Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-
CoV adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh Virus-Corona yang
menyerang saluran pernapasan mulai dari yang ringan sampai yang berat. Gejalanya
adalah demam, batuk dan sesak nafas, bersifat akut, dan biasanya pasien memiliki
penyakit ko-morbid (penyakit penyerta). Virus MERS-CoV baru dikenali pertama kali
pada tahun 2012 di Negara Arab Saudi. Virus tersebut yang menyebabkan SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrom) pada tahun 2002 hingga 2003, virus tersebut
sangat berbahaya dan sudah mewabah hingga 8273 kasus dan 775 meninggal dunia
(Elshinta, 2015).
Berdasarkan sejumlah kecil kasus yang dilaporkan diseluruh dunia, sampai
saat ini informasi mengenai transmisi dan gambaran lain dari infeksi Middle East
Respiratory Syndrome (MERS-CoV) masih sangat terbatas. Namun demikian
terdapat bukti adanya penularan dari manusia ke manusia yang masih terbatas
didalam kelompok (klaster) kasus mungkin terjadi melalui berbagai cara transmisi
seperti penularan melalui droplet atau kontak erat dengan pasien yang sakit berat baik
di rumah maupun disarana pelayanan kesehatan.Sementara itu bukti mengenai
transmisi virus dari kasus – kasus ringan masih terbatas dan tidak terdapat bukti
adanya transmisi dari kasus asimptomatik yang telah dilaporkan. Untuk itu
dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk lebih memahami risiko penularan infeksi.
Dari data WHO mengatakan bahwa, sejak September 2012 sampai dengan
Maret 2016, telah ditemukan 1.698 kasus konfirmasi MERS-CoV dengan 609 orang
mengalami kematian. Selain itu, WHO juga mengatakan bahwa sekitar 36% pasien
yang dilaporkan terkena virus MERS-CoV meninggal dunia dan lebih dari 85% kasus
penyakit menular MERS-CoV ini berasal dari Arab Saudi. Banyak warga negara
Indonesia yang berada di Arab Saudi terutama sebagai jama’ah umrah/haji, sehingga
memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit ini di Indonesia, karena jumlah
jama’ah umrah/haji dari Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Agama Republik Indonesia, rata-rata jumlah
jama’ah umrah dari Indonesia adalah 195 orang per hari dan rata-rata jumlah haji dari
Indonesia adalah 154.000 orang per tahun, dan dari data haji internasional, rata-rata
jumlah jama’ah haji/umrah dari Arab Saudi adalah 700.000 orang per tahun (Benny
Yong dan Livia Owen, 2015). Selain itu, virus MERS-CoV menyebabkan penyakit
yang lebih parah pada orang tua, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah,
dan orang-orang dengan penyakit kronis seperti kanker, penyakit paru-paru kronis dan
diabetes. Salah satu strategi
B. Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum
Mahasiswa/I mampu memahami Konsep dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan
MERS Co-V
 Tujuan Khusus
- Diketahuinya defjnisi MERS Co-V
- Diketahuinya etiologi MERS Co-V
- Diketahuinya patofisiologi MERS Co-V
- Diketahuinya pathway MERS Co-V
- Diketahuinya manifestasi klinis MERS Co-V
- Diketahuinya pemeriksaan diagnostic MERS Co-V
- Diketahuinya komplikasi MERS Co-V
- Diketahuinya pengobatan MERS Co-V
- Diketahuinya asuhan keperawatan MERS Co-V

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Mers Co-V


1. Definisi Mers Co-V

MERS Co-V atau Middle East Respiratory Syndrome yang disebabkan oleh
virus corona adalah suatu penyakit pernapasan parah yang awalnya ditemukan di
Timur Tengah, sepertiYordania, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. MERS
Co-v merupakan keluarga dari corona virus seperti halnya SARS, virus ini
merupakan jenis baru dari kelompok corona virus dan masih berkerabat dengan
virus penyebab SARS. Dimana ia menyerang saluran pernapasan, mirp dengan
flu namun jika tidak segera ditangani bisa berujung pada kematian.
Penyakit MERS Co-V itu sendiri merupakan penyakit biasa yang ditemukan
pada hewan yang kemudia ditemukan pula menginfeksi pada manusia melalui
perantaraan hewan. Bahkan saat ini penyebaran virus MERS Co-V sangat mudah
menyebar dari orang terinfeksi ke orang lain. Virus ini mirip dengan virus corona
yang ada pada kalelawar, perbedaanya penularannya ini terjadi pada unta.

