Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN JAKARTA
3 Latar Belakang 7 Visi Jakarta 2017-2022
3 Tujuan 8 Elemen Penerapan Visi
3 Lingkup Pekerjaan 8 Lengkap
3 Metodologi Studi 111 Aman
14 Nyaman
MENGAPA BERJALAN KAKI 16 Humanis
18 Panduan Desain
4 Data dan Fakta
4 Keuntungan Berjalan Kaki 18 Tipikal Desain
38 Ruang Usaha
4 Kesehatan
4 Kualitas Hidup 40 Rekomendasi Lokasi Rencana
4 Keberlanjutan Lingkungan 40 Dasar Penyusunan Rencana
4 Nilai Ekonomi 44 Penentuan Prioritas
4 Keadilan Sosial 46 Contoh Pengerjaan
47 Estimasi Biaya
DEFINISI COMPLETE STREETS
5 Pembagian Ruang Jalan
6 Jenis Pengguna Jalan
TROTOAR
6 Pembagian Ruang Trotoar
2
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG METODOLOGI STUDI
Institute for Transportation Development Policy (ITDP) merupakan lembaga nonprofit yang PENENTUAN STANDAR
sudah berdiri sejak tahun 1985 dan berkantor pusat di New York AS dengan fokus utama
menciptakan transportasi yang berkelanjutan di kota-kota di dunia. ITDP Indonesia telah lebih
dari sepuluh tahun memberikan bantuan teknis kepada pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
Medan dan Pekanbaru mengenai angkutan umum massal, sistem perparkiran dan perbaikan
fasilitas pejalan kaki.
Dalam beberapa diskusi dengan Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, ITDP juga memiliki
TOD STANDARD 3.0 GLOBAL STREET ACCESS FOR ALL: PEDOMAN PERENCANAAN,
concern yang sama terkait dengan upaya mewujudkan jaringan akses bagi non-motorized DESIGN GUIDE GUIDANCE NOTE PENYEDIAAN, DAN
transport yang baik dan dapat digunakan oleh semua orang. Sehubungan dengan hal tersebut, ON INCLUSIVE STREET PEMANFAATAN PRASARANA
buku ini disusun guna memberikan panduan baik dalam standar pelaksanaan perencanaan DESIGN FOR ASIA AND DAN SARANA JARINGAN
THE PACIFIC PEJALAN KAKI
maupun rancang desain pada ruang jalan di Jakarta. Rumusan dalam buku ini merupakan
hasil dari survey di lapangan oleh tim ITDP Indonesia, studi beragam sumber seperti TOD
Standard 3.0 (ITDP), Global Street Design Guide (NACTO), Access for All: Guidance Note on PEMILIHAN LOKASI REKOMENDASI RENCANA
Inclusive Street Design for Asia and the Pacific (ITDP-ADB), dan Pedoman Perencanaan,
Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki (Kementerian
Pekerjaan Umum).
TUJUAN
Buku ini disusun guna melengkapi rencana kerja dinas terkait, utamanya Dinas Bina Marga
Provinsi DKI Jakarta, dalam merancang jaringan mobilitas manusia di DKI Jakarta selama 5
tahun mendatang. Berisi visi 2017-2022 yang berfokus pada jaringan pejalan kaki serta
turunan elemen untuk mewujudkan visi tersebut, dokumen ini juga dapat digunakan sebagai
acuan kerangka kerja perbaikan fasilitas pejalan kaki (dan pesepeda) di Jakarta.
