Vous êtes sur la page 1sur 10

PRO: I l) l\ ( , I t', l- \\\-l PERHAPI 2017

APLIKASI METODE POTTI-\'G PADA KEGIATAN REKLAMASI


PT ARUTMIN INDO\ESIA TAMBANG BATULICIN
El'endi t-ko llrrl) orlo. \lalrntud Haris
PT .\r'uttnin l:,.: :t:.t.1 T ;.tttlbarlg Batulicin
Jl. Ray ;.rS.u','ili=.1 rrtt -1.: Batultctn 12213
Ettt;.til ce:t:1..'. i'tl,),; ltt'utlllitt.ctltt-t

ABSTRACT

Kegiatanreklamasi PT Arutmin Indonesia pada umumnyatop soilyangmenjadimediatumbuh tanaman


ditebar secara merata dengan ketebalan beikisar 50 - 75 cm. Namun terjadinya defisit top soil memaksa
perusahaan untuk melakulan improvement dimana salah satunya adalah aplikasi metode potting.Bagi
pT A*t-i1 Indonesia potting merupakan metode yang relatif baru dalam reklamasi sehingga perlu
dilakukan penelitian yang tertujuan untuk a) mengetahui efesiensi penggunaan top soil, dan b)
mengetahui tingkat tutupan lahan. Penelitian ini dilakukan dengan metode statistika berdasar purposive
,o*lling puda areareklamasi di Blok Mangkalapi tahun tanam 201 6. Dalam metode potting ini top soil
yun! tiu'.*ya disebarkan menjadi ditempatkan hanya di dalam lubang tanam. Lubang tanam dibuat
i"n!u1 excivator Komatsu PC 200 atau yang sekelas dengan dimensi 150 cm x 100 cm x 80 cm
tern:uaian diisi dengan top soil. Tumpukan top soil dibuat munjung dengan tinggi sekitar 30 cm dari
permukaan area regrading.tub*rgtanam didisain berukuran besar dan dalam dimaksudkan sebagai a)
iempat jebakan air, U) *uaun np ioil yangmenjadi media tum6irh tanaman, dan c) mengurangi potensi
keracunan pada tanaman oleh material OB. Berdasarkan hasil penelitian dil-<elahui bahwa metode
potting dengan jarak tanam 3 m x 4 m memerlukan top soil sebanyak 961 m3/ ha atau sebesar 15olo
iit*Ii"g -"toi" konvensional. Tingkat tutupan lahan tahun ke-1 metode potting menunjukkan hasil
yang tidak berbeda signifikan dibanding metode konvensional'

Key words: potting, reklamasi, top soil,

PENDATIULUAN

PT Arutmin lndonesia adalah salah satu perusatraan pemegang kontrak penambangan


batubara di wilayah Kalimantan Selatan berdasar kontrak PKP2B No. J2lJi.DUl45ll981
tanggal 2 NovernLer 1981 yang salah satu site operasionalnya berada di Batulicin, Kabupaten
fanah Bumbu. PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin memiliki daerah operasional yang
sebagian besar berada dalam kawasan hutan berdasar izin pinjam pakai kawasan hutan
(lPPkD. Permenhut P 18 Tahun 201 I mengatur bahwa salah satu kewajiban pemegang IPPKH
adalah melaksanakan reklamasi kawasan hutan tanpa menunggu selesainya jangka waktu
IPPKH. Untuk mengembalikan fungsi kawasan hutan maka bentuk reklamasi yang dilakukan
PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin adalah revegetasi/ penanaman komoditas kayu
hutan. Pelaksanaan reklamasi bekas tambang di kawasan hutan dilakukan sesuai dengan
tahapan kegiatan pertambangan (PP Nomor 76 Tahun 2008)'

