Vous êtes sur la page 1sur 13

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM PERSYARAFAN

Disusun oleh :

1. Bernadette Cristie B.A.P (201411013)


2. Benediktus Andang P. (201411014)
3. Elsa Eunike (201411022)
4. Eutaklasia Andaraurelia V. S (201411024)
5. Fransiska Riati. S. (201411028)
6. Klara Anggela (201411033)

S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES ST. ELISABETH SEMARANG
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran


impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk
memberi tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf
adalah sel saraf atau neuron.Sel saraf di dalam tubuh manusia terdiri di dua bagian
besar yaitu system saraf pusat dan system saraf tepi.Sistem saraf puast terdiri dari
otak(otak besar, otak kecil, dan batang otak)dan madula spinalis, sedangkan system
sarf tepi terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal.Dalam system saraf terdapat
beberapa penyakit pada system saraf seperti penyakit stroke.

Penyakit stroke adalah suatu sindrom yang mempunyai karakteristik suatu


serangan yang mendadak ,nonkovulsif yang disebabkan karena gangguan
peredaran darah otak non traumatic.stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala
gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau
lebih yang dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari
24 jam tanpa penyebab lain kecuali gangguan pembuluh darah otak.

Sebagai seorang perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang


tepat pada penyakit yang terkait dengan sistem saraf .

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum :
1. Mahasiswa dapat memahami tentang sistem saraf.
2. Untuk memenuhi tugas askep tentang sistem saraf.
1.2.2 Tujuan khusus :
1. Mengidentifikasi sistem saraf
2. Mengidentifikasi penyakit stroke
3. Menganalisa kasus yang terkait dengan sistem saraf
1.3Manfaat
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang sistem saraf
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang penyakit stroke
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit stroke
BAB II : SKEMA UMUM

KLASIFIKASI : MANIFESTASI KLINIK : TEST DIAGNOSTIC : PENATALAKSANAAN MEDIS :

1. Keadaan Patologis : 1. Hemiparesis mendadak 1. Utama : 1. Penatalaksanaan Umum


a. Stroke Iskemia : suplai darah ↓ 2. Gangguan Sensibilitas pada anggota a. CT Scan a. Pada Fase Akut
b. Stroke Hemoragik : pendarahan tubuh b. MRI b. Pada Fase Rehabilitasi
subarachnoid 3. Penurunan kesadaran c. EEG 2. Pembedahan
2. Perjalanan Penyakit : 4. Afasia d. Angiografi Serebral 3. Terapi Obat-obatan :
a. Transient Iskemic Attack (TIA) : 5. Disartria e. Sinar X Tengkorak a. Stroke iskemia :
mendadak timbul, hilang < dari 1 6. Diplopia f. Pungsi Lumbal - Trombolisis dengan rt-PA
hari 7. Ataksia 2. Alternatif : - obat jantung
b. Progresif (Stroke In Evolution) : 8. Vertigo a. Algoritma Stroke Gajah Mada b. Stroke Hemoragik :
beberapa jam – hari 9. Mual, muntah b. Skor Stroke Siriraj (SSS) - Antihipertensi
c. Stroke lengkap (Stroke Complete) : 10. Nyeri Kepala - Diuretik
menetap/ permanen - Antikonvulsan

STROKE Kejang

Definisi : Gangguan fungsi ssaraf yang terjadi mendadak akibat pasokan darah ke suatu
Arteriosklerosis Penyempitan Pembuluh Darah
bagian otak sehingga peredaran darah ke otak terganggu.

