1. Apa saja etiologi dari perut yang semakin membesar?
Keganasan, organomegali, penyakit jantung kronik, anemia, perut terisi udara,
edema. 2. Apa makna klinis bertambah pucat, tidak terdapat demam maupun perdarahan sejak 3 hari? Riwayat demam dan perdarahan bisa digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis. Jika tidak ditemukan manifestasi klinis tersebut maka dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis. Jika demam berlangsung lama (> 3 minggu) dan tidak terlalu tinggi bisa merupakan salah satu gejala konstitusi yang dapat terjadi akibat keganasan, terutama disertai dengan penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, dan mudah berkeringat di malam hari. Jika demam terjadi akut, mungkin dapat diindikasikan anemia akibat infeksi seperti malaria atau infeksi virus. Pada kasus malaria dapat didukung dengan ditemukan gejala klinis berupa ikterik. Jika terjadi pendarahan maka keluhan klinis semakin bertambah pucat dapat dikarenakan kehilangan darah. Tapi pada kasus in, keluhan semakin bertambah pucat tidak disebabkan karena adanya keganasan, infeksi, maupun pendarahan. 3. Apakah keluhan perut membesar berkaitan dengan transfuse? Jelaskan! Komplikasi utama dari transfuse adalah hemosiderosis atau akumulasi zat besi pada system retikuloendhoteial. Hati, lien, pancreas, dan kelenjar putitari adalah salah satu jaringan yang paling berdampak.
4. Apa makna klinis dari riwayat penyakit pada keluarga?
Keluhan yang diderita pasien ini kemungkinan ada faktor genetik 5. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan penunjang? Hasil Nilai Normal Interpretasi Pemeriksaan Hemoglobin 4,5 gr/dl 11-16 gr/dl Menurun Hematokrit 14 vol% 33% – 38% Menurun Leukosit 6.800/mm3 9.000 – 12.000 Menurun MCV 67 fL 80 – 95 fL Mikrositer MCH 22 pg 27 -43 pg hipokromik MCHC 32% 32% - 35,9% Normal Trombosit 209.000/mm3 200.000/ mm3 – Normal, cenderung 400.000/ mm3 rendah Diff.count 0/1/0/53/39/7 0-1/1-3/2-6/50- Basophil = normal 70/20-40/2-8 Eosinophil = normal Sel batang = menurun Sel segmen = normal Limfosit = normal Monosit = normal Retikulosit 4% 0,5% – 2% meningkat Laju Endap Darah 33 mm/jam 0 – 20 mm/jam meningkat Bilirubin total 1.91 g/dl 0,3 – 1,3 g/dl Meningkat Bilirubin indirect 1.31 g/dl 0,2 – 0,9 g/dl Meningkat Bilirubin direct 0,6 g/dl 0,1 – 0,4 g/dl Meningkat Besi serum 306 ug/L 41 – 141 ug/dL Meningkat Total Iron Binding 315 ug/dL 251–406 ug/dL Normal Capacity Saturasi transferrin 97% 12% – 45 % Meningkat Ferritin 433 ng/mL 10 – 160 ng/mL Meningkat Mekanisme abnormal: Pada kasus terjadi anemia mikrositik akibat thalasemia dengan derajat keparahan berat. Kerusakan rantai normal untuk membentuk hemoglobin seperti rantai alpha,beta, dll, akan menyebabkan deformitas dari RBC sehingga menimbulkan gambaran blood film yang abnormal (anisopoikilositosis). Rantai protein hemoglobin yang rusak atau abnormal akan menyebabkan hemoglobin mudah rusak, sehingga menimbulkan hemoglobin yang rendah pada kasus. Hemoglobin yang pecah juga akan menyebabkan bebasnya atom besi yang banyak pada darah sehingga terjadilah abnormalitas SI dan serum ferritin. Hemoglobin yang mudah rusak akan berimbas pada bentukan retikulosit. Retikulosit akan berjumlah kurang dari normal dan imbasnya mengurangi angka MCV, MCH, dan MCHC. I.Etiologi genetic II. Tatalaksana: Tranfusi darah Pemberian tranfusi darah ditujukan untuk mempertahankan dan memperpanjang umur atau masa hidup pasien dengan cara mengatasi komplikasi anemia, memberi kesempatan pada anak untuk proses tumbuh kembang, memperpanjang umur pasien. Terapi tranfusi darah dimulai pada usia dini ketika ia mulai menunjukkan gejala simtomatik. Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan memberikan sel darah merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah merah akan mati. Khusus untuk penderita beta thalassemia intermedia, transfuse darah hanya dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin. Sedangkan untuk beta thalssemia mayor (Cooley’s Anemia) harus dilakukan secara teratur Tranfusi darah diberikan bila Hb anak < 7 gr/dl dyang diperiksa 2x berturut dengan jarak 2 minggu dan bila kadar Hb > 7 gr/dl tetapi disertai gejala klinis seperti Facies Cooley, gangguan tumbuh kembang, fraktur tulang curiga adanya hemopoisis ekstrameduler. Pada penanganan selanjutnya, transfusi darah diberikan Hb ≤8 gr/dl sampai kadar Hb 11-12 gr/dl. Darah diberikan dalam bentuk PRC, 3 ml/kgBB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dL. Kelasi Besi Pasien thalasemia dengan terapi tranfusi biasanya meninggal bukan karena penyakitnya tapi karena komplikasi dari tranfusi darah tersebut. Komplikasi tersebut adalah penumpukan besi diberbagai organ. Desferoxamine diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/L atau saturasi transferin sudah mencapai 50 %, atau sekitar setelah 10 -20 kali transfusi. Pemberian dilakukan secara subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan dosis 25-35 mg/kg BB/hari, minimal selama 5 hari berturut-turut setiap selesai transfusi darah. Dosis desferoxamine tidak boleh melebihi 50 mg/kg/hari. Evaluasi teratur terhadap toksisitas desferoxamin direkomendasikan pada semua pasien yang mendapat terapi ini. Saat ini sudah tersedia kelasi besi oral, yaitu deferasirox dan deferipone. Suplemen Asam Folat Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel darah merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping melakukan transfusi darah ataupun terapi khelasi besi.. Asam Folat 2x1 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Splenektomi Indikasi : limpa yang terlalu besar sehingga membatasi gerak pasien, menimbulkan peningkatan tekanan intra-abdominal dan bahaya terjadinya ruptur meningkatnya kebutuhan tranfusi yang melebihi 250ml/kgBB dalam 1 tahun terakhir
Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang untuk talasemia pertama kali dilakukan tahun 1982. Transplantasi sumsum tulang merupakan satu-satunya terapi definitive untuk talasemia. Jarang dilakukan karena mahal dan sulit.