Vous êtes sur la page 1sur 2

Abortus Imminens – Penyebab, Penanganan dan Pencegahan

Abortus imminens merupakan salah satu gangguan kehamilan yang ditandai dengan terjadinya pendarahan
kecil ketika kehamilan belum berumur 20 minggu. Keadaan ini berlangsung ketika hasil konsepsi masih di
dalam rahim dan tidak terjadi pelebaran leher rahim. Dengan kata lain, flek bercak darah muncul ketika janin
masih berada di dalam rahim. Gangguan ini biasanya dibarengi dengan nyeri di daerah perut meskipun ada
banyak pasien yang tidak mengalami nyeri serupa. Selain itu dalam banyak kasus, gangguan ini terjadi
berbarengan dengan kontraksi otot rahim.

Gangguan ini sekadar menunjukan ancaman bagi sebuah kehamilan, artinya proses kehamilan masih bisa
dipertahankan dan dilanjutkan dalam keadaan-keadaan tertentu. Karena itu, menjadi penting untuk
mengetahui penyebab dari abortus imminens sehingga nantinya dapat diputuskan apakah kehamilan masih
akan dipertahankan atau tidak

Tanda dan Gejala

1. Perdarahan, biasanya sedikit (bercak) pada usia kehamilan <20 minggu


2. Nyeri perut (mulas)
3. Terjadi kontraksi ototrahim atau tidak sama sekali
4. Pada pemeriksaan dalam belum terdapat pembukaan (jalan lahir atau mulut Rahim masih tertutup)
5. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
6. Besarnya Rahim sesuai dengan usia kehamilan

Penyebab

Abortus imminens adalah gangguan kehamilan yang kerap datang ketika usia kehamilan baru mencapai 20
minggu ditandai dengan bercak darah dan keadaan janin yang tetap hidup. Gangguan ini dapat dihindari
diantaranya dengan mengetahui penyebab serta rajin berkonsultasi pada dokter.

Beberapa penyebab abortus imminens adalah sebagai berikut :

 Kelainan kromosom. Faktor ini dianggap sebagai penyebab paling tinggi terjadinya abortus imminens
 Faktor hormonal
 Kelainan bentuk rahim
 Penyakit ibu dan faktor endomentrim, yakni ketidaksiapan menerima hasil konsepsi karena kurangnya asupan
gizi ibu hamil yang dikonsumsi atau jarak kehamilan yang terlalu rapat
 Penyakit bapak
 Kekebalan tubuh yang rendah
 Pengaruh dari luar semisal virus, obat-obatan, radiasi dan lain sebagainya
 Trauma
 Kelainan pada plasenta
 Uterus yang terlalu cepat regang semisal pada kehamilan ganda dan mola.

Jika penyebab gangguan ini tergolong parah dan tidak bisa diatasi serta dapat mengancam keselamatan jiwa
sang ibu serta si jabang bayi, maka kehamilan tidak akan dilanjutkan. Sementara itu jika dipertahankan, selain
adanya berbagai treatment yang harus dilakukan, ada pula beberapa resiko yang mungkin terjadi, di antaranya
adalah kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir yang rendah, pendarahan antepartum, ketuban
pecah dini hingga keguguran atau kematian janin.

Karena itu, jika setelah abortus imminens ini kehamilan masih dilanjutkan, pemeriksaan rutin, istirahat yang
cukup serta makanan bernutrisi tinggi menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi.

Selain itu, dukungan moral dari keluarga dan orang-orang terdekat juga begitu dibutuhkan mengingat
gangguan ini biasanya menyebabkan beban emosional yang tidak ringan. Resiko yang mungkin terjadi serta
berbagai treatment yang harus dijalani tentu menguras energi fisik dan psikis ibu hamil sehingga
pendampingan psikologis juga begitu dibutuhkan.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan

1. Tes Kehamilan: positif bila janin masih hidup


2. Pemeriksaan dalam: mulut Rahim masih tertutup
3. Pemeriksaan denyut jantung janin dan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
4. Pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya anemia akibat perdarahan

Penanganan

Ketika gejala abortus imminens terjadi, sedikitnya ada 2 hal yang harus dilakukan sesegera mungkin. Yang
pertama adalah memastikan penyebab dengan melakukan pemeriksaan dengan manfaat USG kehamilan atau
tes laboratorium yang lebih lebih lengkap. Berikut ini penanganan untuk abortus imminens :

 Cara Pertama

Jika penyebab gangguan ini diketahui masih dalam skala ringan dan bisa ditangani, maka kehamilan dapat
dipertahankan dan si ibu hamil diharuskan melakukan bedrest total. Untuk keperluan tersebut, ibu hamil
disarankan menjalani rawat inap sedikitnya 2-3 hari. Selain itu, hubungan intim saat hamil sangat tidak
dianjurkan (abstitensia) dan ibu hamil diharapkan melakukan mobilisasi bertahap mulai dari duduk, berdiri
kemudian berjalan setelah diyakini tidak akan ada pendarahan dalam 24 jam ke depan.

 Cara Kedua

Adapun langkah kedua adalah mengkonsumsi obat penguat rahim yang memiliki kandungan progesteron
berjenis preparat hormonal. Kandungan ini berperan penting dalam implantasi, khususnya dalam menyiapkan
uterus, serta menjaga dan mempertahankan kehamilan. Fungsinya dianggap mampu menyokong relaksasi
uterus karena dapat mengurangi konstraksi uterus lebih cepat dari bedrest atau yang dalam bahasa
kedokteran umumnya disebut tirah baring. Namun, sekali lagi, berfungsi tidaknya obat tersebut tergantung
pada sebab yang mendasari terjadinya abortus imminens.

Cara kedua ini sebenarnya baru bisa dilakukan setelah melakukan pemeriksaan. Hal ini diakarenakan sebagian
besar ahli kandungan menyepakati bahwa pemberian obat ini hanya dilakukan dalam keadaan-keadaan
khusus. Satu di antaranya adalah ketika sudah dipastikan bahwa tubuh ibu hamil kekurangan hormon
progesteron. Jika keadaan ini sudah benar-benar pasti, pemberian obat yang mengandung progesteron
barulah dianjurkan.

Pencegahan
Setelah mengetahui berbagai penyebab dari gangguan ini, abortus imminens sebenarnya bisa dihindari dengan
sedini mungkin melakukan langkah-langkah pencegahan. Vitamin, diduga mengonsumsi vitamin sebelum atau
selama awal kehamilan dapat mengurangi risiko keguguran.
Antenatal care (ANC), disebut juga prenatal care, merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang
bertujuan untuk mencegah atau mengidentifikasi dan mengobati kondisi yang mengancam kesehatan
fetus/bayi baru lahir dan/atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dan kelahiran sebagai
pengalaman yang menyenangkan. Penelitian observasional menunjukkan bahwa ANC mencegah masalah
kesehatan pada ibu dan bayi. Perdarahan pada kehamilan disebabkan oleh banyak faktor yang dapat
didentifikasi dari riwayat kehamilan terdahulu melalui konseling dan anamnesis. Ibu hamil yang tidak
melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kelahiran prematur.

Vous aimerez peut-être aussi