Etiologi : usia, hipertensi, DM, penyakit jantung, stress, merokok, gaya hidup yang tidak
Trombos Serebral bagus, obesitas, dan kolesterol dalam darah yang meningkat. Aliran Lambat

Proses Metabolisme Otak terganggu Suplai Darah Ke Otak Berkurang Edema Serebral

Perubahan Sensorik dan Motorik, Perubahan pupil, muntah Penurunan kesadaran, GCS ↓, penurunan fungsi memori Hasil CT scan : Edema serebri
INTERVENSI :
GANGGUAN PERFUSI
1. Kaji tingkat kesadaran dengan GCS TIK ↑
2. Kaji pupil, ukuran, respon terhadap cahaya,
JARINGAN SEREBRAL
gerakan mata Aktivitas dan Latihan
3. Evaluasi keadaan motorik dan sensorik pasien
4. Anjurkan pasien untuk tidak menekuk lututnya,
batuk, bersin, feses yang keras/mengedan
5. Pertahankan suhu normal
6. Monitor kejang dan berikan obat anti kejang
7. Berikan obat sesuai progam dan monitor efek
samping : Antikoagulan (heparin), Antifibrolitik
(amicar), antihipertensi, steroid dan
dexametason, fenitoin, fenobarbital, pelunak
feses.
8. Bantu pasien untuk pemeriksaan diagnostik

Disfungsi N. XI Kerusakan N. VII, N.IX, N.XII Disfungsi N.II Disfungsi N. XI Penurunan Fungsi N. X, N. IX

Control otot facial/ Menurunnya aliran Penurunan fungsi Proses menelan


Penurunan fungsi
oral menjadi lemah darah ke retina motorik, anggota gerak, tdk efektif
motorik, anggota
muskuloskeletal
gerak, muskuloskletal
Kelemahan otot Ketidakmampuan retina Hemiparase, atropi refluks
wajah dan lidah tangkap otot, kontraktur otot
Adanya
objek/bayangan
hemiplegia/hemiparase, disfagia
tonus otot kurang, Kehilangan fungsi Diplopia, Kegagalan gerakin
pergerakan, ambulasi tonus otot facial/oral pandangan kabur tubuh
anoreksia
dibantu, kekuatan otot
Klien tidak mampu berkomunikasi, Tidak mampu lakukan ADL mual
berkurang, atropi, kontraktur
disartria, aphasia
Kelemahan pada
anggota tubuh GANGGUAN GANGGUAN DEFICIT PERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN
Klien mengatakan tidak KOMUNIKASI VERBAL PERUBAHAN PERSEPSI DIRI NUTRISI KURANG DARI
mampu menggerakan SENSORI KEBUTUHAN
Psikososial Aman Nyaman
tangan dann kak, klien
Aktivitas dan Lathian Nutrisi
tidak mampu memehuni
kebutuhan ADL, INTERVENSI :
INTERVENSI :
kebutuhan ADL dibantu
INTERVENSI : INTERVENSI :
1. Kaji kemampuan 1. Kaji kemampuan ADL klien
komunikasi adanya 1. Kaji kemampuan persepsi 2. Bantu klien dalam memnuhi 1. Anjurkan memakan
kegangguan bahasa dan klien dan penerimaan kebutuhan ADl, jika tidak makanan yang hangat
HAMBATAN MOBILITAS
bicara sensorik mampu 2. Beri makan sedikit tapi
FISIK 2. Ciptakan lingkungan yang 3. Kolaborasi dengan sering
2. Ciptakan lingkungan
penerimaan dan privasi : sederhana dan pindahkan fisioterapi 3. Kolaborasi dokter
Aktivitas dan Latihan
jngan terburu-buru bicara alat yang berbahaya pemberian obat antiemetik
perlahan dan intonasi 3. Tempatkan barang pada
normal kurangi bising tem[at semula
INTERVENSI :
lingkungan jangan paksa 4. Bantu klien untuk
1. Kaji kemampuan motorik pasien untuk komunikasi beraktivitas dan mobilitas
2. Ajarkan klien untuk ROM 3. Gunakan kata-kata untuk cegah injury
3. Bila klien ditempat tidur, senderhana, secara
melakukan gerakan untuk bertahap dan dengan
luruskan postur tubuh : bahasa tubuh
gunakan papan kaki, ubah posisi 4. Beri respon terhadap
sendi bahu tiap 2-4 jam, perilaku non verbal
sanggah tangan dan
pergelangan
4. Konsultasi dengan ahli
fisioterapi
MATERI PENJELASAN :

