Vous êtes sur la page 1sur 24

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum, Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hikmah dan
hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan laporan kasus ini yang berjudul “Polip Hidung”
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Medeikal Bedah 3”.

Dalam penulisan laporan kasus ini saya banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun,
berkat bantuan semua pihak, saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini. saya juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memberi
pengarahan serta dukungan semangat kepada saya, terutama kepada :

1. Ibu Erida Fadilah, S.Kep., M.Kep., Ners. selaku penanggung jawab mata kuliah
2. Teman – teman yang selalu memberi dukungan agar terselesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya menerima segala kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan laporan kasus ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, saya berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya untuk proses pembelajaran.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Cirebon, 27 Desember 2017

( Muhamad Ulun, Amd.Kep. )

i
Daftar Isi

Kata pengantar ...........................................................................i

Daftar isi ...........................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ...........................................................................1


B. Rumusan masalah ...........................................................................1
C. Tujuan penulisan ...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ...........................................................................3
B. Etiologi ...........................................................................3
C. Patofisiologi ...........................................................................4
D. Pathways ...........................................................................5
E. Manifestasi klinis ...........................................................................5
F. Penatalkasanaan ...........................................................................5
G. Pemeriksaan penunjang ...........................................................................6
H. Konsep asuhan keperawatan ...........................................................................6

BAB III TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian ...........................................................................10
2. Analisa data ...........................................................................15
3. Diagnosa keperawatan ...........................................................................16
4. NCP ...........................................................................17
5. Implementasi ...........................................................................19
6. Evaluasi ...........................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap manusia normalnya memiliki organ sensori, yaitu organ pembau,
pendengaran, pengecapan, dan penglihatan. Organ- organ tersebut tidak jarang atau bahkan
rawan sekali mengalami gangguan, sehingga terjadi gangguan sensori persepsi pada
penderitanya. Hidung adalah salah satu organ sensori yang fungsinya sebagai organ
penghidu. Jika hidung mengalami gangguan, maka akan berpengaruh pada beberapa sistem
tubuh, seperti pernapasan dan penciuman.
Salah satu gangguan pada hidung adalah polip nasi. Polip nasi ialah massa lunak
yang bertangkai di dalam rongga hidung yang terjadi akibat inflamasi mukosa.
Permukaannya licin, berwarna putih keabu-abuan dan agak bening karena mengandung
banyak cairan. entuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau multipel, unilateral atau
bilateral.
Polip dapat timbul pada penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak
sampai usia lanjut. Bila ada polip pada anak dibawah usia 1 tahun, harus disingkirkan
kemungkinan meningokel atau meningoensefalokel. Diduga predisposisi timbulnya polip
nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit atopi, tetapi makin banyak penelitian yang tidak
mendukung teori ini dan para ahli sampai saat ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi
masih belum diketahui dengan pasti. Polip nasi lebih banyak ditemukan pada penderita asma
nonalergi dibanding penderita asma alergi. Polip nasi terutama ditemukan pada usia dewasa
dan lebih sering pada laki ) laki, dimana rasio antara laki ) laki dan perempuan atau.
Penyakit ini ditemukan pada seluruh kelompok ras.
Oleh karena itu, penting bagi perawat dan mahasiswa perawat untuk mendalami
segala hal tentang polip. Sehingga nantinya bisa ditegakkan diagnosa yang tepat, beserta
asuhan keperawatan yang akan diberikan.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari polip?
2. Bagaimana etiologi dari polip?
3. Bagaimana patofisiologi dari polip?
4. Bagaimana klasifikasi dari polip?
5. Bagaimana manifestasi dari polip?
1
6. Bagaimana pohon maslah dari polip?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari polip?
8. Bagaimana komplikasi dari polip?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien polip?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas pembaca dapat memahami:
1. Pengertian Polip Hidung
2. Etiologi Polip Hidung
3. Patofisiologi Polip Hidung
4. Manifestasi Polip Hidung
5. Klasifikasi Patofisiologi Polip Hidung
6. Pohon masalah Polip Hidung
7. Pemeriksaan penunjang Patofisiologi Polip Hidung
8. Komplikasi Patofisiologi Polip Hidung
9. Asuhan keperawatan Polip Hidung

