Vous êtes sur la page 1sur 10

1. Berapa jarak ideal tiap kehamilan? dan bagaimana dampaknya?

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga berencana (BKKBN)
jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, kerena jarak kelahiran yang pendek
akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah
melahirkan sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan
kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat ditekan apabila
jarak minimal antara kelahiran 2 tahun.

A. Keuntungan bagi ibu adalah:


 1,3 kali lebih mungkin terhindar dari anemia
 1,7 kali lebih mungkin terhindar dari perdarahan selama trimester III
 2,5 kali lebih mungkin terhindar dari kematian saat melahirkan

B. Keuntungan bagi anak:


 1,5 kali memiliki kelangsungan hidup lebih lama selama minggu pertama kehidupan
 2,2 kali memiliki kelangsungan hidup lebih lama selama 28 hari pertama kehidupan
 2,3 kali memiliki kelangsungan hidup lebih lama selama setahun pertama kehidupan
 2,4 kali memiliki kelangsungan hidup lebih lama selama masa balita
 Mendapat ASI cukup

C. Namun pada kenyataannya Ny.Siti memiliki jarak kelahiran-kehamilan pendek (2


tahun), yang memiliki dampak negatif seperti :
 Maternal depletion syndrome. yakni terjadinya pengikisan nutrisi ibu oleh janin karena
ibu tidak memiliki waktu cukup untuk mengembalikan cadangan makanan
 Keletihan fisik ibu dalam kehamilan ditambah dengan harus merawat dan mengasuh
bayi sendiri.
 Stress psikis ibu, yang juga dapat berdampak pada janin berupa kemungkinan BBLR
 Kelahiran premature
 Penyusutan air susu ibu.

2. Bagaimana hubungan riwayat abortus dengan kehamilan selanjutnya?


Ada beberapa faktor risiko pada kehamilan selanjutnya pada ibu hamil dengan riwayat
abortus :
 Perdarahan pada periode awal kehamilan
 Kelahiran sebelum waktunya, atau premature
 Bayi yang lahir dengan berat dibawah normal.

3. Apakah ada pemeriksaan fisik yang dapat menunjang penegakan diagnosis?


 Anemia defisiensi besi : disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku
sendok (koinlonychia).
 Anemia megaloblastik : glositis, gangguan neurologic pada defisiensi vitamin B12
 Anemia hemolitik : ikterus, splenomegali dan hepatomegali
 Anemia aplastik : pendarahan dan tanda-tanda infeksi

4. Bagaimana mekanisme abnormalitas dari pemeriksaan kandungan?


 Pemeriksaan Eksternal
 FHR : 140x/m (Normal : 120 to 160 beats per minute)

A. Pemeriksaan Leopold I

Untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian janin apa yang
terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).
Hasil:
 Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar dan
melenting (seperti mudah digerakkan).
 Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak, kurang
bundar, dan kurang melenting.
 Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada Fundus teraba kosong.

B. Pemeriksaan Leopold 2

Untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak lintang
tentukan di mana kepala janin.
Hasil:

 Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan
 Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan
menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.

C. Pemeriksaan Leopold 3

Untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di bagian bawah perut
ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP).

Hasil:

 Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan
kurang simetris adalah bokong
 Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah digoyang,
sudah tidak bias (seperti ada tahanan).

D. Pemeriksaan Leopold IV
Untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu,
serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul.

 Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen) berarti bagian terendah janin
belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa membentuk
jarak atau tidak bertemu (divergen) mka bagian terendah janin sudah memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP)
 Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari masih meraba kepala, kepala belum
masuk PAP), 1/5 (teraba kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala yang sudah masuk 4 bagian),
dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala sudah masuk PAP).
 Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis
 Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat
 Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat
 Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat
 Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat
 Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat
 Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah Prosesus Xipoideus
 Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara dengan pasien untuk
membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).

 Pemeriksaan Laboratorium

Konsentrasi Trimester 3 Kasus Keterangan


(n=32)
Hemoglobin (g/dl) 11,0 ± 0,9 8,6 Menurun
Anemia ringan
 Kadar Hb 10-9 gram:
anemia ringan.
 Kadar Hb 8-9 gram:
anemia sedang.
Kadar Hb kurang dari 7
gram: anemia berat.

