Vous êtes sur la page 1sur 9

A.

Jenis Akad Musyarakah


1. Berdasarkan Ulamah Fikih
a. Syirkah Al Malik mengandung arti kepemilikan bersama (co-
ownership) yang keberadaanya muncul apabil dua orang atau lebih
memperoleh kepemilikan bersama (joint ownership) atas suatu
kekayaan (asset). Misalnya, dua orang atau lebih menerima
warisan/hibah/wasiat sebidang tanah atau harta kekayaan perusahaan
baik yang dapat dibagi atau tidak dapat dibagi-bagi. Contoh lain,
berupa kepemilikan suatu jenis barang (misalnya, rumah) yang dibeli
bersama.
Dalam hal ini, para mitra harus berbagi atas harta kekayaan
tersebut berikut pendapatan yang dapat dihasilkan sesuai dengan porsi
masing-masing sampai mereka memutuskan untuk membagia atau
menjualnya.
Untuk tetap menjaga kelangsungan kerja sama, pengambilan
keputusan yang menyangkut harta bersama harus mendapat
persetujuan semua mitra. Dengan kata lain, seorang mitra tidak dapat
bertindak dalam penggunaan harta bersama kecuali atas izin mitra
yang bersangkutan.
Syirkah Al Malik kadang bersifat ikhtiariyyah
(ikhtiat/sukarela/voluntary) atau jabariyyah (jabari/tidak
sukarela/involuntary).
b. Syirkah Al ‘uqud (kontrak), yaitu kemitraan yang tercipta dengan
kesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan tertentu. Setiapa mitra dapat berkonribusi dengan moda/dana
dan atau dengan bekerja,serta berbagi keuntungan dan keruguian.
Syirkah jenis ini dapat dapat dianggap sebagai kemitraan yang
sesungguhnya, karena pihak yang bersangkutan secara sukarela
berkeinginna untuk membuat suatu kerja sama inventasi dan berbagi
untuk dan resiko. Syirkah Al ‘uqud dapat dibagi menjadi sebagai
berikut:
1) Syirkah abdan
Syirkah abdan (syirkah fisik),disebut juga a’mal (syirkah kerja) atau
syirkah shanaa’i (syirkah para tukang) atau syirkah taqabbul
(syirkah penerimaan). Syirkah abdan adalah bentuk kerja sama
antara dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja/profesioanal
dimana mereka sepakat untuk bekerja sama mengerjakan suatu
pekerjaan dan berbagi penhasilan yang diterima.
2) Syirkah wujuh
Syirkah wujuh adalah kerja sama antara dua pihak di mana masing-
masing pihak sama sekali tidak mnyertakan moda. Mereka
menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
Masing-masing mitra menyumbngkan nama baik, reputasi, credit
worthiness, tanpa mnyetorkan modal.
3) Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘Inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama dimana
posisi dan kompensasi pihak-puhak yang terlibat di dalamnya
adalah tidak sama, baik dalam hal modal maupun pekerjaan.
Setiap mitra bertindak sebagai agen untukkepentingan pihak
lain dan terbatas hanya pada hubungan di antara para mitra. Dalam
arti, hanya mitra ynag melakukan transaksi yang bersangkutan sja
yang dapat mengajukan gugutan kepada pihak lain yang telah
melakukan hubungan perjanjian dengannya, dan pihak ketiga
tersbut hany adapat melakukan tindkan hukum terhadap mitra yang
melukan hubungan perjanjian dengannya saja. Hal ini disebebkan
karena dalam kemitraan ‘inan, diantara para mitra hanya saling
memberikan kuasa, tetapi tidak saling memberikan penjaminan.
4) Syirkah mufawwadhah
Syirkah mufawwadhah adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan
kompensasi pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus sama, baik
dalam hal modal, pekerjaa, agama, keuntungan maupun risiko
kerugian.
Dengan demikian, tuntutan pihak ketiga dapat diajukan kepada
setiap mitra dan secara bersama-sama bertanggung jawab atas
liabilitas, (liabilities) kemitraan tersebut sepanjanglaibilitas yang
ada memang timbul dariopersi bisnis syirkah tersebut. Sebaliknya
setiap mitra dapat menhajukan tuntunan terhadap pihak ketiga
tanpa perlu memperhatikan apakah mitra yang bersangkutan terlibat
langsung dengan transaksi yang menimbulkan tuntunan itu. Bentuk
syirkah ini mirip seperti firma, namun dalam firma jumlah modal
yang disetorkan tidak harus sama.

