Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Dogma yang melekat sebagai efek dari periode pemulihan pasca pembedahan
adalah pengaruh intervensi sebelum dan selama pembedahan yang mengakibatkan
penurunan fungsi usus, restriksi kalori, hipervolemia intraoperatif, penggunaan
opioid berlebihan, pemanjangan waktu immobilisasi dan penggunaan selang
drainase dan kateter.1 Pada umumnya komplikasi pasca proses pembedahan yang
menjadi perhatian utama adalah gangguan terhadap pergerakan usus untuk kembali
ke kondisi normal. Agen-agen analgesik dan pemakaian obat opiod selama
prosedus anestesia dapat menjadi masalah bagi mobilisasi pasien di fase pasca
pembedahan. Diperlukan suatu upaya perawatan khusus pasca pembedahan guna
membantu pasien agar segera pulih pasca pembedahan. Adapun kunci utama dalam
mencapai pemulihan pascaoperasi yang cepat adalah minimalisasi stress selama
pembedahan. 2
Semakin tinggi tingkat stress, maka perkembangan katabolisme juga
meningkat.3 Hal ini berkaitan dengan resistensi insulin yang memicu degradasi
glukosa otot atau glikogen dan terakhir mendorong glukoneogenesis melalui
penghancuran protein otot akibatnya terjadi penurunan kekuatan dan kelamahan
otot. Blok epidural juga dapat memicu pelepasan katekolamin dan kortisol yang
kemudian akan semakin memperparah kondisi resistensi insulin. Perkembangan
proses ini terjadi sangat cepat setidaknya dalam 4 minggu setelah proses
pembedahan. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu mekanisme pengelolaan
perawatan pasca pembedahan guna mempertahankan homeostasis tubuh dengan
cara mengontrol metabolisme dan cairan tubuh dimulai sejak fase perioperatif
sebagai dukungan untuk mencapai pemulihan sempurna dan cepat.4
ERAS (Enhanced recovery after surgery) merupakan istilah yang merujuk pada
protokol perawatan perioperatif yang dimaksudkan untuk memperbaiki luaran
kondisi pasien pasca pembedahan mayor.5 Sebuah studi meta analisis menunjukkan
bahwa protokol ERAS pada pembedahan mayor menurunkan lamanya waktu
2
pemulihan dan menurunkan lama rawat di rumah sakit sekitar 2-3 hari dan
mengurangi timbulnya komplikasi pembedahan mayor sebesar 30%-50%.6 Banyak
terapi dalam protokol ERAS yang dapat secara langsung atau tidak langsung
memberikan efek terhadap aksi insulin dan menurunkan perkembangan resistensi
insulin. Nutrisi perioperatif dapat menghindari pemanjangan periode kelaparan dan
terapi karbohidrat dapat menstimulasi sensitivitas insulin segera sebelum onset
pembedahan. Terapi karbohidrat perioperatif menghasilkan perbaikan sensitivitas
insulin (mengurangi resistensi) postoperatif melalui dampaknya terhadap aktivitas
sel mitokondria dan mononuclear. Komponen kedua dalam protokol ERAS adalah
menjaga metabolisme cairan tubuh pasca pembedahan dengan cairan saline 0.9%
sebagai kristaloid penting gunan mempertahankan keseimbangan cairan garam
tubuh. Pemberian carian yang berlebihan tidak hanya akan memperlambat
kembalinya fungsi usus ke normal tetapi juga berkaitan dengan peningkatan
komplikasi. 7
Penerapan protokol ERAS pada pembedahan ginekologi yang dilakukan oleh
Kalogera et al (2013) pada pengamatan multimodal terkait perawatan perioperatif
guna mempercepat proses pemulihan pasca operasi menyimpulkan bahwa
implementasi protokol ERAS berkaitan dengan manajemen nyeri dengan
menggunakan opioid, berkurangnya lama perawatan di rumah sakit, angka
morbiditas dan perawatan kembali di rumah sakit, tingkat kepuasan pasien dan
8