MERS Co-V lebih cepat menyerang orang yang sakit dari pada orang yang
sehat. Orang yang lebih mudah terinfeksi virus mematikan ini adalah mereka yang
kekebalan tubuhnya rendah seperti, lansia, anak-anak, orang yang sedang
kelelahan, dalam perjalanan dan makan tidak teratur (Andi Gamazi.2015).

2. Etiologi MERS Co-V

MERS disebabkan oleh virus dari genus coronavirus, genus coronavirus


termasuk virus visrus yang menyerang binatang. Pada manusia coronavirus
biasanya menyebabkab flu, dan SARS yang menghebokan China tahun 2003 lalu.
Meskipun begitu, MERS-CoV adalah virus korona yang berbeda dari SARS-Cov.
Tidak adala laporan satupun mengenai MERS-CoV sebelum tahun 2012.
Meskipun belum dipastikan, MERS-CoV diduga berasal dari kelalawar yang
menular pada manusia dan cara penyebaran belum diketahui (KemenKes
RI.2013).

Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat
transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Tidak diketahui secara
pasti mekanisme penularan. Kemungkinan penularannya dapat melalui :

- Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk


atau bersin.

- Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi

virus (KemenKes RI.2013).

3. Patofisiologi MERS Co-V

Coronavirus (CoVs) virus RNA yang menginfeksi burung dan berbagai


mamalia, termasuk manusia. Virus ini terdiri dari protein struktural beberapa yang
memegang relative panjang (sekitar 30 kb) positif-terdampar genom. Mereka
terjadi di seluruh dunia dan dapat menyebabkan penyakit signifikansi medis dan
kedokteran hewan. Umumnya, infeksi terlokalisasi pada pernapasan, dan/ atau
sistem saraf. Saat ini, terdapat jenis CoVs yang dapat menginfeksi manusia antara
lain:

a. Human CoVs HKU1


b. NL63
c. 229E dan
d. OC43

Virus ini dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan, ditandai


dengan penyakit saluran pernapasan atas yang mencakup: coryza, batuk dan sakit
tenggorokan. Virus ini hanya sesekali menginduksi penyakit saluran pernapasan
bawah, seperti: bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia.

Selain sebagai penyebab penyakit MERS, virus ini juga dapat menyebabkan
penyakit SARS di Negara China tahun 2002. Sejauh ini, laporan yang
menjelaskan otopsi fatal MERSCoV kasus belum banyak dipublikasikan. Oleh
karena itu, pada tahap satu ini hanya bisa berspekulasi tentang patologi dari Mers-
CoV pada manusia.

Semua CoV manusia diperkirakan berasal dari waduk hewan, baik itu SARS-
CoV dan mers-COV. Antara lain seperti muncul dari kelelawar, musang kelapa di
Negara Cina. Ada juga unta di Timur Tengah. Penyakit MERS ini diduga besar
penyebabnya adalah unta dromedaris di Timur Tengah dan beberapa bagian
Afrika. Penyakit ini juga dapat disebarkan dari manusia ke manusia. Seperti
halnya yang terjadi di rumah sakit, yang mana penularan dari orang ke orang ini
banyak terjadi di unit hemodialisis, unit perawatan intensif atau di-pasien unit, di
mana pasien terinfeksi Mers-CoV dari clade monofiletik tunggal menularkan ke
tenaga kesehatan disana karena kepadatan penduduk dan langkah-langkah
pengendalian infeksi yang tidak memadai. Hal ini masih belum jelas apakah
transmisi melalui orang-ke-orang ini terjadi melalui pernapasan besar, tetesan,
karena batuk dan bersin, seperti dalam SARS. Juga, episode penularan tidak jelas
tetapi dilaporkan berlangsung selama kedua gejala dan fase inkubasi.

