Vous êtes sur la page 1sur 2

Angina Pektoris Stabil

Definisi

Angina adalah nyeri dada yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke jantung. Nyeri pada
umumnya terjadi perlahan-lahan dan bertambah buruk setiap menitnya sebelum pada
akhirnya menghilang. Angina pektoris stabil adalah angina yang terjadi di kala aktivitas dan
membaik dengan obat-obatan atau istirahat. Episode gejala klinis yang terjadi tergantung dari
iskemia miokardium akut. Laki-laki yang mengalami gejala ini berkisar 70% dari semua
pasien dengan angina pektoris dan bahkan lebih besar pada mereka dengan usia < 50 tahun.

Gejala dan tanda

Tipikal pasien dengan angina adalah laki-laki berusia > 50 tahun atau wanita dengan usia >
60 tahun yang mengeluhkan nyeri dada yang digambarkan seperti tertimpa benda berat,
ditekan, atau diremas. Nyeri berlangsung 2-5 menit, crescendo-decrescendo, dan dapat
menjalar ke bahu kiri dan kedua lengan terutama pada permukaan tangan dan lengan bawah.
Nyeri juga dapat menembus ke punggung, regio interskapula, dasar dari leher, rahang, gigi,
dan ulu hati. Angina jarang terlokalisasi di bawah umbilikus (pusar) atau di atas mandibula
(rahang bawah). Episode angina umumnya dipicu oleh latihan (olahraga, aktivitas fisik,
aktivitas seksual), emosi (stres, marah, ketakutan, frustrasi), dan menghilang dengan istirahat
atau kombinasi dari istirahat dan nitrogliserin sublingual.

Gambar 1. Nyeri Dada


Ambang batas untuk terjadinya angina bervariasi pada setiap individu. Terkadang nyeri hanya
disebabkan oleh aktivitas fisik, contohnya berlari selama 15 menit, pada seseorang, terkadang
nyeri bertambah hebat baik intensitas maupun durasinya pada aktivitas fisik yang sama.
Bagaimanapun juga angina pektoris dapat bergejala pada nyeri dada atipikal dan lokasinya
tidak selalu berkaitan dengan faktor pencetus. Gejala tersebut dapat timbul dan hilang dalam
hitungan hari, minggu, atau bulan. Gejala sesak napas, mudah lelah, dan pingsan adalah
gejala angina yang umum ditemukan pada orang lanjut usia dan penderita diabetes melitus.

Pasien dengan gejala angina sebaiknya dibedakan dengan mereka yang mengalami penyakit
perifer arteri, stroke, atau Transient Ishemic Attack (TIA). Faktor risiko angina adalah riwayat
keluarga dengan panyakit jantung iskemik ( < 45 tahun pada pria dan < 55 tahun pada
wanita), terdapat penyakit penyerta seperti diabetes melitus, hiperlipidemia, hipertensi,
riwayat merokok. Pada pasien dengan nyeri dada atipikal (tidak khas), keberadaaan usia
lanjut, jenis kelamin pria, wanita postmenopause, dan faktor risiko aterosklerosis
meningkatkan kemungkinan penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium baik darah maupun air seni dapat membantu mengarahkan
diagnosis penyakit jantung iskemik. Pemeriksaan roentgen dada, elektrokardiogram atau
EKG (alat rekam listrik jantung), ekokardiografi atau radionuklida angiografi, serta
arteriografi koroner dapat digunakan sesuai indikasi untuk membantu menentukan penyakit
ini. Tes stres seperti treadmil dapat memberikan gambaran kelainan EKG pada pasien dengan
gejala angina.

Terapi

Penatalaksanaan masing-masing individu disesuaikan dengan tujuan akhir terapi, kontrol


gejala, dan pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi seperti infark miokardium
(kematian sel-sel jantung) dan kematian. Terapi medikamentosa yang sering digunakan
adalah obat golongan nitrat, ß-blocker, antagonis kalsium, dan antiplatelet seperti aspirin.
Selain terapi obat-obatan, terdapat juga terapi revaskularisasi yaitu terapi intervensi
berupa Percutaneus Coronary Intervention (PCI) dan Coronary Artery Bypass
Grafting (CABG). Terapi intervensi umumnya digunakan pada angina yang tidak
memberikan hasil adekuat dengan pengobatan medikamentosa. Terapi intervensi ini dapat
memberikan hasil yang lebih baik.

Vous aimerez peut-être aussi