penurunan biaya substansial. Implementasi protokol ERAS oleh departemen
kesehatan di Inggris juga menunjukkan reduksi bermakna antara lama rawat inap
dirumah sakit dan morbiditas dari pasien yang menjalani pembedahan ginekologi
yaitu histerektomi radikal dibandingkan dengan pendekatan perawatan tradisional. 9
Investigasi terbaru juga menyediakan data yang menunjukkan bahwa jalur
percepatan pemulihan (protokol ERAS) berkaitan dengan pasien pasca pembedahan
abdomen mayor (contoh : operasi prolasp organ panggul atau keganasan
ginekologi). Temuan dalam penelitian tersebut diantaranya pemulihan fungsi
gastrointestinal yang lebih awal dibandingkan dengan pasien yang tidak
3
nitrogen dan resistensi insulin yang sering terjadi sebagai respon fisiologis
terhadap kondisi stress selama proses pembedahan. Oleh karena itu
rekomendasi terbaru ini dapat mengurangi derajat penurunan kelemahan
otot pasien pasca pembedahan sehingga proses pemulihan pasca
pembedahan dapat dicapai dengan lebih cepat. Koreksi defisiensi nutrisi
preoperatif secara parenteral dan enteral bergantung pada derajat keparahan
defisiensi serta kondisi saluran gastrointestinal pasien. Namun begitu, pada
banyak kasus pasien dapat diatasi dengan input yang tepat dari rekomendasi
ahli gizi atau nutrisionis dan dapat digunakan sebagai standard penggunaan
suplementasi nutrisional cairan protein.
2.3 Perawatan Intraoperatif
Perawatan pasien harus ditelaah secara individualistik dengan
menggunakan tehnik invasive yang paling minimal. Pembedahan reseksi
laparoskopik telah menunjukkan pemendekan lama rawat inap di rumah
sakit, penurunan komplikasi dan percepatan perbaikan fungsi
gastrointestinal. Penggunaan selang NGT juga berkaitan dengan
peningkatan morbiditas dan memperpanjang pemulihan fungsi usus
sehingga sebisa mungkin sebaiknya dihindari. Overhidrasi diketahui sering
terjadi pada periode perioperatif dan hal ini dapat meningkatkan lama rawat
rumah sakit oleh karena itu cardiac output merupakan indikator pengamatan
pemberian terapi cairan intraoperatif. Menghindari agen analgesic yang
dapat mencetuskan gejalan PONV (postoperative nausea and vomiting)
merupakan hal penting sehingga setiap pasien perlu dinilai dengan sistem
skor Apfel (jenis kelamin wanita, penyakit pergerakan atau riwayat PONV
sebelumnya, buka perokok dan pemberianopiod postoperative) dimana
keberadaan dua resiko atau lebih merupakan pertanda untuk pemberian
terapi PONV profilaksis dan protokol ERAS merekomendasikan pemberian
deksameason pada fase induksi atau ondansentron atau droperidol atau
metoklorpropramid pasca pembedahan. 16
9
2.4 Post-operatif
Perawatan post operatif melibatkan pemeliharaan hidrasi dengan mendorong
penghentian terapi cairan sedini mungkin dan mengalihkannya ke terapi oral
sesegera mungkin seperti pemberian minuman berkarbohidrat. 17 Nutrisi post-
operatif akan mempengaruhi respons metabolik sehingga dapat menurunkan
kejadian resistensi insulin, penurunan kehilangan nitrogen dan menurunkan
hilangnya kekuatan otot. Sebelum dilakukan pemberian nutrisi, pasien harus
menjalani pemeriksaan fungsi saluran gastrointestinal untuk mendapatkan
penilaian toleransibilitas intake oral. Hal ini kemudian berlanjut seiring dengan
pemberian nutrisi makanan normal jika status nutrisional pre-operatif pasien
buruk. Serupa dengan puasa pre-opetatif maka pemanjangan puasa post-
operatif juga dapat hal penting karena konsumsi nutrisi oral berkaitan erat
dengan penurunan infeksi luka dan pemendekan lama rawat dirumah sakit.