Menurut Permen ESDM nomor 7 tahun 2014 reklamasi didefinisikan sebagai kegiatan
vang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
,neriperbaiki kualiias- lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai
peruntukannya. Kegiatan reklamasi yang dilakukan PT Arutmin Indonesiapada umummya
.limulai dengan pr*"r penataan lahan (regradingl recormtortring) untuk membentuk lereng
Jengan kemiringan maksimal 25Yo. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan bulldozer
ceru-kuran kecil yaitu Komatsu D 85 ESS atau Caterpilar D 7 G. Tanah pucuk (top soil) yang

431
PROSIDING TP'f \\\ I I'I.-RII \PI 2OI7

berasal dari lahan yang baru dibuka atau dari top soil stoc l;1tilc kemudian disebarkan pada areal
yang telah selesai ditata dengan ketebalan 50 - 75 cu. Guna rrengurangi terjadinya erosi, lahan
yang sudah siap tanam diberi mulsa atau ditanarni tanaman penutup tanah berup a legttnte cot,er
crop (LCC) sesegera mungkin. Selain itu, dibuat juga sarana pengendali erosi berup a rip-rap
dari ban bekas atau kayu. Kegiatan revegetasi dirnulai dengan penanaman tanaman cepat
tumbuh (fast growing) seperti sengon, jabon, gmelina. trembesi, dan eucaliptus dengan jarak
tanam 3 m x 4 m. Tanaman berdaur panjang seperti sun-ekai, mahoni, meranti, ulin dan tanaman
buah buahan ditanam kemudian setelah tanaman pionee r tersebut cukup tinggi dan bertajuk
(Arutmin Indonesia, 2016)

Sebagaimana diamanahkan dalam UU Nomor 4 tahun 2004,PT Arutmin Indonesia dalam


menjalankan kegiatan menganut prinsip good mining practise atau penerapan kaidah
penambangan yang baik dan benar. Dalam penerapan good mining practise PT Arutmin
Indonesia menjalankan kegiatan pengelolaan dan pemantuan lingkungan termasuk kegiatan
reklamasi dan pascatambang secara berkel'anjutan. Aspek lingkungan merupakan baglan
penting yang tidak terpisahkan dari kegiatan produksi. Salah satu kebijakan PT Arutmin
lndonesia di bidang K3 dan lingkungan juga menyebutkan bahwa manajemen berkomitrnen
untuk mengembalikan lahan bekas kegiatan pertambangan dalam kondisi aman dan stabil dan
berfungsi sebagaimana perunffiannya. Oleh karena itu kegiatan reklamasi menjadi salah satu
poin penting yang jadi perhatian dalam kegiatan operasional tambang.

PT Arutmin Tarnbang Batulicin mulai berproduksi pada tahun 2004 seiring dengan
maraknya kegiatan penambangan tanpa izin (PETI) di area konsesi PKP2B. Sebagian besar
area kerjanya berupa area yang telah terbuka bekas kegiatan PETI. Top soil yang seharusnya
disimpan untuk kegiatan reklamasi telah tercampur dengan material oyerburden dan
ditempatkan secara sembarangan. Top soil yang rusak dan tidak dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan reklamasi jumlahnya cukup banyak. Akibatnya saat ini material balance top soil
antara yang dikupas dan material yang perlukan kembali untuk kegiatan reklamasi/
pascatailrbang menjadi tidak seimbang/ defisit (negatif material balance).

Top Soil dan Kesuburan Tanah

Reklamasi lahan bekas tambang memiliki cukup banyak kendala antaralain kondisi tanah
yang marginal, kandungan bahan organik yang rendah, kandungan unsur hara yang rendah serta
sedikitnya mikroorganisme pendukung kesuburan. Kajian AMDAL di PT Arutmin Tambang
Batulicin menyebutkan bahwa kesuburan tanah dipengaruhi beberapa parameter sifat fisik dan
kimia tanah. Parameter sifat fisika tanah adalah (a) berat isi (bulk density), (p) particle density,
(c) permeabilitas, (d) tekstua (e) struktur, (f) konsistensi, (g) kedalaman efektif dan (h)
porositas. Sedangkan paramater kimia tanah meliputi : (a) basa-basa tukar (K, Na, Ca, Mg), (b)
pH (pH HzO dan pH HzOz), (c) kapasitas tukar kation, (d) kejenuhan basa, (e) PzOs (HCI 25
%), (D K2O (HCl 25 yo), (g) C-organik, (h) Besi (Fe) dan Sulfat (SO+). Pengukuran sifat fisik
dan sifat kimia top soil di Blok Mangkalapi yang dilakukan pada Pemantaun Lingkungan
Kuartal 4 Tahun 2013 menunjukkan bahwa kualitas tanahnya bersifat sangat masam dan
memiliki unsur hara yang rendah. Penentuan kualitas tanah ini menrjuk pada kriteria penilaian
sifat kimia tanah yang dikembangkan oleh Pusat Penelitan Tanah Bogor.