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Polip hidung ialah massa lunak yang mengandung banyak cairan didalam rongga
hidung, berwarna putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa (Efiaty, dkk,
2007). Menurut Nurbaiti, 2010, Polip nasi (polip hidung) ialah bentuk selaput lendir yang
turun (biasanya akibat radang kronik), licin, berwarna abu – abu atau merah muda dan
biasanya bilateral. Sedangkan menurut Erbek 2007, Polip nasi adalah suatu proses inflamasi
kronis pada mukosa hidung dan sinus paranasi yang ditandai dengan adanya massa yang
edema pada rongga hidung. Polip hidung adalah massa lunak, berwarna putih atau keabu-
abuan yang terdapat dalam rongga hidung. Paling sering berasal dari sinus etmoid, multipel
dan bilateral. Polip koana adalah polip hidung yang berasal dari sinus maksila yang keluar
melalui rongga hidung dan membesar di koana dan nasofaring. (Mansjoer, arif. 2001)
Dari beberapa pengertian diatas, polip adalah massa lunak, yang terdapat didalam
rongga hidug, licin, berwarna putih keabu – abuan dan bilateral yang terjadi karena
inflamasi mukosa.

B. Etiologi
Faktor penyebab timbulnya polip nasi ialah adanya rinitis alergi atau penyakit atopi,
tetapi makin banyak penelitian yang mengemukakan berbagai teori dan para ahli sampai saat
ini menyatakan bahwa etiologi polip nasi masih belum diketahui dengan pasti (Efiaty, dkk,
2007).
Menurut Erbek, ada beberapa faktor predisposisi terjadinya polip antara lain
alergi terutama rhinitis alergi, sinusitis kronis, iritasi dan sumbatan hidung oleh kelainan
anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka. Pada pasien polip diduga kuat faktor
predisposisi untuk terjadinya polip adalah rhinitis alergi persisten yang ditegakkan
berdasarkan gejala klinis yaitu bersin berulang dengan keluarnya cairan jernih encer, hidung
dan mata gatal, kadang keluar air mata. Keluhan ini timbul saat udara dingin ataupun
terpapar debu. Sedangkan pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kedua cavum nasi
sempit, sekret bening, konka inferior berwarna keabu-abuan, terdapat massa lunak,
bertangkai, bulat, soliter, dapat digerakkan, berwarna putih keabu-abuan yang berasal dari
kedua meatus media. Dari kepustakaan, gambaran konka inferior berwarna keabu-abuan
dengan sekret serous menunjukkan adanya rhinitis alergi.

3
C. Patofisiologi
Pembentukan polip sering diasosiasikan dengan inflamasi kronik, disfungsi saraf
otonom serta predisposisi genetik. Menurut teori Bemstrein terjadi perubahan mukosa
hidung akibat peradangan atau aliran udara yang bertubulensi, terutama di daerah sempit di
komplek ostiomeatal. Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitelisasi dan
pembentukan kelenjar baru. Juga terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan
sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip. Bila terus berlanjut, mukosa
yang sembab makin membesar menjadi polip dan kemudian akan turun ke rongga hidung
dengan membentuk tangkai.
Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vaskular yang mengakibatkan
dilepasnya sitokin – sitokin dari sel mast, yang akan menyebabkan edema dan lama –
kelamaan menjadi polip (Efiaty, 2007)
Pada penelitian akhir - akhir ini dikatakan bahwa polip berasal dari adanya epitel
mukosa yang rupture oleh karena trauma, infeksi, dan alergi yang menyebabkan edema
mukosa, sehingga jaringan menjadi prolaps.
Dalam Fenomena Bernoulli menyatakan bahwa udara yang mengalir melalui tempat
yang sempit akan mengakibatkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya. Jaringan yang
lemah akan terisap oleh tekanan negatif sehingga mengakibatkan edema mukosa dan
pembentukan polip. Fenomena ini menjelaskan mengapa polip kebanyakan berasal dari area
yang sempit di kompleks ostiomeatal di meatus media.

