Vous êtes sur la page 1sur 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG


GATOT KACA RS. JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

OLEH:

SARTIKA

3217101

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGU ILMU KESEHATAN

JENDRAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2017
A. Definisi
Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang
sebagai kebiasaannya. Kekerasan yaitu sering juga disebut gaduh-gaduh atau amuk.
Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan,
memberi kata-kata ancaman-ancaman,melukai disertai melukai pada tingkat ringan,
dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Perilaku kekerasan
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan
individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk,
2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan
secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis
(emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya
sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan
gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk,
2008). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain,
disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati dan
hartono, 2010). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan( stuart dan sundeen,1995). Perilaku kekerasan atau
agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain
secara fisik maupun psikologis (berkowitz dalam harnawati,1993)
Suatu keadaan dimanan individu mengalami perilaku yang dapat melukai
secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain(Towsend,1998). Perilaku
kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik
(Ketner, dkk,1995).
Jadi, Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang
tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat
membayangkan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak lingkungan.
B. Rentang Respon

Respon adaftif respon maladaftif

Aseratif Frustasi Fasif Agresif Kekerasan

Keterangan:

1. Aserif
Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memebrikan ketenangan.
2. Frustasi
Individu gagal mencapai tujun kepuasan saat marah dan tidk dapat menemukan
alternatif.
3. Pasif
Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah, terhadap dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol.
5. Kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control.

Fasif Asertif Agresif


Isi pembicaraan Negative dan Positif dan Menyombongkan
merendahkan diri, merawatkan diri, merendahkan
contohnya diri,contohnya orang lain,
perkataan:”dapatkah perkataan:”saya contohnya “kamu
saya?” dapat..” saya selalu..” kamu
“dapatkah kamu?” akan…” tidak pernah..”
Tekanan suara Cepat lambat, Sedang Keras dan ngotot
mengeluh
Posisi badan Menundukkan Tegap dan santai Kaku condong
kepala kedepan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap acuh jarak yang akan menyerang
atau nyaman orang lain
mengembalikan
Penampilan Loyo,tidak dapat Sikap tenang Mengancam,posisi
tenang menyerang
Konta mata Sedikit atau sama Mempertahankan Mata melotot dan
sekali tidak kontak mata dipertahankan
sesuai hubungan

C. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor
predisposisi, artinya mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami
oleh individu :
a. Psikologis : Teori psikonatik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembang dan membuat
konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
dan prestiseyang dapat menigkatkan citra diri serta memberikan arti dalam
kehidupanya. Kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan di tolak, di hina, di aniyaya atau saksi
penganiayaan.
 Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
 Sosial budaya : Respon terhadap peningkatan emosionlanya secara agresif
sesuai dengan respon yang dipelajari. Factor ini dapat dipelajari melalui
observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka
semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi
perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendifinisikan ekspresi
marah dapat diterima dan tidak dapat diterima. Kontrol masyarakat ysng
rendah dan cenderung menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian
masalah dalam predisposisi terjadi perilaku kekerasan. budaya tertutup dan
membalas secara alam (positif agresif) dan control social yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)
 Bioneurologis : Adanya pemberian stimulus elektrik ringan pada hipotalamus
(system limbik) menimbulkan perilaku agresif, jika terjadi kerusakan fungsi
limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran ralsional),
lobus tempor (interprestasi indra pencium dan memori) akanmenimbulkan
mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada
disekitarnya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan
perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:
(1) Pengaruh neurofisiologik
(2) Pengaruh biokimia
(3) Pengaruh genetik
Gangguan otak banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

D. Faktor Presipitasi
Secara umum seorang akan marah juka dirinya merasa ternacam, baik berupa
injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor pencetus
kekerasan adalah sebagai berikut:
1. Klien: kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan kehidupan yang penuh
dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenagkan
2. Interaksi: penghinaan, kekerasan,kehilangan orang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien dan sendiri maupun eksternal
dari lingkungan.
3. Lingkungan:panas, padat, dan bising
Menurut shives (1998) dalam fitria, hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku
kekerasan atau penganiyaan antara lain sebagai berikut:
a. Kesulitan kondisi social ekonomi
b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan
c. Ketidaksiapan seorang ibu untuk anaknya dan ketidakmampuan dalam
menempatkan diri sebagai orang dewasa
d. Riwayat anti social seperti penyalahgunaan obat dan alcohol serta tidak
mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi
e. Kematian anggota keluar yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan keluarga.