Tanah terutama top soil mempunyai dua fungsi utama, yaitu (1) sebagai matriks tempat
akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, dan (2) sebagai sumber unsur hara bagai

432

ffiil.
PROSIDING TPT X\\ I PT RII \['I 2III7

tumbuhan. Top soil merupakan unsur penting clalanr pcrtLlurtruhan tanaman dan cover crop.
Beberapa usaha telah dilakukan dalam mengurangi kcrusakan tanah anatar lain dengan
rnemberikan tutupan lahan yang cukup terutama clengan tanaman tamili Leguntinouse atau
kacang kacangan. Leguminouse lebih sesuai untuk diiaclikan tanaman penutup tanah karena
dapat menambah nitrogen tanah dan perakarannva tidak memberikan kornpetisi yang berat
terhadap tanaman pokok. (Arsyad, 2010).

Tanaman legum dapat berupa perdu, semak dan pohon. Contoh tanarnan legum yang
berupa perdn/ semak adalah kacang tanah, kacang panjang, kedelai, Pueraria Javanica (PJ),
orok-orok, dan mukuna. Adapun jenis pohon antara lain sengon, akasia, angsana, dan merbau.
Pohon legum memiliki peranan penting dalam mengembalikan kesuburan tanah, khususnya
jenis pohon legum yang bersimbiosis dengan bakteri rhizobium dan membentuk bintil akar
pada sistem perakarannya (Mansur, 201 l)

Penggunaan Acacia Mangium mulai dibdtasi sejak terbitnya surat edaran dari Direktorat
Jenderal Rehabilitasi Lahan dan perhutanan sosial pada tahun 2010, implikasinya sengon
menjadi salah satu tanaman fast growing yang paling banyak digunakan pada saat ini.
Pertumbuhan tanaman sangat tergantung dari unsur hara yang diserap oleh akar. Pertumbuhan
akar tanaman merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan
tanaman. Diketahui (Hairiah I! Sugiarto C, Utami S.R, Purnomosidhi P, Roshetko JM, 2004)
bahwa faktor penghambat pertumbuhan akar tanaman sengon adalah rendahnya ketersedian
unsur P dan lebih padatnya lapisan tanah di bagian bawah (40-70 cm dan 70 - 100 cm).
Penggernburan tanah d?m penambahan unsur hara yang diperlukan tumbuhan adalah salah satu
cara untuk mendorong tingkat pertumbuhan tanaman.

Kriteria Keberhasilan Reklamasi

Penilaian keberhasilan reklamasi didasarkan pada norma, standar, prosedur dan kdteria
reklamasi hutan Dengan adanya kriteria keberhasilan reklamasi pelaksana reklamasi dituntut
untuk melakukan kegiatan reklamasi secara baik dan benar karena keberhasilan reklamasi
menjadi salah satu unsur penilaian salah satu unsur penilaian seluruh kewajiban dalam
pengembalian kawasan hutan (PP Nomor 78 Tahun 2008). Pedoman pelaksanaan reklamasi
yang berlaku saat ini mengacu pada Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2014 tentang pelaksanaan
reklamasi dan pascatambang pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara serta
Permenhut P 60 Tahun 2009 tentang pedoman penilaian keberhasilan reklamasi hutan.

ini memiliki bobot


Penaburan tanah penutup dan tutupan lahan menurut kedua peraturan
nilai yang cukup tinggi. Bobot penilaian penaburan top soil dan tingkat tutupan lahan
berdasarkan kedua peraturan menteri disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Bobot Nilai Penaburan Top Soil dan Tutupan Lahalt.