4
D. Pathways

E. Manifestasi klinis
Polip walaupun tidak ganas, tetapi dapat mengganggu dengan banyak keluhan karena
cepat berkembang menjadi besar dan cenderung residif. Biasanya penderita banyak
mengalami keluhan, yaitu hidung tersumbat, hilang rasa penghidu, sakit kepala, rasa
tertekan pada hidung, rinore dan sinusitis. Polip hidung yang berlangsung lama dapat
merusak jaringan sekitarnya (Nurbaiti, 2010). Menurut Efiaty, dkk, 2007 keluhan penderita
polip nasi ialah hidung tersumbat dari yang ringan sampai berat, rinore mulai yang jernih
sampai purulen. Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala
di daerah frontal. Gejala sekunder yang dapat timbul ialah nafas melalui hidung, suara
sangau.

F. Penatalaksanaan
Bila polip masih kecil, dapat di obati secara konservatif dengan kortikosteroid
sistemik atau oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari
kemudian diturunkan perlahan. Secara lokal dapat disuntikkan ke dalam polip, misalnya
triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 ml tiap 5-7 hari sekali sampai hilang. Dapat

5
dipakai secara topikal sebagai seprot hidung, misalnya beklometason dipropionat. Bila
sudah besar, dilakukan pembedahan (Mansjoer, 2001).
Menurut Erbeek, Penatalaksanaan pada pasien polip diberikan dexamethason 3x4
mg dan fluticasone propionate 50 mcg 1x1 spray/kavum nasi. Berdasarkan guideline
penatalaksanaan polip nasi di Indonesia, pengobatan pertama pada kasus polip nasi adalah
steroid oral dan topikal. Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut
juga polipektomi medikamentosa. Untuk polip stadium 1 dan 2, sebaiknya kortikosteroid
intranasal atau oral selama 4-6 minggu. Bila reaksinya baik, pengobatan ini diteruskan
sampai polip atau gejalanya hilang.
Jika polip sudah sangat mengganggu pernafasan disarankan untuk terapi bedah yaitu
Polipektomi. Pada pasien ini alergen yang mungkin berdasarkan anamnesis adalah debu dan
udara dingin. Untuk itu pasien perlu diberikan edukasi untuk menghindari pajanan dengan
alergen. Pemberian loratadin 1x10 mg sebagai antihistamin berguna untuk mengurangi
reaksi alergi polip akibat rhinitis alergi.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Naso Endoscopi
Untuk membantu mendiagnosis kasus polip yang masih stadium 1 dan 2.
2. Pemeriksaan Radiologi
Dapat memperlihatkan penebalan mukosa.
3. Pemeriksaan Tomografi Komputer dan CT scan
Untuk melihat keadaan di hidung dan sinus paranasal.

H. Konsep Asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi mengenai masalah, kebutuhan kesehatan dan perawatan pasien
baik fisik, mental, social dan lingkungan.
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis dan no register.
2) Keluhan Utama
Nyeri pada luka bekas operasi.
6
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien memiliki riwayat penyakit sinusitis, rhinitis alergi, serta riwayat penyakit
THT. Klien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma.
4) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien merasakan buntu pada hidung dan nyeri pada hidung karena luka bekas
operasi.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita polip dan epistaksis.
6) Riwayat Psikososial
Intrapersonal : klien merasa cemas akibat adanya luka post operasi.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien post operasi Polipektomi antara lain,
1) Breath : RR dapat meningkat atau menurun, terjadi perdarahan pada luka
bekas operasi di hidung.
2) Blood : ada atau tidak perdarahan pada luka post operasi.
3) Brain : ada atau tidak gangguan penghidu atau penciuman, sakit kepala.
4) Bowel : nafsu makan menurun, mual, berat badan turun, klien terlihat
lemas.
c. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (fisik).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang tidak adekuat.
4) Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi
yang salah.
d. Fokus intervensi
Intervensi pada pasien post op polipektomi menurut NIC – NOC dilihat dari
diagnosa yang ada antara lain:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (fisik).
Tujuan nyeri berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil : melaporkan bahwa
nyeri berkurang, skala nyeri 0 – 1, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang.
Intervensi:

