Vous êtes sur la page 1sur 21

LAPORAN PENDAHULUAN

EKSTERPASI BIOPSI PADA NY. S.K (47 TH ) DENGAN CA MAMMAE (S)


DI KAMAR BEDAH RUMAH SAKIT LAVALETTE MALANG

1 Konsep Ca Mammae
1.1 Pengertian
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong
lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral atas kelenjar
payudara, jaringan kelenjar ini dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan spence
atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang masing-
masing mempunyai saluran ke papilla mamae, yang disebut ductus lactiferous. Di antara
kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin
terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut
ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara (Hidayat, 1997 dalam Ashar,
2010). Payudara divaskularisasi antara lain oleh cabang perforantes dari arteri mammaria
interna (menembus pektoralis mayor untuk medial mamma), rami pektoralis arteri
thoracoacromialis (arteri utama pektoralis mayor, deep surface), arteri thoracalis
lateralis (lateral mamma), arteri thoracodorsalis (arteri latissimus dorsi), cabang lateral
dari arteri interkostalis dan vena mengikuti perjalanan arteri.

1
Gambar 2.2 Vaskularisasi Payudara

Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari


a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis (Hidayat, 1997 dalam Ashar 2010).
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servicalis dan n. intercostalis.
Jaringan kelenjar payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik. Ada beberapa saraf
lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah,
yakni n.interkostobrakialis dan n. cutaneus brachius medialis yang mengurus sensibilitas
daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat
mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut (Hidayat, 1997
dalam Ashar 2010). Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis mayor dan minor,
n.torakodorsalis yang menguurus m.latisimus dorsi, dan n.torakalis longus yang
mengurus m.serratus anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan
diseksi aksila (Hidayat, 1997 dalam Ashar,2010).

Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang
ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10-90) buah
kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis. Saluran limfe
dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila,
kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut
langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam fosa supraklavikuler (Hidayat, 1997
dalam Ashar 2010). Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain
menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila
kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati,
pleura, dan payudara kontralateral (Hidayat, 1997 dalam Ashar 2010).
Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri atas 15-20
lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus
ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut duktus
laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang

2
dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir
pada putting susu.
Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu :
a) Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia
b) Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid
c) Perubahan karena kehamilan dan laktasi.

Kanker adalah masa abnormal dari sel – sel yang mengalami proliferasi.Sel-sel
neoplasma berasal dari sel-sel yang sebelumnya normal, selama mengalami perubahan
neoplastik mereka memperoleh derajat otonomi tertentu (Sylvia A. Price,
1994).Carsinoma mammae atau kanker payudara adalah neoplasma ganas dengan
pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,
tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995).
Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang ganas yang terjadi
pada jaringan payudara. Kanker biasanya terdiri dari gumpalan yang keras dan kenyal
tanpa adanya batas. Mungkin adanya garis asimetris antara kedua payudara.Bila kanker
sudah berkembang, tanda-tanda akan lebih nyata sepeti jaringan menjadi
merah,borok,membengkak dan kanker terlihat dengan jelas.Kanker payudara merupakan
salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di Indonesia.Biasanya kanker ini ditemukan
pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas (Arif Mansjoer,Kapita
selecta kedokteran Edisi 2 ).Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada
lateral atasnya, jaringan kelenjar ini keluar dari buatannya ke arah aksila, disebut tonjolan
spence atau ekor payudara.Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar
yang masing-masing mempunyai saluran ke papila mammae,yang disebut duktus
laktiferus.Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri Perforantes Anterior
dari arteri Mammaria Interna, arteri torakalis yang bercabang dari arteri aksilaris dan
beberapa arteri Interkostalis.Penyaliran limfe dari daerah sentral dan medial yang selain
menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontra
lateral, ke m. rektus abdominis lewat ligamentum falsifarum hepatis ke hati, pleura dan
payudara kontra lateral. (Sjamsuhidajat, 2004)

