Vous êtes sur la page 1sur 10

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN HIPOTERMI DENGAN WAKTU PULIH SADAR


PASCA GENERAL ANESTESI DI RUANG PEMULIHAN
RSUD WATES

AMILA HANIFA
NIM: P07120213004

PRODI D-IV KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2017
THE CORRELATION OF HYPOTHERMIA WITH RECOVERY TIME
POST GENERAL ANESTHESIA IN THE RECOVERY ROOM
OF RSUD WATES

Amila Hanifa¹, Sri Hendarsih², Jenita Doli Tine Donsu³


Email : amila_hanifa@yahoo.com
ABSTRACT
General anesthesia is one of the causes of hypothermia. Post anesthetic
hypothermia affects the decrease in metabolism of anesthetic agents resulting in long
duration of anesthesia and prolonged conscious recovering time. Post general
hypothermic anesthesia still occurs, this requires appropriate handling to prevent
recovered conscious time slowing due to hypothermia. The purpose of this study was to
determine the correlation of hypothermia with time to recover conscious post general
anesthesia. Correlational with cross sectional design. Sampling of consecutive sampling
research consisting of 55 samples undergoing general anesthesia and using chi square
test. The results showed that respondents mostly post-anesthetic hypothermia (65.5%)
The incidence of recovering time was slowly due to hypothermia (52.7%) of the total
respondents. Chi square test result obtained x2 4,954 with significance (p) 0,026 and value
of contingency 0,323. The statistical test results show that p value 0.026 is smaller than
0.05 (0.026 <0.05), there is a hypothermic correlation with the unconscious post-general
anesthetic time, as for the contingency value of 0.323 close to 0, then the closeness of the
correlation between hypothermia with conscious recovered time is low. There is a
hypothermic correlation with a conscious recovering time that respondents who
hypothermia and recovered conscious time will be slow. The closeness of the
hypothermic correlation to the unconscious post-general anesthetic time is weak, as a
result of other factors such as the effects of anesthetic, the length of anesthesia, the type
of surgery, weight, and other metabolic disorders by the respondent.

INTISARI
Tindakan general anestesi adalah salah satu penyebab terjadinya hipotermi.
Hipotermi pasca anestesi memengaruhi penurunan metabolisme obat anestesi yang
mengakibatkan durasi anestesi lama dan waktu pulih sadar memanjang. Kejadian
hipotermi pasca general anestesi masih terjadi, ini memerlukan penanganan yang tepat
untuk mencegah waktu pulih sadar melambat akibat hipotermi. Penelitian ini untuk
mengetahui hubungan hipotermi dengan waktu pulih sadar pasca general anestesi.
Korelasional dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel penelitian secara
consecutive sampling yang terdiri dari 55 sampel yang menjalani tindakan general
anestesi dan menggunakan uji chi squre. Penelitian menunjukkan responden sebagian
besar mengalami hipotermi pasca anestesi (65,5%). Kejadian waktu pulih sadar lambat
akibat hipotermi sebesar (52,7%) dari keseluruhan responden. Hasil uji chi squre didapat
hasil nilai x2 sebesar 4,954 dengan signifikansi (p) 0,026 dan nilai kontingensi 0,323 .
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value 0,026 lebih kecil dari 0,05 (0,026<0,05),
terdapat hubungan hipotermi dengan waktu pulih sadar pasca general anestesi, sedangkan
untuk nilai kontingensi 0,323 mendekati 0, maka keeratan hubungan antara hipotermi
dengan waktu pulih sadar adalah rendah. Ada hubungan hipotermi dengan waktu pulih
sadar yaitu responden yang mengalami hipotermi dan waktu pulih sadarnya akan lambat.
Keeratan hubungan hipotermi dengan waktu pulih sadar pasca general anestesi adalah
lemah, akibat dari faktor lain seperti efek obat anestesi, lama anestesi, jenis pembedahan,
berat badan, dan gangguan metabolisme lainnya yang dialami responden.
Kata Kunci: general anestesi, hipotermi pasca anestesi, waktu pulih sadar.