7
a) Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, frekuensi,
kualitas nyeri.
Rasional : memungkinkan memodifikasi rencana perawatan yang
diperlukan.
b) Ajarkan teknik relaksasi dan nafas dalam.
Rasional : relaksasi dapat membuat perasaan nyaman dan mengurangi rasa
nyeri.
c) Anjurkan klien meningkatkan istirahat.
Rasional : istirahat untuk mengurangi intensitas nyeri.
d) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri.
2) Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat.
Tujuan : tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan dengan
kriteria hasil : klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, jumlah leukosit dalam
batas normal, TTV dalam batas normal.
Intervensi :
a) Lakukan teknik aseptik.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi.
b) Tingkatkan intake nutrisi.
Rasional : meningkatkan daya tahan tubuh.
c) Monitor tanda vital.
Rasional : dasar data untuk mengetahui keadaan normal.
d) Berikan terapi antibiotik.
Antibiotik mencegah perkembangan microorganisme patogen.
e) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar bagaimana cara memproteksi diri.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi adekuat, tidak mual, nafsu makan bertambah.
a) Monitor mual dan mutah, monitor intak output makanan.
Rasional : menentukan intervensi yang akan dilakukan.

b) Anjurkan makan selagi hangat dan makan sedikit demi sedikit.


Rasional : meningkatkan selera makan.
8
c) Anjurkan untuk menghindari makan yang mengandung gas.
Rasional : mengurangi rasa nyaman akibat peningkatan asam lambung.
d) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet yang tepat.
Rasional : pemberian makan/diet yang tepat untuk mempercepat
penyembuhan.
4) Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi
yang salah.
Tujuan : pasien dan keluarga paham tentang penyakit, kondisi dan program
pengobatan.
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
Rasional : menentukan intervensi yang akan dilakukan.
b) Jelaskan tentang penyakit pasien dengan cara yang tepat.
Rasional : menjaga perasaan pasien dan keluarga.
c) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan penyakit klien.
Rasional : melibatkan pasien dan keluarga dalam mengambil keputusan.

9
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas klien
Nama : Ny. X
Umur : 38 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Buruh pabrik
Diagnosa Medis : Polip Hidung
No.Reg : xxx-xxx
Alamat : Cirebon
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. X
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Buruh pabrik
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Cirebon
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan terdahulu
Menurut keluarga bahwa klien sebelumnya pernah pengalami sakit yang sama
dan pernah dirawat di rumah sakit X sekitar 3 bulan yang lalu selama 4 hari.
b) Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 27 Desember 2017 jam 20:00 WIB setelah pulang kerja tiba-tiba
hidung terasa tersumbat, indra penciuman berkurang, nyeri kepala dan hidung
terasa tertekan, kemudian klien istirhat namu sakit yang dideritanya tidak
kunjung sembuh. Akhirnya klien dibawa ke IGD Rumah Sakit Umum
Universitas Muhammadiyah Cirebon.

10
c) Keluhan Utama : Sukar bernafas (adanya sumbatan pada hidnung)
Paliatif : klien mengatakan hidung terasa plong ketika minum obat
pelegah nafas
Profokatif : klien mengatakan sulit bernafas ketika dalam posisi tiduran
Qualitas : sulit bernafas dirasakan seperti adanya sumbatan pada area
hidung
Quantitas : sumbatan dirasakan klien dirasa sangat mengganggu
istirahat dan tidur klien
Radiation :-
Skala :-
Time : terus menerus
d) Keluhan waktu didata
Pada saat dikaji klien mengatakan sulit bernafas seperti ada sumbatan pada
hidung, sakit kepala, rongga hidung tersa penuh dan susah tidur.
e) Riwayat kesehatan keluarga
(1) Riwayat penyakit keturunan
Menurut keluarga dan klien bahwa di keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit yang sama seperti klien
(2) Riwayat penyakit menular
Menurut keluarga dan klien bahwa diluearganya tidak memiliki riwayat
penyakit menular