Dikarenakan etiologi dari penyakit MERS dan SARS adalah sama


memungkinkan bahwa histologi dari penyakitnya juga sama, yaitu fase eksudatif,
fase proliferatif dan fase fibrosis.

a. Fase eksudatif adalah terlihat pada pasien di awal 10 hari dari penyakit, dan
ditandai dengan nekrosis alveolar, bronchiolar dan sel epitel bronkus, edema
intraluminal, fibrin eksudasi, pembentukan membran hialin, perdarahan dan
infiltrasi sel-sel inflamasi, seperti monosit atau makrofag, limfosit dan neutrofil,
ke dinding alveolar dan lumina.
b. Fase proliferasi, setelah 10-14 hari, menunjukkan interstitial dan fibrosis alveolar,
obliterans bronchiolitis mengorganisir pneumonia (Boop), regenerasi dengan tipe
II Pneumosit hiperplasia dan sel raksasa berinti.
c. Tahap fibrosis, setelah 14 hari, menunjukkan penebalan interstitial, dengan fibrosis
dan Boop-seperti sel inflamasi pola dan beberapa (terutama histiosit dan limfosit).

4. Pathway MERS Co-V


5. Manifestasi Klinis MERS Co-V

Pada umumnya gejala dari infeksi MERS Co-V mirip dengan influenza,
sehingga diistilahkan sebagai “flu like syndrome” karena sangat susah untuk
dibedakan, tanpa adanya dengan pemeriksaan medis dirumah sakit. Ciri-ciri
MERS Co-V juga memiliki kemiripan dengan sindrom pernapasan akut berat
SARS yang menjangkit Asia dulu. Karena menyerang saluran pernapasan
manifestasi klinis dari penyakit MERS Co-V sebagai berikut :

- Awal mula gejala mirip flu


Gejala awal seperti flu, namun kemudian akan diikuti dengan demam,
mialgia, latergi, gejala gastrointestinal, batuk, radang tenggorakan, dan
gejala non spesifik lainnya. Satu-satunya gejala yang paling sering dialami
seluruh pasien adalah demam tinggi diatas 38 oC (100,4oF) setelah itu akan
timbul gejala sesak napas. Gejala ini muncul sekitar 2-10 hari setelah
terinfeksi, pada sebagian kasus MERS yang sudah tertangani gejala akan
akan muncul 2-3 hari.
- Keluar mucus (lendir) yang berlebih dari hidung
Ketika seseorang yang rjangkit virus MERS, maka hidungnya akan
mengeluarkan mucus (lendir) seperti orang yang sedang pilek. Keluar
lendir yang berlebihan yang mendorong orang menjadi susah bernapas.
- Demam batuk
Diantara gejala yang disebabkan MERS Co-V salah satunya adalah gejala
demam,batuk, kemudian napas akan lebih pendek ketika melakukan
pernapasan.
- Gangguan pernapasan berat
Infeksi MERS Co-V sebagaian besar berkembang menjadi penyakit
saluran pernapasan berat, sehingga penderita akan mengalami napas
pendek. Sebagian dari penderita MERS dilaporkan menderita penyakit
saluran pernapasan tingkat sedang.
- Sakit dada atau sering terasa nyeri
Ketika orang yang terjangkit mengalami gangguan pernapasan berat,dan
sulit bernapasa maka akan menimbulkan sakit pada dada dan sering terasa
nyeri, hal ini juga dialami oleh penderita MERS.
- Mengalami diare
Bukan hanya mempengaruhi sistem pernapasan, namun ditemukan juga
dari beberapa pasien yang terserang MERS Co-V mengalami diare.
- Gagal ginjal
Ditemukan juga pada pasien yang terjangkit MERS,ada yang mengalami
gagal ginjal. Bukan hanya diserang pada saluran pernapasan saja.
Namun tidak semua gejala tersebut akan terjadi pada setiap orang yang
terjangkit virus MERS Co-V. Seperti halnya diare dan gagal ginjal hanya
beberapa orang saja yang mengalaminya (Andi Gamazi.2015).
6. Pemeriksaan Diagnostik MERS Co-V

