Vous êtes sur la page 1sur 8

1.

ABANG TUKANG BASO (MAMO/AGIL)

Pencipta lagu anak berjudul "Abang Tukang Bakso", Mamo Agil, menyesalkan
minimnya penciptaan lagu khusus anak-anak di masa kini. Penyesalan tersebut
disampaikan mantan personil grup musik Usman Bersaudara itu, lewat putrinya yang
juga mantan penyanyi cilik, Delia, di Makassar, Jumat.

Ia mengatakan, ayahnya yang melambungkan nama penyanyi cilik Melissa lewat lagu
Abang Tukang bakso pada era 90-an itu menyesali konsumsi lagu anak Indonesia
belakangan ini.

Menurut dia, ayahnya tersebut pernah mengungkapkan keinginannya untuk kembali


mengembangkan lagu-lagu anak yang layak untuk dinyanyikan dan dikonsumsi anak.

Mantan anggota Trio Laris dan Lima Bocah Reggae ini berpendapat perlu ada
kerjasama antarmusisi untuk kembali membangun lagu anak-anak Indonesia yang
berkualitas.

"Sayang sekali anak-anak sekarang berkompetisi bernyanyi di televisi dengan


menyanyikan lagu-lagu dewasa seperti milik Peterpan atau d`Massive," katanya.

Bahkan teman-teman seprofesinya sejak masih kecil mengaku sangat kesulitan


mencari cetakan lagu-lagu anak, baik dalam bentuk kaset maupun lainnya milik
penyanyi ternama pada angkatannya seperti Enno Lerian.

Keprihatinan Delia terhadap kondisi lagu-lagu anak tersebut cukup beralasan, selain
merupakan anak pencipta lagu anak terkenal, ia juga cukup lama terjun sebagai
penyanyi cilik dan pernah bergabung dengan dua grup pada jenjang usia yang berbeda.

2. BINTANG KEJORA (LAGU) (AT MAHMUD)

AT Mahmud lahir di Palembang, Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, 3 Februari


1930. Ia anak kelima dari sepuluh bersaudara. Ibunya bernama Masayu
Aisyah, ayahna bernama Masagus Mahmud. Ia diberi nama Abdullah dan
sehari-hari dipanggil Dola. Namun, sebutan nama Abdullah atau Dola
kemudian menghilang. Nama pemberian orang tua tercatat terakhir pada
ijazah yang dimilikinya pada sekolah Sjoeritsoe Mizoeho Gakoe-en (sekolah
Jepang) tahun 1945. Pada ijazah itu nama lengkapnya tertulis Mgs
(Masagus) Abdu’llah Mahmoed. Di rumah, kampung, dan teman sekolah, ia
lebih dikenal dengan nama Totong. Pada surat ijazah Sekolah Menengah
Umum Bagian Pertama (setingkat SLTP) tahun 1950, namanya tertulis
Totong Machmud.

Menurut cerita ibunya, ketika dirinya masih bayi ada keluarga Sunda,
tetangganya, sering menggendong dan menimangnya sambil berucap, …
tong! … otong! Sang Ibu mendengarnya seperti bunyi totong. Sejak itu,
entah mengapa, ibunya memanggilnya dengan Totong. Nama ini diterima di
lingkungan keluarga dan kerabat. Nama lengkapnya kemudian menjadi
Abdullah Totong Mahmud, disingkat A.T. Mahmud. Di rumah pada waktu
senggang, ia mencoba mengarang lagu anak-anak sambil memetik gitar
miliknya. Lagu anak-anak tentu berbeda dengan lagu untuk orang dewasa,
bedanya Pada pikiran, perasaan, dan perilaku anak itu sendiri.