1 2 3
Selain menjelaskan standar beragam elemen yang terdapat dalam turunan visi, ITDP Mapping Titik Lokasi Transit Buffer 500 m Pemilihan Jalan dan Kawasan
Indonesia juga menyusun rekomendasi pilihan lokasi yang sesuai dengan visi tersebut yang
(Transjakarta, KRL, MRT, LRT)
kemudian didetailkan ke dalam rekomendasi lokasi prioritas yang dapat dijadikan acuan
pembangunan selama 5 tahun. Faktor penentu prioritas:
Setback Trotoar Jalur Kendaraan Jalur Bus Parkir on-street Jalur Sepeda Jalur Layanan
Setback adalah ruang Trotoar adalah ruang jalan Jalur khusus kendaraan Jalur khusus bus atau juga Ruang setinggi badan jalan Jalur yang aman yang secara Pada kasus dan/atau ruang
kosong/pekarangan di dalam khusus untuk pejalan kaki adalah jalur yang dapat disebut busway adalah jalur yang dapat dimanfaatkan khusus hanya dapat jalan tertentu, jalur ini hanya
suatu persil bangunan yang yang didefinisikan aman dari dilalui baik untuk mobil, terpisah dari kendaraan, baik untuk tempat berhentinya dimanfaatkan oleh pengguna dapat dimanfaatkan untuk
terletak paling dekat dengan gangguan kendaraan motor, ataupun kendaraan secara fisik ataupun marka, kendaraan bermotor (mobil) sepeda. Dapat berupa jalur mobil ambulans, pemadam
ruang jalan. bermotor. Ruang ini didesain bermotor lainnya. yang hanya dapat dilalui oleh yang ditunjukkan dengan terpisah dengan pengamanan kebakaran, dan lain
sesuai dengan kebutuhan bus dan/atau BRT. penanda tertentu. seperti bollards atau planter sebagainya. Dapat juga
dasar pejalan kaki termasuk box, atau dapat berupa ruang dilalui oleh semua kendaraan
untuk pemilihan materialnya. yang bercampur dengan yang akan masuk dan/atau
pejalan kaki. berbelok ke dalam jalan
lingkungan atau persil
bangunan.
5
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
JENIS PENGGUNA JALAN
ALL USERS ALL AGES ALL ABILITIES
Pada dasarnya, istilah complete streets merujuk pada jalan yang dapat mengakomodasi berbagai
pengguna jalan, beragam usia, dan dengan beragam kemampuan. Selain itu, jalan yang dimaksud
haruslah aman, nyaman, dan desainnya sesuai dengan kebutuhan beragam kelompok tadi. Perlu
dipahami bahwa dalam perwujudan complete streets, pola pikir penggunaan ruang jalan juga
seharusnya berubah dengan menempatkan ruang pejalan kaki terlebih dahulu sebelum jalur
kendaraan pribadi. Pola pikir mendahulukan ruang kendaraan bermotor, utamanya mobil, merupakan
kendala dalam mewujudkan complete street. Adapun pola pikir yang sebaiknya dimiliki untuk
membagi ruang yang berorientasi pada perwujudan complete streets adalah sebagai berikut:
Sebagaimana pola pikir dalam pembagian ruang untuk mewujudkan complete streets, maka pemberian
1 prioritas bagi pengguna jalan seharusnya berurutan dimulai dari pejalan kaki, pesepeda, pengguna angkutan
Memastikan terlebih dahulu bahwa terdapat ruang jalan yang dapat mengakomodasi ruang untuk orang berjalan. umum, pelaku usaha, jasa, dan pengguna kendaraan ribadi.
Apabila jalan yang dimaksud belum terdapat trotoar, maka dahulukan pengadaan ruang pejalan kakinya.
2
Menyelenggarakan ruang untuk pesepeda. Jalur sepeda dapat berupa jalur yang aman dan dipisahkan secara fisik,
atau juga dapat berupa jalur berbagi dengan moda lainnya.
3
Setelah ruang berjalan dan bersepeda tersedia, maka tambahkan ruang untuk transportasi umum berbasis jalan,
yakni bus. Ruang jalan yang dimaksud termasuk di dalamnya adalah jalur bus serta fasilitas lainnya seperti halte. TROTOAR
4 PEMBAGIAN RUANG TROTOAR
Kemudian barulah disediakan ruang untuk kendaraan bermotor, misalnya mobil. Jalur kendaraan dapat digunakan
baik itu mobil pribadi, taksi, motor, dan lain sebagainya.