Lewi dan teman-temannya mendemonstrasikan bahwa tidak terdapat efek
negatif pasca pemberian makanan secara dini pasca pembedahan, bahkan
tampak adanya penurunan kurva terkait insidensi dehisensi anastomotik, infeksi
luka, pneumonia, abses intra abdominam dan mortalitas pada pasien yang
10
mendapat nutrisi enteral dini. Telaah Cochrane di tahun 2006 juga menemukan
bahwa nutrisi post operatif dapat menurunkan komplikasi dan mortalitas pasien
post operatif. 18
Kateter urin dan selang drainase juga harus dilepaskan sedini mungkin.
Penggunaan agen analgesia multimodal seperti parasetamol oral dan obat anti
inflamasi oral dapat ditoleransi dengan baik pada periode post operatif untuk
mengganti penggunaan opiod intravena secara berlebihan karena semakin
banyak agen sedasi yang digunakan maka komplikasi ileus dan gangguan
pernapasan juga semakin tinggi.
pasien harus duduk dalam 2 jam sehari pasca operasi dan 6 jam perhari
sebelum pasien keluar dari rumah sakit. 19
Tabel 2. Contoh protokol ERAS pada pasien radikal sistektomi
Hari ke 2 Hari ke 10
berikan makanan ringan yang Pelepasan Klip
mudah ditoleransi Hari ke 11-14
Mobilisasi dan dorongan untuk Lanjutkan seperti jadwal sebelum
perawatan diri sendiri (perawatan pulang ke rumah
kateter/ pengosongan kantung
stoma pada pasien dengan saluran)
Dikutip dari : Donat, 20
C. Manfaat ERAS
Terdapat beberapa manfaat baik bagi pasien maupun penyedia layanan
kesehatan dari keseluruhan pendekatan protokol ERAS. Pasien mendapatkan
persiapan fisik dan medis yang optimal dalam menghadapi pembedahan.22 Jika
proses persiapan ini dimulai dari layanan kesehatan primer, maka pasien dapat
diproses untuk pembedahan lebih awal dan dapat mengurangi antrian jadwal
operasi. Rumah sakit yang meberikan perawatan berdasarkan EBM akan
memberikan perubahan fisiologis minimal dari kondisi pasien sehingga pasien
dapat pulih dengan lebih cepat. Keluhan nyeri, mual, dan disfungsi usus
postpartum dapat diminimalisir yang pada akhirnya juga akan menurunkan
angka infeksi nosokomial rumah sakit. Di Amerika Serikat, diestimasikan
terjadi penurunan jumlah lama rawat sekitar 140.000-200.000 penggunaan
tempat tidur rumah sakit pertahun nya. 22
Penerapan protokol ERAS pada pembedahan ginekologi yang dilakukan
oleh Kalogera et al (2013) pada pengamatan multimodal terkait perawatan
perioperatif guna mempercepat proses pemulihan pasca operasi menyimpulkan
bahwa implementasi protokol ERAS berkaitan dengan manajemen nyeri
dengan menggunakan opioid, berkurangnya lama perawatan di rumah sakit,
angka morbiditas dan perawatan kembali di rumah sakit, tingkat kepuasan
pasien dan penurunan biaya substansial. Implementasi protokol ERAS oleh
departemen kesehatan di Inggris juga menunjukkan reduksi bermakna antara
lama rawat inap dirumah sakit dan morbiditas dari pasien yang menjalani
pembedahan ginekologi yaitu histerektomi radikal dibandingkan dengan
pendekatan perawatan tradisional. Investigasi terbaru juga menyediakan data
yang menunjukkan bahwa jalur percepatan pemulihan (protokol ERAS)
berkaitan dengan pasien pasca pembedahan abdomen mayor (contoh : operasi
prolasp organ panggul atau keganasan ginekologi).
