Vous êtes sur la page 1sur 10

PROPOSAL TERAPI MODALITAS

BERKEBUN

DISUSUN OLEH:

INTAN HARTATI

SHINTA SARASWATIE

SITI MUALIMAH

RODIYANSYAH

YOANA SEPTIARA SARI

YAYASAN BAITUL HIKMAH KALIMOSODO PROPINSI LAMPUNG

AKADEMI KEPERAWATAN BAITUL HIKMAH

BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal “Terapi Modalitas Berkebun”

Selama proses penyusunan makalah ini, tidak lepas dari peran dan dukungan dari
berbagai pihak yang telah memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah membimbing penulis, teman – teman yang telah
membantu dan memberi dukungan terhadap penulis sehingga makalah ini selesai
tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan
dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran dari para pembaca maupun
dosen pembimbing sangat di harapkan demi perbaikan untuk masa-masa yang
akan datang.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
penurunan kemampuan fisik, mental dan sosial secara bertahap sampai
tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari. Bagi kebanyakan orang masa
tua itu masa yang kurang menyenangkan (Stanley, 2009).

Anggapan terhadap lansia adalah bingung dan tidak peduli terhadap


lingkungan, kesepian dan tidak bahagia, pikun, tidak berniat dengan
seksual dan tidak berguna bagi masyarakat. Namun kenyataannya tidak
semua usia lanjnut yang mencapai kematangan, kemantapan dan
produktivitas mental dan material pada usia lanjut (Bandiyah, 2010).

Lansia dipanti biasanya akan mengalami berbagai hal yang berhubungan


dengan biopsikospiritualnya yang begitu beragam dan kompleks. Slah satu
yang paling menjadi tingkat kedua dalam masalah lansia adalah gangguan
psikologis yang sama tingginya dengan gangguan penyakit fisik pada
lansia. Contoh gangguan psikologis pada lansia yaitu peningkatan depresi
terhadap keadaan penuaan, diri sendiri dan keluarga yang kadang tidak
menghiraukan (Nugroho, 2008). Gangguan psikologis lain adalah lansia
mengalami kebosanan saat tidak dapat melakukan aktivitas karena
hambatan berbagai hal yang dialami lansia. Karena berkurangnya aktivitas
pada lansia maka dari itu hubungan sosial di sekitarnya juga mengalami
penurunan bahkan jarang sekali memiliki hubungan sosial antar sesama
(Kuncoro, 2011).

Oleh karena itu perawat dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien
lanjut usia dalam memecahkan masalah dan mengurangi rasa putus asa,
rendah diri, rasa keterbatasan akibat dari ketidakmampuan fisik dan
kelainan yang dideritanya. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi
dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis
dalam proses penyembuhan dan ketenangan para klien lanjut usia
(Nugroho, 2014).

Data pengkajian yang sudah dilakukan pada desiminasi awal tanggal 26


Oktober 2015 terdapat kurang lebih 24% dari 44 lansia di UPT Panti
Werdha “ Mojopahit “ Mojokerto mengalami gangguan pada psikologis
dan hubungan sosialnya. Ditandai dengan lansia sering menyendiri dan
mengungkapakan kebosanan serta rasa sedih tidak bertemu keluarga.
Maka dari itu terapi modalitas menjadi salah satu pilihan untuk
meningkatkan atau melatih lansia untuk membina hubungan sosial,
menurunkan tingkat gangguan psikologis dan mengurangi kebosanan.

Terapi Modalitas merupakan suatu cara pendekatan agar lanjut usia dapat
beradaptasi terhadap situasi, lebih mampu merawat diri sendiri, banyak
aktivitas dan lebih mandiri. Salah satu terapi modalitas pada lanjut usia
untuk menurunkan tingkat gangguan psikologis adalah terapi berkebun,
yaitu terapi dengan menggunakan berkebun secara terapeutik untuk
meningkatkan fungsi fisik, psikologis, kognitif, perilaku dan fungsi sosial
serta meningkatkan hubungan yang terapeutik, juga dapat memperbaiki,
memelihara dan meningkatkan status fisik dan mental (Nugroho, 2014)..