Ia pun mempelajari lagu anak-anak yang telah ada, seperti lagu-lagu Ibu
Soed, Pak Dal, dan pencipta lagu anak-anak yang lain. Saat tinggal di
Kebayoran Baru, Mahmud sering mengajak anaknya bermain ke Taman
Puring. Di sana ada ayunan, jungkat-jungkit, dan lapangan yang cukup luas
sehingga anak-anak dapat melakukan permainan lain, seperti main lempar
bola atau kejar-kejaran. Roike, anaknya yang saat itu baru berumur 5 tahun
senang sekali bermain ayunan. Ia begitu menikmati permainan itu dan
menjaga agar anaknya tidak sampai mengalami kecelakaan. Perasaan Roike
dan pesan agar hati-hati sehingga tidak mengalami itu ia tuangkan ke dalam
lagu Main Ayunan. Dorongan untuk membuat lagu datang pula dari guru-
guru. Salah satunya adalah Ibu Rosna Nahar.

RRI memintanya membantu mengisi acara anak-anak pada sore hari,


dengan memperkenalkan lagu lama maupun baru. Kesempatan ini ia
pergunakan untuk memperkenalkan lagu ciptaannya sendiri. Pelan tapi
mantap, lagu-lagunya mulai dikenal di kalangan anak-anak, guru sekolah,
dan orang tua. Tahun 1968, TVRI mengundangnya. Salah seorang pejabat di
sana menjelaskan bahwa TVRI ingin menyelenggarakan sebuah acara baru,
yaitu musik anak-anak tingkat SD. Ia diminta untuk mengkoordinasi acara
ini. Akhirnya jadilah sebuah acara bertajuk Ayo Menyanyi yang mulai
mengudara tanggal 3 Juni 1968. Atas usul A.T. Mahmud, tahun 1969, TVRI
menambah acara lagu anak yaitu Lagu Pilihanku. Jika Ayo Menyanyi
berbentuk pelajaran untuk menyanyikan lagu baru, maka Lagu Pilihanku
bersifat lomba.

Kehadiran acara Ayo Menyanyi dan Lagu Pilihanku, ternyata telah menarik
minat kalangan perusahaan rekaman untuk merekam lagu anak-anak pada
piringan hitam. Tercatat nama perusahaan rekaman, seperti Remaco,
Elshinta, Bali, Canary Records, Fornada, J & B Records. Lagu-lagu ciptaan
A.T. Mahmud pun mendapat perhatian. Di samping lagu-lagu ciptaan
pencipta lainnya, ada sekitar 40-an lagu A.T. Mahmud tersebar pada tujuh
piringan hitam antara tahun 1969, 1972, dan tahun-tahun sesudah itu.

Waktu terus berjalan. A.T. Mahmud pun memikirkan untuk menghimpun


semua lagu yang diciptakan dalam bentuk buku. Ia pernah mencetak
sendiri, dengan biaya sendiri, dan penyebaran sendiri melalui sekolah
langsung, yang menghasilkan dua buku kumpulan lagu yaitu Lagu Anak-
Anak Kami Menyanyi yang berisikan 44 lagu, disusun pada tahun 1969 dan
Lagu Anak-Anak Main Ayunan yang berisikan 30 lagu, pada tahun 1970.

Selain menciptakan lagu, A.T Mahmud pun sempat menulis beberapa buku,
terutama sebagai anggota tim. Hal itu terjadi ketika menjadi anggota tim
penulis untuk buku musik SPG pada Proyek Penyedian Buku Sekolah Guru
Tahun ke-5 Pembangunan Lima Tahun I 1973/1974. Sejumlah buku yang
ditugaskan pada timnya adalah buku Musik 1, 2, 3, dan 4 untuk SPG.
Selanjutnya, ia bersama Bu Fat menulis buku pelajaran musik Musik di
Sekolah Kami Belajar Seni Musik Aktif dan Kreatif untuk Sekolah Dasar yang
diterbitkan Balai Pustaka tahun 1994.

Atas prestasinya di bidang musik, A.T. Mahmud telah banyak menerima


penghargaan. Empat penghargaan terakhir adalah bulan Oktober 1999,
Hadiah Seni dari Pemerintah, yang diserahkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Juwono Sudarsono. Inilah hadiah seni pertama yang
diterimanya dari Pemerintah dalam suatu upacara resmi. Februari tahun
2001, pada saat peluncuran film Visi Anak Bangsa karya Garin Nugroho,
bertempat di gedung Teater Indonesia TMII, ia menerima penghargaan
dalam bentuk lontar yang diserahkan oleh Wakil Presiden Megawati
Soekarnoputri. Di atas lontar tertulis Untuk yang mencipta melintasi
keberagaman budaya memberi keindahan dan kemuliaan keberagaman
hidup.