a. Spesimen Klinis Rutin


Kultur mikroorganisme sputum dan darah pada pasien dengan pneumonia
b. Spesimen dari saluran napas atas dan bawah
Dilakukan pemeriksaan Virus Influenza A dan B, virus influenza A subtype
H1 dan H3 dan H5, dan H5N1
c. Pemeriksaan Spesimen Corona Virus Baru ( Pemeriksaan Untuk
Konfirmasi Diagnosa)
Dilakukan dengan menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Chain
Reaction (RT-PCR)
Bahan Pemeriksaan :
o Spesimen dari saluran napas atas (hidung/nasofaring/dan atau swab
tenggorokan

o Spesimen saluran nafas bawah ( Sputum , aspirat endotracheal,


kurasan bronkoalveolar)

o Tempat Pemeriksaan : Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta

o Pengambilan specimen serial dari beberapa tempat dalam waktu


beberapa hari (setiap 2-3 hari) untuk melihat Viral Sheeding.

7. Komplikasi MERS Co-V


Komplikasi MERS Menurut Kemenkes RI tahun 2013 :
a. Pneumonia berat dengan gagal napas yang membutuhkan alat bantu napas
non invasive atau invasive

b. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan kegagalan multi organ


yaitu gagal ginjal, Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC)

c. Perikarditis

8. Pengobatan MERS Co-V


Sampai saat ini belum terapi yang khusus menangani virus ini, belum ada
pengobatan maupun vaksin. Hanya gejalanya saja yang bisa diobati selain itu
belum ditemukan metode pengobatan yang spesifik yang dapat menyembuhkan
penyakit yang disebabkan oleh MERS Co-V.
Para pakar telah sepakat bahwa pencegahan paling baik adalah menjaga
higienitas badan dan lingkungan. Virus ini dapat bertahan pada permukan objek
utuk beberapa lama. Cara pencegahaanya adalah PHBS (pola hidup bersih dan
sehat) dan juga menghindari kontak erat dengan penderita, serta menggunakan
masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan dengan sabun
dan menerapkan etika batuk ketika sakit juga perlu untuk diterapkan dengan baik
pula.
Karena MERS Co-V disebabkan oleh virus yang mirip dengan SARS, pasien
dengan MERS Co-V sering membutuhkan suplementasi oksigen, dan dalam
kasus-kasus yang parah,mereka membutuhkan ventilasi mekanis dan perawatan
intensif yang lebih mendukung (Andi Gamazi.2015).
Namun sampai saat ini belum ada vaksin atau obat yang dapat menyembuhkan
penyakit ini, yang ada hanyalah obat untuk meringankan gejala atau akibat yang
ditimbulkan dari penyakit MERS. Salah satu cara mengobati MERS adalah
dengan pemberian obat vaksin untuk pengobatan hepatitis C yang secara klinis
telah teruji mampu mengurangi frekuensi pertambahan replica virus MERS di
dalam tubuh yang diujikan terhadap 6 kera yang telah terinfeksi penyakit MERS.
Vaksin untuk hepatitis C ini merupakan perpaduan antara obat interferon-alpha 2b
dan ribavirin yang hanya digunakan sebagai tahapan awal pengobatan pada infeksi
MERS.
Pada dasarnya penyakit MERS ini dapat sembuh dengan sendirinya bila
dilakukan perawatan yang mendukung terhadap kondisi pasien yang dikarenakan
adanya batasan virus MERS. Jika kondisi pasien mendukung untuk penyembuhan
sampai saat batas virus ini tiba maka penyakit ini dapat sembuh, namun
kenyataannya banyak pasien yang tidak tertolong karena tidak kuatnya kondisi
tubuh untuk mencapai masa batas virus yang dikarenakan virus ini menyerang
system kekebalan tubuh sehingga banyak yang mengalami komplikasi penyakit
lainnya seperti pneumonia dan bronkhitis yang mempercepat pengrusakan imun
tubuh sampai tidak kuat lagi menahan hingga akhirnya meninggal dunia. Virus ini
tidak mudah menular jika hanya bersimpangan. Mers-Cov berpeluang besar
menular pada kontak yang intens, seperti keluarga dari pengidap yang tinggal
serumah, atau tenaga medis yang merawat pengidap (KemenKes RI.2013).