5
Bila terdapat sisa ruang yang juga mendukung tata guna lahan dan/atau aktivitas di area tersebut, maka dapat
dilakukan penambahan parkir on-street.
6
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
JAKARTA
VISI JAKARTA 2017-2022
7
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
JAKARTA
ELEMEN PENERAPAN VISI
Untuk memenuhi poin ini, ruang pejalan kaki juga harus Selain kasus penyeberangan yang dibutuhkan melintasi akses
LENGKAP dirancang agar ramah dengan kaum disabilitas sesuai dengan highways, hambatan alam, atau fitur ruang jalan unik lainnya,
standar dan peraturan lokal. Jalur ini pula harus dilengkapi maka penyeberangan yang paling baik dan memberikan prioritas
dengan lampu jalan yang memadai. Gangguan pada walkways kepada orang berjalan adalah penyeberangan sebidang yang
Lengkap berarti membangun jaringan fasilitas pejalan kaki yang yang diakibatkan oleh situasi sementara pembangunan di memiliki marka penyeberangan yang jelas. Pada beberapa ruas
tidak sepotong-sepotong atau sebagian serta memiliki satu sekitarnya harus disertai dengan jalur pedestrian alternatif yang jalan yang dilalui kendaraan dengan kecepatan di atas 30km/jam,
kesatuan fungsi. Dalam hal ini, akses pejalan kaki dibangun aman dan memadai. dapat ditambahkan penanda lokasi penyeberangan. Selain itu,
dan/atau diperbaiki untuk menghubungkan seluruh Jakarta dan penyeberangan sebaiknya memiliki jarak yang pendek sehingga
menggiatkan kegiatan berjalan kaki sebagai pilihan mobilitas CROSSINGS meningkatkan keamanan bagi orang yang menyeberang jalan.
perkotaan. Menghubungkan berbagai guna lahan dan aktivitas ke
transportasi publik. Beberapa kata kunci dari elemen visi lengkap Adapun beberapa jenis penyeberangan sebidang adalah sebagai
80m
antara lain: walkways, crossings, access to transit, berikut:
complementary uses, access to food, dan access to public
spaces. 100m Penyeberangan Konvensional
WALKWAYS
8
Draft Version - Oktober 2017 Penyeberangan - Kyoto
tampak atas
10
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
Dari beberapa studi yang lain (Pasanen 1993, DETR 1998, Rosen
AMAN dan Sanders 2009, dan Tefft 2011) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara kecepatan laju kendaraan dan tingkat risiko
kematian pejalan kaki di area perkotaan di kota-kota maju.
Aman berarti menempatkan pejalan kaki sebagai prioritas. Kendaraan yang melaju kurang dari 20 km/jam dapat
Menjaga keselamatan dan juga keamanan di ruang-ruang pejalan menyebabkan 0-1% risiko kematian pejalan kaki. Sementara
kaki. Menimalisasi tindak kriminalitas yang mungkin terjadi kendaraan dengan kecepatan 40 km/jam dapat menyebabkan
kepada pejalan kaki di ruang-ruang publik, serta mencegah 25% risiko kematian pejalan kaki. Sementara risiko kematian bisa
terjadinya kecelakaan yang berpotensi terjadi pada pejalan kaki. menjadi 60% bila orang berjalan tertabrak kendaraan yang
Beberapa fisik penunjang dari elemen visi aman antara lain: melaju 50 km/jam. Di atas 70km/jam, risiko kematian meningkat
speed regulation, intersection, lighting, bollards, signals, menjadi 100%.
driveways density, pedestrian refuges, sidewalk extensions, dan
curbs. Gambar-gambar di bawah ini menggambarkan hubungan antara Jarak pandang kendaraan 40km/jam
kecepatan mobil dengan luas pandang pengemudi mobil.
SPEED REGULATION Semakin cepat mobil maka semakin sempit luas pandangnya.
Oleh karena itu semakin tak terlihat aktivitas orang di ruang
berjalan kaki yang semakin meningkatkan risiko kecelakaan.