Pada Mei 2001 bertempat di Golden Room Hotel Hilton, diprakarsai dan
melalui Yayasan Genta Sriwijaya, ia menerima penghargaan berupa trofi dari
masyarakat Sumatra Selatan, bersama-sama dengan tiga orang tokoh yang
lain. Pada Agustus 2003, ia pun menerima Tanda Kehormatan Bintang
Budaya Parama Dharma dari Pemerintah RI (Keppres No.052 /TK/Tahun
2003 Tanggal 12 Agustus 2003).

Satu bulan kemudian, Anugerah Musik Indonesia (AMI) memberikan


penghargaan berupa Lifetime Achievement Award kepadanya atas
sumbangsihnya terhadap dunia musik. Namun, di samping penghargaan
formal itu, ada bentuk penghargaan lain yang informal, tetapi sangat
menyentuh hati, menimbulkan rasa haru yang mendalam, yaitu
penghargaan dari guru, berbentuk lagu. Lagu pertama, pada tahun 1982,
ketika terlibat pada proyek peningkatan mutu guru SPG tingkat Nasional
yang diselenggarakan di Puncak.

Bertepatan pada hari ulang tahunnya, tanggal 3 Februari 1982, Siti Romlah,
salah seorang peserta dari Yogyakarta, menghadiahkan sebuah lagu
ciptaannya sendiri, berjudul Di Hari Ulang Tahunmu, Papa. Lagu kedua
ketika menjadi salah seorang penatar pada Pendidikan dan Pelatihan
Instruktur Tingkat Dasar Guru Taman Kanak-Kanak Atraktif, Pusat
Pengembangan Penataran Guru Keguruan Jakarta yang diselenggarakan di
Parung, Bogor, bertempat di gedung PPPG Bahasa tahun 1999, dengan
peserta para guru pembina Taman Kanak-Kanak se-Indonesia.

Setiap kali mendengar lagu ciptaannya dinyanyikan, yang pertama-tama


terbayang adalah peristiwa atau cerita bagaimana lagu itu tercipta dalam
ruang, waktu, dan pelaku yang melatari. Atas dasar itu pulalah dikatakan
bahwa lagu ciptaannya bersumber pada tiga hal, yang berdiri sendiri atau
saling mempengaruhi. Pertama, bersumber pada perilaku anak itu sendiri.
Kedua, pada pengalaman masa kecilnya. Ketiga, pesan pendidikan yang
ingin ia sampaikan pada anak-anak.
Meskipun sudah banyak A.T Mahmud membuat lagu anak-anak, ia masih
merasa risau, pasalnya meskipun sudah banyak lagu anak-anak yang
tercipta dari sejumlah komponis, namun yang dikenal hanya beberapa. Ia
juga menyayangkan media TV saat ini yang lebih banyak memberikan porsi
musik untuk konsumsi dewasa.

Pada hari Selasa, 6 Juli 2010, pukul 12.00 wib, wafat dalam usia 80 tahun di
Jakarta. Jenazah disemayamkan di rumah keluarga di Tebet Barat, Jakarta
Selatan dan dimakamkan keesokan harinya di TPU Menteng Pulo pukul 9.00
wib. Penggubah tidak kurang dari 800 lagu ini meninggalkan seorang istri
Mulyani, dan tiga orang anak, Ruri Mahmud, Rika Mahmud dan Revina Ayu

3. BURUNG KUTILANG (IBU SUD)

Saridjah Niung atau Biasa dikenal dengan Ibu Sud lahir di Sukabumi, Jawa Barat pada
26 Maret 1908 – meninggal tahun 1993. Ibu Sud adlh seorang pemusik, guru musik,
pencipta lagu anak-anak, penyiar radio, dramawan dan seniman batik Indonesia. Ibu
Soed dikenal sebagai tokoh musik tiga zaman (Belanda, Jepang, Indonesia). Kariernya
di bidang musik bahkan sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Suaranya
pertama kali disiarkan dari radio NIROM Jakarta periode 1927 1928.