Temuan dalam penelitian tersebut diantaranya pemulihan fungsi
gastrointestinal yang lebih awal dibandingkan dengan pasien yang tidak
15
III. RINGKASAN
Protokol perawatan percepatan pemulihan pasca pembedahan (ERAS) diinisiasi
pertama kali pada pembedahan kolorektal terbuka, kemudian ditelaah secara
lebih luas untuk jenis pembedahan lainnya. Berdasarkan beberapa penelitian uji
klinis dan telaah review terbukti terdapat beberapa jalur manfaat dari
implementasi protokol ERAS dalam mempercepat pemulihan pasien pasca
pembedahan. Pada dasarnya metode ERAS adalah mengembalikan optimalisasi
fungsional tubuh manusia dalam merespons proses pembedahan mulai dari tahap
pre-admission, pre-operatif, intra-operatif dan post-operaitf. Aspek penting
dalam implementasi protokol ERAS adakah diperlukannya kolaborasi dari
beberapa ahli dalam bidang ilmu tertentu seperti dokter yang akan melakukan
pembedahan, dokter umum, dokter anestesi, ahli fisioterapi, ahli gizi, dan
perawat.
Protokol perawatan percepatan pemulihan pasca pembedahan bervariasi
bergantung pada tahap pemulihan mulai dari proses sebelum pembedahan, pasca
pembedahan dan follow up. Pada fase pre-operatif terdapat dua jenis perawatan
yaitu tahap awal saat pasien masuk rumah sakit dan perawatan pre-operatif
sedangkan pada periode post operatif menitikberatkan pada status nutrisi pasien
yang menunjang untuk mempercepat kondisi pemulihan pasien.
Manfaat protokol ERAS bagi pasien maupun penyedia layanan kesehatan
dari keseluruhan pendekatan protokol ERAS. Pasien mendapatkan persiapan
fisik dan medis yang optimal dalam menghadapi pembedahan. Jika proses
persiapan ini dimulai dari layanan kesehatan primer, maka pasien dapat diproses
untuk pembedahan lebih awal dan dapat mengurangi antrian jadwal operasi.
Rumah sakit yang meberikan perawatan berdasarkan EBM akan memberikan
perubahan fisiologis minimal dari kondisi pasien sehingga pasien dapat pulih
dengan lebih cepat. Keluhan nyeri, mual, dan disfungsi usus postpartum dapat
diminimalisir yang pada akhirnya juga akan menurunkan angka infeksi
19
RUJUKAN
1. Department of Health Guidance. Delivering Enhanced Recovery: Helping Patients get better sooner
after surgery. Published 31st March 2010 on the Department of Health Website.
2. Roberts J, et al., Thinking differently: Working to spread enhanced recovery across England.
Current Anaesthesia & Critical Care; 2010; doi:10.1016/j.cacc.2009.12.003 (in press).
3. Anderson AD, McNaught CE, MacFie J, Tring I, Barker P, Mitchell CJ. Randomized clinical trial of
multimodal optimization and standard perioperative surgical care. Br J Surg. 2003;90:1497–504.
[PubMed]
4. Kehlet H, Wilmore DW. Multimodal strategies to improve surgical outcome. Am J Surg.
2002;183:630–41. [PubMed]
6. Zhuang CL, Ye XZ, Zhang XD, Chen BC, Yu Z. Enhanced recovery after surgery protokols versus
traditional care for colorectal surgery: a meta-analysis of randomized controlled trials. Dis Colon
Rectum.2013;56(5):667-678.