PENDAHULUAN
General anestesi sebagai tindakan Sekitar 90% pasien akan kembali
menghilangkan rasa sakit secara sentral sadar penuh dalam waktu 15 menit dan
disertai hilangnya kesadaran tidak sadar yang berlangsung diatas 15
(reversible) yang menyebabkan mati menit dianggap prolonged, bahkan
rasa karena obat masuk ke jaringan pasien yang sangat rentan harus
otak dengan tekanan setempat yang merespon stimulus dalam 30 hingga 45
tinggi.1 menit setelah anestesi.6 Penilaian untuk
Komplikasi yang bisa muncul pasca waktu pulih sadar setiap saat dan
tindakan anestesi adalah hipotermi.2 dicatat setiap 5 menit sampai tercapai
Hipotermi suatu keadaan suhu tubuh nilai total Score Aldrete 8. Cara
dibawah 360C.1 Hipotermi sebagai mengetahui tingkat pulih sadar
komplikasi pasca anestesi tercepat seseorang pasca anestesi dilakukan
selama 24 jam pertama setelah perhitungan menggunakan Score
tindakan operasi yaitu 10-30%, hal ini Aldrete meliputi penilaian kesadaran,
dipengaruhi akibat dari tindakan tekanan darah, warna kulit, respirasi
intraoperative yaitu pemberian cairan dan aktivitas motorik.7
yang dingin, inhalasi gas-gas dingin, Berdasarkan studi pendahuluan di
luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot RSUD Wates diperoleh data terakhir
yang menurun, usia lanjut atau obat- dari bulan Desember sampai Februari
obatan yang digunakan pada general 2017, terdapat rata-rata pasien dengan
anestesi.3 Hampir semua jenis obat- general anestesi teknik inhalasi setiap
obat anestesi mengganggu respon bulannya 95 pasien. Kemudian untuk
termoregulasi terutama penggunaan kejadian hipotermi pasca anestesi
obat anestesi inhalasi yang akan inhalasi sebanyak 20% dari 95 pasien
menurunkan ambang vasokonstriksi dan tindakan anestesi inhalsi paling
dan menggigil, serta durasi tindakan banyak dilakukan di usia dewasa
anestesi inhalasi rata-rata diatas 1 jam sekitar 20-60 tahun.
mengakibatkan semakin lama Menurut data-data yang peneliti
terpapar oleh suhu ruangan yang peroleh di RSUD Wates mendorong
dingin.4 peneliti untuk meneliti “Apakah
Hipotermi menjadi salah satu terdapat hubungan hipotermi dengan
penyebab keterlambatan waktu pulih waktu pulih sadar pasca general
sadar. Suhu hipotermi rata-rata waktu anestesi ?”
pulih sadarnya sekitar 35 menit 44
detik. Hal ini disebabkan oleh METODE PENELITIAN
metabolisme agen anestesi melambat Jenis penelitian yang digunakan
akibat hipotermi.5 Hipotermi adalah kuantitatif non eksperimental.
perioperatif akan memengaruhi Desain penelitian ini adalah cross
metabolisme berbagai obat-obatan sectional. Penelitian dilakukan sesaat
anestesi yang disebabkan enzim-enzim setelah pasien berada di ruang
yang mengatur fungsi organ dan juga pemulihan dan diukur suhu tubuhnya
durasi obat yang sangat sensitif menggunakan termometer axilla digital
terhadap perubahan suhu, hipotermi selama 1 menit dan observasi waktu
juga akan memengaruhi pulih sadar responden setiap 5 menit
farmakodinamik obat anestesi inhalasi.4 selama 15 menit menggunakan Aldrete
Score hingga tercapai skor minimal 8. Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Populasi pada penelitian ini adalah Umur dengan Kejadian Hipotermi
semua pasien dewasa yang dilakukan Pasca General Anestesi (n: 55)
operasi dengan teknik general anestesi Kejadian Hipotermi
inhalasi di Intalasi Bedah Sentral Umur Ya Tidak
RSUD Wates yang memenuhi kriteria f % f %
dalam penelitian. Teknik pengambilan 18-26 tahun 8 14,5% 6 10,9%
sampel yang gunakan adalah 27-45 tahun 7 12,7% 9 16,4%
consecutive sampling, dengan kriteria 46-60 tahun 21 38,2% 4 7,3%
inklusi: responden usia 18-60 tahun, Berdasarkan tabel 2, yang
status fisik ASA I dan II, menggunakan mengalami hipotermi terbanyak
general anestesi dengan teknik inhalasi. adalah umur 46-60 tahun 21
Operasi elektif serta dengan kriteria responden (38,2%).