Untuk membedakan jenis stroke perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seeprti


CT scan dan MRI. Namun, jika tidak tersedia, ada beberapa perhitungan diantaranya :

1. Algoritma Stroke Gajah Mada


Menentukan berdasarkan 3 gejala yaitu :
- Penurunan kesadara (PK)
- Nyeri kepala (NK)
- Refleks Babinski
(RB)

Stroke haemoragik : Kombinasi (PK:+, NK:+, RB:+), (PK:+, NK:+, RB:-), (PK:+,
NK:-, RB:+), (PK:-, NK:+, RB:+), (PK:+, NK:-, RB:-), (PK:-,
NK:+, RB:-)

Stroke Iskemia akut : Kombinasi (PK:-, NK:-, RB:+), (PK:-, NK:-, RB-)

2. Skor Stroke Siriraj (SSS)

SSS = (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x Nyeri kepala) + (0.1 x Tekanan


Doastole) – ( 3 x ateroma) – 12

Skor : > 1 = perdarahan


Skor : < 1 = Infark otak
Skor : -1 s.d 1 = Meragukan

Ketentuan :
1. Kesadaran :
a. Komposmentis = 0
b. Somnolent = 1
c. Semikoma = 2
2. Muntah/ nyeri kepala dalam 2 jam
a. Tidak ada = 0
b. Ya = 1
3. Ateroma (petanda diabetes, angina, klaudikasio)
a. Tidak ada = 0
b. Satu atau lebih = 1

Tes Diagnostik :

1. Computerized Tomografi Scaning (CT Scan)


Mengetahui area infark, edema, hematoma, struktur dan sistem ventrikel otak
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, malformasi
arteriovena
3. Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
4. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti erdarahan,
obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau rupture
5. Sinar X tengkorak
Mengetahui adanya klasifikasi karotis interna pada thrombosis cerebral
6. Pungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal, jika tekanan meningkat dan cairan
mengandung darah menunjukkan hemoragik subarachnoid atau perdarahan
intracranial. Kontraindikasi pada peningkatan tekanan intracranial

PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Penatalaksanaan Umum
a. Fase akut
1. Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunan ventilator
2. Monitor peningkatan teknan intracranial
3. Monitor fungsi pernafasan (AGD)
4. Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
5. Evaluasi status airan dan elektrolit
6. Control kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan dan cegah
resiko injury
7. Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan
pemberian makanan
8. Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
9. Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadarn, keadaan pupil,
fungsi sensorik dan motorik, nervus cranial dan reflex.
b. Fase Rehabilitasi
1. Pertahankan nutrisi yang adekuat
2. Program manajemen bladder dan bowel
3. Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM)
4. Pertahankan integritas kulit
5. Pertahankan komunikasi yang efektif
6. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
7. Persiapan pasien pulang

2. Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter > 3 cm atau volume > 50 ml
untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo – peritoneal bila ada
hidrosefalus obstruktif akut.

3. Terapi obat-obatan
a. Stroke Iskemia : pemberian trombolisis dengan П – PA, pemberian obat-
obatan jantung seperti digoksi, pada aritmia jantung atau alfa beta,
kaptropil, antagonis kalsium pada klien dengan hipertensi
b. Stroke Haemoragik : Antihipertensi (katropil, antagonis kalsium), Diuretik
(Manitol 20%, furosemide)
c. Antikonvulan : Fenitoin
BAB III
SKEMA KASUS

KASUS 1

Tn. Fauzi (43thn) dirawat di RS karena mengalami stroke in involution, kesadaran somnolen , mata membuka jika dipanggil dan langsung tidur kembali, mulut tidak
simetris miring ke arah kiri , afasia motorik, mengalami hemiparese sinistra. Mengalami anosmia, disfagia, parastesia facial. Klien lupa alamat rumahnya. Klien memiliki riwayat
hipertensi tidak terkontrol, senang mengkonsumsi alcohol dan mudah stress. Saat ini posisi pasien adalah head up 30 derajat , babinski positif pada kaki kanan , kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah kiri 3 , ekstremitas atas dan bawah kanan 5. Hasil CT scan terdapat iskemik / infark hemisfer kanan.

