Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dari hasil pemeriksaan fisik, semuanya dalam batas normal kecuali tekanan darah,
frekuensi nafas, dan adanya katarak. Menurut penelitian meta-analisis dari Yu et al.,
(2014), ditemukan hubungan signifikan antara hipertensi dan risiko katarak, terutama
katarak subkapsular posterior (PSC). Dari studi yang ada, mekanisme yang mendasari
terjadinya katarak adalah penggunaan obat anti hipertensi seperti beta blocker,
thiazide, dan ACE inhibitor. Selain itu meningkatnya interleukin IL-6 dan TNF alfa
pada hipertensi juga diduga berperan pada kejadian katarak.
Tekanan darah menurut JNC VIII tergolong dalam hipertensi stage 2 sedangkan nadi
dalam batas normal. Namun, jika melihat rekam medis pasien pada tanggal 15 januari
2016 terlihat tekanan darah 190/95 dan frekuensi nadi 76. Dengan kata lain, terdapat
terdapat kenaikan tekanan darah yang dibarengi dengan kenaikan frekuensi nadi.
Tekanan darah diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan resistensi
perifer, sedangkan stroke volume sendiri adalah perkalian denyut jantung dengan
volume sistolik selama satu menit. Denyut jantung secara umum dapat terwakili oleh
frekuensi nadi, oleh karena itu kenaikan tekanan darah pada pasien mungkin juga
berkaitan dengan kenaikan frekuensi nadi.
3. Analisis Prognosis
Hipertensi pada pasien bisa terkontrol dengan baik asal rutin meminum obat dan
kontrol ke puskesmas serta menjalani gaya hidup yang sehat. Sedangkan demam
typhoid yang terjadi pada pasien akan mereda jika rutin meminum obat yang
diberikan dan pasien bisa mengusahakan istirahat yang cukup.
4. Kesimpulan
Nyonya M menderita hipertensi stage 2 dengan gejala demam typhoid.
Yu, Xiaoning et al. 2014. Hypertension and Risk of Cataract: A Meta analysis. Plos
One, 9 (12), 1-17.