MCV (m3) 80-94 70 Menurun


Eritrosit mikrositik;
terdapat pada pasien
anemia defisiensi besi,
keganasan, arthritis
rematoid, talasemia,
anemia sel sabit, HBC,
keracunan timah dan
radiasi
*Pada kasus ini
kemungkinan suplai besi
untuk komponen darah
terganggu menyebabkan
hb yang terbentuk kecil
dari normal(mikrositik),
MCH 27-31 23 Menurun (Hipokrom)
MCHC 32-37 29 Menurun (Hipokrom)
Peripheral blood smear Normokromik Anemia sel darah merah yang
normositik hipokromik berukuran di bawah normal
mikrositik serta tampak pucat.
WBC 6000-17000 9600/mm Normal
sel/mm3
Ht 30-46% 25,8% dapat ditemukan pada
anemia, sirosis hati, gagal
jantung, perlemakan hati,
hemolisis, pneumonia, dan
overhidrasi

 Penurunan Hematokrit
Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia kehamilan atau hemodilusi,
yang menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit ( 20-30%).
 Peningkatan TIBC, Penurunan SI, Penurunan Feritin
Ketika status gizi ibu kurang, jumlah reseptor tranferin plasenta meningkat sehingga zat
besi lebih banyak diambil oleh plasenta dan di transportasi untuk janin.
 Penurunan Hb
Eritropoesis di sumsum tulang kekurangan Fe-heme sehingga pembentukan haemoglobin
terganggu.

5. WD
Ny. Siti (34 tahun), ibu hamil dengan usia kandungan 32 minggu ,dengan keluhan malaise
dan pusing mengalami anemia dalam kehamilan(anemia defesiensi besi) akibat kurangnya asupan
nutrisi.

6. Patogenesis dan patofisiologi

Faktor-faktor yang berperan pada terjadinya defisiensi besi :


(1) Kebutuhan yang meningkat
(2) Kurangnya besi yang diserap.
(3) Infeksi Parasit
(4) Kepatuhan minum Obat Fe
Wanita hamil memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
serta membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Total jumlah zat besi yang dibutuhkan
selama kehamilan sekitar 1000 mg. Kebutuhan tambahan zat besi sampai usia kehamilan 40
minggu dan selama 25 minggu masa menyusui (tanpa menstruasi) adalah 400 mg. Para ahli
menetapkan kebutuhan zat besi tambahan selama masa kehamilan adalah 3,3 mg/hari dengan
memperhitungkan bahwa proses absorbsi zat besi baru terjadi saat usia 24 minggu kehamilan.

Tabel: Jumlah Total Kebutuhan Zat Besi Selama

Kehamilan hingga Melahirkan

Kebutuhan Total
individual (mg)
1) Selama kehamilan:
- Janin 300
- Plasenta 50
- Peningkatan massa sel darah merah 450
- Kehilangan basal 240 1040

2) Volume darah ibu selama kehamilan 250 1290

3) Volume darah ibu yang hilang saat 450 1740


melahirkan

Metabolisme zat besi diatur pada level seluler maupun organisme. Metabolisme zat
besi selama kehamilan penting untuk menjaga kadar zat besi pada janin dan ibu.
Keseimbangan kadar zat besi merupakan hal yang penting, sebab defisiensi zat besi pada
masa neonatal dan early postnatal dapat menyebabkan gangguan fungsi otak dan
kerusakan neurologis lainnya pada janin12. Perolehan zat besi pada janin terjadi pada
trimester tiga, sesuai dengan waktu puncak efisiensi penyerapan zat besi ibu.

Proses penyaluran zat besi dari ibu ke janin diatur dengan melibatkan proses
penyerapan zat besi dari sirkulasi ibu. Zat besi dari ibu berpindah melewati plasenta dan
seterusnya hingga masuk ke dalam sirkulasi janin. Selama perkembangan kehamilan,
jumlah zat besi yang tersalurkan dari ibu ke janin meningkat. Sel sinsitiotropoblas dari
plasenta merupakan pembatas antara ibu dan janin. Bagian permukaan apikal sel
sinsitiotropoblas berdekatan ke sirkulasi ibu dan bagian permukaan basolateral berbatasan
dengan sirkulasi janin.

Plasenta berfungsi sebagai alat tranportasi zat besi dari ibu ke janin. Transfer zat
besi dari ibu ke janin didukung oleh peningkatan substansial dalam penyerapan zat besi ibu
selama kehamilan dan hal ini diatur oleh plasenta. Serum feritin meningkat pada usia
kehamilan 12-25 minggu. Serum transferin membawa zat besi dari sirkulasi ibu untuk
transferin reseptor yang terletak pada permukaan apikal sinsitiotrofoblas plasenta. Zat besi
akan dilepaskan dan apotransferin dikembalikan ke sirkulasi ibu. Zat besi kemudian bebas
mengikat feritin dalam sel-sel plasenta dan keluar sebagai holotransferin ke dalam sirkulasi
janin.. Ketika status gizi ibu kurang, jumlah reseptor tranferin plasenta meningkat sehingga
zat besi lebih banyak diambil oleh plasenta dan di transportasi untuk janin.

7. Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan
anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi
lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus,
dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan post partum, dan
infeksi.

Vous aimerez peut-être aussi