Am
Am
Bm
berhenti mendadak, maka mobil tersebut baru bisa berhenti 18
meter setelahnya. Dan bila pengemudi kendaraan yang
membawa kendaraan pada kecepatan 50km/jam ingin berhenti Lampu atau secara umum penerangan merupakan salah satu
mendadak, maka kendaraan baru akan dapat berhenti setelah 25 elemen penting yang menciptakan keamanan pada ruang jalan.
meter. Selain menekan kemungkinan tindak kriminalitas, penerangan
juga mampu menghidupkan jalur pedestrian, dan membuat
pejalan kaki terlihat saat di malam hari.
Jarak antar bollard yang satu dengan yang lainnya adalah 90-100
cm. Hal ini menyesuaikan kebutuhan ruang pengguna kursi roda
yakni 75-80cm atau pula orang dengan barang bawaan yang
membutuhkan ruang sebesar 75-90cm. Pulau penyeberangan disediakan pada penyeberangan orang
yang melalui lebih dari dua lajur lalu lintas kendaraan atau pada
kondisi dimana kecepatan dan volume kendaraan tidak
DRIVEWAY DENSITY memungkinkan pejalan kaki untuk melakukan single-stage
crossing. Adapun fitur pulau penyeberangan adalah sebagai
Contoh bollard - Amsterdam
berikut:
Pedestrian Refuge Islands
Kerb - Frankfurt
Kerb yang disarankan tidak memiliki tinggi lebih dari 15 cm. Peneduh trotoar - Kuala Lumpur
Pemasangan kerb yang tepat disesuaikan kembali dengan
penyeberangan sehingga dapat diakses oleh semua orang. VISUALLY ACTIVE FRONTAGE Muka bangunan aktif - Karawaci
SEATING
8,33 %
0,15 m
1,8 m ramp
Wayfinding - Frankfurt Pada saat kemiringan 8% tidak dapat tercapai, maka dapat didesain sebagai
berikut:
10 %
0,15 m
1,5 m ramp 17
Draft Version - Oktober 2017 Peletakan signage - Frankfurt
Contoh Jalan
Gang Gloria, Glodok
Rencana
Untuk jalan dengan karakter seperti ini, disarankan jalan didesain hanya untuk pejalan kaki.
Aktivitas pejalan kaki dapat meningkatkan nilai ekonomi kawasan sekaligus mengaktifkan kegiatan
yang juga menambah nilai keamanan pada kawasan tersebut.
Eksisting Rencana
18
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN B
Kondisi Eksisting
Lebar jalan kurang dari atau sama dengan 3 meter | Guna lahan mayoritas perumahan
Contoh Jalan
Jalan H. Noim, Ragunan
Rencana
Pada jalan kecil dengan guna lahan perumahan, disarankan desain yang menciptakan shared street
artinya ruang bersama antara pejalan kaki dan sepeda. Penggunaan sepeda motor terbatas hanya
oleh pemilik rumah di jalan tersebut. Treatment untuk keamanan pejalan kaki bisa dengan menam-
bahkan speed bump atau juga penerapan aturan kendaraan yang tidak boleh dikendarai saat melintas.
Eksisting Rencana
19
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN C
Kondisi Eksisting
Lebar jalan 3-5,5 meter | Guna lahan didominasi kegiatan komersial
Contoh Jalan
Jalan H. Ridi, Ciledug
Rencana
Pada jalan dengan lebar 4 meter yang memiliki aktivitas komersial aktif di kanan kirinya, maka lebih
disarankan menerapkan shared street yang memungkinkan pejalan kaki tetap aman meski berbagi
ruang baik dengan sepeda dan juga sepeda motor. Penggunaan speed bump juga disarankan pada
tipe ini.
