Vous êtes sur la page 1sur 10

Pengertian

Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat
yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-hari
dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut
BB terhadap TB) dan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor
atau marasmic-kwashiorkor. Ada beberapa cara untuk mengetahui seorang anak terkena
busung lapar (gizi buruk) yaitu :
1) Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan. Bila perbandingan berat
badan dengan umurnya dibawah 60% standar WHO-NCHS, maka dapat dikatakan anak
tersebut terkena busung lapar (Gizi Buruk).
2) Dengan mengukur tinggi badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA) bila tidak sesuai dengan
standar anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.
2. Faktor Penyebab Gizi Buruk
Banyak faktor yang yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Penyebab gizi
buruk terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terjadinya gizi
buruk, yaitu:
1) Kurangnya asupan gizi dari makanan.
Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya
tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan. Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi, dalam hal ini makanan
alamiah terbaik bagi bayi yaitu air susu ibu, dan sesudah usia enam bulan anak tidak
mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. MP-
ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung
zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B, serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang
tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendah sering kali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang
tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa
menyerap zat-zat makanan secara baik. Terjadinya kejadian infeksi penyakit ternyata
mempunyai hubungan timbal balik dengan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan
mengalami penurunan daya tahan sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Disisi lain
anak yang menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk cakupan pelayanan
kesehatan dasar terutama imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada balita yang tidak
naik berat badan, pendidikan, penyuluhan kesehatan dan gizi, dukungan pelayanan di
posyandu, penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan akan menentukan tinggi rendahnya
kejadian penyakit infeksi. Mewabahnya berbagai penyakit menular akhir-akhir ini seperti
demam berdarah, diare, polio, malaria, dan sebagainya secara hampir bersamaan dimana-
mana, menggambarkan melemahnya pelayanan kesehatan yang ada di daerah. Berbagai
penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan
gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar
dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi
dan balita didasari oleh keaadaan gizi anak yang jelek.
Ada berbagai penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang diantaranya
yaitu:
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Namun
kemiskinan kadang menjadikan hambatan dalam penyediaan pangan bagi keluarga.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai.
Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan
sosial. Di masa modern ini pengasuhan anak kadang kita serahkan kepada pembantu yang
belum tentu tahu perkembangan dan kebutuhan makan anak.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih
dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan. Berbagai kesulitan air bersih dan akses sarana pelayanan kesehatan
menyebabkan kurangnya jaminan bagi keluarga. Pokok masalah gizi buruk di masyarakat
yaitu kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan adanya berbagai kegiatan yang ada di masyarakat seperti posyandu, pos
kesehatan.
Ketiga faktor tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan, terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga,
semaikin baik pola pengasuhan anak, dan semakin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada.
Berbagai faktor langsung dan tidak langsung di atas, berkaitan dengan pokok masalah
yang ada di masyarakat dan akar masalah yang bersifat nasional. Pokok masalah di
masyarakat antara lain berupa ketidakberdayaan masyarakat dan keluarga mengatasi masalah
kerawanan ketahanan pangan keluarga, ketidaktahuan pengasuhan anak yang baik, serta
ketidakmampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Akar masalah gizi buruk
adalah kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber
daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang
disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia.
Keadaan tersebut telah memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan
ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.