Setelah Tamat pendidikan di HKS Bandung, Ibu Soed kemudian menjadi guru musik di
HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, & HIS Arjuna. Selain mencipta lagu Ibu Soed juga pernah
menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Operette Balet Kanak-kanak Sumi di
Gedung Kesenian Jakarta pada tahun 1955 bersama Nani Loebis Gondosapoetro
sebagai penata tari dan RAJ Soedjasmin sebagai penata musiknya. Ibu Soed juga
membentuk grup Tonil Amatir yang dipentaskan utk menggalang dana untuk acara
penginapan mahasiswaClub Indonesia. Tdk hny sebagai guru & aktivis organisasi
pemuda, tetapi jg berperan dlm berbagai siaran radio sbg pengasuh siaran anak-anak
(1927-1962).

Krn reputasinya yg aktif dlm pergerakan Nasional, pada tahun 1945 Ibu Soed pernah
menjadi sasaran aksi penggeledahan oleh pasukan Belanda. Rumah Ibu Soed di Jalan
Maluku No. 36 Jakarta saat itu sudah dikepung oleh pasukan Belanda. Namun tetangga
Ibu Soed yg seorang Belanda meyakinkan mereka bahwa mereka salah sasaran,
karena profesi Ibu Soed hanyalah pencipta lagu dan suaminya hanyalah pedagang.

Ibu Soed dikenal piawai dlm seni batik. Atas karya & pengabdiannya, Ia menerima
penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari pemerintah & MURI.Sebagai pemusik
yang mahir memainkan biola, Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama
W.R. Supratman Lagu2 Ibu Soed, menurut Pak Kasur, salah seorang rekannya yg jg
tokoh pencipta lagu anak2, selalu mempunyai semangat patriotisme yg tinggi. Contoh
lagu anat2 ciptaan Ibu Sud : Hai Becak, Burung Kutilang, dan Kupu kupu. Dan Lagu
nasional Berkibarlah Benderaku dan Tanah Airku.

Peran Dalam Pergerakan Nasional Indonesia


Sebagai pemusik yang mahir memainkan biola, Ibu Soed turut mengiringi lagu
Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat lagu itu pertama kali dikumandangkan
dalam acara Sumpah Pemuda di Gedung Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928. Lagu-lagu
patriotik yang diciptakannya diilhami peristiwa yang terjadi dalam acara bersejarah
tersebut. Di tahun-tahun perjuangan, Ibu Soed juga bersahabat dengan Cornel
Simanjuntak, Ismail Marzuki, Kusbini, dan tokoh-tokoh nasionalis lain.

Kontribusi Pada Musik Indonesia

Banyak lagu Ibu Soed yang menjadi lagu populer abadi, beberapa antara lain: Hai
Becak, Burung Kutilang, dan Kupu-kupu. Ketika genting rumah sewaannya di Jalan
Kramat, Jakarta, bocor, ia membuat lagu Tik Tik Bunyi Hujan. Lagu wajib nasional yang
dia ciptakan adalah Berkibarlah Benderaku dan Tanah Airku. Lagu-lagunya yang lain
banyak yang juga telah menjadi populer, a.l. Nenek Moyang, Lagu Gembira, Kereta
Apiku, Lagu Bermain, Menanam Jagung, Pergi Belajar, Himne Kemerdekaan, dll.

