Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat
yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-hari
dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut
BB terhadap TB) dan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor
atau marasmic-kwashiorkor. Ada beberapa cara untuk mengetahui seorang anak terkena
busung lapar (gizi buruk) yaitu :
1) Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap bulan. Bila perbandingan berat
badan dengan umurnya dibawah 60% standar WHO-NCHS, maka dapat dikatakan anak
tersebut terkena busung lapar (Gizi Buruk).
2) Dengan mengukur tinggi badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA) bila tidak sesuai dengan
standar anak yang normal waspadai akan terjadi gizi buruk.
2. Faktor Penyebab Gizi Buruk
Banyak faktor yang yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Penyebab gizi
buruk terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terjadinya gizi
buruk, yaitu:
1) Kurangnya asupan gizi dari makanan.
Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya
tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan. Bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi, dalam hal ini makanan
alamiah terbaik bagi bayi yaitu air susu ibu, dan sesudah usia enam bulan anak tidak
mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya. MP-
ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung
zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B, serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang
tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan yang rendah sering kali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang
tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa
menyerap zat-zat makanan secara baik. Terjadinya kejadian infeksi penyakit ternyata
mempunyai hubungan timbal balik dengan gizi buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan
mengalami penurunan daya tahan sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Disisi lain
anak yang menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk cakupan pelayanan
kesehatan dasar terutama imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada balita yang tidak
naik berat badan, pendidikan, penyuluhan kesehatan dan gizi, dukungan pelayanan di
posyandu, penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan akan menentukan tinggi rendahnya
kejadian penyakit infeksi. Mewabahnya berbagai penyakit menular akhir-akhir ini seperti
demam berdarah, diare, polio, malaria, dan sebagainya secara hampir bersamaan dimana-
mana, menggambarkan melemahnya pelayanan kesehatan yang ada di daerah. Berbagai
penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan
gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar
dibandingkan anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi
dan balita didasari oleh keaadaan gizi anak yang jelek.
Ada berbagai penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang diantaranya
yaitu:
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Namun
kemiskinan kadang menjadikan hambatan dalam penyediaan pangan bagi keluarga.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai.
Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan
sosial. Di masa modern ini pengasuhan anak kadang kita serahkan kepada pembantu yang
belum tentu tahu perkembangan dan kebutuhan makan anak.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih
dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan. Berbagai kesulitan air bersih dan akses sarana pelayanan kesehatan
menyebabkan kurangnya jaminan bagi keluarga. Pokok masalah gizi buruk di masyarakat
yaitu kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat
ditanggulangi dengan adanya berbagai kegiatan yang ada di masyarakat seperti posyandu, pos
kesehatan.
Ketiga faktor tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan, terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga,
semaikin baik pola pengasuhan anak, dan semakin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada.
Berbagai faktor langsung dan tidak langsung di atas, berkaitan dengan pokok masalah
yang ada di masyarakat dan akar masalah yang bersifat nasional. Pokok masalah di
masyarakat antara lain berupa ketidakberdayaan masyarakat dan keluarga mengatasi masalah
kerawanan ketahanan pangan keluarga, ketidaktahuan pengasuhan anak yang baik, serta
ketidakmampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Akar masalah gizi buruk
adalah kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber
daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang
disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa Indonesia.
Keadaan tersebut telah memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan
ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.
1. Pengkajian
a. Identitas: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, No
Register, agama, tanggal masuk Rs , dll.
b. Keluhan utama: Tidak ada nafsu makan dan muntah.
c. Riwayat penyakit sekarang: Gizi buruk biasanya ditemukan nafsu makan kurang
kadang disertai muntah dan tubuh terdapat kelainan kulit (crazy pavement).
d. Riwayat penyakit dahulu: Apakah ada riwayat penyakit infeksi, anemia, dan diare
sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada keluarga yang lain menderita gizi buruk
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Mata: agak menonjol
Wajah: membulat dan sembab
Kepala: rambut mudah rontok dan kemerahan
Abdomen: perut terlihat buncit
Kulit: adakah Crazy pavement dermatosis, keadaan turgor kulit,
odema.
b. Palpasi
Pembesaran hati ± 1 inchi
c. Auskultasi
Peristaltic usus abnormal
3. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globulin, protein total, elektrolit serum,
biakan darah.
2) Pemeriksaan urin.
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture urine.
3) Uji faal hati
4) EKG
5) X foto paru
4. Diagnosa keperawatan
1. Pemenuhan nutrisi kurang daari kebuituhan tubuh b.d intake nutrisi tidak adekuat.
2. Kerusakan integritas kulit b.d perubahan nutrisi, dehidrasi.
3. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan
nutrisi
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak
adekuat.
5. Intervensi
1) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebuituhan tubuh b.d intake nutrisi tidak adekuat.
Tujuan: nutrisi klien terpenuhi dalam 2 minggu
Kriteria hasil :
Klien tidak muntah lagi
Nafsu makan kembali normal
Edema Berkurang /Hilang
BB sesuai dengan umur (berat badan ideal 10 kg tanpa edema)
Rencana:
a. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber
makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.
R/ Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk
pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietik yang telah diberikan selama
hospitalisasi.
b. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk
melakukannya sendiri.
R/ Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien,
mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.
c. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.
R/ Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang
menyertai keadaan malnutrisi.
d. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.
R/ Menilai perkembangan masalah klien.
2) Kerusakan integritas kulit b.d perubahan nutrisi, dehidrasi.
Tujuan: Integritas kulit kembali normal.
Kriteria hasil:
Gatal hilang/berkurang.
Kulit kembali halus, kenyal dan utuh.
Rencana:
a. Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin.
b. Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan kulit
anak tetap kering.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.
3) Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan
nutrisi
Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah.
Kriteria hasil:
Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan.
Dapat mengulangi isi penyuluhan.
Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah.
Rencana:
1. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
2. Jelaskan tentang:
a. Nama penyakit anak.
b. Penyebab penyakit.
c. Akibat yang ditimbulkan.
d. Pengobatan yang dilakukan.
3. Jelaskan tentang:
a. Pengertian nutrisi dan pentingnya.
b. Pola makan yang betul untuk anak sesuai umurnya.
c. Bahan makanan yang banyak mengandung vitamin terutama banyak mengandung
protein.
4. Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.
5. Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari rumah
sakit.
4) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak
adekuat.
Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria Hasil:
Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Rencana:
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan sesuai usia anak.
R/ Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.
R/ Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan.
3. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.
R/ Menilai perkembangan masalah klien.
4. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
R/ Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek
motorik, bahasa dan personal/sosial.
5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
(Puskesmas/Posyandu)
R/ Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan
anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
DWI APRIADI
http://ilmukeperawatananakapridoni.blogspot.co.id/2015/05/asuhan-keperawatan-gizi-
buruk.html
20 nov 16