Bobot (%)
Peraturan Perundangan Penaburan top soil Tutupan lahan
Permen ESDM No 7 Tahun2074 10 2,5
Permenhut P60 Tahun 2009 5 5

433
PROSIDING TPl- \\\ I I'[-RII \PI 2OI7

Menurut Permenhut P 60 Tahun 2009 rnetod e pouing vang dilakukan pada daerah berbatu
dapat disamakan dengan penaburan top soil, sehingga metocle ini bisa aluaitun salah satu
solusi dalam menghadapi kasus detrsit top soilseperli vang dialami pT Aruirnin Indonesia.

Defi sit top soil dalaryl kegi atan reklamasi lnerupakan tarrtangan yangharus dihadapi oleh
PT Arutmin Indonesia. Meto de potting diharapkan menjadi salah satu harap an agar juml ah top
soil yang diperlukan dalarl kegiatan reklamasi dapat optirnal tanpa harus mengorbankan tingkat
keberhasil an rekl amasi .

Pada tahun 2016 PT Arutmin Indonesia menerapkan konsep potting dalam kegiatan
reklamasi di Blok Mangkalapi seluas 34,6ha. Bagi PT Arutmin tndonesia jottingmerupakan
metode yang relatif baru dalam reklamasi sehingga perlu dilakukan penelitl* y*g bertujuan
unfuk mengetahui :
l. Efesiensi penggunaan top soil dibandiilgkan reklamasi metode konvensional.
2. Tingkat tutupan lahan pada reklamasi metode potting.

METODOLOGI

Penelitian ini disusun berdasarkan studi literatur dari peraturan perundangan, data
teknis peralatan tambang serta best practice penelitian lain terkait kegiatan reklamasi
pascatarnbang dengan tujuan mendapatkan teknik reklamasi yang sesuai dengan masalah yang
dihadapi. Penelitian dilalcukan pada bulan Agustus 2016 htlilotl dengan cara mengamati
-
dan mengevaluasi kegiatan reklamasi metode potting di Blok Mangkalapi pT Arutmin
Indonesia Tambang B atulicin.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan metodepotting digonakan parameter kebutuhan


top soil per hektar serta parameter tutupan lahan. Kedua parameter ini kernudian dibandingkan
hasilnya antara yang menggunakan metode potting dengan yang menggunakan meiode
konvensional. Parameter kebutuhan top soil akan diperbandingkan dengan analisis statitik
deskriptif, sedangkan parameter tutupan lahan diperbandingkan dengan menggunakan analisis
statistik parametrik-komparatif .

Efesiensi penggun aan top soil dihitung berdasarkan perbandingan antara juml ah top soil
aktual dalam metode potting dibandingkan dengan rata-rata perhitungan kebutuhan top soil
pada metode konvensional. Jumlah top soil yang digunakan dalam kegiatan reklamasi
diketahui berdasarkan pengukuran survey pada area penggalian top soil stickpile. Surveyor
akan mengambil data titik-titik koordinat top soil stoclqile oignil serta titik-iitik koordinat
setelah penggalian top soil dilakukan. Pengambil an data koordinat dilakukan dengan
menggunakan alat Total Stasion. Data yang diperoleh kemudian diproses dengan bantuan
program Minescape 5.7. Data yang berupa titik-titik koordinat kemudian diubah menjadi
bentuk datasurface. Berdasarkandatasurface sebelum dan sesudah kemudian dihitung jumlah
top soil yang digunakan dalam kegiatan reklamasi.