3
1.2 Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa
faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara,
yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara
karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya
perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah
sel ganas.
b. Masa reproduksi yang relatif panjang.
c. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun
d. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
e. Wanita yang belum mempunyai anak
Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan
wanita yang sudah punya anak.
f. Kehamilan dan menyusui, berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat
menyusui.
g. Wanita gemuk dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
h. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth meliputi :
a. Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaiknya serangkaian faktor
genetik hormonal dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker. Bukti
yang bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker
payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan belum diketahui.
b. Perubahan genetik ini termasuk perubahan/ mutasi dalam gen normal dan pengaruh
protein baik yang menekan/ meningkatkan perkembangan kanker payudara.
c. Hormon yang dapat berpengaruh dalam kanker payudara adalah normal hormon steroid
yang dihasilkan ovarium (hormon estrodiol dan hormon progesteron).
d. Meskipun belum ada penyebab spesifik dari kanker payudara, para peneliti
mengidentifikasi sekelompok faktor resiko sebagai berikut :

4
- Riwayat pribadi tentang kanker payudara
- Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir
1% tiap tahun.
- Anak perempuan/saudara perempuan (hubungan langsung keluarga) dari wanita
dengan kanker payudara. Resikonya meningkat 2x lipat. Jika ibunya terkena
kanker sebelum berusia 60 tahun. Resiko meningkat 4-6 x. Jika kanker payudara
terjadi pada dua orang saudara langsung.
- Menarche dini, resiko meningkat pada wanita yang mengalami menarche sebelum
12 tahun.
- multipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama wanita yang hanya
anak pertama, setelah usia 30 tahun mempunyai resiko 2 x lipat dibanding dengan
mereka yang punya anak sebelum 20 tahun.
- Menopause pada usia lanjut (>50 tahun).
- Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara di
sekitar perubahan epitel prliferasi mempunyai resiko 2 x lipat untuk mengalami
kanker payudara.
- Pemajanan terhadap wanita setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun.
- Obesitas, resiko terendah diantara wanita pasca menopause.
- Kontrasepsi oral.
- Therapi pengganti hormon. Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko
kanker payudara pada terapi pengganti hormon. Wanita yang menggunakan
estrogen suplemen dalam jangka panjang mengalami peningkatan resiko.
Sementara penambahan progesteron terhadap pengganti estrogen meningkatkan
insiden kanker endometrium. Hal ini tidak menurunkan resiko kanker payudara.
- Masukan alkohol, Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang
mengkonsumsi alkohol, bahkan hanya dengan sekali minum dalam sehari. Resiko
2 kali lipat diantara wanita yang minum alkohol 3 kali/ sehari. Temuan riset
menunjukkan wanita muda minum alkohol lebih rentan mengalami kanker
payudara (Brunner & Suddarth, Danielle Gale, 2001).

2. Patofisiologis

5
a. Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
b. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
olehsuatu agen yang disebut karsinogen/
(bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari). Tetapi tidak semua
sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen.
Gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalamisuatu keganasan. Progesteron,sebuah hormon yang
menginduksi ductal side-branching pada kelenjar payudara dan lobual
veologenesis pada sel epitelial payudara, diperkirakan berperan sebagai aktivator
lintasan tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi oleh karsinogen.
Progestin akan menginduksi transkripsi regulator siklus sel berupa siklin
D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali
lipat dengan stimulasi hormon estrogen, oleh karena estrogen merupakan hormon
yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron pada sel epitelial.
c. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
d. Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada
kanker payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain
seperti simtoma hiperkalsemia, pathological fractures atau spinal cord
compression. Metastasis demikian bersifat osteolitik, yang berarti
bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker tersebut juga merupakan

6
mediator osteolisis dan mempengaruhi diferensiasi dan langkah
aktivitas osteoblas serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.
Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari
matriks protein yangmengandung kalsium dengan kristal hydroxyappatite sehing
ga mekanisme yang biasa digunakan oleh sel kanker untuk membuat ruang pada
matriks ekstraselular dengan penggunaan enzim metaloproteinase
matriks tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang memungkinkan
invasi neoplastik terjadi akibat interaksi antara sel kanker payudara tersebut
dengan sel endotelial yang telah dimediasi oleh ekspresi VEGF. Arti VEGF
merupakan mitogen angiogenik positif yang bereaksi dengan sel endotelial.
Tanpa faktor angiogenik negatif seperti angiostatin, sebuah sel endotelial yang
berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui pencerap VEGFR-1 dan pencerap
VEGFR-2, akan meluruhkan matriks ekstraselular, bermigrasi dan
membentuk tubulus.

