Vous êtes sur la page 1sur 6

Departemen Anak

Hasil Analisis Jurnal

PENGARUH BERMAIN SOLITARY PLAY TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN


ANAK USIA 2-3 TAHUN DENGAN FEBRIS DHF DI BANGSAL TERATAI
RUMAH SAKIT DR. OEN SURAKARTA

Disusun Oleh :

Kelompok X

NURRAHMAYANI, S.Kep NIM : 70900116037


NURWAHYU, S.Kep NIM : 70900116038
SILVIANITA AMIR, S.Kep NIM : 70900116039
NURHIKMAH, S.Kep NIM : 70900116040

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2017

Profesi Ners Ang. XI UIN Alauddin Makassar 2017


Kelompok X
Departemen Anak

ANALISIS JURNAL

1. Judul jurnal :
Pengaruh Bermain Solitary Play Terhadap Proses Penyembuhan Anak Usia 2-3
Tahun Dengan Febris DHF Di Bangsal Teratai Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta
2. Kata Kunci : terapi bermain, proses penyembuhan
3. Penulis : Rahayu Setyaningsih, Endang Dwi Ningsih
4. Telaah Step 1 (Fokus penelitian jelas)
Problems Penyakit demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh
pelosok Indonesia, kecuali ditempattempat ketinggian lebih dari
1.000 meter di atas permukaan air laut. Data di bagian anak RSCM
menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek,
muntah, mual, maupun diare (Kristina, 2007)
Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita
DBD setiap tahunnya. Sementara itu, tahun 2009, World Health
Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara
dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.
Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DHF
di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487
orang penderita DBF dengan jumlah kematian 108 orang.
Golongan terbanyak yang mengalami DBD di Indonesia pada usia
5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai
33,25%.
Bermain merupakan aktivitas yang dapat dilakukan anak
sebagai upaya stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dan
bermain pada anak dirumah sakit dapat menjadi media bagi anak
untuk mengekspresikan perasaan relaksasi dan distraksi perasaan
yang tidak nyaman (Supartini, 2004).
Dari hasil observasi dan wawancara terhadap perawat yang
bertugas di Bangsal Teratai RS dr. Oen Surakarta sejumlah 35
anak terdapat kurang lebih 75% anak cenderung sulit diberikan
terapi oleh tim medis karena sakit yang dirasakannya. Anak pada
usia toddler (1 tahun sampai 3 tahun) bermain sendiri (solitary

Profesi Ners Ang. XI UIN Alauddin Makassar 2017


Kelompok X
Departemen Anak

play) dengan alat permainan yang dimilikinya meski tampak


dalam kelompok, tidak ada kerja sama ataupun komunikasi dengan
teman sepermainannya serta anak banyak gerak, tidak bias diam
mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan mulai mengembangkan
otonomi dan kemampuannya untuk dapat mandiri. Selain itu
permainan merupakan media komunikasi antara anak dengan
orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan
dirumah sakit (Supartini, 2004).
Intervention Solitary Play
Comparison Tidak ada intervensi pembanding
Intervention
Outcome Setelah dilakukan penghitungan dengan uji statistik menggunakan
paired t test dengan taraf signifikasi atau tingkat kemaknaan atau
alpha sebesar 5 % (0,05) didapatkan nilai t hitung > t tabel (2,379
> 2,365) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian nilai tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
bermakna antara terapi bermain solitary play terhadap proses
penyembuhan anak usia 2-3 tahun dengan Febris DHF di bangsal
Teratai RS. Dr. Oen Surakarta.
 Hasil analisa kelompok judul penelitian sudah sesuai dengan
tujuan dan hasil akhir penelitian peneliti.
 Hasil analisa kelompok uji statistik yang digunakan peneliti
dalam jurnal yaitu uji paired t test sudah sesuai karena peneliti
terdapat 2 kelompok berpasangan.
5. Telaah Step 2 (Validitas)
Recruitment Penelitian dilakukan di Di Bangsal Teratai Rumah Sakit Dr.
Oen Surakarta.
Desain penelitian menggunakan rancangan penelitian pre
eksperimental dengan pendekatan one shot case study. Dimana
pada desain ini kelompok pertama diberikan intervensi dan
kelompok yang lain tidak diberikan perlakuan (control).
Jumlah sampel sebanyak 8 sampel. Tidak terdapat jenis
penarikan sampel dan kriteria inklusi dan eksklusi.
 Hasil analisa kelompok desain penelitian yang digunakan
tidak sesuai, seharusnya peneliti menggunakan desain Quasi
Experiment karena dalam penelitian disebutkan bahwa
terdapat kelompok intervensi dan kelompok control.
Maintenance Solitary Play adalah jenis permainan dimana anak bermain

