Vous êtes sur la page 1sur 31

Beban-beban yang digunakan pada desain gedung “Hotel” yaitu :

Beban Mati (DL)


Beban mati sendiri (SW) dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000.
Beban mati tambahan (SIDL) terdiri dari Beban dinding beton = (2400 kg/m3 x tebal
dinding m x tinggi dinding m) kg/m = (2400x0,15x4) = 1440 kg/m = 14,13 kN/m. Beban
dinding dipisahkan karena pemodelan struktur bersifat open frame sehingga dinding
dianggap sebagai beban garis pada balok dan sloof.

Beban Hidup (LL)


Fungsi bangunan yang direncanakan adalah “Hotel” yang direncanakan harus mampu
menahan beban hidup sebesar 250 kg/m2.

Beban Gempa (E)


Pada tugas ini akan dugunakan 3 metode analisis, yaitu: Statik Ekivalen, Respon Spektrum,
dan Riwayat Waktu.

A. LANGKAH PEMODELAN STRUKTUR DENGAN SAP 2000

1. Klik menu File > New Model


2. Ubah unit satuan dengan satuan panjang dalam m
3. Klik template Grid Only, sehingga muncul kotak dialog New Coordinate/Grid
System
4. Klik kanan mouse pada layar > Edit Grid Data > Modify/Show System
5. Lakukan pengeditan grid sesuai dengan denah gedung yang telah diberikan
6. Klik menu Define > Materials > Add New Material. Isi spesifikasi material beton
yang digunakan. Berat jenis beton = 2400 kg/m3; fc’ = 25 MPa; Ec = 23500 MPa; poisson
ratio 0,2
7. Klik menu Define > Materials > Add New Material. Isi spesifikasi material baja
tulangan longitudinal yang digunakan. Berat jenis baja = 7850 kg/m3; fy = 400 MPa; Es
= 200 000 MPa; poisson ratio = 0,3.

8. Klik menu Define > Materials > Add New Material. Isi spesifikasi material baja
tulangan transversal yang digunakan. Berat jenis baja = 7850 kg/m 3; fy = 240 MPa; Es
= 200 000 MPa; poisson ratio = 0,3.
9. Klik menu Define > Section Properties > Frame Section > Add New Property.
Satuan panjang yang dipakai - mm. Isi spesifikasi balok BALOK-300x350. Pada
Concrete Reinforcement data, masukkan spesifikasi tulangan dan selimut/cover beton
yang digunakan. Pada Property Modifier, masukkan nilai inersia efektif penampang.
Kekakuan EI yang digunakan dalam analisis yang dipakai untuk desain kekuatan harus
mewakili kekakuan komponen struktur sesaat sebelum kegagalan (Rachmat Purwono,
dkk - 2009). Sebagai alternatif, SNI 2847-2002 memberikan inersia efektif yang boleh
digunakan untuk komponen-komponen struktur pada bangunan yang ditinjau.

Pada tugas SAP 2000 ini, balok dianggap sebagai balok berpenampang persegi.
Pendekatan balok sebagai sebagai balok T tentu lebih merepresentasikan keadaan
sebenarnya (hubungan balok-pelat monolit) yang persyaratan lebar sayap balok diatur
lebih lanjut dalam peraturan. Sebagai catatan, SNI 1926-2002 memberikan inersia
efektif yang berbeda untuk elemen struktur yang sama.

10. Klik menu Define > Section Properties > Frame Section > Add New Property.
Satuan panjang yang dipakai - mm. Isi spesifikasi kolom KOLOM-350x350.
11. Klik menu Define > Section Properties > Area Section > Add New Section. Satuan
panjang yang dipakai - mm. Isi spesifikasi pelat PELAT-120
12. Menggambar Struktur, pada toolbar pilih, Set YZ atau XZ View
Kemudian Pilih Tools Quick Draw Frame/Cable Element untuk mulai menggambar
Struktur

Untuk menggambar Kolom pada kotak dialog Properties of Object, pilih Straight
Frame kemudian pilih KOLOM-350x350 untuk menggambar kolom, pilih BALOK-
300x350 untuk menggambar balok, dan pilih SLOOF-300x350 untuk menggambar
sloof.
Berikutnya adalah menggambar Pelat pada struktur, pilih tools XY pada toolbar
untuk mulai menggambar Pelat, kemudian pilih tools Quick draw area Element
untuk mulai menggambar Pelat.