2.1 Tahapan Kanker Payudara


Tahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah
sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, nodus limfe yang
terkena dan bukti adanya metastasis yang jauh. Sistem TNM diadaptasi oleh The
America Joint Committee on Cancer Staging and Resuid Reformating. Pertahapan
ini didasarkan pada fisiologi memberikan prognosis yang lebih akurat, tahap-
tahapnya adalah sebagai berikut :
a. Tahap I : tumor kurang dari 2 cm, tidak mengalami nodus
b. Tahap II : tumor yang lebih besar dari 2 cm, kurang dari 5 cm, dengan
nodus limfe terfiksasi negatif/positif. Tidak terdeteksi metastasis
c. Tahap III : tumor > 5 cm atau tumor dengan sembarang tempat yang
menginvasi kulit/dinding, nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular,
tanpa bukti metastasit
d. Tahap IV : terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe
normal/kankerlosa dan metastase janin.

7
2.2 Tipe Kanker Payudara
a. Karsinoma duktal, menginfiltrasi.
Tipe paling umum (75%) bermetastasis di nodus axila, perognosa buruk.
b. Karsinoma lobuler menginfiltrasi (5-10%)
Terjadi penebalan pada salah satu/2 payudara bisa menyebar ke tulang, paru,
hepar, otak.
c. Karsinoma medular (60%)
Tumor dalam capsul, dalam duktus, dapat jadi besar, tapi meluasnya lambat.
d. Kanker musinus (3%), menghasilkan lendir, tumbuh lambat, prognosis lebih
baik.
e. Kanker duktus tubulen (2%)

2.3 Sistem TNM


TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu tumor size atau ukuran tumor , "N"
yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu metastasis atau
penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum
dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
(PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut:
 T (tumor size), ukuran tumor:
- T 0: tidak ditemukan tumor primer
- T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
- T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
- T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
- T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding
dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit
payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
 N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):
- N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
- N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
- N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan

8
- N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada
kgb di mammary interna di dekat tulang sternum

 M (metastasis), penyebaran jauh:


- M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
- M 0: tidak terdapat metastasis jauh
- M 1: terdapat metastasis jauh.

Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor tersebut


kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Stadium I : Tumor yang berdiameter <2 cm tanpa keterlibatan


limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh. Tumor
terbatas pada payudara dan tibdak terfiksasi pada kulit dan
otot pektoralis.

Stadium IIa : Tumor yang berdiameter <2 cm dengan keterlibatan


limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor
yang berdiameter <5 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh.

Stadium IIb : Tumor yang berdiameter <5 cm dengan keterlibatan


limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor
yang berdiameter >5 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh.

Stadium IIIa : Tumor yang berdiameter > 5 cm dengan keterlibatan


limfonodus (LN) tanpa penyebaran jauh.

Stadium IIIb : Tumor yang berdiameter > 5 cm dengan keterlibatan

9
limfonodus (LN) dan terdapat penyebaran jauh berupa
metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan
limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke
infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau
dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.

Stadium IV : Tumor yang mengalami metastasis jauh.

2.4 Pemeriksaan Diagnostik


1. Monografi
Kelebihan mamografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit dipalpasi atau
terpalpasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi mammae yang tanpa
nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, dapat digunakan untuk analisis
diagnostik dan rujukan tindak lanjut. Ketepatan diagnostik sekitar 80%.5
2. SCAN (CT, MRI, galfum), ultra sound.
Karena tumor mammae mengandung densitas mikrovaskular abnormal, MRI
mammae dengan kontras memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi dalam
diagnosis karsinoma mammae stadium dini5Untuk tujuan diagnostik, identifikasi
metastatik, respon pengobatan
3. Biopsi (aspirasi, eksisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan Cara biopsi dapat
berupa biopsi eksisi atau insisi, tapi umumnya dengan biopsi eksisi di RS yang
menyediakan dapat dilakukan pemeriksaan potong beku saat operasi. Bila tidak
ada perlengkapan itu, untuk karsinoma mammae yang dapat dioperasi tidak
sesuai dilakukan insisi tumor, untuk menghindari penyebaran iatrogenik tumor.
4. Penanda tumor
- Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein, HCG
asam fosfat). Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih
bermanfaat sebagai prognosis/monitor terapeutik.
- Reseptor estrogen/progesteron assay yang dilakukan pada jaringan payudara
untuk memberikan informasi tentang manipulasi hormonal.