Parameter tutupan lahan tutupan lahan dihitung dengan mengukur persentase tutupan
cover crop pada lahan reklamasi. Analisis dilakukan secara parametrik-komparatif dengan
membandingkan sampel yang diambil secara pttrposive sampling. Aiea reklamasi

434
.I-I,I-
I,R0: II) I\ (; \XYI PERHAPI 2OI7

dikelompokkan n-renjadi bci.;:--rr: :r.i,r :csuiii dengan periode waktu penanarxan. Penentuan
tingkat pertumbuhari dinrlai clari .iigrl.r.i Iuas tutupan lahan pada peta citra resolusi tinggi. Peta
citra ini diperoleh dari prr'rs.-s pcnu::.ilrungan tbto beresolusi tinggi (montage) yang diambil
dengan pesawat drone seri DJI Ph.urlrrrn -1. Pengambilan foto dilakukan dengan ketinggian
pesawat 250 rn dari pemlukaan taneh ,.lcnsan posisi kamera tegak lurus permukaan bumi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Reklamasi Metode Potting

Dalam kondisi persediaan top soil mencukupi, penebaran top soil dengan metode
konvensional merupakan pilihan yang tepat dalam reklamasi, namun apabila persediaan top
soil tidak lagi mencukupi perlu dilakukan penggunaan metode alternatif. Metodepo tting adalah
metode reklamasi bentuk revegetasi yang bertujuan meningkatkan efesiensi pen1gonaan top
soil dalam kegiatan reklamasi. Metode potting dilakukan dengan cara membuat lubang/ pot
penanaman berdasarkan pola tanam yang telah direncanakan. Reklamasi metode pottingpada
du.u*ya sama dengan metode umum/ konvensional namun penebaran top soil digantikan
dengan penempatan top soil pada pot tanam. Pot tanam dibuat dengan menggunakan excavator
kelas 20 ton (Komatsu PC 200), namun masih dimungkinkan untuk menggunakan excavator
kelas 30 ton. Pertimbangan pemilihan alat gali didasarkan pada ukuran bucket dan kelincahan
alat. Penggun aan alatgali berukuran besar akan menghasilkan lubang yang berlebihserta cycle
time penggalian yang lebih lama. Gambar I adalah area reklamasi yang telah diregrade dan
dibuat lubang/ pot tanam.

Gambar 1. Pembuatan lubang/ pot tanam.

Area reklamasi yang telah selesai ditata/ regrade digali dengan kedalaman sekitar 80 cm
dengan dimensi 150 cm x 100 cm. Lubang ini kemudian diisi dengan top soil yang diangkut
daitop soil stocltpile.lsiandibuat munjung dengan ketinggian sekitar 30 cm dari permukaan
area rigrade sebagaimana terlihat dalam Gambar 2. Penggalian pot tanaman yang dalam dan
besar serta penempatan top soil dalam bentuk munjung memiliki tujuan :
1. Sebagai jebakan air dan mengurangi terjadinya erosi pada top soil.
2. Sebagai media tumbuh akar tanaman yang menyediakan cukup unsur hara.
3. Mengurangi terjadinya potensi keracunan oleh OB yang bersifat asam.

435

. ilr
i i3l.

:,,;i
PROSIDING TPT \\\'I PT-RII \PI 2OI7

Gambar 2. Penempataniop soil dalam lubang tanam

Tumbuhan fast growinglkernudian ditanam pada tumpukan top soil tersebut. pada tahun
201I PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin mulai mengurangl penggunaan Acasia
ltangium dalam kegiatan reklamasi, dan sejak tahun 2012 menghentikan fenanaman jenis ini.
Sengon menjadi pilihan utama sebagai tumbuhan/ast growing karena karakteristiknya yang
mampu membantu kesuburan tanah. Akar tanaman sengon dapat bersimbiosis denganbult"ri
rhizobium dan membentuk bintil akar pada sistem perakaran.ya. Situasi ini akan memungkin
tanaman sengon untuk mengambil nitrogen secara langsung dari udara. Tanaman lain yang
dijadikanfast growing selain sengon adalah hembesi dan eucaliptus. Gambar 3 menunj"i.k;
area yang telah ditanam cover crop dxrtumbuhan utama