Lagu-lagu Ibu Soed, menurut Pak Kasur, salah seorang rekannya yang juga tokoh
pencipta lagu anak anak, selalu mempunyai semangat patriotisme yang tinggi. Sebagai
contoh, patriotisme terdengar sangat kental dalam lagu Berkibarlah Benderaku. Lagu itu
diciptakan Ibu Soed setelah melihat kegigihan Jusuf Ronodipuro, seorang pimpinan
kantor RRI menjelang Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, dimana Jusuf menolak
untuk menurunkan Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam
ancaman senjata api pasukan Belanda.
4. DUA MATA SAYA (PAK KASUR)

BIOGRAFI PAK KASUR Pak Kasur memiliki nama asli Soerjono, yang merupakan pencipta lagu
anak – anak. Lahir di Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 26 Juli 1912. Pak Kasur sebagai
pengajar, pendidik, serta sahabat anak –anak. Pak Kasur berasal dari keluarga Reksomenggolo
yang merupakan putra bungsu dari 8 bersaudara. Pak Kasur menamatkan sekolah HIS di
Purbalingga dan meneruskan sekolahnya hingga tingkat MULO ( setara SMP ), karena
kurangnya biaya setelah tamat dari MULO Pak Kasur menjadi guru bantu di Ardjoena School di
Yogyakarta. Karena potensi yang dimiliki oleh Pak Kasur sekolah ini bersedia membiayai
pendidikan guru secara formal bagi beliau di HIK atau Sekolah Guru Bantu. Masa perjuangan
melawan Jepang, Pak Kasur turut bergerilya di kawasan Jawa Barat. Pada masa itu Pak Kasur
bertemu dengan Sadiyah, seorang pengurus PMI yang menjadi istrinya tahun 1945. Tidak lama
setelah menikah, Pak Kasur pindah ke Jakarta. Natsir pada tahun 1950 memberi tawaran
kepada Pak Kasur untuk memimpin lembaga pendidikan, Pak Kasur menerima tawaran
tersebut. Pak Kasur sempat menjadi anggota Badan Sensor Film. Pak Kasur mulai dikenal anak –
anak pada tahun 1952 ketika Pak Kasur mengasuh siaran anak – anak di Radio Republik
Indonesia yang terkenal di tanah ari dan digemari di Singapura. Hal ini membuat Pak Kasur
diundang untuk melakukan siaran tamu ke radio Singapura, sehingga Pak Kasur mengharumkan
nama Bangsa di luar negeri. Tahun 1960 – 1966, Pak Kasur mengasuh acara anak anak bertajuk
Taman Indria di TVRI. Sebagai pencipta lagu, Pak Kasur membuat lebih dari 200 lagu anak –
anak. Beberapa lagu diantaranya adalah Balonku, Dua mata saya, dan Potong bebek angsa. Pak
Kasur wafat pada usia 78 tahun, tanggal 26 Juni 1992. SUMBER : http://lagu-anak-
anak.com/pencipta-lagu/profil-pak-kasur/ http://nalumnimaterdei.com/kenangan/pak-kasur-
dalam-profil.html STRUKTUR TEKS BIOGRAFI

Orientasi

Pak Kasur memiliki nama asli Soerjono, yang merupakan pencipta lagu anak – anak. Lahir di
Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 26 Juli 1912. Pak Kasur sebagai pengajar, pendidik, serta
sahabat anak –anak.

Urutan Peristiwa

Pak Kasur berasal dari keluarga Reksomenggolo yang merupakan putra bungsu dari 8
bersaudara. Pak Kasur menamatkan sekolah HIS di Purbalingga dan meneruskan sekolahnya
hingga tingkat MULO ( setara SMP ), karena kurangnya biaya setelah tamat dari MULO Pak
Kasur menjadi guru bantu di Ardjoena School di Yogyakarta. Karena potensi yang dimiliki oleh
Pak Kasur sekolah ini bersedia membiayai pendidikan guru secara formal bagi beliau di HIK atau
Sekolah Guru Bantu.

Masa perjuangan melawan Jepang, Pak Kasur turut bergerilya di kawasan Jawa Barat. Pada
masa itu Pak Kasur bertemu dengan Sadiyah, seorang pengurus PMI yang menjadi istrinya
tahun 1945. Tidak lama setelah menikah, Pak Kasur pindah ke Jakarta.
Natsir pada tahun 1950 memberi tawaran kepada Pak Kasur untuk memimpin lembaga
pendidikan, Pak Kasur menerima tawaran tersebut. Pak Kasur sempat menjadi anggota Badan
Sensor Film. Pak Kasur mulai dikenal anak – anak pada tahun 1952 ketika Pak Kasur mengasuh
siaran anak – anak di Radio Republik Indonesia yang terkenal di tanah ari dan digemari di
Singapura. Hal ini membuat Pak Kasur diundang untuk melakukan siaran tamu ke radio
Singapura, sehingga Pak Kasur mengharumkan nama Bangsa di luar negeri. Tahun 1960 – 1966,
Pak Kasur mengasuh acara anak anak bertajuk Taman Indria di TVRI.