2. Berdasarkan Pernyataan Standar


a. Musyawarakah Permanen
Musyawarakah permanen adalah musyawarakah dengan
ketentuan bagian dana mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap
hingga akhir masa akad (PSAK No. 106 par. 04). Contohnya natar
mitrea A dan mita P yang melakukan akad musyawarakah
menanamkan modal yang jumlah awal masing-masing
Rp.20.000.000,maka akhir masa kad syirkah modalmereka masing-
masing tetap Rp.20.000.000.
b. Musyawarakah Menurun/Musyawarakah Mutanaqisah
Musyawarakah menurun adalah musyawarakah dengan
ketentuan bagiann dana salah satu mitra atau dialihkan secara bertahap
kepada pihak mitra lainnya sehingga bagian danaya akan menurun dan
pada akhir masa akad mitra lainb tersebut akan menjadi pemilik penuh
usaha munywaraka tersebut.
(PSAK No. 106 par 04) contohnya, antara mitra A dan mitra P
melakukan akad musyawarakah mitra P menanmkan Rp. 10.000.000
dan mitra A menanamkan Rp. 10.000.000. seiring berjalannya kerja
sama akad musyawarakah tersbut, modal mitra P Rp. 10.000.000
tersebut akan beralih kepada mitra A melalui pengalihan secara
bertahap yang dilakukan oleh mitra A.

B. Dasar Syariah
1. Sumber Hukum Akad Musyarakah
a. Al-Quran
“maka mereka berserikat pada sepertiga.” (QS 4:12)
“dan sesungguhnya kebanykan dari orang-orang yang berserikat
itusebagian mereka berbuat zalim kepada sebagain yang lain kecuali
orang beriman dan mengerjakan amal slaeh.” (QS 38:24)

b. As-Sunah
Hadis Qudsi: “aku (Allah) adlah pihakketiga dari dua orang yang
berserikat,sepanjang salah seorang dari keduannya tidak berkhianat
terhadap lainnya. Pabila seseorang berkhianat terhadap lainnya maka
aku keluar dari keduannya.” (HR Abu dawud dan al-hakim dari abu
hurairah)
“petolongan allah tercurah atas dua pihak yang berserikat,sepanjang
keduanya tidak saling berkhianat.” (HR Muslim).

Berdasarkan keterangan al-quran dan hadis tersebut, pada prinsipnya


seluruh ahlifiqih sepakat menetapkan bahwa hukum musyawarakah
adalah mubah, meskipun mereka masih memperselisihkan keabsahan
hukum dari beberapa jeniskad musyawarakah.
2. Rukun Dan Ketentuan Ysariah Dalam Akad Musyawarakah
Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip
kemitraan dan kerja sama antara pihak-pihak yang terkait dengan
mencapai keuntungan bersma.unsur-unsur yang harus dalam akad
musyawarakah atau rukun musyawarakah ada empat. Yaitu:
a. Pelaku teridir atas paramitra
b. Objek musyawarah berupa modal dan kerja
c. Ijab Kabul/serah terima
d. Nisbah keuntungan