Eksisting Rencana
20
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN D
Kondisi Eksisting
Lebar jalan 3-5,5 meter | Guna lahan didominasi perumahan
Contoh Jalan
Jalan Way Seputih 4, Tanjung Duren
Rencana
Pada jalan perumahan dengan lebar 5 meter, dapat diarahkan menjadi jalan bersama yang juga
diberikan tambahan speed bump dan dapat dilalui terbatas oleh mobil. Jalan yang demikian ini
tidak disarankan menggunakan material aspal yang memberi kesan prioritas kepada kendaraan
bermotor. Pemberlakuan jalan satu arah, dapat diatur dalam skala kompleks atau aturan lainnya.
Eksisting Rencana
21
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN E
Kondisi Eksisting
Lebar jalan 5,5-10 meter | Guna lahan didominasi perumahan
Contoh Jalan
Jalan Bangka 1
Eksisting Rencana
Alternatif 1
22
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN E
Alternatif 2 Alternatif 3
Rencana
Pada jalan-jalan perumahan dengan lebar 5,5-10 meter, dapat dilakukan tiga alternatif desain yakni: Alasan memberikan akses kepada pejalan kaki dan jalur sepeda di jalan yang mayoritas bangunan
berupa perumahan dilakukan agar ruang-ruang yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan ini juga dapat
Alternatif 1. Membagi ruang jalan menjadi ruang kendaraan (dapat diberikan perkerasan aspal) dan menjadi ruang sosial bagi penduduk setempat sekaligus memberikan nilai tambah pada kawasan
ruang pejalan kaki atau trotoar pada satu sisi muka bangunan. baik secara sosial, lingkungan, kesehatan, ekonomi, dan bahkan fungsi rekreasi.
Alternatif 2. Ruang jalan dapat dibagi ruang bagi kendaraan, ruang pesepeda, dan ruang bagi pejalan Memberikan akses kendaraan berupa satu jalur dan satu arah kemudian dapat dilakukan studi dengan
kaki. Ruang kendaraan terpisah dari jalur pesepeda dan pejalan kaki. Sementara ruang sepeda bisa skala satu kawasan atau satu kompleks sehingga dapat dilakukan perhitungan keluar masuk kendaraan.
setinggi trotoar atau setinggi jalan yang diberikan pembatas fisik terhadap jalur kendaraan dan juga
pembatas fisik atau marka ke arah jalur pejalan kaki. Pada ruang jalan minimal 6 meter, baru dapat
dipilih menggunakan desain ini.
Alternatif 3. Ruang jalan minimal 6 meter, juga dapat memilih menggunakan alternatif desain 3.
Pada desain ini, ruang jalan dibagi menjadi ruang kendaraan dan ruang pejalan kaki di dua sisi
muka bangunan.
23
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN F
Kondisi Eksisting
Lebar jalan 5,5-10 meter | Guna lahan didominasi komersial atau bercampur
Contoh Jalan
Jalan Palmerah Selatan
Eksisting Rencana
Alternatif 1
24
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN F
Alternatif 2 Alternatif 3
Rencana
Pada jalan dengan lebar 5,5-10 meter yang memiliki aktivitas komersial aktif di dua sisi muka Memberikan prioritas kepada pejalan kaki di jalan yang mayoritas bangunan memiliki aktivitas komersial
bangunan, dapat dilakukan tiga pilihan desain berikut ini: mampu meningkatkan aktivitas ekonomi kawasan. Orang menjadi lebih mudah untuk berbelanja dan
keluar masuk ke dalam bangunan toko atau juga restoran. Selain itu, orang juga mendapatkan tambahan
Alternatif 1. Menempatkan 1 lajur kendaraan dan trotoar di kedua sisi muka bangunan. Trotoar dan pengawasan yang berarti juga menambah nilai keamanan saat berjalan kaki.
lajur kendaraan diberikan pemsah yang jelas.
Alternatif 2. Jalan dengan lebar 9 meter minimal dapat menggunakan desain ini. Jalur kendaraan
ditempatkan di tengah lalu diikuti peletakan jalur sepeda di kedua sisi dan juga trotoar. Jalur sepeda
diberikan batas fisik ke jalur kendaraan dan dapat dipisahkan dengan pembatas fisik atau marka ke
trotoar.