eksklusi responden yang mengalami
gangguan kesadaran dan drop out: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis
pasien meninggal intraoperative dan Pembedahan dengan Kejadian
indikasi masuk ICU dan terpasang Hipotermi Pasca General (n: 55)
ventilator. Besar sampel sebanyak
Kejadian Hipotermi
55 responden. Jenis
Ya Tidak
Pembedahan
f % F %
HASIL PENELITIAN Ortopedi 9 16,4% 3 5,5%
1. Hipotermi Onkologi 8 14,5% 9 16,4%
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Bedah 9 16,4% 5 9,1%
Kejadian Hipotermi Pasca General abdomen
THT 6 10,9% 2 3,6%
Anestesi Mata 2 3,6% 0 0,0%
Kejadian Bedah Mulut 2 3,6% 0 0,0%
No f %
Hipotermi Berdasarkan tabel 3, didapat hasil
1 YA 36 65,5% jenis pembedahan ortopedi dan
2 TIDAK 19 34,5% bedah abdomen yang mengalami
Jumlah 55 100%
hipotermi terbanyak yaitu sebanyak
9 responden (16,4%) untuk jenis
Bedasarkan tabel 1, kejadian pembedahan ortopedi dan 9
hipotermi di ruang pemulihan pada responden (16,4%) untuk jenis
pasien pasca general anestesi yang pembedahan bedah abdomen.
mengalami hipotermi sebanyak 36 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Lama
responden (65,5%) dan yang tidak Anestesi dengan Kejadian
hipotermi sebanyak 19 responden Hipotermi Pasca General Anestesi
(34,5%). (n: 55)
Kejadian Hipotermi
Lama
Ya Tidak
Anestesi
f % f %
2 Jam 13 23,6% 0 0,0%
1 Jam 23 41,8% 19 34,5%
Berdasarkan tabel 4, didapat hasil
yang menjalani tindakan anestesi
selama 2 jam semuanya mengalami
hipotermi yaitu sebanyak 13 (0,026<0,05), sehingga dapat
responden (23,6%) sedangkan dinyatakan bahwa ada hubungan
tindakan anestesi selama 1 jam hipotermi dengan waktu pulih sadar
mengalami hipotermi sebanyak 23 pasca general anestesi di ruang
responden (41,8%). pemulihan RSUD Wates yaitu
mengalami waktu pulih sadar lambat
2. Waktu Pulih Sadar pada pasien yang mengalami
Tabel 5. Distribusi Frekuensi hipotermi. Nilai kontingensi didapat
Waktu Pulih Sadar Pasca General hasil 0,323 yaitu mendekati 0
Anestesi sehingga keeratan hubungannya
Waktu antara hipotermi dan waktu pulih
No Pulih f % sadar rendah.
Sadar
1 Lambat 38 69,1% PEMBAHASAN
2 Cepat 17 30,9%
1. Hipotermi
Jumlah 55 100%
Tabel 1, menunjukkan bahwa lebih
Berdasarkan tabel 5, sebagian besar
banyak responden mengalami
mengalami waktu pulih sadar lambat
hipotermi dibandingkan yang tidak
sebanyak 38 responden (69,1%) dari
mengalami hipotermi yaitu 65,5%.
semua jumlah responden.
Hipotermi dapat terjadi 5-65% pada
pasien general anestesi.8 Suhu
3. Uji Chi Squre
ruangan operasi pada penelitian ini
Tabel 6. Distribusi Hubungan
Hipotermi dengan Waktu Pulih adalah 180C, hal tersebut memicu
terjadinya hipotermi. Selain
Lambat Cepat pengaruh suhu ruangan kamar yang
Waktu dingin, yang mengakibatkan kulit
Pulih Sadar tidak dapat mempertahankan
P r
f (%) f (%)
Kejadian keluarnya panas tubuh sehingga
Hipotermi terjadi hipotermi adalah cairan
YA 29 52,7 7 12,7 0, 0, intravena yang dingin. Hipotermi
0 3 pasca general anestesi dapat
TIDAK 9 16,4 10 18,2 2 2 disebabkan karena beberapa faktor
6 3
antara lain suhu kamar operasi yang
Sadar Pasca General Anestesi (n: 55)
dingin, umur, pemberian cairan infus
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa
yang dingin, penggunaan agen
pasien yang mengalami hipotermi
inhalasi, luas luka operasi, lama
dan waktu pulih sadarnya lambat
operasi, aktifitas otot yang menurun
sebanyak 29 responden (52,7%) dari
(tersedasi) dan usia lanjut.9
total responden, sedangkan pasien
Berdasarkan data yang
yang mengalami hipotermi dan
diperoleh, responden yang
waktu pulih sadarnya cepat sebanyak
mengalami hipotermi lebih besar
10 responden (18,2%).
