulit perimeum.
INKONTINENSIA URINE,RISIKO

1. Pengkajian
 Kaji faktor risiko
 Evaluasi lingkungan terhadap kendala untuk melakukan eliminasi
tepat waktu
 Kaji kemampuan perawat diri pasien dan mobilitas
 Perawatan Inkontinensia Urine (NIC): pantau eliminasi urine,
termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna.

2. Tujuan/ Kriteria Evaluasi


Lihat tujuan/kriteria evaluasi untuk inkontinensia urine: fungsional

Intervensi NIC
1. Pelatihan kandung kemih: meningkatkan fungsi kandung kemih pada
individu yang mengalami inkontinensia urgensi dengan meningkatkan
kemampuan kandung kemih untuk menahan urine dan kemampuan
pasien untuk menekan keinginan berkemih.
2. Manajemen Eliminasi Urine: memelihara pola eleminasi urine yang
optimum
3. Pelatihan Kebiasaan Berkemih: menetapkan pola pengosongan kandung
kemih yang dapat diperkirakan untuk mencengah inkontinansia pada
individu yang urgensi, stres, fungsional.

Tujuan/ Kriteria Evaluasi


Lihat tujuan/kriteria evaluasi untuk inkontinensia uine: fungsional

Faktor Risiko

1. Hiperrefleksia detrusor (misalnya,akibat sistitis, uretritis, tumor, batu


ginjal, gangguan sistem saraf pusat di atas putus berkemih di pontin)
2. efek obat, kafein, atau alkohol.
3. Gangguan kontraktilitas kandung kemih.
4. ketidakefektifan kebiasan eleminasi.
5. relaksasi sfingter involunter.
6. kapasita kandung kemih kecil.

Alternatif diagnosis yang disarankan :

Inkontinensia urine: urgensi

Hasil NOC

1. Kontinensia Urine: kembali eliminasi urine dari kadung kemih


2. Eliminasi Urine: pengempulan dan pengeluaran urine

Penyuluhan untuk pasien/ keluarga

 Ajarkan kepada pesien tehnikyang meningkatkan kapasitas kandung


kemih, seperti mulai mengangkat dasar panggul saat merasakan
dorongan untuk berkemih dan menggunakan jadwal pelatihan kandung
kemih yang memperpanjang waktu antar berkemih.
 Dikusikan bersama pasien dan keluarga cara memodifikasi lingkungan
untuk menyingkirkan penghalang dan meningkat kemampuan perawatan
diri, pertimbangan stategis berikut:
- Meningkatkan pencahayaan lingkungan untuk meningkatkan
penglihatan.
- Memasang dudukan toilet yang lebih tinggi dan susur tangan
- Memberikan pispot, kami buang air, dan urinal portabel
- Menggunakan alat bantu (misalnya, kursi roda, tongkat ,dan sepatu
anti selip)

Aktivitas Kolaboratif

 konsultasi dengan dokter dan para ahli terapi okupasi untuk


mendapatkan bantuan dalam melatih ketangkasan manual.

Aktivitas Lain

 Anjurkan pasien mengenakan pakaian yang mudah dibuka


 Ganti risleting, kancing, dan alat pengait dengan ikat pinggang kapan
pun memungkinkan
 Bantu pasien berkemih sebelum tidur dan dorong brkemih dimalam
hari untuk mengurangi urgensi
 Anjurkan pasien menghindari zat yang dapat mengiritasi kandung
kemih seperti kafein, alkohol, jus jeruk, minuman berkarbonasi,
merokok dan makan pedas tertentu
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Inkontinensia urine adalah pengeluaran urin tanpa disadari dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial.
Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan
fungsi organ kemih, antara lain: melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan
berkali-kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan
seseorang tidak dapat menahan air seni.Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain
terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat-obatan, produksi
urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan/keinginan ke toilet

Saran

 Bagi pembaca diharapkan menambah pengetahuan tentang inkontinensia urin.


 Bagi penyusun diharapkan menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan tentang inkontinensia urin.
DAFTAR PUSTAKA

Buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis NANDA,Intervensi NIC,kriteria hasil


NOC/Penulis, Judith M.Wilson,Nancy R. Ahern ; alih bahasa, EstyWahyuningsih ; editor
edisi bahasa indonesia,Dwi Widiarti- Ed.9- jakjarta : EGC, 2011.

Vous aimerez peut-être aussi