13. Membuat perletakan jepit pada struktur. Pada toobar pilih XY dengan Z paling bawah
kemudian blok semua denah dari kiri ke kanan.
Kemudian Pilih menu Assign, pilih Joint kemudian pilih Restraints
Kemudian pilih perletakan Jepit lalu OK.
Berikut adalah model struktur yang telah digambar.

14. Memasukkan Beban pada Struktur


a. Beban Mati (DL)
Beban mati sendiri (SW) dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000.
Klik menu Define > Load Patterns

Secara default program Sap 2000 otomatis akan menghitung berat sendiri struktur
berdasarkan info luas penampang elemen dan berat jenis material yang dipakai.
Selanjutnya, beban akibat berat sendiri dikelompokkan dalam static load case
pertama yaitu DEAD. Jika nilai selfweight multiplier = 0, maka perhitungan berat
sendiri struktur tidak akan dilakukan oleh program. Dalam tugas ini, diinginkan
program SAP 2000 menghitung berat sendiri struktur.

Kemudian selanjutnya memasukkan Beban Mati Tambahan (SIDL) untuk struktur.


Sebelum memasukkan beban terlebih dahulu tampilkan gambar pada arah XY dan
kemudian blok dari kiri ke kanan untuk memasukkan beban.
Kemudian pada menu Assign Pilih Frame Loads kemudian pilih Distributed ,

Pada Kotak dialog Frame Distributed Loads, untuk Load pattern name pilih
SUPERDEAD dan untuk Load masukkan nilai 14,13. SIDL diberikan pada balok
lantai 3, lantai 2 dan 1, kemudian pilih Add to Existing Loads lalu pilih Ok.

Klik menu Define > Load Case > Add New Load Case. Untuk mempermudah input
kombinasi pembebanan, sebaiknya beban-beban yang termasuk dalam beban mati
(DL) digabung dalam satu load case. Beban mati (DL) terdiri dari SW atau berat
sendiri struktur dan SIDL.
b. Beban Hidup (LL)
Untuk memasukkan beban hidup yaitu terlebih dahulu Blok semua struktur dari kiri
ke kanan kemudian pilih menu Assign pilih area Loads kemudian pilih Uniform
(Sheel)
Selanjutnya pada Load Pattern Name pilih Live pada Load masukkan besar beban
hidup untuk struktur “Hotel” yaitu 250 kg/m2 dikonversi menjadi 2,45 kN/m2
kemudian pilih Add to Existing Loads lalu pilih Ok

15. Diafragma lantai. Lantai tingkat, atap beton dan sistem lantai dengan ikatan suatu
struktur gedung dapat dianggap sangat kaku dalam bidangnya dan karenanya dapat
diangggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horizontal. Ctrl+A > Joint
> Constraint > Diaphragm > Add New Constr
B. ANALISIS BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPONS SPEKTRUM (SNI
1726:2012)

Diasumsikan:
 Gedung berada pada daerah Kota Kendari – Tanah Sedang (SD)
Berdasarakan SNI 1726:2012
 Menentuka paramter percepatan terpetakan, Ss berdasarkan Gambar. 9 (SNI 1726:2012)
Tanah Sedang Ss = 0,911 g

 Menentukan parameter percepatan terpetakan, S1 berdasarkan Gambar.10 (SNI


1726:2012)
Tanah sedang S1 = 0,350 g
 Menentukan koefisien situs untuk desain seismic, Fa berdasarkan Tabel. 4 SNI
1726:2012

Sehingga didapat nilai Fa berdasarkan nilai Ss dan Kelas Situs yang berdasarkan jenis
tanah dengan interpolasi linier, maka diperoleh:
Tanah sedang Fa = 1,136 g

 Menentukan koefisien situs untuk desain seismic, Fv berdasarkan Tabel. 4.2 SNI
1726:2012

Sehingga didapat nilai Fv berdasarkan nilai S1 dan Kelas Situs yang berdasarkan jenis
tanah dengan interpolasi linier, maka diperoleh:
Tanah sedang Fv = 1,700 g