Sebagai pencipta lagu, Pak Kasur membuat lebih dari 200 lagu anak – anak. Beberapa lagu
diantaranya adalah Balonku, Dua mata saya, dan Potong bebek angsa. Pak Kasur wafat pada
usia 78 tahun, tanggal 26 Juni 1992.

HUBUNGAN PERISTIWA DENGAN KEHIDUPAN ORANG BANYAK Pak Kasur merupakan tokoh
pencipta lagu anak – anak. Dengan menciptakan lagu anak-anak Pak Kasur menjadikan anak
anak gembira. Pak Kasur juga memotivasi masyarakat untuk terus membuat lagu anak – anak,
karena prestasinya yang gemilang. ARGUMEN PENDUKUNG DARI MAKNA SETIAP
AKTIVITASNYA Pak Kasur memulai karirnya menjadi guru bantu di Arjuna School, karena potensi
yang dimiliki beliau diberi beasiswa untuk bersekolah lagi. Selanjutnya, Pak Kasur memimpin
sebuah lembaga pendidikan,dan mengasuh acara anak – anak di TVRI, semenjak itu Pak Kasur
mulai dikenal anak – anak dalam negeri dan Singapura, hal ini membuat Pak Kasur diundang
menjadi tamu di salah satu radio di Singapura. Saat itu Pak Kasur mengharumkan Bangsa di luar
negeri, hal itu merupakan prestasi gemilang yang dicapai Pak Kasur, beliau juga menciptakan
lebih dari 200 lagu anak – anak.

5. TOPI SAYA BUNDAR (PAK KASUR)

BIOGRAFI PAK KASUR Pak Kasur memiliki nama asli Soerjono, yang merupakan pencipta lagu
anak – anak. Lahir di Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 26 Juli 1912. Pak Kasur sebagai
pengajar, pendidik, serta sahabat anak –anak. Pak Kasur berasal dari keluarga Reksomenggolo
yang merupakan putra bungsu dari 8 bersaudara. Pak Kasur menamatkan sekolah HIS di
Purbalingga dan meneruskan sekolahnya hingga tingkat MULO ( setara SMP ), karena
kurangnya biaya setelah tamat dari MULO Pak Kasur menjadi guru bantu di Ardjoena School di
Yogyakarta. Karena potensi yang dimiliki oleh Pak Kasur sekolah ini bersedia membiayai
pendidikan guru secara formal bagi beliau di HIK atau Sekolah Guru Bantu. Masa perjuangan
melawan Jepang, Pak Kasur turut bergerilya di kawasan Jawa Barat. Pada masa itu Pak Kasur
bertemu dengan Sadiyah, seorang pengurus PMI yang menjadi istrinya tahun 1945. Tidak lama
setelah menikah, Pak Kasur pindah ke Jakarta. Natsir pada tahun 1950 memberi tawaran
kepada Pak Kasur untuk memimpin lembaga pendidikan, Pak Kasur menerima tawaran
tersebut. Pak Kasur sempat menjadi anggota Badan Sensor Film. Pak Kasur mulai dikenal anak –
anak pada tahun 1952 ketika Pak Kasur mengasuh siaran anak – anak di Radio Republik
Indonesia yang terkenal di tanah ari dan digemari di Singapura. Hal ini membuat Pak Kasur
diundang untuk melakukan siaran tamu ke radio Singapura, sehingga Pak Kasur mengharumkan
nama Bangsa di luar negeri. Tahun 1960 – 1966, Pak Kasur mengasuh acara anak anak bertajuk
Taman Indria di TVRI. Sebagai pencipta lagu, Pak Kasur membuat lebih dari 200 lagu anak –
anak. Beberapa lagu diantaranya adalah Balonku, Dua mata saya, dan Potong bebek angsa. Pak
Kasur wafat pada usia 78 tahun, tanggal 26 Juni 1992. SUMBER : http://lagu-anak-
anak.com/pencipta-lagu/profil-pak-kasur/ http://nalumnimaterdei.com/kenangan/pak-kasur-
dalam-profil.html STRUKTUR TEKS BIOGRAFI