E. Pohon Masalah

GPS: Halusinasi
Perilaku kekerasan

Isolasi social:menarik
Regimen terpiutik Harga diri rendah
F. diri
inefektif kronis
G.

Koping keluarga tidak Berduka disfungsional


efektif

Gambar 1 pohon masalah perilaku kekerasan (fitria, 2009)

H. Manifestasi Klinis
1. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.
Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang perilaku
yang berkaitan dengan marah antara lain :
2. Menyerang atau menghindar (flight or fight)
Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar,
mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik usus menurun, pengeluaran urine dan
saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot,
seperti rahang terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek
yang cepat.
3. Menyatakan dengan jelas (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya
yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah disamping dapat dipelajari juga akan
mengembangkan pertumbuhan diri pasien.
4. Memberontak (acting out)
Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk
menarik perhatian orang lain.
5. Amuk atau kekerasan (violence)
Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
6. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, seta postur tubuh kaku.
7. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar dan ketus.
8. Perilaku
Meyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan dan
amuk/agresif.
9. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman,merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
10. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
11. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan
kreativitas terhambat.
12. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sendirian.
13. Perhatian
Bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

I. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya
Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila
tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine
estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti
psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai
efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
 Anti Psikoltik Atipikal
 Klozapin (Clozaril) 50 mg
 Rispiridon (risperdal) 1-2 mg
 Olanzapin (zyprexa) 2-3 mg
 Quentiapin (seroquel) 50-100 mg
 Ziprasidon (geodon)
 Anti Psikotik Tipikal
Fenotiazine
 Klorpomazine (Thorazine)100 mg
 Tioridazine (Mellaril) 100 mg
 Mesoridazine (Serentil) 50 mg
 Perfenazine (Trilafon) 10 mg
 Trifluoperazine (Stelazine) 5 mg
 Flufenazine (Prolixin) 2 mg
 Flufenazine Dekanoat (Prolixin Decanoat) 12,5-50 mg

Tioksanten

 Tiotiksen (navane) 5 mg

Butirefenon

 Haloperidol (Hadol) 2 mg
 Haloperidol Dekanoat (Hadol Dekanoate) 50-500 mg

Dibenzoksazepin

 Loksapin (Loxinate) 15 mg

Dibidroindolon

 Molindon (Moban) 10 mg

Difenibutilpiperidin

 Pimozid (Orap) 2 mg

2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak
harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran,
main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan
kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan
uityu bagi dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh
petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan
program kegiatannya.
3. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar
dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber
yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi
masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer),
menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan
perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat
kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna
Keliat,1992).
4. Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi yang
diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku
yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan yang
ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien
5. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada
awalnya untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).

J. Asuhan Keperawatan
1. Data yang perlu dikaji
- Masalah keperawatan: Perilaku Kekerasan
- Data yang perlu dikaji
 Subyektif
 Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
 Klien mengatakan dendam dan jengkel
 Klien mengatakan ingin berkelahi
 Klien menyalahkan dan menuntut
 Klien meremehkan
 Obyektif
 Mata melotot
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah dan tegang
 Postur tubuh kaku
 Suara keras
Faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain
adalah sebagai berikut:

a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka
merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan
kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi
yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati,
menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat
perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana
informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa
sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.
Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain,
menolak mengikuti aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan
kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
2. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
a. Perilaku kekerasan / amuk
b. Gangguan konsep diri: HDR
c. Resiko Prilaku Kekerasan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3. Intervensi Keperawatan

NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSI


TUJUAN KRITERIA EVALUASI
1. Perilaku kekerasan TUM: Setelah dilakukan ...x20 menit  Beri salam / panggil nama pasien.
- Pasien dapat interaksi diharapkan klien  Sebut nama perawat sambil Salaman
melanjutkan menunjukkan tanda-tanda  Jelaskan maksud hubungan Interaksi
hubungan peran  Beri rasa nyaman dan sikap Empatis
sesuai tanggung a. Pasien mau membalas salam.
 Lakukan kontrak singkat tapi sering
jawab. b. Pasien mau jabatan
TUK: c. Pasien menyebutkan Nama
1. PPasien dapat Membina d. Pasien tersenyum
Hubungan saling percaya e. Pasien ada kontak Mata
f. Pasien tahu nama Perawat
Pasien menyediakan waktu untuk
kontrak
TUK: a. Pasien dapat Mengungkapkan  Beri kesempatan untuk Mengungkapkan
2. PPasien dapat perasaannya. perasaannya.
mengidentifikasi penyebab b. Pasien dapat menyebutkan perasaan  Bantu pasien untuk mengungkapkan marah atau
marah / amuk marah / jengkel jengkel.
TUK: a. Pasien dapat mengungkapkan  Anjurkan pasien
3. PPasien dapat perasaan saat marah /jengkel. mengungkapkan perasaan
mengidentifikasi tanda marah b. Pasien dapat menyimpulkan tanda- saat marah /jengkel.
tanda jengkel / kesal  Observasi tanda perilaku
kekerasan pada pasien

TUK: a. Pasien mengungkapkan marah yang  Anjurkan pasien mengungkapkan marah yang
4. PPasien dapat mengungkapkan biasa dilakukan biasa dilakukan
perilaku marah yang sering b. Pasien dapat bermain peran dengan  Bantu pasien bermain peran sesuai perilaku
dilakukan perilaku marah yang dilakukan kekerasan yang biasa dilakukan.
c. Pasien dapat mengetahui cara marah Bicarakan dengan pasien apa dengan cara itu
yang dilakukan menyelesaikan bisa menyelesaikan masalah
masalah atau tidak
TUK:  Bicarakan akibat / kerugian cara yang dilakukan
5. PPasien dapat mengidentifikasia. Pasien dapat menjelaskan akibat dari  Bersama pasien menyimpulkan cara yang
akibat perilaku Kekerasan cara yang digunakan digunkana pasien.
Tanyakan pasien apakah mau tahu cara marah
yang sehat
TUK: a. Pasien dapat  Tanyakan pada pasien apakah pasien mau tahu
6. PPasien mengidentifikasi cara melakukan berespon terhadap cara baru yang sehat
construksi dalam berespon kemarahan secara konstruktif.  Beri pujian jika pasien engetahui cara lain yang
terhadap perilaku kekerasan ehat
 Diskusikan cara marah yang sehat dengan
pasien.
a) Pukul bantal untuk melampiaskan marah
b) Tarik nafas dalam
c) Mengatakan pada teman saat ingin marah
Anjurkan pasien sholat atau berdoa
TUK: a. Pasien dapat  Pasien dapat memilih cara yang paling tepat.
7. Pasien dapat mendemonstrasikan  Pasien dapat mengidentifikasi manfaat yang
mendemonstrasikan cara cara mengontrol terpilih
mengontrol marah perilaku kekerasan  Bantu pasien menstimulasi cara tersebut.
a) Tarik nafas dalam  Beri reinforcement positif atas keberhasilan.
b) Mengatakan Anjurkan pasien menggunakan cara yang telah
secara langsung dipelajari.
tanpa menyakiti
c) Dengan
sholat/berdoa
2. RPK (Resiko TUK: a. Keluarga pasien dapat :  Identifikasi kemampuan keluarga merawat
Perilaku 8. PPasien dapat dukungan  Menyebutkan cara merawat pasien pasien dari sikap apa yang telah dilakukan
Kekerasan) keluarga mengontrol marah dengan perilaku kekerasan.  Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat
 Mengungkapkan rasa puas dalam pasien.
merawat pasien  Jelaskan cara-cara merawat pasien.
 Bantu keluarga mendemonstrasikan cara
merawat pasien.
 Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan demonstrasi.
TUK: a. Pasien dapat menggunakan obat-obat Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum pasien
9. PPasien dapat menggunakan yang diminum dengan kegunaannya. dan oeluarga.
obat dengan benar b. Pasien dapat minum obat sesuai .1 Diskusikan manfaat minum obat.
program pengobatan .2 Jelaskan prinsip 5 benar minum obat
.3 Anjurkan pasien minum obat tepat waktu
TUK:  Jelaskan peran serta lingkungan terhadap
10. PPasien dapat dukungan dari a. Lingkungan kondisi pasien
lingkungan untuk mengontrolmengetahui  Beri penjelasan bagaimana cara menyikapi
marah bagaimana cara pasien dengan perilaku kekerasan
menyikapi pasien  Diskusikan cara -cara yang dilakukan untuk
dengan perilaku menyikapi pasien dengan perilaku kekerasan
kekerasan.