3. Tipe Gizi Buruk


Menurut situs Dinas Kesehatan Pemda Ibukota Jakarta, keadaan gizi buruk ini secara
klinis dibagi menjadi 3 tipe:
1) Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah
besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Nama kwashiorkor berasal
dari suatu daerah di Afrika, artinya “penyakit anak yang terlantar” atau disisihkan karena
ibunya mengandung alergi dan tidak lagi memberikan air susu ibu padanya. Tanpa mengganti
air susu ibu dan dapat tambahan pangan yang seimbang anak (umumnya berumur kurang
lebih 18 bulan) kurang mendapat protein. Jenis penyakit ini sering dijumpai pada bayi dan
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun pada keluarga berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang
sekali pendidikannya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau
penanganannya yang terlambat, akan memberikan akibat yang fatal. Penyebab terjadinya
kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat
menyebabkan hal tersebut diatas antara lain:
a. Pola makan
Protein adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang.
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh
ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan
penting terhadap terjadinya kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan
pengganti ASI.
b. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan
sudah berlansung turun-temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak
dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
d. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam
derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Tanda dan gejala klinis yang timbul pada kwashiorkor antara lain:
a) Rambut tipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menimbulkan
rasa sakit.
b) Edema pada seluruh tubuh terutama pada punggung kaki dan bila ditekan akan
meninggalkan bekas.
c) Kelainan kulit (dermatosis) seperti timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.
d) Wajah membulat dan sembab (moon face).
e) Pandangan mata sayu.
f) Pembesaran hati.
g) Sering disertai penyakit infeksi akut, diare, ISPA, dll.
h) Perubahan status mental menjadi cengeng, rewel, kadang apatis.
i) Otot mengecil (hipotrofi) dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga ukuran LILA-nya
kurang dari 14 cm.
Dari sekian banyak gejala klinis, ada beberapa gejala klinis tersebut yang khas pada
penderita kwashiorkor. Tanpa gejala klinis yang khas ini, penegakkan diagnosis kwashiorkor
tidak dapat ditegakkan. Gejala yang khas tersebut adalah edema, rambut yang tidak hitam,
mudah rontok, jarang dan tipis, perut buncit karena hepatomegali, dan crazy pavement
dermatosis. Karena adanaya edema, maka kwashiorkor bisa disebutedematous protein calorie
malnutrition.
2) Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan
kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot (Dorland, 1998:649). Yang mencolok pada
keadaan nutritional marasmus ialah pertumbuhan yang berkurang atau terhenti disertai atrofi
otot dan menghilangnya lemak bawah kulit. Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori
protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat,
karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital (Nelson,1999). Marasmus dapat
terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat
cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga
dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran
pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat (Dr. Solihin, 1990:116).
Tanda dan gejala yang terjadi seperti:
a) Wajah seperti orang tua.
b) Mudah menangis/cengeng dan rewel.
c) Sering disertai penyakit infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC).
d) Badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit.
e) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pakai celana longgar-
baggy pants).
f) Perut cekung.
g) Iga gambang. Karena tidak ada edema, maka marasmus sering disebut non edematous
protein calorie malnutrition.
3) Marasmic-Kwashiorkor
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashiorkor dengan gabungan
gejala yang menyertai seperti:
a. Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas
kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan
sebagainya.
b. Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
c. Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolik seperti
gangguan pada ginjal dan pankreas.
d. Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan
fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.
Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala
masing-masing penyakit tersebut.
4. Akibat Gizi Buruk
1) Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tenaga kesehatan.
2) Kurang cerdas.
3) Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari normal.
4) Sering sakit infeksi seperti batuk, pilek, diare, TBC, dan lain-lain.
5. Pencegahan Gizi Buruk
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak, yaitu:
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah
itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberi makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin
dan mineralnya. Perbandingan komposisinya untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu. Cermati
apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola
dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam
bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah
sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula
suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan
hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan
kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan
fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
6. Penatalaksanaan
Makanan atau minuman dengan biologic tinggi gizi kalori atau protein. Pemberian
secara bertahap dari bentuk dan jumlah mula-mula cair (seperti susu) lunak (bubur) biasa
(nasi lembek).
1) Prinsip pemberian nutrisi:
a. Porsi kecil, sering, rendah serat, rendah laktosa
b. Energy atau kalori: 100 Kkal/kg BB/hari
c. Protein: 1-1,5 g/kg BB/hari
d. Cairan: 130 ml/kg BB/hari ringan-sedang: 100 ml/kg BB/hati edema berat
2) Obati/ cegah infeksi: Antibiotik
a. Bila tampak komplikasi: cotrymoksasol 5 ml
b. Bila anak sakit berat: ampicillin 50 mg/kg BB IM/IV Setiap 6 jam selama 2 hari
3) Untuk melihat kemajuan/perkembangan anak
a. Timbang berat badan setiap pagi sebelum diberi makan
b. Catat kenaikan BB anak tiap minggu
7. Komplikasi Gizi Buruk
1) Hipotemi
2) Hipoglikemi.
3) Infeksi
4) Diare dan Dehidrasi
5) Syok
a. Penyebab Hipotermi
a) Tidak/kurang/jarang diberi makan
b) Menderita Infeksi
c) Paparan angin :
Genting bocor
Dinding berlubang
Tidur dekat pintu
Selimut dan topi kurang rapat
d) Menempel benda yang dingin:
Tidur dilantai
Mandi terlalu lama
Popok basah tidak segera diganti(ngompol,Diare)
b. Penyebab Hipoglikemi
a) Tidak dapat/kurang/jarang dapat makan
b) Penyakit Infeksi
Gejala :
a) Hipotemi (<35 oc)
b) Lemah
c) Penurunan kesadaran
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
GIZI BURUK