Gambar 3. Penanamafl cover crop danfumbuhan utama

Dalam rangka meningkatkan penilaian keberhasilan reklamasi, tanaman


fast growing
dapat langsung dikombinasikan dengan tanaman daur panjang yang intoleian terhadap
kebutuhan cahaya seperti mahoni dan sungkai. Selain tanaman pof.oV itu-u dilakukan juga
penebaran blji cover crop,lamtoro dan turi pada area reklamasi. Penanaman famili tegum ini
bertujuan untuk menunjang tutupan lahan dan mendorong kembali kesuburan tanah. Adupun
jenis covercrop yang digunakan untuk meningkatkan tutupan lahan adalah Centrosema
pubescens (CP), Pueraria javanica (PJ), Calopoginir,* iurunoides (CM) dan rumput-
rumputan lainnya.

436

:,1:.lill
r!
j::]]]u]
'...i::ii
PR0SII)t\(; 'I-PT \X\/I PT,RHAPI 2OI7

Tanaman memerlukal unsLrr ir-rr-r r eng cukup agar dapat turnbuh dengan baik- Kebutuhan
unsur hara tanaman seba-siap bcslr .rken disediakan oleh top soil.Identifikasi top soil adalah
hal penting yang perlu dilakukan untuk nrcncntukan perlakuan lanjutan terhadap top soil- Top
soil yangyarg Ue.aaa di Bkrk \langkalepi tcrgolong pada kriteria tanah spodosol dan ultisol
yung U".rifut-uru* dan nlemiliki kandungan urlsur hara yang rendah. Kandungan unsur hara
yang rendah pada top soil perlu ditunjarlg dengan pena'mbahan pupuk terutama yang
mengandung rnry N, P dan K. Sitat asam pada tanah dapat diturunkan dengan penambahan
kapur. Peningkatan pH tanah akan menurunkan tingkat kelarutan Al3* yang bersifat mengikat
unsur P.

pada saat penanaman dilakukan penambahan dolomit sekitar 5 - 8 kg dan pupuk kompos/
pupuk kandang/pupuk guano kurang lebih 5 kg per lubang tanam. Penggunaan pupuk guano
menjadi pilihan t*"ruiirrgglnya kandungan P pada pupuk serta persediaannya yang cukup
Uanyat< di sekitar Batulicin. Peningkatan unsur P dalam tanah diharapkan dapat mengingkatkan
tingkat pertumbuhan akar tanaman sengon. Pemupukan lanjutan dilakukan pada saat proses
p"i*utuo pada umur 3 bulan, 6 bulan dan I tahun dengan menggunakan pupuk NPK mutiara.

Perhitungan Kebutuhan Top Soil

Dalam kegiatan reklamasi pada umumnya (konvensional) jumlah top soil yang
diperlukan untuklenanaman setiap hektamya dihitung berdasarkan ketebalan sebaran top soil

V11= 10'000 rt
Dimana,
Vr : Volume top soil reklamasi metode konvensional (m')
f : Ketebalan top soil yang ditebar (m)
pada kegiatan reklamasi metodi konvensional PT Arutmin lndonesia menerapkan
aturan ketebalan top soilyang ditebar pada kegiatan reklamasi adalah 50 -75 cm dengan rata
rata ketebal an 62^,5 cn. OI"tr karena itu kebutuhan top soil dalam reklamasi metode
konvensional direncanakan sebesar 6.250 m3l hektar.
Apabila reklamasi dilakukan dengan menggunakan metode potting maka jwlah top
soil yang perlukan per hektarnya adalah:
10.000
Vp= Vo
,a x izx
Dimana,
Vp - Volume top soil reklamasi metod e potting (*')
ft - Jarak tanam melintang (m)
r2 : Jarak tanam membujur (m)
Vo - Volume top soil per lubang tanam (*'
Secara teoritis, dengan jarak tanam 1 * * 4 m dan dimensi lubang tanam 150 cm
x 100
cm x 80 crn diperlukun tip so;/ sebanyak 1.000 m3i hektar. Namun berdasarkan perhitungan
perubahan situasi top soii stoclEile yang diolah dengan program Minescape 5'7 diketahui
tahwa reklamasi yang dilakuku" puau tahun 2016 pada lahan seluas 34,6 ha membutuhkan
top soil sebanyak iZ.AZS m3. Hal ini berarti setiap hektar area reklamasi rata-rata
mimbutuhk an topsoi / sebany ak961,4m3. Metode potting memerlukan top soil sebanyak 15%
dari rencana penggunaan top soil pada metode konvensional'

