Vous êtes sur la page 1sur 5

Status Gizi, Asupan Zat Gizi Mikro ( Kalsium, Magnesium )

Hubungannya Dengan Sindroma Premenstruasi Pada


Remaja Putri SMU Sejahtera di Surabaya

RESUME JURNAL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA


PROGSUS GIZI 2015
SRI UTAMI
Status Gizi, Asupan Zat Gizi Mikro ( Kalsium, Magnesium )
Hubungannya Dengan Sindroma Premenstruasi Pada
Remaja Putri SMU Sejahtera di Surabaya

A. PENDAHULUAN
Pertumbuhan merupakan salah satu masa dalam pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Makin baik nutrisi dalam diet dan kalori serta
protein akan mendorong anak mencapai berat dan lemak tubuh kritis pada
usia yang lebih muda.
Chen chit mencatat bahwa 48,1 % dari sisawa SMP dan 84,7 % dari
siswa SMA mempunyai pengalaman kegelisahan pada saat menstruasi,
Penelitian beberapa tahun menunjukkan bahwa sejumlah zat gizi mikro
(kalsium dan magnesium) berpengaruh gangguan mood dan perilaku
berlangsung selama sindroma premestruasi. Gejala gejala seperti
kegelisahan, hidrasi dan depresi mulai sembuh pada seseorang sindroma
premenstruasi yang mengkonsumsi kalsium dan magnesium.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan status gizi dan
asupan zat gizi mikro ( kalsium dan magnesium ) dengan sindroma
premenstruasi pada remaja putri SMU Sejahtera di Surabaya.

B. METEDOLOGI
Desain penelitian : observasional dengan metode cross sectional
dengan pendekatan kuantitatif, Populasi penelitian adalah remaja putri/siswi
SMU Sejahtera Surabaya, total sampel 97. kriteria inklusi : umur 16-18 th
remaja putri yang sudah menstruasi, kriteria eksklusi : remaja putri yang
belum mendapat menstruasi, mengalami kelainan siklus menstruasi dan
dalam keadaan sakit saat menstruasi. Penelitian dilaksanakan bulan
desember 2015 sampai dengan Februari 2016.
C. HASIL
Sebagian besar sampel penelitian berumur 17 tahun (68%) dan paling
sedikit berumur 16 tahunn (4,2%), sebanyak 60 (61,9%) sampel status gizi
normal dengan asupan kalsium, magnesium kurang. Sindroma premenstruasi
ringan 59 (60,8%) sampel, dan yang termasuk kategori berat 38 (39,2%)
sampel. Dilihat dari penghasilan orang tua sebagian besar termasuk dalam
kategori cukup 65 (67%) sampel, dan sebanyak 32 (33%) sampel kategori
rendah.
Diketahui bahwa 37 sampel overweight, 19 (51,4 %) sampel
mengalami sindroma premenstruasi berat dan 18 (48,6%) mengalami
sindroma premenstruasi ringan. Sebanyak 60 sampel dengan gizi baik juga
mengalami sindroma premenstruasi dan terbanyak mengalami sindroma
premenstruasi ringan yaitu 41 (68,3%). Hasil uji statistik membuktikan bahwa
tidak ada hubungan signifikan antara status gizi dengan sindroma
premenstruasi (p>0,05).
Pada penelitian ini zat gizi kalsium pada 60 sampel dikategorikan
kurang, sedangkan 37 sampel dikategorikan cukup, dari 51,7 % sampel
dengan kategori asupan kalsium kurang mengalami sindroma premenstruasi
ringan, sampel dengan kategori asupan kalsium sebagian besar mengalami
sindroma premenstruasi ringan sebanyak 28 (75,7%) sampel. Hasil uji
statistik dengan chi square di peroleh nilai p: 0,032 yang menunjukkan ada
hubungan significan antara kalsium dengan sindroma premenstruasi.
Sebanyak 55 (56,7%) dikategorikan mempunyai asupan magnesium
kurang, 42 (43,3%) dikategorikan asupan magnesium cukup, pada sampel
yang tergolong memiliki asupan magnesium kurang, tidak ada perbedaan
jumlah yang besar antara yang mengalami sindroma premenstruasi berat dan
ringan. Sedangkan pada sampel yang mempunyai asupan magnesium cukup
ada perbedaan jumlah yang besar antara yang mengalami sindroma
premenstruasi berat dan ringan, masing masing 10 (23,8%) sampel, dan 59
(60,8%) sampel. Hasil uji statistik membutikan ada hubungan signifikan antara
asupan magnesium dengan sindroma premenstruasi (p < 0,05)
Hasil analisis multivariat membuktikan bahwa hanya asupan
magnesium dan status gizi saja yang terbukti secara bersama sama dapat
mempengaruhi sindroma premenstruasi secara signifikan. Pada analisis
multivariat, asupan kalsium terbukti tidak berpengaruh terhadap sindroma
prementruasi (p >0,05)

D. BAHASAN
Pada penelitian ini, sampel dengan kategori status gizi normal
presentasinya lebih tinggi 61,9% dibandingkan dengan kategori sampel
overweight 38,1 %.
Sebanyak 60 (62%) sampel pada penelitian ini memiliki asupan kalsium
kurang dan 55 (56,7 %) sampel memiliki asuan kurang. Kalsium diperlukan
oleh tubuh terutama untuk remaja.
Hasil penelitian ini membuktikan tidak ada hubungan signifikan antara
status gizi dengan sindroma premenstruasi (p>0,05). Sampel yang termasuk
kategori overweight mempunyai peluang mengalami sindroma premenstruasi
2,3 kali lebih besar dibandingkan dengan sampel yang memiliki status gizi
baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan dilakukan Masho di virginia bahwa
peningkatan resiko kejadian sindroma premenstruasi pada wanita dewasa
obes lebih besar dibanding dengan yang tidak obes menggunakan indikator
BMI
Hasil uji statistik membuktikan ada hubungan significan antara asupan
kalsium dengan sindroma premenstruasi (p<0,05). Hasil ini sejalan dengan
penelitian Jacobs dan Susan yang menyatakan bahwa pemberian kalsium
murni terbukti menghasilkan 50 % mengurangi gejala sindroma
premenstruasi. Asupan tinggi kalsium 1336 mg/hari dapat memperbaiki
gejala gejala gangguan mood, perilaku, nyeri selama siklus menstruasi
Pada penelitian ini ditemukan hubungan significant antara asupan
magnesium dengan sindroma premenstruasi (p<0,05), berbeda dengan
penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan keseluruhan pada
terapi tunggal suplementasi magnesium terhadap gejala sindroma
premenstruasi. Namun diperoleh signifikan dari suplementasi magnesium
sebanyak 200 mg/hari ditambahh dengan vitamin B6 50 mg/hari selama satu
siklus mestruasi

E. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa status
gizi dan asupan magnesium secara bersama sama berpengaruh terhadap
sindroma premenstruasi. Untuk itu, disarankan kepada remaja putri agar
mengkonsumsi zat gizi mikro, terutama magnesium sesuai dengan kebutuhan
tubuh ( 1000 mg/ hari) untuk membantu mengurangi gejala menstruasi. Perlu
pula dilakukan penyuluhan dan konseling gizi yang berhubungan dengan
program kesehatan reproduksi pada remaja putri di sekolah melalui UKS atau
Puskesmas.

Vous aimerez peut-être aussi