 Niali parameter spectrum respon percepatan pada perioda pendek dan pada perioda 1
detik (SMS dan SM1), berdasarkan pasal 6.2 maka:
Tanah Sedang
SMS = Fa × Ss = 1,136 × 0,911 = 1,035
SM1 = Fv × S1 = 1,700 × 0,350 = 0,595

 Parameter percepatan spektral desain untuk perioda pendek SDS dan pada perioda 1
detik, SD1
Tanah Sedang
𝟐 𝟐
SDS = × SMS = × 1,035 = 0,690
𝟑 𝟑
𝟐 𝟐
SD1 = × SM1 = × 0,595 = 0,397
𝟑 𝟑

 Penentuan Perioda
Tanah Sedang
𝑺𝑫𝟏 𝟎,𝟑𝟗𝟕
T0 = 0,2 × = 0,2 × = 0,115
𝑺𝑫𝑺 𝟎,𝟔𝟗𝟎
𝑺𝑫𝟏 𝟎,𝟑𝟗𝟕
TS = = = 0,575
𝑺𝑫𝑺 𝟎,𝟔𝟗𝟎

Berikut adalah spektrum respon desain berdasarkan SNI 1726:2012


 Penggambaran spektrum respon desain Kota Kendari (Tanah Sedang) dengan Excel

T Sa
0 0,276
0,115 0,69
0,575 0,69
1 0,397
1,2 0,331
1,4 0,284
1,8 0,221
2,2 0,18

Langkah-langkah respons spektrum pada SAP 2000

1. Klik menu Define > Mass Source. Massa yang berasal dari beban hidup (LL) yang
digunakan sebagai sumber massa gempa sebesar 30% (fungsi gedung sebagai “Hotel”).

Dalam Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983 diatur mengenai
reduksi beban hidup yang digunakan sebagai sumber massa gempa sebagai berikut :
Peraturan diatas dapat dipahami bahwa untuk kondisi terjadinya gempa maka beban
hidup (LL, misalnya manusia) akan berkurang daripada saat gedung dalam kondisi
layan.

2. Klik menu Define > Functions > Response Spectrum > User Spectrum > Add New
Function. Masukkan data respon spektrum Wilayah Kota Kendari di atas. Untuk
struktur beton bertulang dengan memperhatikan retak maka nilai redaman yang
direkomendasikan adalah 3-5% (Anil Chopra,2000).
3. Klik menu Define > Load Case > Add New Load Case. Untuk mengaktifkan beban
gempa, maka harus dibuat terlebih dahulu load case dari beban tersebut. Beban gempa
dibagi menjadi dua, yaitu beban gempa EX (arah utama sumbu X koordinat global) dan
beban gempa EY (arah utama sumbu Y koordinat global).
Tingkat kepentingan suatu struktur terhadap bahaya gempa dapat berbeda-beda
tergantung pada fungsinya. Oleh karena itu, semakin penting struktur tersebut maka
semakin besar perlindungan yang harus diberikan. Faktor Keutamaan (I) dipakai untuk
memperbesar beban gempa rencana agar struktur mampu memikul beban gempa dengan
periode lebih panjang atau dengan kata lain dengan tingkat kerusakan yang lebih kecil.
Tabel Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa SNI
1726:2012
Tabel Faktor keutamaan gempa SNI 1726:2012

Load case untuk gempa arah X sebagai berikut :

Secara default, arah U1 merupakan arah yang sama dengan arah X dalam koordinat
global. Scale factor = I x g/R dimana I adalah faktor keutamaan struktur (gedung
“Hotel”, I = 1), g = satuan percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2) dan R adalah faktor reduksi
gaya gempa (Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah, maks nilai R = 5). Nilai
ordinat respon spektrum SNI 1726-2002 merupakan nilai pseudo percepatan struktur
(Sa) yang telah dinormalisasi dalam satuan g. Untuk menjadikannya komponen dari
gaya luar yang bekerja pada struktur maka nilai C harus dikalikan satuan gravitasi. Nilai
I/R merupakan nilai modifikasi berdasarkan peraturan kegempaan Indonesia. Untuk
semua mode, redaman diasumsikan memiliki nilai konstan yaitu 5 %.