Ketentuan Syariah
a. Pelaku: para mitra harus cakap hukum dan baligh
b. Objek musyawarakah
Objek musyawarakah merupakan suatu konsekuensi dengan
dilakukannyaakad musyawarah akad musyawarah yaitu harus ada
modal dan kerja.
1) Modal
a) Modal yang diberikan harus tunai
b) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak,
asset perdagangan, atau asset tidak terwujud seperti lisensi, hak
paten dan sebagainya.
c) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka
harus ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus
disepekati bersama.
d) Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak
bolehkan pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk
kepentingan khusus. Misalnya, yang satu khususmembiayai
pembelian bangunan, dan yang lain untuk membiayai pembelian
perlengkapan kantor.
e) Dalam kondisi normal, setiap mitra memliki hak untuk
mengelola asset kemitraan.
f) Mitra tidak boleh meninjam uang atas nama usaha
musyawarakah, demikian juga meminjamkan uang kepada pihak
ketiga dari modal musyawarakah, meyumbang atas
menghadiakan uang tersebut. Kecuali, mitra lain telah
menyepakatinya.
g) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau
menginvestikasikan modal itu untuk kepentingannya sendiri.
h) Pada prinsipnya dalam musyawarah tidak boleh ada oenjaminan
modal, seorang mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainnya,
Karena didasarkan prinsip al ghunmu bi al ghurmi-hak untuk
mendapat keuntungan berhubungan dengan risiko yang diterima.
Namun demikian seorang mitra dapat meminta mitra lain
menyediakan jaminan dan baru dapat dicairkan apabila mitra
tersbut melakukan kelalaian atas kesalahan yang disengaja
i) Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai
proyek atau investasi yang dilarang oleh syariah.
2) Kerja
a) Partisipasi para mitra dalampekerjaan merupakan dasar
pelaksanaan musyawarakah.
b) Tidak dibenarkan bila salah seorng di antara mitra menyatakan
tidak ikut serta menangani pekerjaan kemitraan tersebut.
c) Meskipun porsi kerja satu mitra dengan lainnya tidak harus
sama.mitra yang porsi kerjaanya lebih banyak boleh meminta
bagian keuntungan yang lebih besar.
d) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
e) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah
f) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan diluar wilayah
tugas yang ia sepakati berhak menerima upah yang sama dengan
dibayar untuk pekerjaan itu di tempat lain, karena biaya
pekejaan tersebut merupakan tanggungan musyawarakah.
g) Jika seorang mitra memperkerjakan pekerjalain untuk
melakasnakan tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul
harus ditanggungnya sendiri
c. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantarapihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal,tertulis,melalui
korespondensasi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
d. Nisbah
a) Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus oleh
para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan di antara para
mitra dapat dihilangkan.
b) Perubahan nisbah harus berdasarakan kesepkatan kedua belah
pihak.
c) Keuntunbgan harus dapat dikuantifisikasi dan ditentukan dasar
perhitungan keuntungan tersebut misalnya bagi hasil atau bagi laba
d) Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai
proyeksi akan tetapi harusmenggunkan nilai realisasi keuntungan.
e) Mitra tidak dapat menentukanbagian keuntungannya sendiri dengan
menyatakan sendiri dengan menyatakan nilai nominal tertentu
karena hal sama dengan riba dan dapat melanggar prinsip keadilan
dan prinsip untung muncul beberapa risiko (al qhunmu bi al
ghurmi)
f) Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diporbolehkan
mengalkasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepekati,
misalnya untuk organisasi kemnusiaan tertentu atau untuk cadangan
(reserve).
Apabila terjadi kerugian akan di bagi secara proposional
sesuai dengan porsi modal dari masing-masing mitra. Dalam
musyawarakah yang berkelanjutan (going concern) dibolehkan
untuk menunda alokasi kerugian dan dikompensasikan dengan
kenutnungan pada masa-masa berikutnya. Sehingga nilai modal
musyawarah adalah tetap sebesarjumlah yang di setorkan dan
selisih dari modal adalah marupakan keuntungan atau kerugian.
3. Berakhirnya Akad musyawarakah
Akad musyawarakah akad berakhir,jika:
a. Salah seorang mitra menghentikan akad
b. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal
Dalamhal ini mitra yang meninggal atau hilang hilang akal di gantikan
oleh salah seorng ahali warsinya yang cakap hukum (baligh dan
berakal sehat) apabila disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra
lainnya
c. modal musywarakah hilang/habis
apabila salah satu mitra keluar dari kemitraan baik dengan
mengundurkan diri, meninggal atau hilang akalmaka kemitraan
tersebut dikatakan bubar.karena musyawarakah berawal dari
kesepekatan untuk bekerja sama dan hal kegiatan operasional setiap
mitra mewakili mitra laiannya. Dengan salah seorang mitra tidak ada
lagi berarti hubungan perwakilan itu sudah tidak ada.

C. Penetapan Nisbah Dalam Akad Msuyawarakah


Nisbah dapat ditentukan dalam dua cara yaitu sebagai berikut:
1. Pembagian keuntungan harus dibagi diantara para mitra secara
proporsional sesuai modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah
jumlah pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra sama atau pun tidak
sama. Apabila ssalah satu pihak menyetorkan modal lebih besar, maka
pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba yang lebih besar.
Jika para mitra mengatakan “keuntungan akan dibagi di antara kita”,
berarti keuntungan dialokasikan menurut posri modalmasing-masing
mitra.
2. Pembagian keuntungan proporsional dengan modal
Dengan cara ini,dalam penentuan nisbah yang ndipertimbangkan
hanyamdal yang disetorkan tapi juga tanggung jawab, pengalaman,
kompetensi atau waktu kerja yang lebih penting.

Ibnu Qudmah mengatakan: “pilihlahn dalam keuntungan dibolehkan


dengan awalnya dengan adanya kerja karena seorang dari mereka
mugnkin lebih ahli dalam bisnis dari yang lain dan mungkin lebih kuat
ketimbang yang liannya dalam melaksanakan pekerjaan. Karenanya ia
diizinkan untuk menuntu lebih bagian keuntungannya.”

Mazbah hanafi dan hambali beargumentasi bahwa keuntungan adalah


bukan hanya hasil modal,melakukan hasil interaksi antara modal dan
kerja. Bila salah satu mitra lebih berpengalaman, ahli dan teliti dari
lainnya, dibolehkan baginya untuk mensyarakatkan bagi dirinya sendiri
suatu bagian tambahan dari keuntungan sebagai ganti dari sumbangan
kerja yang lebih banyak. Mereka merujuk pada perkataan ali bin thalib
na: “kauntungan harus sesuai dengan yang mereka tentukan, sedangkan
kerugian harus proporsional dengan modalmereka.”
Nisbah bisa ditentukan sama untuk setiap mitra 50:50 atau berbeda 70:30
(misalnya) atau proporsional dengan modal masing-masing mitra. Begitu
para mitra sepakat atas nisbah tertentu berarti dasar inilah yang digunakan
untuk pembagian keuntungan.

Vous aimerez peut-être aussi