10
5. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah.
6. Foto toraks
7. USG : Transduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan dopler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan sekitarnya, menjadi dasar
diagnosis yang sangat baik.5

2.5 Penatalaksanaan
Ada 3 kombinasi
a. Pembedahan
b. Kemoterapi
c. Radiasi

Penjelasan :

1. Pembedahan

Biopsi biasanya jenis pemebedahan pertama bagi seorang wanita dengan kanker
payudara. Tujuannya adalah menentukan bila ada masa malignasi dan untuk
mengetahui jenis kanker payudara, ada 2 prosedur :

a. Prosedur satu tahap


Anestesi umum dengan potongan beku cepat, bila potongan memperlihatkan
malignasi, ahli bedah melakukan mastektomi.
b. Prosedur 2 tahap :
- biopsi dengan anestesi lokal.
- klien dipulangkan.
Apabila diketahui hasil PA setelah dilakukan Biopsi Ganas maka bisa
dilakukan jenis pembedahan lebih lanjut yaitu pengangkatan kanker payudara
yang disebut dengan Tindakan Pembedahan Radical Mastektomy
2. Terapi Radiasi
Untuk pengobatan tahap 1 & 2
Keuntungan : kontrol tumor lokal/pemeliharaan payudara
Efek :

11
- Reaksi kulit
- Fraktur tulang kosta
- Pneumonitis
- Limfodema
3. Kemoterapi
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Perioperatif
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Perioperatif
Pada fase preoperatif ini perawat akan mengkaji kesehatan fisik dan emosional klien,
mengetahui tingkat resiko pembedahan, mengkoordinasi berbagai pemeriksaan diagnostik,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang mengambarkan kebutuhan klien
dankeluarga, mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk pembedahan .
A. Perawatan Preoperatif
1. Kelengkapan rekam medis dan status
2. Memeriksa kembali persiapan pasien
3. Informed concent
4. Menilai keadaan umum dan TTV
5. Memastikan pasien dalam keadan puasa
Pada fase intraoperatif perawat melakukan 1 dari 2 peran selama pembedahan
berlangsung, yaitu perawat sebagai instrumentator atau perawat sirkulator.
Perawat instrumentator memberi bahan-bahan yang dibutuhkan slama
pembedahan berlangsung dengan menggunakan teknik aseptic pembedahan yang ketat
dan terbiasa dengan instrumen pembedahan. Sedangkan perawat sirkulator adalah
asisten instrumentator atau dokter bedah.
B.Perawat Intra Operatif Meliputi
1. Melaksanakan orientasi pada pasien
2. Melakukan fiksasi
3. Mengatur posisi pasien
4. Menyiapkan bahan dan alat
5. Drapping
6. Membantu melaksanakan tindakan pembedahan

12
7. Memeriksa persiapan instrumen

C. Perawatan Post Operatif


Pada fase post operasi setelah pembedahan, perawatan klien dapat menjadi
komplek akibat fisiologis yang mungkin terjadi. Klien yang mendapat anastesi umum
cendrung mendapat komplikasi yang lebih besar dari pada klien yang mendapat
anastesi lokal. Perawatan post operative meliputi :
1. Mempertahankan jalan napas dengan mengatur posisi kepala.
2. Melaksanakan perawatan pasien yang terpasang infus di bantu dengan prawat
anastesi
3. Mengukur dan mencatat produksi urine
4. Mengatur posisi sesuai dengan keadaan.
5. Mengawasi adanya perdarahan pada luka operasi
6. Mengukur TTV setiap 15 menit sekali.

2.3.1 Pengkajian
1) Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2) Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, padanya
ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
3) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
4) Pengkajian fisik meliputi :
- Keadaan umum
- Tingkah laku
- BB dan TB
- Pengkajian head to toe

13
5) Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit
meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.Pemeriksaan urine, diperiksa
apakah ureum dan kreatinin meningkat.
6) Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar
X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormone.
7) Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
a. Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan
yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
b. Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah
masuk RS.
c. Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit
d. Personal hygiene
a. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari
b. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu
c. Dikaji sebelum dan pada saat di RS
8) Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spritual :
a. Status psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh,
merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif.
b. Status social
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.

c. Kegiatan keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.