dibandingkan yang tidak mengalami
Hasil uji chi square didapatkan
hipotermi. Hal ini terjadi akibat dari
nilai x2 sebesar 4,954 dengan
general anestesi dapat
signifikansi (p) 0,026. Hasil uji
menghilangkan proses adaptasi serta
statistik menunjukkan bahwa p value
mengganggu mekanisme fisiologi
pada fungsi termoregulasi. Pasien yang terbuka dan juga luasnya
pasca operasi yang mendapatkan paparan permukaan kulit dengan
cairan intravena tanpa intervensi lingkungan yang dingin. Operasi
penghangat juga dapat abdomen dan ortopedi sebagai
mengakibatkan hipotermi, cairan penyebab hipotermi karena
intravena yang masuk pada tubuh berhubungan dengan operasi yang
pasien mempunyai suhu kisaran suhu berlangsung lama, insisi yang luas,
kamar yaitu sekitar 250C atau dan sering membutuhkan cairan guna
kurang jika suhu ruangan diatur membersihkan ruang peritoneum.
dingin, misalnya pada ruangan yang Tabel 4, memperlihatkan
menggunakan AC. Hipotermi dapat bahwa semua responden yang
terjadi karena paparan suhu ruangan menjalani tindakan anestesi selama 2
operasi yang rendah, hal ini dapat jam semuanya mengalami hipotermi
terjadi akibat dari perambatan antara sedangkan tindakan anestesi selama
suhu permukaan kulit dan suhu 1 jam mengalami hipotermi
lingkungan. sebanyak 23 orang dari semua
Tabel 2, memperlihatkan jumlah responden.
bahwa paling banyak responden Penurunan suhu rata-rata 1,01
mengalami hipotermi pada umur 46- pada menit ke 150 dan penurunan
60 tahun yaitu 21 responden suhu rata-rata 0,34 pada menit ke
dibandingkan umur 27-45 tahun dan 60.11 Hasil tersebut sebut
18-26 tahun. Usia dibagi menjadi menunjukkan bahwa selama anestesi
remaja akhir (18-26 tahun), dewasa panas tubuh yang dihasilkan akan
awal (27-36 tahun), dewasa akhir dipergunakan untuk
(37-45 tahun) dan lansia (46-60 mempertahankan suhu inti tetap
tahun).10 Kejadian hipotermi stabil atau tidak turun. Oleh karena
terbanyak dialami pada kelompok itu suhu perifer akan menurun karena
usia 46-60 tahun, hal ini mendukung tidak mendapatkan suplai panas dari
teori bahwa usia sekitar 60 tahun. suhu inti walaupun suhu inti tetap
General anestesi yang dilakukan dipertahankan konstan. Penggunaan
pada pasien usia lansia juga dapat penghangat selama anestesi efektif
menyebabkan pergeseran pada dilakukan untuk mengurangi
ambang batas termoregulasi dengan hipotermi karena semakin lama
derajat yang lebih besar. tindakan anestesi pasien mengalami
Tabel 3, memperlihatkan penurunan suhu perifer. Semakin
bahwa sebagian besar responden lama tindakan anestesi, anestesi akan
mengalami hipotermi pada jenis menyebabkan terjadinya vasodilatasi
pembedahan ortopedi yaitu sebanyak lebih lama. Hal ini terjadi karena
9 responden dan jenis pembedahan panas tubuh yang hilang lebih besar
bedah abdomen yaitu sebanyak 9 daripada panas yang diproduksi.