3. Harga Diri Rendah TUM: a. Ekspresi Wajah bersahabat ,  Bina hubungan saling percaya dengan
(HDR) Pasien dapat mengontrol menunjukkan rasa scaang, ada kontak mengungkapkan prinsip komunikasi tcrapeutik
perilaku kekerasan pada saat mata, mau berjabat tangan, mau Sapa pasien dengan ramah laik verbal maupun
berhubungan dengan orang lain menyebutkan nama, mau menjawab non verbal
TUK : salam, klien mau duduk berdampingan a. Perkenalkan diri dengan sopan
1. PPasien dapat membina dengan perawat, mau mengutarakan b.Tanyakan nama iengkap pasien dan nama
hubungan saling percaya masalah yang dihadapi panggilan disukai pasien
c. Jelaskan tujuan pertemuan
d. Jujur dan menepati janji
e. Tunjukkan siknp empati dan menerima pasien
apa adanya
f. Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
TUK : a.  Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
Daftar kemampuan yang dimiliki
2. pasien di rumah sakit, rumah, sekolah dimiliki buat daftarnya
Pasien dapat mengidentifikasi dan tempat kerja  Setiap bertemu pasien dihindarknn dari metnberi
kemampuan dan aspek positifb. Daftar positif keluarga pasien penilni; negatif
yang dimilik c. Daftar positif lingkungan pasien Utamakan memberi pujian yang realistic pada
kemampuan dan aspek positif pasien
TUK a. Pasien menilai kemampuan yang  Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
3. digunakan masih dapat digunakan selama sakit
Pasien dapat menilai b. Pasien memiliki kemampuan yang  Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
kemampuan yang digunakan dapat digunakan di rumah pengguna di rumah sakit
Berikan pujian
TUK : a. Pasien menilai kemampuan yang akan Meminta pasien untuk:memilih satu kcgiatan
4. . dilatih yang mau dilakukan di rumah sakit
Pasien dapat menetapkan dan b. Pasien mencoba Susunan jadwal  Bantu pasien melakukannya jika perlu beri
merencanakan kegiatan sesuai harian contoh
dengan kemampuan yang  Beri pujian atas keberhasilan pasien.
dimiliki  Diskusi kaji jadwal kegiatan harian atas kegiatan
yang telah dilatih
Catatan : Ulangi untuk kemampuan lain sampai
semua selesai
TUK: a. Pasien melakukan kegiatan yang telah Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba
5. PPasien dapat melakukan di latih (mandiri, dengan bantuan atau kcgiatan yang telah direncanakan
kegiatan sesuai kondisi sakit tergantung)  Beri pujian atas keberhasian pasien
dari kemampuannya b. Pasien marnpu melakukan beberapa Diskusikan kemungkinan penaksiiran di rumah
kegiatan secara mandiri
TUK : a. Keluarga memberi dakungan dan Beri pendidikan kcschatan pada keluarga
6. pujian tentang cara merawat pasien dengan harga diri
Pasien dapat memanfatkan b. Keluarga memahami jadwal kegiatan rcndah
system pendukung yang ada harian pasien  Bantu keluarga memberikan dukungnn selama
pasien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah
 Jelaskan cara pelaksmann jadwal kegiatan
pasien di rumah
Anjurkan memberi pujian pada pasien setiap
berhasil
DAFTAR PUSTAKA

Santrock (1999), Psychology The Sciences of Mind and behavior, University of dallas, Brown
Publiser.

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan keperawatan Jiwa. Semarang:RSUD Dr. Amino
Gondoutomo.

Direja, Ade, H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Stuart, Gail, W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Kusumawarti, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:Salemba medika.

www. Google. library.usu.ac.id

Vous aimerez peut-être aussi