Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Di sebuah pesisir pantai terdapatlah sebuah gubuk kecil dan kumuh, tinggallah seorang janda
tua dan seorang anak yang sangat cantik jelita berkilaunya bak berlian di tengah lumpur. Mereka
hidup berdua di gubuk tersebut. Tetapi, sifat sang anak sangat tidak selaras dengan kecantikannya.
Sungguh malang hidup keluarga ini.
Terbitlah matahari siang yang menemani langkah kaki Ibu Marni pulang ke rumah sehabis
jualan ikan di pasar. Sesampainya di rumah.
Rosa : “ Bu! Ibu! Mana hasil jualan hari ini ha?”. (sambil duduk di meja makan)
Rosa : “ Sini uangnya!! Lama banget (merampas uang ibu) Aku laper, bosen sama makanan
Ibu : “ Loh kok diambil semua nak? Terus bagaimana ibu mau beli makanan untuk kita
Rosa : “ Ahh!(sambil memukul meja) Bodo amat, itu urusan ibu. Dasar orang tua!”
Ibu : “ Nak, kamu ambil setengah aja. Setengahnya buat kita makan nak”.
Rosa : “ Terserah ibu yah, ini uang buat keperluan aku. Kalo urusan kita makan, itu
tanggung jawab ibu. Udah deh aku mau keluar dulu, pokoknya kalo aku pulang,
makanan harus ada. Dan inget, jangan ikan, ngerti kan bu!”.
Sementara itu di warung kopi, sudah menunggu Arya, Dita, dan Mifta. Mereka sudah janjian
akan bertemu untuk menerima traktiran makanan dari Rosa.
Mifta : “ Eh Sa, dari mana aja ? Lama banget nih kita nunggunya”.
Rosa : “ Haha, maafin yah, tadi aku nungguin ibuku dari pasar. Biasa wanita ikan Pari
Arya : “ Bang, sini aku mau pesen Teh tarik. Makanannya ntar, aku lagi pikir-pikir dulu”.
Rosa : “ Ngga deh, biar mereka aja yang pesen. Aku udah makan tadi di rumah”.
Arya : “ Amsyongg deh, panas banget nih. Duhh make up gue luntur”.
Mifta : “ Rosa, kenapa sih kamu mau nraktir kita disini, panas banget”.
Mereka pun menghabiskan waktu sambil mengobrol dan bercanda hingga sore. Sementara
sang ibu di rumah telah khawatir akan keberadaan anaknya yang belum juga pulang.
Mifta : “ Duh, udah mau malam. Aku pulang duluan yah, mama aku ntar nyariin aku. Besok
Rosa : “ Besok, kita kesini lagi yah. Buat ngobrol-ngobrol lagi. Kalau urusan bayar, biar
aku aja”.
Sementara di jalan hendak pulang, Rosa melihat seorang lelaki yang lumayan tampan berlayar
hendak ke sisiran pantai.
Rosa : “ Wah, kayaknya ada cowok tuh. Deketin ah, kali aja mau sama aku. Cari ide Rosa”
(Rosa berpura-pura jatuh, lelaki tersebut pun mendekati dia untuk menolongnya)
Rosa : “ Kaki ku sakit sekali. Kamu bisa anterin aku pulang ngga ke rumahku?”.
Rosa : “ Kamu bisa ajah deh. Eh iya besok, kalo kamu mau, kita ketemuan yuk, dideket
pantai tadi. Disana ada warung kopi. Itupun kalo kamu mau sih”.
Raja malam pun datang, sementara itu di depan pekarangan rumah, sosok wanita tua sangat
khawatir akan keberadaan anaknya dan mengharapkan anaknya agar segera pulang.
Rosa : “ Dia pembantu aku, kan Ibu aku udah lama meninggal. Makasih yah, sampai
ketemu besok”.
Seperti biasa di dalam rumah pun terjadi perdebatan antara Rosa dan Ibunya.
Ibu : “ Nak, kamu kemana aja. Ibu sangat khawatir dengan keberadaanmu nak.”
Rosa : “ (duduk di ruang makan) Udahlah, ngga usah berisik yah bu. Tugas ibu itu Cuma
Ibu : “ Tapi nak, ibu khawatir dengan keadaan mu nak. Jikalau hari hendak sore,
Rosa : “ Diem. Kok berisik banget sih (sambil menyiram air yang ia minum ke muka
ibunya)
Ibu : “ Astagfirullahhalazim nak. Ibu berbicara ini, semuanya demi kebaikanmu nak.