Terapi berkebun dimulai dengan membangun hubungan dan kepercayaan


serta rasa aman dan membuat kanjut usia merasa lebih baik dengan
memanfaatkan waktu luangnya. Jenis terapi berkebun adalah kegiatan
bercocok tanam, mencangkok, merawat dan memelihara tanaman sehingga
energy yang dikeluarkan akan menghasilkan keringat (Nugroho, 2014).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi modalitas, terapi berkebun klien
mampu beradaptasi terhadap situasi, lebih banyak aktivitas dan lebih
mandiri.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti terapi modelitas, terapi berkebun selama 45 menit
diharapkan klien dapat :
a) Meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain, meningkatkan
rasa kasih sayang terhadap lingkungan.
b) Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan
kecemasan.
c) Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang
dihadapi.
d) Meningkatkan control diri dan perasaan.
e) Mengubah perilaku yang destruktif.
f) Mengembangkan kreativitas.
g) Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan.

C. Landasan Teori
Terapi modalitas adalah berbagai pendekatan penanganan klien yang
bervariasi, yang bertujuan untuk menmgubah perilaku klien dengan
oerilaku maladaptive menjadi perilaku yang adaptif. Terapi modalitas
merupakan proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan sosial kea
rah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistic.

Terapi modalitas menurut Perko & Kreigh :


1. Suatu tekhnik terapi dengan menggunakan pendekatan secara spesifik
2. Suatu system terapi psikis yang keberhasilannya sangat tergantung
pada adanya komunikasi atau perilaku timbal balik antara pasien dan
terapis
3. Terapi yang diberikan dalam upaya mengubah perilaku maladaptive
menjadi perilaku adaptif.

D. Indikasi Terapi Berkebun


Dilakukan pada lanjut usia dengan kondisi :
1. Lansia yang masih bisa bergerak dan sehat secara fisik.
2. Deficit fungsional pad afisik, psikologis atau fungsi mental.
3. Marah, gusar dan kesepian.
4. Gangguan emosi dan perilaku.
5. Stress dan kecemasan.
6. Gangguan kepribadian (anti sosial).

E. Sasaran Kegiatan
Semua klien lanjut usia, laki-laki dan perempuan dengan kriteria diatas
yang berjumlah 6 orang.

F. Jadwal pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Rabu, 31 Januari 2018
Jam : 16.00-selesai WIB
Tempat :Ruang Cempaka, UPTD Tresna Werda, Natar Lampung
Selatan

G. Metode dan Alat Bantu


Metode : Dinamika kelompok
Alat bantu :
1. Tanah kosong
2. Alat bercocok tanam
3. Air
4. Gayung
5. Pupuk
6. Tanaman toga

H. Uraian Struktur Kelompok


Pengoranisasian :
1. Leader
a) Membuka acara
b) Memimpin kegiatan
c) Memotivasi klien
d) Menjelaskan tujuan terapi berkebun
e) Menjelaskan langkah-langkah terapi berkebun
f) Melaksanakan langkah-langkah terapi berkebun
g) Melaksanakan dan mengontrol jalannya terapi berkebun
h) Menutup acara
2. Co-Leader
a) Mendampingi dan membantu Leader menjalankan tugasnya
b) Mengambil alih tugas Leader jika Leader pasif
3. Fasilitator
a) Mempertahankan keikutsertaan klien
b) Mengidentifikasi issue penting selama terapi berkebun
c) Memberikan umpan balik selama proses kegiatan dari mulai
persiapan sampai selesai
4. Observer
a) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b) Mencatat prilaku Verbal dan Non- verbal klien selama kegiatan
berlangsung