SKEMA
Alkohol, stress

Hipertensi

Penyempitan Trombus / emboli di Stroke non hemoragic Stroke non hemoragic


Ateriklerosis
pembuluh darah cerebral

Aliran darah terhambat Proses metabolisme di


oksigenasi
otak terganggu

CO 2 meningkat
Suplai darah dan o2 ke otak menurun
Pemeriksaan CT scan
terdapat iskemik TIK meningkat
hemisfer kanan Arteri serebimedia

Penurunan kesadaran Arteri vertebra basilaris Disfungsi N.XI(asesori)

Penurunan fungsi motorik dan muskoloseletal


Penurunan kesadaran Aktivitas dan latihan
-somnolen
-mata di buka ketika di BabinskiPositif
Kelemahan pada satu atau ke empat
panggil KETIDAKEFEKTIFAN anggota gerak pada kaki kanan

PERFUSI JARINGAN
Hemiparase sinistra
Kerusakan neuro serebro
Kekuatan otot
sepinal N. VII(vasialis)
ekstremitas atas dan
,N.IIX (gloso varingeus)
bawah kiri 3
HAMBATAN MOBILITAS
Kontrol otot facial atau FISIK
Parastesia fasiel oral menjadi lemah

INTERVENSI :
Ketidak mampuan bicara
 Ajarkan pasien mengenakan alat bantu
-Mulut tidak simetris miring ke arah kiri  Berikan ROM
-avasia motorik  Pantau fungsi motorik dan sensorik
GANGGUAN KOMUNIKASI dengan mengopservasi setiap aktivitas
 Pantau daerah tubuh yang tertekan
VERBAL
termasuk edema, warna, dan tanda lain
gangguan sirkulasi
 Bantu mobilisasi dan ADL
 Lakukan alih baring 2 jam sekali
 Anjurkan pasien untuk membantu
melatih sisi yang sakit dengan
ektremitas yang sehat
 Kolaborasi dengan fisioterapi
INTERVENSI : INTERVENSI :

 Monitor TTV setiap 8 jam atau sesuai dengan kebutuhan (TD, HR, RR, SPO2, S)  Kaji kemampuan komunikasi adanya gangguan bahasa dan bicara lainnya
 Pantau kesadaran dan keadaan umum pasien  Ciptakan lingkungan penerimaan dan privasi :
 Lanjutkan pemberian posisi head-up 30o a. Jangan terburur-buru
 Jaga suasana tenang dalam dan sekitar ruangan b. Bicara engan perlahan, dan intonasi normal
 Atur keadaan cahaya ruangan c. Jngan paksa untuk komunikasi
 Pasang kedua pengaman tempat tidur  Ajarkan teknik untuk memperbaiki bicara :
 Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK a. Insruksikan untuk bicara lambat, dan dalam kalimat penek
 Beri pendidikan kesehatan mengenai bahaya mengkonsumsi alkohol  Berikan respon erbaal terhadap prilaku non verbal
 Kolaborsi dengan dokter untuk pemberian obat anti koagulan dan anti
hipertensi
 Kolaborasi pemberian Oksigen
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa
penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan
perintah untuk memberi tanggapan rangsangan.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus
akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi
kematian sel-sel pada sebagian area di otak.Dalam penyakit stroke dapat di
ambil berbagai diagnose untuk menangani strock srta dapat kita lakukan
brebagai intervensi agar p[enyakit stroke tersebut teratasi atau sembuh.
4.2 Saran
Sistem saraf perlu dipelajari dan didalami oleh mahasiswa keperawatan
dengan sungguh-sungguh, karena sistem ini sangat erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari dan penyakit pada sistem ini banyak dialami oleh
masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto , dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.


Jakarta : Sagung Seto.

Lumbantobing . 2012. Neeurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental .Jakarta :


FKUI.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta : Medi Action.

Vous aimerez peut-être aussi