Alternatif 3. Jalan dengan lebar minimal 8 meter dapat memberikan ruang parkir di badan jalan yang
lebarnya 2 meter. Trotoar di kedua sisi juga diletakkan berdampingan dengan muka bangunan.
25
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN G
Kondisi Eksisting
Lebar jalan 7,5-10 meter | Guna lahan bercampur
Contoh Jalan
Jalan Karet Pedurenan
Eksisting Rencana
Alternatif 1
26
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN G
Rencana
Alternatif 2 Pada jalan dengan lebar 7,5-10 meter dengan guna lahan bercampur dan memiliki volume lalu lintas
yang cukup tinggi, maka dapat dilakukan pendekatan dengan dua desain berikut ini:
Alternatif 1. Mengakomodasi dua arah masing-masing satu lajur kendaraan. Ditambahkan pada jalan ini
yaitu fasilitas trotoar di salah satu sisi jalan. Peletakan trotoar di satu sisi sebaiknya mempertimbang-
kan aktivasi muka bangunan. Trotoar atau ruang untuk orang berjalan paling baik diletakkan berdekatan
dengan toko atau bangunan lainnya yang memiliki muka bangunan aktif.
Alternatif 2. Pada jalan yang lebih lebar semisal 8,5 atau 9 meter dapat mulai dengan alternatif desain
dua yang menempatkan dua arah jalur kendaraan dan diberikan trotoar di kedua sisi bangunan.
27
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN H
Kondisi Eksisting
Lebar jalan 10-15 meter | Guna lahan bercampur
Contoh Jalan
Jalan Cemara, Menteng
Eksisting Rencana
Alternatif 1
28
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN H
Alternatif 2 Alternatif 3
Rencana
Terdapat tiga alternatif desain yang dapat dipilih dan/atau dikombinasikan pada jalan dengan lebar Alternatif 3. Pada jalan dengan lebar 12 meter (minimal) di area yang juga memiliki aktivitas bangunan
10-15 meter, yakni: komersial yang cukup banyak, dapat ditambahkan area parkir di badan jalan di salah satu sisi saja.
Alternatif 1. Pada jalan dengan lebar 10 meter, maka dapat ditempatkan 2 arah ruang kendaraan dan Sebagaimana alternatif sebelumnya, penempatan potongan jalan pada desain yang disarankan dapat
trotoar di kedua sisi. Selanjutnya untuk jalan yang semakin lebar, penambahan lebar di lakukan dilakukan kombinasi yang dapat dimasukkan dalam satu ruas jalan. Penempatannya dapat dilakukan
terhadap trotoar. Bila ruang bebas pada trotoar sudah 2 meter, maka dapat ditambahkan street berdasarkan lebar dan aktivitas bangunan.
furniture serupa bangku di salah satu sisi. Penambahan yang dimaksud dapat mulai dilakukan pada
lebar jalan 14 meter. Atau pada jalan 15 meter, di ruang trotoar di kedua sisi dapat dilakukan penam-
bahan
Alternatif 2. Desain kedua memberikan tambahan jalur sepeda yang dapat diletakkan di kedua sisi
mulai pada jalan dengan lebar minimal 11 meter.
29
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN I
Kondisi Eksisting
Lebar jalan 18-25 meter | Guna lahan bercampur dan terdapat jalur khusus angutan umum
Contoh Jalan
Jalan Mampang Prapatan
Eksisting
30
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN I
Alternatif 1 Alternatif 2
Alternatif 3
Rencana
Jalan dengan 18-25 meter yang sudah memiliki jalur khusus untuk transportasi umum, dapat dilakukan
tiga pendekatan desain sebagai berikut:
Alternatif 1. Pada potongan jalan dengan halte bus di tengah jalan, maka di sampingnya dapat diletakkan
jalur kendaraan, dan kemudian diikuti dengan trotoar untuk pejalan kaki.
Alternatif 2. Pada potongan jalan dengan halte bus di tengah dan lebih lebar, dapat ditambahkan 1,5
meter masing-masing jalur sepeda di kedua sisi. Trotoar minimal dipertahakan dengan lebar 2 meter
bebas dari gangguan.