Profesi Ners Ang. XI UIN Alauddin Makassar 2017


Kelompok X
Departemen Anak

sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain


disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
Tahap Pelaksanann Solitary Play (Indriyani, Iin. 2011. Play
Therapy) :
1. Membangun kepercayaan melalui aktive listening and reading
situation (mendengar-kan secara aktif dan membaca keadaan
anak) dan unconditional acceptance (penerimaan tanpa
syarat), mencoba memberikan bantuan pada anak dan
berkomunikasi penuh kesabaran dengan anak.
2. Menentukan permainan yang sesuai dengan karakteristik anak
dan menyiapkan alat-alat permainan yang akan diberikan.
3. Menentukan target behavior atau tujuan yang ingin dicapai
dalam terapi. Sebaiknya membelajarkan pembelajaran
mitigasi bencana secara perlahan, terstruktur dan
berkesainambungan. Bagilah target behavior dalam beberapa
sesi.
4. Membuat jadwal dan menentukan tempat terapi bersama-sama
dengan anak. Tentunya yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik anak.
5. Memulai terapi
6. Memberikan informasi kepada ABK mengenai tujuan dari
terapi bermain yang akan diberikan
7. Mengeksplorasi dan mengobservasi cara anak bermain,
sehingga dengan cara ini konselor juga dapat membantu anak
untuk mengembangkan kreativitasnya secara luas, seperti
kemampuan bahasa, seni, gerak, drama dan dapat
mengembangkan kemampuan emosi anak dalam menjalin
hubungan dengan alam sekitarnya.
8. Beri kesempatan anak untuk menyimpulkan apa yang dia
dapatkan dari permainan yang dilakukan.

Profesi Ners Ang. XI UIN Alauddin Makassar 2017


Kelompok X
Departemen Anak

9. Terapi bisa diakhiri jika pada diri anak telah menunjukkan


kemajuan dalam berbagai bentuk perilaku positif, khususnya
tujuan dari diberikannya terapi bermain ini dan berikan
penegasan terhadap apa yang anak kemukan dengan benar
tentang tujuan terapi permainan ini.
Measurement Instrumen penelitian menggunakan alat bermain Solitary Play
dan lembar kuisoner untuk orang tua
Uji analisis data secara univariat (distribusi frekuansi) dan
bivariat (paired t test)
Tidak menjelaskan validitas dan reabilitas intrumen.
 Hasil analisa kelompok, menunjukkan analisis univariat yang
dilakukan kurang tepat, seharusnya distribusi frekuensi yang
dipaparkan adalah distribusi frekuensi anak bukan orang tua
dari anak.

6. Telaah Step 3 (Aplikabilitas)


Berdasarkan artikel penelitian Pengaruh Bermain Solitary Play Terhadap
Proses Penyembuhan Anak Usia 2-3 Tahun Dengan Febris DHF Di Bangsal Teratai
Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta menyimpulkan bahwa Ada pengaruh terapi bermain
solitary play terhadap proses penyembuhan anak usia 2-3 tahun dengan febris DHF.
Anak pada usia toddler (1 tahun sampai 3 tahun) bermain sendiri (solitary
play) dengan alat permainan yang dimilikinya meski tampak dalam kelompok, tidak
ada kerja sama ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya serta anak
banyak gerak, tidak bias diam mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan mulai
mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk dapat mandiri. Selain itu
permainan merupakan media komunikasi antara anak dengan orang lain, termasuk
dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit (Supartini, 2004).
Berdasarkan hasil analisa kelompok kami menyimpulkan bahwa Intervensi ini
dapat diaplikasikan oleh perawat secara mandiri pada anak yang mengalami
hosptalisasi guna mempercepat proses penyembuhan, karena tidak membutuhkan
biaya, waktu yang digunakan relatif singkat tidak memiliki efek samping, tidak
perlu menggunakan sumber daya yang banyak dan dapat dilakukan secara mandiri

Profesi Ners Ang. XI UIN Alauddin Makassar 2017


Kelompok X
Departemen Anak

oleh perawat, hanya pelu pengawasan. Selain itu dapat dilakukan dimana saja, tetapi
meskipun demikian penerapannya tergantung pada kebijakan rumah sakit.

7. Kelebihan dan kekurangan jurnal.


a. Kelebihan Jurnal
1) Solitary Play dapat menjadi sumber referensi dalam menyusun intervensi
mandiri perawat di RS
2) Peneliti memaparkan hasil penelitian secara jelas
3) Solitary play dapat dijadikan salah satu terapi bermain pada anak dengan
hospitalisasi.
b. Kekurangan Jurnal
1) Dalam penelitian tidak memperhatikan prinsip keadilan dalam penelitian
karena kelompok control tidak diberikan perlakuan sama sekali
2) Dalam artikel penelitiannya, peneliti tidak memaparkan tanggal penelitian,
jenis penarikan sampel serta kriteria inklusi dan eksklusi.
3) Dalam jurnal masih banyak terdapat faktor perancu yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian.

Profesi Ners Ang. XI UIN Alauddin Makassar 2017


Kelompok X

Vous aimerez peut-être aussi