B. Asuhan Keperawatan MERS Co-V


1. Pengkajian
a. Data pasien
 Nama
 Keluhan pasien
b. Primary Survey
- Airway : Pada pasien MERS kemungkinan jalan napas tidak paten karena
adanya sumbatan atau penumpukan secret pada jalan napas.
- Breathing : Pada pasien MERS kemungkinan akan adanya perubahan
irama pernapasan, sesak napas.
- Circulation : Pada pasien MERS biasanya mengalami peningkatan atau
penurunan tekanan darah dan H.
- Disablity : Pada pasien MERS biasanya tingkat kesadaran pasien menurun
menjadi somnolen atau pun koma jika tidak tertangani
- Exposer : Pada pasien MERS biasanya ada atau tidak ditemukannya jejas
atau luka pada bagian tubuh
- Folli kateter : Pada pasien MERS biasanya sudah atau belum terpasang,
perlu atau tidaknya dipasang kateter
- Gastrict tube : Pada pasien MERS biasanya sudah atau belum terpasang,
perlu atau tidaknya dipasang NGT
- Heart monitor : Pada pssien MERS biasanya adanya perubahan irama
jantung dan perubahan lead pada EKG
c. Secondary Survey
Simptom : pada pasien MERS biasanya di tandai dengan sesak
Alergi : pada pasien MERS biasanya ditemukan alergi yang terjadi akibat
reaksi dari virus
Medikasi : pasien biasanya diberikan obat yang sesuai dalam mengatasi
MERS
Past Medical : biasanya pasien belum pernah mengalami penyakit MERS
Environment : pasien mendapatkan penyakit dari lingkungan tropis

d. Pemeriksaan fisik
 Kepala
biasanya tidak terdapat lesi ataupun kerak di kepala
 Mata
biasanya reflek pupil tidak ada pada pasien MERS yang
penurunan kesadaran koma
 Hidung
biasanya terdapat secret pada daerah hidung
 Mulut
biasanya mucosa mulut kering
 Telinga
tidak terdapat kelainan pada telinga
 Leher
biasanya ada pelebaran ataupun penyempitan vena jugulari
 Dada
biasanya terdapat retraksi dan otot bantu pernapasan
 Abdomen
biasanya terdapat nyeri tekan pada bagian hati
 Genitalia
biasanya tidak ditemukan kelainan
 Ektremitas
biasanya tidak ditemukan kelainan pada ektremitas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan
secret
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
c. Hipertermi berhubungan dengan regulasi temperatre

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan bersihan 1. Respiratory status : - Pastikan


Ventilation kebutuhan oral /
jalan napas berhubungan
2. Respiratory status : tracheal
dengan penumpukan secret Airway patency suctioning.
Batasan Karakteristik 3. Aspiration Control - Berikan O2 ……
- Tidak ada batuk l/mnt, metode……
- Suara napas tambahan kriteria hasil : …
- Perubahan frekuensi - Mendemonstrasikan - Anjurkan pasien
pernapasan batuk efektif dan suara untuk istirahat
- Sianosis nafas yang bersih, tidak dan napas dalam
- Kesulitan berbicara atau ada sianosis dan dyspneu - Posisikan pasien
mengeluarkan suara (mampu mengeluarkan untuk
- Penurunan bunyi napas sputum, bernafas dengan memaksimalkan
- Dispnea mudah, tidak ada pursed ventilasi
lips) - Lakukan
- Batuk yang tidak efektif
- Menunjukkan jalan fisioterapi dada
nafas yang paten (klien jika perlu
tidak merasa tercekik, - Keluarkan sekret
irama nafas, frekuensi dengan batuk atau
pernafasan dalam rentang suction
normal, tidak ada suara - Auskultasi suara
nafas abnormal) nafas, catat
- Mampu adanya suara
mengidentifikasikan dan tambahan
mencegah faktor yang - Kolaborasi
penyebab. pemberikan
bronkodilator :
- Monitor status
hemodinamik
- Berikan pelembab
udara Kassa basah
NaCl Lembab
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik
- Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
- Monitor respirasi
dan status O2
- Pertahankan
hidrasi yang
adekuat untuk
mengencerkan
sekret
- Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
penggunaan
peralatan : O2,
Suction, Inhalasi