Orientasi

Pak Kasur memiliki nama asli Soerjono, yang merupakan pencipta lagu anak – anak. Lahir di
Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 26 Juli 1912. Pak Kasur sebagai pengajar, pendidik, serta
sahabat anak –anak.

Urutan Peristiwa

Pak Kasur berasal dari keluarga Reksomenggolo yang merupakan putra bungsu dari 8
bersaudara. Pak Kasur menamatkan sekolah HIS di Purbalingga dan meneruskan sekolahnya
hingga tingkat MULO ( setara SMP ), karena kurangnya biaya setelah tamat dari MULO Pak
Kasur menjadi guru bantu di Ardjoena School di Yogyakarta. Karena potensi yang dimiliki oleh
Pak Kasur sekolah ini bersedia membiayai pendidikan guru secara formal bagi beliau di HIK atau
Sekolah Guru Bantu.

Masa perjuangan melawan Jepang, Pak Kasur turut bergerilya di kawasan Jawa Barat. Pada
masa itu Pak Kasur bertemu dengan Sadiyah, seorang pengurus PMI yang menjadi istrinya
tahun 1945. Tidak lama setelah menikah, Pak Kasur pindah ke Jakarta.

Natsir pada tahun 1950 memberi tawaran kepada Pak Kasur untuk memimpin lembaga
pendidikan, Pak Kasur menerima tawaran tersebut. Pak Kasur sempat menjadi anggota Badan
Sensor Film. Pak Kasur mulai dikenal anak – anak pada tahun 1952 ketika Pak Kasur mengasuh
siaran anak – anak di Radio Republik Indonesia yang terkenal di tanah ari dan digemari di
Singapura. Hal ini membuat Pak Kasur diundang untuk melakukan siaran tamu ke radio
Singapura, sehingga Pak Kasur mengharumkan nama Bangsa di luar negeri. Tahun 1960 – 1966,
Pak Kasur mengasuh acara anak anak bertajuk Taman Indria di TVRI.

Sebagai pencipta lagu, Pak Kasur membuat lebih dari 200 lagu anak – anak. Beberapa lagu
diantaranya adalah Balonku, Dua mata saya, dan Potong bebek angsa. Pak Kasur wafat pada
usia 78 tahun, tanggal 26 Juni 1992.

HUBUNGAN PERISTIWA DENGAN KEHIDUPAN ORANG BANYAK Pak Kasur merupakan tokoh
pencipta lagu anak – anak. Dengan menciptakan lagu anak-anak Pak Kasur menjadikan anak
anak gembira. Pak Kasur juga memotivasi masyarakat untuk terus membuat lagu anak – anak,
karena prestasinya yang gemilang. ARGUMEN PENDUKUNG DARI MAKNA SETIAP
AKTIVITASNYA Pak Kasur memulai karirnya menjadi guru bantu di Arjuna School, karena potensi
yang dimiliki beliau diberi beasiswa untuk bersekolah lagi. Selanjutnya, Pak Kasur memimpin
sebuah lembaga pendidikan,dan mengasuh acara anak – anak di TVRI, semenjak itu Pak Kasur
mulai dikenal anak – anak dalam negeri dan Singapura, hal ini membuat Pak Kasur diundang
menjadi tamu di salah satu radio di Singapura. Saat itu Pak Kasur mengharumkan Bangsa di luar
negeri, hal itu merupakan prestasi gemilang yang dicapai Pak Kasur, beliau juga menciptakan
lebih dari 200 lagu anak – anak.

Vous aimerez peut-être aussi