1. Pengkajian
a. Identitas: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, No
Register, agama, tanggal masuk Rs , dll.
b. Keluhan utama: Tidak ada nafsu makan dan muntah.
c. Riwayat penyakit sekarang: Gizi buruk biasanya ditemukan nafsu makan kurang
kadang disertai muntah dan tubuh terdapat kelainan kulit (crazy pavement).
d. Riwayat penyakit dahulu: Apakah ada riwayat penyakit infeksi, anemia, dan diare
sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada keluarga yang lain menderita gizi buruk
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Mata: agak menonjol
Wajah: membulat dan sembab
Kepala: rambut mudah rontok dan kemerahan
Abdomen: perut terlihat buncit
Kulit: adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit,
odema.
b. Palpasi
Pembesaran hati ± 1 inchi
c. Auskultasi
Peristaltic usus abnormal
3. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum,
biakan darah.
2) Pemeriksaan urin.
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine.
3) Uji faal hati
4) EKG
5) X foto paru
4. Diagnosa keperawatan
1. Pemenuhan nutrisi kurang daari kebuituhan tubuh b.d intake nutrisi tidak adekuat.
2. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan nutrisi, dehidrasi.
3. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan
nutrisi
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak
adekuat.
5. Intervensi
1) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh b.d intake nutrisi tidak adekuat.
Tujuan: nutrisi klien terpenuhi dalam 2 minggu
Kriteria hasil :
Klien tidak muntah lagi
Nafsu makan kembali normal
Edema Berkurang /Hilang
BB sesuai dengan umur (berat badan ideal 10 kg tanpa edema)
Rencana:
a. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber
makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.
R/ Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk
pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietik yang telah diberikan selama
hospitalisasi.
b. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.
R/ Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien,
mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.
c. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
R/ Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang
menyertai keadaan malnutrisi.
d. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
R/ Menilai perkembangan masalah klien.
2) Kerusakan integritas kulit b.d perubahan nutrisi, dehidrasi.
Tujuan: Integritas kulit kembali normal.
Kriteria hasil:
Gatal hilang/berkurang.
Kulit kembali halus, kenyal dan utuh.
Rencana:
a. Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin.
b. Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan kulit
anak tetap kering.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.
3) Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan
nutrisi
Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah.
Kriteria hasil:
Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan.
Dapat mengulangi isi penyuluhan.
Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah.
Rencana:
1. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
2. Jelaskan tentang:
a. Nama penyakit anak.
b. Penyebab penyakit.
c. Akibat yang ditimbulkan.
d. Pengobatan yang dilakukan.
3. Jelaskan tentang:
a. Pengertian nutrisi dan pentingnya.
b. Pola makan yang betul untuk anak sesuai umurnya.
c. Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin terutama banyak mengandung
protein.
4. Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.
5. Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari rumah
sakit.
4) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak
adekuat.
Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria Hasil:
Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Rencana:
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan sesuai usia anak.
R/ Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.
R/ Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan.
3. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
R/ Menilai perkembangan masalah klien.
4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
R/ Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek
motorik, bahasa dan personal/sosial.
5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
(Puskesmas/Posyandu)
R/ Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC


Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI.
Doengoes, E, Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Vol. 3. Jakarta: EGC.
Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak: Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta: EGC.

DWI APRIADI
http://ilmukeperawatananakapridoni.blogspot.co.id/2015/05/asuhan-keperawatan-gizi-
buruk.html
20 nov 16

Vous aimerez peut-être aussi

  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • Pa Islam
    Pa Islam
    Document295 pages
    Pa Islam
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • PJOK
    PJOK
    Document295 pages
    PJOK
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • Master KLS Tinggi 2020
    Master KLS Tinggi 2020
    Document496 pages
    Master KLS Tinggi 2020
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • Resume Keperawatan Halusinasi
    Resume Keperawatan Halusinasi
    Document3 pages
    Resume Keperawatan Halusinasi
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • Matematika VI Matematika: Setel Mapel Setel Kelas Nama Mapel
    Matematika VI Matematika: Setel Mapel Setel Kelas Nama Mapel
    Document294 pages
    Matematika VI Matematika: Setel Mapel Setel Kelas Nama Mapel
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • Mulok 1
    Mulok 1
    Document293 pages
    Mulok 1
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • Dokumentasi Lujeng
    Dokumentasi Lujeng
    Document1 page
    Dokumentasi Lujeng
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • Kertas Kerja
    Kertas Kerja
    Document2 pages
    Kertas Kerja
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • MAPEL
    MAPEL
    Document295 pages
    MAPEL
    inyoclash
    Pas encore d'évaluation
  • Asuhan Keperawatan Halusinasi
    Asuhan Keperawatan Halusinasi
    Document19 pages
    Asuhan Keperawatan Halusinasi
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • Konsep Askep Keracunan Kardio
    Konsep Askep Keracunan Kardio
    Document4 pages
    Konsep Askep Keracunan Kardio
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • Asuhan Keperawatan Halusinasi Stase
    Asuhan Keperawatan Halusinasi Stase
    Document18 pages
    Asuhan Keperawatan Halusinasi Stase
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • 1) Sop Pengkajian Awal Klinis
    1) Sop Pengkajian Awal Klinis
    Document4 pages
    1) Sop Pengkajian Awal Klinis
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • Korupsi Yang Terkait Dengan Perbuatan Curang
    Korupsi Yang Terkait Dengan Perbuatan Curang
    Document2 pages
    Korupsi Yang Terkait Dengan Perbuatan Curang
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • 24 April 2021
    24 April 2021
    Document4 pages
    24 April 2021
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • KOMPLIKASI
    KOMPLIKASI
    Document1 page
    KOMPLIKASI
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas Kwu Pak Pet
    Tugas Kwu Pak Pet
    Document6 pages
    Tugas Kwu Pak Pet
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • Cover RPP KTM
    Cover RPP KTM
    Document2 pages
    Cover RPP KTM
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Tak
    Cover Tak
    Document1 page
    Cover Tak
    Kartika Dwi Ananda
    Pas encore d'évaluation