431
PROSIDING TPT \\\ I I'[-ITII \PI 2(II7

Berdasarkan penelitian yang dilakukan cliketahui bahu,a teknik potting memerlukan


lebih sedikit top soil dalam kegiatan reklamasi. \{etocle potting dapat menghlsilkan jurnlah
luasan reklamasi besar
)4r L"rsrrtsdil penggunaan rol)
dengar-r pcilBBuilaarr soii \'allg
top -t()// van-u lebih
leDln ereslen
efesien tanpa
tanlpa mengabaikan
rnengabaikan
kaidah reklamasi yang dipersyaratkan. Teknik ini akan meyediakan top ioit yang
cukup
sebagai media tumbuh tanaman pada kasus negati.f nrtterictl balance.

Tutupan Lahan

Periode tanam reklamasi tahun 2016 dilakukan selama bulan September Desember
-
2016. Area reklamasi seluas 36,4 ha terbagi menjadi 8 blok p"rruru un yang dibedakan
berdasar waktu tanam. Blok penanaman ini kemudian dijadikan sampel p"n'grrt
r* tingkat
tutupan lahan. Pengukuran tingkat tutupan lahan dilakukan berdasarkan tetnit< purpiir"
sampling pada 8 blok tanam yang berbeda. Tingkat tutupan lahan dihitung dari persentase
luas
tutupan lahan pada peta citra yang diolah dari foto area reklamasi. Foto-foto tersebut
diambil
dengan pes awat drone DJI Pahantom 3 pada tanggal 23 Juli 2Ol7
,yang diterbangkan pada pada
ketinggian 250 dari permukaan bumi pada sudut pengamat an'90{. Foto-foio pengamatan
lapangan beresolusi tinggi digabung melalui teknik *onig"menjadi sebuah peta
citra dengan
program Arc Soft. Penilaian tingkat tutupan lah* iitutot* dengan melakgkan
T""gg.o."ukan
digitasi luas tutupan lahan pada peta citra dengan menggunakan progftrm Arc G"is 10.1.

Penilaian tutupan lahan yang dilakukan pada 8 sampel blok tanam kemudian
flUana-tnstan dengan-data tingkat tutupan lahan reklamasi metodt konvesional. Data tutupan
lahan konvensional diperoleh dari data sekunder persentase tutupan lahan pada penilaian
reklamasi tahunan ESDM yang dilakukan pada tahun ke-l. Ringkasan data ,u.p"i
tingkat
tutupan lalran reklamasi Blok Mangkalapi dapat dilihat padaTabef 2.

Tabel 2. Tingkat tutupan lahan reklamasi Blok Mangkalapi

Tutupan I,ahan (%)


Data Metode Metode
Konvensional Potting
I 70 87
2 80 74
3 50 7l
4 60 6s
5 51
6 63
7 45
8 70

Untuk mengetahui mengetahui apakah rata-rata tutupan lahan pada meto d,e potting
berbeda signifikan dengan metode konvensional dilakukan analisis komparatif paaia
tarif
signifikansi 5%. Penelitian ini menganalisis perbedaan tingkat tutupan lahan h*yu berdasarkan
parameter metode penempatan top soil. Sebelum dilakukan analisis komparatii
dilakukan uji
homogenitas varian untuk memilih persamaan yang tepat pada uji komparatif.