4. Lakukan hal yang sama untuk load case gempa arah Y


Secara default, arah U2 merupakan arah yang sama dengan arah Y dalam koordinat
global. Kemudian jika memang diperlukan arah U3 merupakan arah yang sama dengan
arah Z dalam koordinat global.
5. Untuk memperoleh beban ultimate dari beban-beban yang mungkin akan terjadi pada
struktur, maka dilakukan kombinasi beban terfaktor. Klik menu Define > Load
Combinations > Add New Combo

Kombinasi Pembebanan Gempa


Untuk mensimulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur
gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama harus dianggap efektif 100%
dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah
tegak lurus pada arah utama pembebanan tetapi dengan efektifitas hanya 30%.
1.2 DL + 1.0 LL + 1.0 EX + 0.3 EY
1.2 DL + 1.0 LL + 1.0 EX - 0.3 EY
1.2 DL + 1.0 LL - 1.0 EX + 0.3 EY
1.2 DL + 1.0 LL - 1.0 EX - 0.3 EY
1.2 DL + 1.0 LL + 0.3 EX +1.0 EY
1.2 DL + 1.0 LL + 0.3 EX -1.0 EY
1.2 DL + 1.0 LL - 0.3 EX +1.0 EY
1.2 DL + 1.0 LL - 0.3 EX -1.0 EY
0.9 DL + 1.0 EX + 0.3 EY
0.9 DL + 1.0 EX - 0.3 EY
0.9 DL - 1.0 EX + 0.3 EY
0.9 DL - 1.0 EX - 0.3 EY
0.9 DL + 0.3 EX +1.0 EY
0.9 DL + 0.3 EX -1.0 EY
0.9 DL - 0.3 EX +1.0 EY
0.9 DL - 0.3 EX -1.0 EY
Kombinasi beban diatas dapat dicari nilai envelope (maksimum/minimumnya) dengan
cara mengubah Load Combination Type menjadi Envelope, kemudian memasukkan
semua kombinasi diatas dalam kombinasi yang baru tersebut.

6. Klik menu Analyze > Set Analysis Options > Pastikan bahwa analisis dilakukan dalam
derajat kebebasan ruang (translasi arah X, translasi arah Y, translasi arah Z, rotasi
terhadap sumbu X, rotasi terhadap sumbu Y, rotasi terhadap sumbu Z).
7. Klik menu Analyze > Run Analysis. Selama proses analisis pastikan bahwa tidak ada
WARNING dan ERROR yang terjadi.

Hasil Analisis dengan Metode Respons Spektrum


Gambar diagram momen
C. ANALISIS BEBAN GEMPA DENGAN METODE STATIK EKIVALEN (SNI
1726:2012)

Berat keseluruhan bangunan:


 Berat atap
Pelat atap = 2400 × 0,12 × 10,5 × 10,5 = 31752 kg
Balok = 2400 × 0,30 × 0,40 × 4 × 24 = 27648 kg
Beban hidup = 250 × 10,5 × 10,5 = 27562,5 kg
Total = 80482,5 kg
= 789,533 kN

 Berat lantai 2 dan lantai 3


Pelat lantai = 2400 × 0,12 × 10,5 × 10,5 = 31752 kg
Dinding = 2400 × 0,15 × 3,5 × 4 × 24 = 120960 kg
Balok = 2400 × 0,30 × 0,35 × 10,5 × 8 = 21168 kg
Kolom = 2400 × 0,35 × 0,35 × 4 × 16 = 18816 kg
Beban hidup = 250 × 10,5 × 10,5 = 27562,5 kg
Total = 220258,5 kg
= 2160,734 kN

 Berat lantai 1
Pelat lantai = 2400 × 0,12 × 10,5 × 10,5 = 31752 kg
Dinding = 2400 × 0,15 × 3,5 × 4 × 24 = 120960 kg
Sloof = 2400 × 0,30 × 0,35 × 10,5 × 8 = 21168 kg
Kolom = 2400 × 0,35 × 0,35 × 4 × 16 = 18816 kg
Beban hidup = 250 × 10,5 × 10,5 = 27562,5 kg
Total = 220258,5 kg
= 2160,734 kN

Berat Total Keseluruhan Bangunan (Wt)


Wt = 789,533 + 2 × 2160,734 + 2160,734 = 7271,735 kN

Parameter percepatan terpetakan:


Lihat perhitungan respons spektrum sebelumnya,
Ss = 0,911 g S1 = 0,350 g
Koefisien situs untuk desain seismic:
Lihat perhitungan respons spektrum sebelumnya,
Fa = 1,136 g Fv = 1,700 g