9) Klasifikasi Data

14
Data pengkajian :
a. Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal sebagai
berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan
menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat
sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga
b. Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi :
asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara, hasil
pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
10) Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya
pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang didapat
pada klien.

2.3.2 Diagnosa
Pre Operasi Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra operatif,
post operatif : (Doenges M.E, 1999)
a) Diagnosa keperawatan Pre operatif
1) Resiko tinggi injury berhubungan dengan transfer + transport pasien ke branchart
/ meja operasi
Hasil yang diharapkan : tidak terjadi injury pada pasien

No Intervensi Rasional
1. Bantu pasien untuk berpindah dari Menjaga pasien supaya tidak jatuh
branchart / kursi roda ke meja
operasi

15
2. Angkat pasien dari branchart ke meja Memberikan keamanan kepada pasien
operasi dengan 3 orang

3. Dorong pasien ke ruang tindakan Memberikan keamanan kepada pasien


(ruang OK) dengan hati-hati

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi


dan kebutuhan pengobatan
Hasil yang diharapkan : adanya saling pengertian tentang prosedur pembedahan
dan penanganannya, berpartisipasi dalam program pengobatan,melakukan gaya
hidup yang perlu
No Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk Pasien mampu berkomunikasi dengan orang lain
mengekspresikan perasaan,
khususnya mengenai pikiran,
perasaan, pandangan dirinya
2. Dorong pasien untuk bertanya Memberikan keyakinan kepada pasien tentang
mengenai masalah, penyakitmya
penanganan, perkembangan
dan prognosa kesehatan
3. Berikan informasi yang dapat Membina hubungan saling percaya
dipercaya dan diperkuat
dengan informasi yang telah
diberikan
4. Jelaskan tujuan dan persiapan Memberikan informasi untuk penatalaksanaan
untuk diagnostic diagnostik selanjutnya

3) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan operasi


Hasil yang diharapkan : pasien melaporkan takut dan ansietas menurun sampai
tingkat dapat ditangani

16
No Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang keadaan penyakit Memberikan pengetahuan pada pasien yang
dan harapan masa depan dapat memilih berdasarkan informasi
2. Observasi tingkah laku yang Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka
menunjukkan tingkat ansietas rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang
berkembang ke dalam keadaan panik dapat
menimbulkan perasaan terancam dan teror
3. Berikan lingkungan perhatian, Penerimaan dan motivasi dari orang terdekat
keterbukaan dan penerimaan memberikan poin penuh untuk menjalani
privasi untuk pasien atau orang kehidupan selanjutnya yang lebih baik
terdekat, anjurkan bahwa orang
terdekat ada kapanpun saat
diinginkan

b) Diagnosa Keperawatan Intra Operatif


1) Resiko tinggi terjadi ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laryngeal
Hasil yang diharapkan : mempertahankan jalan nafas pasien dengan mencegah
aspirasi
No Intervensi (kolaborasi dengan Rasional
tim anesthesi)
1. Pantau frekuensi pernafasan, Pernafasan secara normal, kadang-kadang cepat,
kedalaman dan kerja nafas tetapi berkembangnya distress pada pernafasan
merupakan indikasi kompresi trakea karena
edema atau perdarahan
2. Auskultasi suara nafas, catat Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
adanya suara ronchi ronchi. Ronchi merupakan indikasi adanya
obstruksi spasme laringeal yang membutuhkan
evaluasi dan intervensi segera
3. Kaji adanya dispneu, stridor Indikator obstruksi trakhea atau spasme laring
dan sianosis, perhatikan yang membutuhkan evaluasi dan intervensi

17
kualitas suara segera
4. Pertahankan alat intubasi di Terkenanya jalan nafas dapat menciptakan
dekat pasien suasana yang mengancam kehidupan yang
memerlukan tindakan darurat

5. Pantau perubahan tanda-tanda Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,


vital, terutama peningkatan menentukan pilihan intervensi, menentukan
nadi dan penurunan tekanan efektivitas terapi
dara, atau pernafasan cepat dan
dalam

2) Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan perdarahan


Hasil yang diharapkan : mempertahankan keseimbangan cairan, adekuat yang
dibuktikan dengan tanda vital stabil, nadi perifer normal, turgor kulit baik dan
membran mukosa lembab
No Intervensi Rasional
1. Awasi pemasukan dan Membandingkan keluaran aktual dan yang
pengeluaran diantisipasi membantu dalam evaluasi stasis atau
kerusakan ginjal