Alternatif 3. Pada potongan jalan antar halte, atau jalan yang tidak memiliki halte sementara masih
dilalui jalur khusus bus, maka dapat diberikan dua arah lajur kendaraan masing-masing dua lajur.
31
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN J
Kondisi Eksisting
Lebar jalan 15-25 meter | Guna lahan bercampur Alternatif 1. Memberikan dua lajur kendaraan dua arah ruang parkir kendaraan di badan jalan di satu
sisi. Maka ruang yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk menempatkan trotoar yang lebar di kedua sisi,
yang bila terdapat minimal 2 meter ruang bebas, maka dapat diletakkan kios atau juga street furniture
di ruang trotoar.
Contoh Jalan
Jalan Bulevar Barat, Kelapa Gading Alternatif 2. Pada lebar minimal 16 meter, dapat ditempatkan 2 arah kendaraan masing-masing 2 lajur
yang juga ditambahkan trotoar di kedua sisi.
Rencana Alternatif 3. Ruang dengan lebar minimal 18 meter dapat ditambahkan pula kios di salah satu sisi
dengan ruang kios bervariasi antara 1 meter - 2 meter. Ruang trotoar bebas minimal 2 meter.
Pada jalan dengan lebar 15-25 meter dengan guna lahan bercampur, maka dapat dilakukan
pendekatan dengan empat desain berikut ini: Alternatif 4. Pada ruang dengan lebar minimal 20 meter, dapat pula ditambahkan parkir di badan jalan
di salah satu sisi.
Eksisting
32
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN J
Alternatif 1 Alternatif 2
Alternatif 3 Alternatif 4
33
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN K
Kondisi Eksisting
Lebar jalan lebih dari 25 meter | Guna lahan bercampur dan terdapat jalur khusus angkutan umum
Contoh Jalan
Jalan Perintis Kemerdekaan
Eksisting
34
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN K
Rencana
Rencana
Pada tipikal jalan yang demikian ini, maka disarankan pembangunan complete street yang artinya
mengakomodasi semua pengguna jalan, semua usia, dan semua kemampuan pada jalan tersebut.
Pada jalan seperti ini dapat dijumpai trotoar, jalur sepeda, jalur khusus bus, jalur kendaraan, dan
bila diperlukan dapat ditambahkan parkir badan jalan di kedua sisi. Sementara kombinasi dapat
disesuaikan dengan fungsi bangunan yang berdekatan dengan ruang pejalan kaki. Semakin lebar
ruang jalan, maka prioritas diberikan kepada lebar trotoar terlebih dahulu dan kemudian dapat diikuti
dengan jalur sepeda, jalur khusus bus, dan lain sebagainya. Penambahan lebar trotoar juga dapat
diikuti dengan menambahkan tanaman, bangku, kios, dan lain sebagainya.
35
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN L
Kondisi Eksisting
Jalan di tepi sungai atau berdekatan dengan badan sungai
Contoh Jalan
Jalan Sunter Karya Utara 1
Eksisting
36
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
DESAIN L
Alternatif 1 Alternatif 2
Alternatif 3
Rencana
Pada beberapa ruas jalan yang memiliki sungai atau badan air di tengah jalan, maka dapat dilakukan
beberapa pendekatan desain seperti di bawah ini:
Alternatif 1. Berdampingan dengan bangunan dapat dibangun trotoar dan berdekatan dengan badan air
dapat disediakan jalur khusus sepeda.
Alternatif 2. Pada potongan jalan yang lebih lebar, maka dapat ditambahkan taman yang berbatasan
langsung dengan jalur sepeda dan jalur kendaraan. Taman dapat menambahkan nilai rekreasi pada
kawasan dan juga sosial dan keamanan bagi orang di sekitar kawasan.
Alternatif 3. Pada ruang jalan yang kurang memungkinkan untuk dibangun trotoar berdampingan dengan
bangunan maka ruang pejalan kaki dapat ditambahkan di tengah yang berdampingan dengan badan
air dan jalur sepeda juga taman.