I. Langkah-Langkah
1. Persiapan
Klien membentuk persegi
2. Fase Orientasi
a) Leader membuka acara
b) Melakuakn perkenalan (terapis dank lien)
c) Leader menyampaikan tujuan terapi berkebun
d) Leader membuat validasi kontrak
e) Co-Leader membaca tata tertib
f) Leader dibantu Co-Leader menjelaskan langkah-langkah terapi
berkebun
3. Fase Kerja
Pelaksanaan terapi berkebun
a) Leader memimpin peserta dan terapis untuk menggali tanah
sedalam 10-15 cm
b) Lalu tanah yang sudah digali diisi dengan tanaman toga
c) Selanjutnya ditutup kembali dengan tanah
d) Lalu diberi pupuk
e) Serta disiram air
f) Leader membuat kesimpulan
4. Fase Terminasi
a) Leader menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti terapi
berkebun
b) Leader menanyakan atau melakuakn evaluasi materi
c) Leader memberikan tugas atau rencana tindak lanjut
d) Leader membuat kontrak untuk yang akan datang
e) Leader menutup acara

J. Perilaku yang Diharapkan


Persiapan :
1. Fasilitator
a) Mengidentifikasi masalah yang dialami lansia sebelum terapi
berkebun dilakukan
b) Mengatur setting tempat atau ruangan untuk terapi berkebun
2. Lansia
a) Siap untuk mengikuti terapi berkebun
b) Mengetahui terapi berkebun
c) Hadir 5 menit sebelum acara terapi dimulai

Proses :
1. Terapis
a) Melaksanakan terapi berkebun sampai dengan selesai
b) Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan
2. Lansia
a) Mengikuti terapi berkebun sampai dengan selesai
b) Klien aktif mengikuti terapi berkebun dengan ceria

Hasil :
1. Fasilitator
Mengungkapkan tugas dengan baik sesuai rencana atau modifikasi saat
acara
2. Lansia
Mengungkapkan rasa senang dan lebih santai

K. Program Antisipasi
1. Bila ada peserta yang melakuakn kegiatan tidak sesuai dengan tujuan,
fasilitator mengingatkan dan mengarahkan
2. Bila peserta pasif, fasilitator memotivasi untuk mengikuti kegiatan
3. Jika peserta ingin pergi sebelum terapi berkebun selesai, fasilitator
membimbingnya agar menyelesaikan terapi
4. Bila Leader blokir maka Co-Leader yang mengambil jalannya acara
terapi berkebun

a. Seting Tempat

L1

CO L

K2

F1 F1 F1

K5 K3
K4 F1

OBSR

Keterangan:

- L1 = Leader

CO L
- = kordinator Leader

- = Fasilitator
F
- = Klien
K
- = Klien
OBSR

L. Struktur Organisasi
1. Leader : Rodiansyah
2. Co-Leader : Intan Hartati
3. Fasilitator : Siti mualimah & Sinta saraswati
4. Observer : Yoana Septiara Sari

M. Anggaran dana TAK PLANT TERAPHY

No Barang Anggaran

1 Tanaman Rp. 30.000

2 Snack Rp. 50.000

Jumlah Rp. 80.000

BAB III

PENUTUP

Terapi Modalitas merupakan suatu cara pendekatan agar lanjut usia dapat
beradaptasi terhadap situasi, lebih mampu merawat diri sendiri, banyak aktivitas
dan lebih mandiri. Salah satu terapi modalitas pada lanjut usia untuk menurunkan
tingkat gangguan psikologis adalah terapi berkebun, yaitu terapi dengan
menggunakan berkebun secara terapeutik untuk meningkatkan fungsi fisik,
psikologis, kognitif, perilaku dan fungsi sosial serta meningkatkan hubungan yang
terapeutik, juga dapat memperbaiki, memelihara dan meningkatkan status fisik
dan mental (Nugroho, 2014)..
Terapi berkebun dimulai dengan membangun hubungan dan kepercayaan serta
rasa aman dan membuat kanjut usia merasa lebih baik dengan memanfaatkan
waktu luangnya. Jenis terapi berkebun adalah kegiatan bercocok tanam,
mencangkok, merawat dan memelihara tanaman sehingga energy yang
dikeluarkan akan menghasilkan keringat (Nugroho, 2014).

Vous aimerez peut-être aussi