2. Awasi tanda vital, evaluasi Sebagai indikator hidrasi atau volume sirkulasi
nadi, pengisian kapiler, turgor dan kebutuhan intervensi
kulit,dan membran mukosa
3. Berikan cairan IV Untuk mempertahankan volume sirkulasi
4. Ukur dan timbang berat badan Memberikan perkiraan kebutuhan akan
penggantian volume cairan dan keefektifan
pengobatan
5. Periksa adanya perubahan Dehidrasi berat menurunkan cairan jantung dan
dalam status mental dan perfusi jaringan terutama jaringan otak
sensori

18
3) Potensial injury (ketinggalan instrumen, kasa dan injury kulit) berhubungan dengan
tindakan operasi, pemasangan arde yang tidak kuat
Hasil yang diharapkan : Injury tidak terjadi
No Intervensi Rasional
1. Pertahankan keadaan asepsis Untuk mempertahankan keadaan asepsis selama
selama pembedahan operasi berlangsung

2. Mengatur posisi yang sesuai Posisi yang sesuai diperlukan untuk


untuk pasien memudahkan pembedahan dan untuk menjamin
keamanan fisiologis pasien, posisi yang diberkan
pada saat pembedahan disesuaikan dengan
kondisi pasien
3. Bantu penutupan luka operasi Untuk mencegah kontaminasi luka,
mengabsorbsi drainage, dan membantu
penutupan insisi, jika penyembuhan luka terjadi
tanpa komplikasi, jahitan bisa dibuka biasanya
setelah 7 sampai 10 hari tergantung letak
lukanya
4. Monitor terjadinya hipothermi Monitoring kejadian hipothermi malignan
malignan diperlukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi berupa kerusakan sistem sarafpusat
atau bahkan kematian. Monitoring secara
kontinu diperlukan untuk menentukan tindakan
pencegahan dan penanganan sedini mungkin
sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang
dapat merugikan pasien

c) Diagnosa Keperawatan Post Operatif


1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan
atau otot dan pasca operasi

19
Hasil yang diharapkan : melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, menunjukkan
kemampuan mengadakan relaksasi dan mengalihkan perhatian dengan aktif sesuai
situasi
No Intervensi Rasional
1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri Membantu dalam mengidentifikasi
baik verbal maupun non Derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk
verbal, catat lokasi, intensitas keefektifan analgetik.
(skala 0-10) dan lamanya
2. Bantu pasien menemukan Peningkatan lengan ,ukuran baju,
posisi yang nyaman dan adanya drain mempengaruhi kemampuan
pasien untuk rilex dan
tidur atau istirahat secara efektif.
3. Tekan atau sokong dada saat Memudahkan partisipasi pada aktifitas tanpa
latihan atau nafas dalam. timbul ketidaknyamanan
4. Kolaborasi dengan tim medis Memberikan penghilangan ketidak
dalam pemberian obat nyamanan atau nyeri dan memfasilitasi tidur,
analgesic yang sesuai indikasi. partisipasi pada
terapi pasca operasi.

2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kateter dan trauma jaringan
Hasil yang diharapkan : pasien mencapai waktu penyembuhan dan tidak mengalami
infeksi
No Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital Pasien yang mengalami perubahan tanda vital
beresiko untuk syok bedah atau septik
sehubungan dengan manipulasi atau
instrumentasi
2. Observasi dan drainage luka Adanya drain dapat meningkatkan resiko infeksi
yang diindikasikan dengan eritema dan drainage
purulen
3. Pantau suhu tubuh dan Mencegah terjadinya infeksi

20
frekuensi nadi, perubahan jenis
drainage luka, atau
peningkatan area kemerahan
dan nyeri tekan di sekitar
tempat operasi
4. Kolaborasi dengan tim medis Antibiotik mencegah terjadinya infeksi luka pada
dalam pemberian antibiotic pasien

2.3.3 Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan
perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui.Pada perencanaan
meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional, implementasi dan evaluasi.

2.3.4 Implementasi
Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-
hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi keperawatan adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikollogi dilindungi dan
didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (La Ode Jumadi Gaffar,
Skp. ”Pengantar Keperawatan Profesional” : 65-66)

2.3.5 Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian
mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan
perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.

21

Vous aimerez peut-être aussi