37
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
Ruang Usaha
Tak dapat dipungkiri bahwa peletakan kios, limpasan dagang toko,
dan juga Pedagang Kaki Lima (PKL) di ruang pejalan kaki sering kali
menjadi perdebatan. Beberapa mendukung keberadaan pelaku usaha
ini, dan beberapa lainnya anti terhadapnya. Tak hanya di Indonesia,
mudah dijumpai pemandangan orang-orang yang memanfaatkan
ruang jalan untuk menjalankan usaha mereka karena motif ekonomi.
Beberapa bangunan toko atau juga restoran dijumpai memperlebar
area berjualan barang atau jasa mereka sampai di trotoar atau di
depan muka bangunan mereka. Terdapat juga kios atau gerobak
dagang atau sekedar lapak dagang yang tersebar di berbagai sudut
kota. Beberapa bersifat mobile atau dapat berpindah-pindah,
beberapa berupa lapak sementara, dan beberapa lainnya bersifat
semi-permanen (bahkan beberapa kasus sudah berubah menjadi
bangunan permanen).
39
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
REKOMENDASI LOKASI RENCANA
1 2 3
DASAR PENYUSUNAN RENCANA Mapping Titik Lokasi Transit Buffer 500 m Pemilihan Jalan dan Kawasan
Lighting Curb
Utilitas
& Shading
Drainase
Fasilitas
Inrit Bollard
Sepeda
Fokus perbaikan di kawasan sekitar stasiun angkutan massal. Kata kunci dalam Potensi lokasi perbaikan
arahan rencana ini adalah konektivitas dan kontinuitas yang sangat berperan
penting.
40
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
Jakarta Pusat Jakarta Utara
Jumlah Panjang Jalan
No Kawasan
Paket (km) Jumlah Panjang
No Kawasan
Paket Jalan (km)
1 Cempaka Putih Galur 4 14,1
2 Gunung Sahari 2 6,2
1 Pluit 5 18,1
3 Salemba Percetakan Negara 5 15,5
4 Senen 2 5,9
2 Bandeng Pejagalan 3 10,5
5 Juanda Pasar Baru 2 7,1
6 Petojo Utara 3 9,8 3 Mangga Dua 2 6,4
7 Petojo Selatan 3 10,2
8 Medan Merdeka 2 3,9
4 Pademangan Barat 2 7,0
Total 38 124,5
41
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
Jakarta Selatan
42
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
Jakarta Timur Jakarta Barat
18 Matraman 7,1
13 Permata Hijau 5,8
Total 205,2 Total 101,6
Total 712,0 43
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
PENENTUAN PRIORITAS 2
Laporan Warga (QLUE)
1
Jumlah Penumpang Jakarta Barat Jakarta Pusat
44
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
PAKET PRIORITAS
45
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
CONTOH AREA PEKERJAAN
Stasiun Imigrasi
46
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
ESTIMASI BIAYA
Total
Program Penataan Fasilitas Tahun
Total
Pejalan Kaki dan Pesepeda 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah Perbaikan & Penataan 150 km 150 km 150 km 150 km 112 km 712 km
Kebutuhan Anggaran Rp 1,5 T Rp 1,7 T Rp 1,7 T Rp 1,7 T Rp 1,7 T Rp 8,3 T
Prioritas
Program Penataan Fasilitas Tahun
Total
Pejalan Kaki dan Pesepeda 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah Perbaikan & Penataan 65 km 65 km 65 km 65 km 61 km 321 km
Kebutuhan Anggaran Rp 600 M Rp 750 M Rp 750 M Rp 750 M Rp 750 M Rp 3,6 T
47
Draft Version - Oktober 2017
ITDP | Institute for Transportation and Development Policy
Jalan Johar No 20, lantai 5, Menteng, Jakarta Pusat 10340 Indonesia
Tel. +62 21 3911 923 | Fax. +62 21-3911 924
48