438
I'Ro: I I) I \ ( ; I'PI- \XVI PERHAPI 2OI7

Berdasalkan uji krurp,arltit tiikct.ihr-ri bahlva nilai t hitung sebesar 0,093 pada taraf
signifikansi 5% sehing-ea dapat disinrpulk.ur bahrva rata-ratatutupan lahan pada metode potting
tidak memiliki perbedaan vang signitikln .liI'rancling metode konvensional.

Tingkat tutupan lahan merupakan pcrselttase penutupan lahan reklamasi oleh tanaman
legum jenis semak, cot'er crop dan rulnput-run-rputan. Secara umum penanatnan cover crop
dilakukan dengan menyebar brjt cot'ct' crop ke permukaan tanah reklamasi. Tingkat tutupan
lahan tergantung pada beberapa hal terutan.ra ketersediaan unsur hara yang cukup dalam tanaU
top soil. Untuk mendapatkan tingkat tutupan lahan yang lebih baik dapat dilakukan teknik
penanaman cover crop dalam larikan-larikan yang ditutup dengan pupuk kompos.

KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan dan analisis data dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
I, Metode potting dapatmeningkatkan efesidnsi penggunakantop soil. Metode potting hanya
memerlukan top soil sebanyak 961 m3ftta atau l5% dart total kebutuhal top soil pada
metode konvensional
2. Tingkat tutupan lahan tahun ke -l pada metode potting tidak merniliki perbedaan signifikan
dengan metode konvensional pada taraf signifikasi 5Yo.

DAFTARPUSTAKA

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi kedua. Bogor: Penerbit IPB Press. Hal.
2-270
Arutmin Indonesia, 2014. Kerangka ANDAL Kegiatan Peningkatan Kapasitas Produksi
Tambang Batulicin. Hal. IILI0 - m.l1
2014. Laporan Pernantauan Lingkungan Kuarta 4 Tahun 2013 PT Arutmin
Indonesia Tambang Batulicin. PT Arutrnin lndonesia, Batulicin. Hal. 18
2016. Laporan Reklamasi PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin Tahun
2015. PT Arutrnin Indonesia, Batulicin. Hal6-7
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, 1993. Pedoman Teknis Reklamasi Lahan Bekas
Tambang. Direktorat Pertamabangan Umum, J akarta.
Hairiah K, Sugiarto C, Utami S.R, Pumomosidhi P, Roshetko JM,. 2004. Diagnosis faktor
penghambat pertumbuhan akar sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pada Ultisol di
Lampung Utara.
www.worldagroforestry.org/sea/.PublicationsiManuals/agrivita/1 lAkarSengon.pdf. Diakses
pada Tanggal 17 Juli 2017.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,2014. Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang
Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral, Jakarta.
Kementerian Kehutanan, 2009. Peraturan Menteri Kehutanan P60 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia,
Jakarta.

439
PROSIDING TPT XXVI PF-RII \PI2OI7

, 2010. Peraturan Menteri Kehutanan PlS Tahun 2011 tentang pedoman


Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Kementerian Kehutanan Republik Indonesia,
Jakarta.
Kementerian Sekretariat Negara, 2008. Peraturan Pemedntah Nomor 76 Tahun
200g teltang
Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan. Kementerian Sekretariat Negara Republik
Indonesia,
Jakarta.
,2009. Undang undang No 4 Tahun 2009 tentang pertambangan Mineral dan
Batubara. Kementerian S ekretariat Negara Republik Indonesia, J akarta.
,2010. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
P ascatamb ang. Kementeri an S ekretari at N
egara R epublik Indonesi a, J akarL.
Mansur I- 2011. Tel*tik Silvikultur Untuk reklamasi Lahan Bekas iambang.
Edisi kedua.
Bogor: SEAMEO BIOTROP.
Sheoran V, Sheoran A.S, Poonia P. 2010. Soil Reclamation of Abandoned
Mine Land by
Revegetation. Internation Joournal of Soil, Sediment and Water, volume
3. Jodhpor

440

Vous aimerez peut-être aussi