(sambil menangis)
Rosa : “ Udah, aku capek. Mau mandi, mau tidur.” (berlalu meninggalkan ibunya).
Kelakuan puteri semata wayangnya semakin menjadi-jadi. Yang hanya bisa dilakukan oleh
wanita tua itu hanya mendoakan dan terus menasihati anaknya agar mau merubah sifat buruknya.
Ibu : “ Ya Allah, tolong ampunilah dosa anak hambah. Ya Allah rubahlah segala sifat
Keesokan harinya, saat sang ibu bersiap hendak berjualan ke pasar. Rosa pun datang
Rosa : “ Eh bu, kemarin ya kemarin. Hari ini yah hari ini. Cepet bu mana? (sambil
membentak)
Rosa : “ (merampas uang ibunya) Uh gitu aja lama banget. Yah udah aku pergi dulu, cari
Dari kejauhan telah terlihat Dita, Arya dan Mifta yang telah menunggu kehadirannya di
warung kopi.
Mifta : “ Huh Sa telat terus sih”.
Arya : “ Iya, nih aku aja yang dandan dulu sebelum kesini, ngga tu telat tetap on time”.
Dita : “ Astaga, astaga siapa itu, siapa itu. Aku mau meleleh.
Arya : “ Si manis jembatan Ancol. Beti”. (sambil mengedipkan matanya, dan semuanya
tertawa)
Mifta : “ Mifta”.
Dita : “ Dita”.
Arya : “ Ya amsyong, untung ketemu sama Rosa. Kalau ketemu aku, udah abis kamu
Mereka berbincang-bincang dengan penuh tawa. Sang raja malam pun datang dan
mengharuskan mereka semua untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Sementara dirumah
telah ada sang ibu yang menunggu kepulangan Rosa sambil menunaikan sholat maghrib.
Rosa : “ Ibu.. Ibu...... duh pake sholat segala. Laper, ada makanan apa yah ”.
Rosa : “ Ya ampun, ikan lagi ikan lagi. Ibu... Ibu.... (sangat marah) emang budeg yah”.
Rosa : “ Woi ibu, apaan ini makanan ikan ikan. Makanan sampah ini. Cancingan aku lama-
Ibu : “ Sungguh durhaka kamu nak”. (suara hujan dan petir bersahutan)
Rosa : “ Loh, ada apa dengan kakiku bu, kenapa terasa sangat keras”.
Rosa : “ Ibu seluru tubuhku terasa mengeras bu. Kenapa ini bu. Ibu maafin Rosa, Ibu
(sambil menangis)
Ibu : “ Iya nak, Ibu sudah memaafkan mu nak. Ya Allah cabutlah kutukan ku Ya Allah.”
Karenan kekesalan hati ibunya, dengan tidak sengaja ibunya mengutuk Rosa. Akhirnya Rosa
yang cantik jelita dengan sekejap mata berubah menjadi Ikan Pari.
Rosa : “ I...ibu maafin segala kesalahan Rosa selama ini. Rosa ngga pernah bersikap baik ke
pada ibu, dan Rosa ngga pernah mensyukuri nikmat Allah, ma..maafin Rosa ibu”.
(sambil menangis)
Ibu : “ Iya nak. Ibu sudah lama memaafkan mu nak. Ya Allah ampunilah dosa anakku ya
Allah, kembalikanlah wujud anakku ke bentuk semula ya Allah. Hukum aku saja
yang telah lalai dalam mendidik anakku ya Allah.” (sambil memeluk anaknya)
Itulah yang terjadi, kedurhakaan seorang anak telah membuat dirinya menjadi Ikan Pari.
Selamanya ia, akan hidup menjadi seorang gadis yang berwujud ikan. Tidak ada yang bisa merubah
fisiknya menjadi manusia normal. Ingatlah ayat al-Quran menyebutkan kemurkaan Allah tergantung
dengan murka orang tua, dan keridhaan Allah tergantung dengan keridhaan orang tua. Janganlah
sekali-kali engkau menyakiti hati kedua orang tuamu. Dan yakinlan hati ibu itu sempurna, tak peduli
berapa kali engkau menyakiti hatinya, akan selalu ada kata maaf untukmu.