responden dari semua jumlah Vasodilatasi yang lama akan
responden. Hal ini mengakibatkan mengakibatkaan panas tubuh dari
kehilangan panas yaitu terjadi ketika bagian sentral suhu inti mengalir ke
permukaan tubuh pasien yang basah bagian perifer.
serta lembab, seperti perut dan
pembukaan organ musculoskeletal
2. Waktu Pulih Sadar pulih sadar berlangsung lama.
Tabel 5, kejadian waktu pulih IMT responden juga
sadar di ruang pemulihan pada mempengaruhi pulih sadar karena
pasien pasca general anestesi dosis yang diberikan sesuai
yang telah menjalani operasi dengan berat badan, semakin
elektif di RSUD Wates pada bulan banyak dosis yang diberikan
Mei lebih banyak yang ekskresi anestesi juga akan lama.
mengalami waktu pulih sadar Responden hipotermi dapat
lambat sebanyak 38 orang mengganggu penurunan
dibandingkan yang waktu pulih metabolisme obat, sehingga obat
cepat sebanyak 17 orang, dari anestesi dalam tubuh lama di
semua jumlah responden. ekskresikan dan waktu pulih
Pemantauan waktu pulih sadar sadarnya lama.
dilakukam dengan penilaian
menggunakan Aldrete Score 3. Hubungan Hipotermi dengan
setiap 5 menit, waktu pulih sadar Waktu Pulih Sadar Pasca
lambat ketika pasien bangun lebih General Anestesi
dari 15 menit dalam mencapai Berdasarkan data yang diperoleh,
aldrete score 8. terdapat hubungan antara
Hasil tersebut menunjukkan hipotermi dengan waktu pulih
bahwa selama anestesi penyebab sadar tetapi keeratan hubungannya
keterlambatan pulih sadar pasca rendah. Hipotermi pasca
anestesi adalah efek anestesi yang perioperatif akan memengaruhi
menyebabkan blok sistem saraf metabolisme berbagai obat
simpatis sehingga bisa anestesi, ketika hipotermi
menyebabkan waktu pulih sadar kelarutan obat anestesi di dalam
lama. Lama anestesi plasma akan meningkat dan obat
menimbulkan efek obat anestesi yang terdistribusi di dalam tubuh
di dalam tubuh semakin banyak akan lebih banyak. Peningkatan
dan waktu pulih sadar menjadi kelarutan anestesi inhalasi diduga
lebih lama. Faktor yang merupakan penyebab lambatnya
mengakibatkan waktu pulih sadar pasien bangun pada saat akhir
lambat adalah jenis pembedahan, anestesi. Tetapi dalam penelitian
IMT dan hipotermi. Jenis ini terdapat faktor lain yang dapat
pembedahan yang dialami menyebabkan pulih sadar pasien
responden, seperti jenis menjadi lebih lambat yaitu
pembedahan THT, bedah pemberian dosis tambahan
abdomen dan bedah mulut dipertengahan durante anestesi
membutuhkan obat tambahan yang tidak diintervensikan pada
untuk membuat otot rileks. Jenis semua jenis pembedahan. Faktor
pembedahan abdomen juga lain selain hipotermi yang
membutuhkan durasi operasi menyebabkan waktu pulih sadar
lama, maka semakin lama juga lambat seperti efek anestesi yang
anestesi yang dilakukan dan obat menyebabkan blok saraf, anestesi
yang ekskresikan lebih lambat, yang lama sehingga ekskresi obat
akhirnya dapat menyebabkan lama, usia semakin tua adaptasi
regulasi terhadap obat anestesi meninjau faktor risiko dari
menjadi lama sehingga dosis obat karakteristik pasien saat
bisa meningkat. Responden yang previsite sebelum dilakukan
mengalami obesitas mendapatkan tindakan anestesi.