Parameter spectrum respons:


Lihat perhitungan respons spektrum sebelumnya,
SMS = 1,035 SM1 = 0,595

Parameter percepatan spectral desain:


Lihat perhitungan respons spektrum sebelumnya,
SDS = 0,690 SD1 = 0,397

Spektrum respon desain:


Lihat perhitungan respons spektrum sebelumnya,
T0 = 0,115 TS = 0,575
𝑆𝐷𝑆
 Untuk T ≤ T0 : Sa = 0,6 T + 0,4 SDS = 3,6 T + 0,276
𝑇0
 Untuk T0 ≤ T ≤ TS : Sa = SDS = 0,690
𝑆𝐷1 0,397
 Untuk T > TS : Sa = =
𝑇 𝑇

Faktor keutamaan gempa dan faktor modifikasi respons:


Lihat perhitungan respons spektrum sebelumnya,
Ie = 1,0 R=5

Periode fundamental:
Periode fundamental pendekatan dapat ditentukan dengan persamaan:
T = Ta = Ct × hnx
Dimana nilai Ct dan x untuk rangka beton pemikul momen diambil dari tabel 15 SNI 03-
1726-2010. Maka:
Ct = 0,0466 dan x = 0,9
T = Ta = Ct × hnx = 0,0466 × 12,50,9 = 0,452

Koefisien respon seismik, Cs


Karena T0 ≤ T ≤ TS, C = Sa = SDS = 0,690
Koefisien respon seismic dapat ditentukan dengan persamaan:
𝐶 × 𝐼𝑒 0,690 × 1
Cs = = = 0,138
𝑅 5

Gaya geser seismic (V)


Gaya geser seismic dapat ditentukan dengan:
V = Cs × Wt = 0,138 × 7271,735 = 1003,5 kN

Distribusi gaya gempa, Fx


Gaya gempa lateral yang timbul disemua tingkat harus ditentukan dengan rumus dibawah
sesuai dengan pasal 7.8.3 pada SNI 03-1726-2010.

Dengan k=1 untuk T ≤ 0,5 detik


k=2 untuk T ≥ 2,5 detik
k = interpolasi untuk 0,5 ≤ T ≤ 2,5 detik
untuk T = 0,452; maka k = 1
k
Wi Wi × hi Vx = Vy
Tingkat hi (m) Fi (kN)
(kN) (kNm) (kN)
Atap 12,5 789,53 9869,2 1003,5 253,69
3 8,5 2160,7 18366,2 1003,5 472,10
2 4,5 2160,7 9723,3 1003,5 249,94
1 0,5 2160,7 1080,4 1003,5 27,77
Ʃ= 39039,1

Langkah-langkah statik ekivalen pada SAP 2000:


1. Klik menu Define > Mass Source. Massa yang berasal dari beban hidup (LL) yang
digunakan sebagai sumber massa gempa sebesar 30% (fungsi gedung sebagai “Hotel”).
2. Klik menu Define > Load Patterns.

3. Klik menu Define > Load Case > Add New Load Case. Untuk mengaktifkan beban gempa,
maka harus dibuat terlebih dahulu load case dari beban tersebut.
Scale factor = I x g/R dimana I adalah faktor keutamaan struktur (gedung “Hotel”, I =
1), g = satuan percepatan gravitasi (g = 9,8 m/s2) dan R adalah faktor reduksi gaya gempa
(Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah, maks nilai R = 5).
4. Input Fi sebagai beban gempa dengan cara: select joint (pilih joint yang paling kiri pada
atap) => joint static load => force. Cari load case name “EQ”, berilah nilai Fatap pada
isian force global x. Lakukan dengan cara yang sama untuk lantai 3, 2, dan 1.
Set XY View bagian atap

Set XZ View
5. Untuk memperoleh beban ultimate dari beban-beban yang mungkin akan terjadi pada
struktur, maka dilakukan kombinasi beban terfaktor. Klik menu Define > Load
Combinations > Add New Combo.
Digunakan kombinasi pembebanan : 1,2 DL + 1LL + 1E

6. Run program
Diagram momen
D. ANALISIS BEBAN GEMPA DENGAN METODE TIME HISTORY

Vous aimerez peut-être aussi