Gangguan Pertukaran gas - Posisikan pasien


Batasan Karakteristik 1. Respiratory Status : untuk
Gas exchange memaksimalkan
- Ph darah arteri 2. Keseimbangan asam ventilasi
abnormal Basa, Elektrolit - Pasang mayo bila
- Pernapasan abnormal 3. Respiratory Status : perlu
- Warna kulit abnormal ventilation - Lakukan
4. Vital Sign Status fisioterapi dada
- Diaforesis
- Penurunan co2 jika perlu
Kriteria hasil: - Keluarkan sekret
- Dispnea
- Mendemonstrasikan dengan batuk atau
- Hiperkapnea
peningkatan ventilasi suction
- Hipoksia dan oksigenasi yang
- takikardia - Auskultasi suara
adekuat nafas, catat adanya
- - Memelihara suara tambahan
kebersihan paru paru - Atur intake untuk
dan bebas dari tanda cairan
tanda distress mengoptimalkan
pernafasan keseimbangan.
- Mendemonstrasikan - Monitor respirasi
batuk efektif dan dan status O2
suara nafas yang - Catat pergerakan
bersih, tidak ada dada,amati
sianosis dan dyspneu kesimetrisan,
(mampu penggunaan otot
mengeluarkan tambahan, retraksi
sputum, mampu otot
bernafas dengan supraclavicular
mudah, tidak ada dan intercostals
pursed lips) - Monitor suara
- Tanda tanda vital nafas, seperti
dalam rentang normal dengkur
- AGD dalam batas - Monitor pola nafas
normal : bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
- Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
- Monitor TTV,
AGD, elektrolit
dan ststus mental
- Observasi
sianosis
khususnya
membran mukosa
- Jelaskan pada
pasien dan
keluarga tentang
persiapan
tindakan dan
tujuan
penggunaan alat
tambahan (O2,
Suction, Inhalasi)
- Auskultasi bunyi
jantung, jumlah,
irama dan denyut
jantung

Hipertermi Thermoregulasi - Monitor suhu


Batasan Karakteristik Kreiteria hasil: sesering mungkin
- konvulsi - Suhu 36 – 37C - Monitor warna
- kulit kemerahan - Nadi dan RR dalam dan suhu kulit
- peningkatan suhu rentang normal - Monitor tekanan
tubuh diatas suhu - Tidak ada perubahan darah, nadi dan
normal warna kulit dan tidak RR
- kejang ada pusing, merasa - Monitor
- takikardi nyaman penurunan tingkat
- takipnea kesadaran
- kulit terasa hangat - Monitor WBC,
Hb, dan Hct
- Monitor intake
dan output
- Berikan anti
piretik:
- Selimuti pasien
- Berikan cairan
intravena
- Kompres pasien
pada lipat paha
dan aksila
- Tingkatkan
sirkulasi udara
- Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor hidrasi
seperti turgor
kulit, kelembaban
membran mukosa)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

MERS Co-V atau Middle East Respiratory Syndrome yang disebabkan oleh
virus corona adalah suatu penyakit pernapasan parah yang awalnya ditemukan di
Timur Tengah, sepertiYordania, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. MERS Co-v
merupakan keluarga dari corona virus seperti halnya SARS, virus ini merupakan jenis
baru dari kelompok corona virus dan masih berkerabat dengan virus penyebab SARS.
Dimana ia menyerang saluran pernapasan, mirp dengan flu namun jika tidak segera
ditangani bisa berujung pada kematian. .

MERS Co-V lebih cepat menyerang orang yang sakit dari pada orang yang
sehat. Orang-orang yang lebih mudah terinfeksi virus mematikan ini adalah mereka
yang kekebalan tubuhnya rendah seperti, lansia, anak-anak, orang yang sedang
kelelahan, dalam perjalanan dan makan tidak teratur (Andi Gamazi.2015).
DAFTAR PUSTAKA

Gamazi,Andi.2015.Serangan Dahsyat Tahun Ini !!! Bahaya Flu Arab MERS Co-V Cet
1.Jakarta : Penerbit Kencana
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2013. Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Kasus Konfirmasi atau Probable Infeksi Virus Middle East Respiratory Syndrome
Corona Virus (MERS Co-V).Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA NIC NOC . Yogyakarta : Mediaction

Vous aimerez peut-être aussi