anestesi konsentrasi tinggi 2. Bagi Perawat Anestesi
sehingga efek anestesi lama serta Sebagai masukan pelayanan
gangguan metabolik lain dari keperawatan yang baik mulai
responden. dari pre anestesi meliputi
pengkajian kondisi pasien,
KESIMPULAN DAN SARAN persiapan pasien dan persiapan
A. Kesimpulan obat untuk menghindari
1. Ada hubungan hipotermi terjadinya hipotermi dengan
dengan waktu pulih sadar yaitu berkolaborasi dengan dokter
responden yang mengalami anestesi, penggunaan cairan
hipotermi maka waktu pulih yang dihangatkan dan
sadarnya lambat. melengkapi selimut
2. Pasca general anestesi lebih penghangat sebagai contoh
banyak responden mengalami warm blancket elektrik yang
hipotermi, yaitu terjadi pada dapat diatur suhunya sesuai
responden umur 46-60 tahun, suhu pasien pada pasien yang
responden yang menjalani pasca dilakukan tindakan
tindakan jenis pembedahan anestesi harus untuk
ortopedi dan bedah abdomen mengurangi salah satu faktor
Tindakan anestesi selama 2 keterlambatan waktu pulih
jam. sadar.
3. Pasca general anestesi lebih 3. Bagi peneliti selanjutnya
banyak responden yang Melanjutkan penelitian dengan
mengalami waktu pulih sadar teknik anestesi lain untuk
lambat. menggali faktor hipotermi
4. Keeratan hubungan hipotermi yang menyebabkan
dengan waktu pulih sadar keterlambatan waktu pulih
pasca general anestesi di ruang sadar untuk mendapatkan hasil
pemulihan RSUD Wates yang lebih komprehensif.
adalah rendah. Hal itu dapat
terjadi karena selain hipotermi DAFTAR PUSTAKA
ada faktor lain yang dapat 1. Latief, S. (2007). Petunjuk
menyebabkan waktu pulih Praktis Anestesiologi. Edisi 2
sadar. FKUI. Jakarta.
B. Saran 2. Setiati, et al., (2008).
1. Bagi Rumah Sakit Hipotermia dalam Lima
Sebagai masukan untuk Puluh Masalah Kesehatan di
meningkatkan pelayanan Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
anestesi guna mengantisipasi Buku kesatu Interna
terjadinya hipotermi pada Pubishing. Jakarta: Pusat
pasien yang dilakukan Penerbitan Ilmu Penyakit
tindakan anestesi dengan Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. (tidak Caesaria. Journal Anestheia of
dipublikasikan). Emergency: Volume 2, No 3.
3. Press, C. D. (2013). General 9. Mangku, G dan Senapathi, T.
Anesthesi. Diunduh dari G. A. (2010). Ilmu Anestesia
http://emedicine.medcape.com/ dan Reanimasi. Jakarta: PT.
article/1271543-overview pada Indeks.
tanggal 15 Februari 2017. 10. Depkes RI. (2009). Sistem
4. Harahap, A. M. (2014). Angka Kesehatan Nasional. Jakarta.
Kejadian Hipotermia dan 11. Syam, E H. (2013). Efektifitas
Lama Perawatan di Ruang Penggunaan Prewarming dan
Pemulihan pada Pasien water Warming untuk
Geriatri Pascaoperasi Elektif Mengurangi Penurunan Suhu
Bulan Oktober 2011–Maret Intraoperatif pada Operasi
2012 di Rumah Sakit Dr. Ortopedi Ektermitas Bawah
Hasan Sadikin Bandung. dengan Anestesi Spinal. Jurnal
Bandung: Jurnal Anestesi Anestesi Perioperatif (JAP:
Perioperatif. Vol. 2 (1), No: 2013;1(2):86-93.)
36-44.
5. Dinata, D. A. (2015). Waktu
Pulih Sadar pada Pasien
Pediatrik yang Menjalani
Anestesi Umum di Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Jurnal Anestesi
Perioperatif Vol. 3(1), No:
100-8.
6. Mecca, R S. Postoperative
Recovery. Dalam: Barash PG,
Cullen BF, Stoelting RK,
penyunting. Clinical
Anesthesia. Edisi ke-7.
Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2013.
Halaman: 1380–1385.
7. Larson, M. (2009). History of
Anesthetic practice. Dalam
Miller R, penyunting. Miller’s
Anestheia. Edisi 7.
Philadelphia: Churchill
Livingstone (3-41).
8. Koeshardiandi, M. (2011).
Efektifitas Ketamin Dosis
0,25mg/kg Berat Badan
Intravena sebagai Terapi
Menggigil Selama Anestesi
Spinal padaPembedahan Sectio

Vous aimerez peut-être aussi