7. Sjetne IS, Krogstad U, Odegard S, Engh ME. Improving quality by introducing enhanced recovery
after surgery in a gynaecological department: consequences for ward nursing practice. Qual Saf
Health Care. 2009;18:236–40. [PubMed]
8. Kalogera E, Gamez, JB, Janoski CJ, Trabuco E, Lovely JL, Dhanorker S, et al. Enhanced recovery
in gynaecologic surgery. Obstet Gynecol. 2013 Aug; 122(201): 319–328
9. Koupparis A, Dunn J, Gillatt D, et al. Improvement of an enhanced recovery protokol for radical
cystecomy. British Journal of Medical and Surgical Urology 2010;3:237-40.
10. Marx C, Rasmussen T, Jakobsen DH, Ottosen C, Lundvall L, Ottesen B, et al. The effect of
accelerated rehabilitation on recovery after surgery for ovarian malignancy. Acta Obstet Gynecol
Scand. 2006;85:488–92. [PubMed]
11. van den Berghe G, Wouters P, Weekers F, et al. Intensive insulin therapy in the critically ill
patients. N Engl J Med 2001;345:1359-67.
12. Mathur S, Plank LD, Hill AG, et al. Changes in body composition, muscle function and energy
expenditure after radical cystectomy. BJU Int 2008;101:973-7; discussion 77.
13. Greisen J, Juhl CB, Grofte T. Acute pain induces insulin resistance in humans. Anesthesiology
2001;95:578-84
14.Sammour T, Zargar-Shoshtari K, Bhat A, Kahokehr A, Hill AG. A protokolme of Enhanced
Recovery After Surgery (ERAS) is a cost-effective intervention in elective colonic surgery. N Z
Med J. 2010;123:61–70. [PubMed]
15. Gregg JR, Cookson MS, Philip S, et al. Effect of preoperative nutritional deficiency on mortality
after radical cystectomy for bladder cancer. J Urol 2011;185:90-6.
21
16. Carli F, Trudel JL, Belliveau P. The effect of intraoperative thoracic epidural anaesthesia and
postoperative analgesia on bowel function after colorectal surgery: a prospective, randomized trial.
Dis Colon Rectume 20001;44:1083-9.
17. Andersen HK, Lewis SJ, Thomas S. Early enteral nutrition within 24h of colorectal surgery versus
later commencement of feeding for postoperative complications. Cochrane Database Syst Rev
2006:CD004080
18. Lewis SJ, Andersen HK, Thomas S. Early enteral nutrition within 24 h of intestinal surgery versus
later commencement of feeding: a systematic review and meta-analysis. J Gastrointest Surg
2009;13:569-75.
19. Jottard K, Hoff C, Maessen J, et al. Life and death of the nasogastric tube in elective colonic
surgery in the Netherlands. Clin Nutr. 2009;28(1):26-28.
20. Donat. Early nasogastric tube removal combined with metoclopramide after radical
cystectomy and urinary diversion. J Urol 1999;162:1599-602.
21. Royal College of Obstetricians and Gynecologist. Scientific Impact Paper No.36.
February 2013.
22. Desborough. The Stress Response to Trauma and Surgery. BJA; 2000; 85 (1): 109-17
23. Lassen, Soop, Nygren et al. Consensus Review of Optimal Perioperative Care in Colorectal
Surgery. ERAS Group Recommendations. Arch Surg; 2009; 144 (10): 961-969.
24. Wijk L, Franzen K, Ljungqvist O, Nilsson K. Implementing a structured Enhanced Recovery After
Surgery (ERAS) protokol reduces length of stay after abdominal hysterectomy. Acta Obstet
Gynecol Scand. 2014 Aug;93(8):749-56.
25. Nelson G, Altman AD, Nick A, Meyer LA, Ramirez P.T, Achtari C, et al. Guidelines for
postoperative care in gynecologic/oncology surgery:Enhanced Recovery After Surgery (ERAS®)
Society recommendations — Part II . Gynecologic Oncology, 2016;140:323–332.
26. Torbe E, Crawford R, Nordin, Andi dan Acheson N. Enhanced recovery in gynecology The
Obstetrician & Gynaecologist 2013;15:263–8.