11
3) Data biologis
No Pola Sebelum sakit Selama sakit
1 Nutrisi:
a. Makan
1) Frekuensi 3xsehari 3xsehari
2) Porsi 1 porsi ½ porsi
3) Menu makanan Nasi, lauk pauk Nasi, lauk pauk
4) Pantangan Tidak ada Tidak ada
b. Minum
1) Frekuensi 8xsehari 6xsehari
2) Jumlah 2000cc 1500cc
3) Jenis minuman Air putih Air putih
4) Pantangan Tidak ada Tidak ada
2 Eliminasi
a. BAB
1) Frekuensi 1xsehari 1xsehari
2) Konsistensi Lembek Lembek
3) Warna Kuning Kuning
4) Bau Khas Khas
5) Masalah Tidak ada Tidak ada
b. BAK
1) Frekuensi 6xsehari 6xsehari
2) Jumlah 1500cc 1200 cc
3) Bau Khas Khas
4) Warna Kuninng jernih Kuning jernih
5) Masalah Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
a. Siang
1) Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
2) Lamanya 2 jam 2 jam
3) Kualitas Nyenyak Tidak nyenyak
4) Masalah Tidak ada Susah tidur
b. Malam
1) Frekuensi 1 x semalam 1 x semalam

12
2) Lamanya 8 jam 4 jam
3) Kualitas Nyenyak Tidak nyenyak
4) masalah Susah tidur
4 Personal hygiene
a. mandi 2 x sehari 1 x seahri
b. gosok gig 2 x sehari 1 x sehari
c. cuci rambut 1 x sehari 1 x sehari
d. gunting kuku 1 x seminggu Belum pernah
e. ganti pakaian 1 x sehari 1 x sehari
f. masalah Tidak ada Tidak ada
5 Aktivitas Mandiri 80% mandiri
a. masalah Tidak ada Tidak ada

5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum sedang, klien terpasang infus, terpasang oksigen, klien terlihat sukar
bernafas, BB : 45 Kg, tinggi badan 155 Cm.
b) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran Composmentis, GSC : Eye: 4, Motorik: 6, Verbal: 5, total 15.
c) Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan darah : 120/80 MmHg
(2) Nadi : 88 x/ menit
(3) Respirasi : 22 x/ menit
(4) Suhu tubuh : 37 oC
d) Kulit
Warna kulit sama dengan daerah sekitar, tidak ada lesi, tidak ada petteng edema,
tekstur kulit lunak, turgor kulit normal kembali dalam keadaan semula.
e) Kepala
Rambut berawarna hitma legam, distribusi dan penyebaran merata, kualitas tidak
mudah dicabut, tidak terdapat alopesia, tidak terdapat seborhea, tidak ada lesi, tidak
terdapat edema, bentuk simetris, fontanel normal dan tidak ada nyeri tekan saat
dipalpasi.

13
f) Mata
Alis mata tumbuh di atas rot, simetris, distribusi dan penyebaran merata, kualitas tidak
mudah ronrok, tidak ada nyeri tekan, reflek kedip secara sepontan, enam lapang
pandang normal, fisus mata normal, sclera mata berwarna putih jernih, konjungtiva
ananemis dan tidak ada tanda-tanda penurunan fungsi penglihatan.
g) Hidung
Ukuran dan bentuk simetris, warna sama dengan daerah sekitar, terdapat 2 lubang
hidung yang disekat dengan satu septum, terdapat silia, terdapat benjolan pada
mukosa hidung dekat septumnasi, terdapat nyeri tekan pada area hidung, klien tampak
sulit bernafas, fungsi penciuman berkurang.
h) Mulut
Warna bibir merah, bentuk simetris, tidak terdapat tanda-tanda hipoksia, bibir lembab,
terdapat 32 susunan gigi, tidak ada karries, tidak terdapat pembesaran tonsil, uvula
bergetar saat bersuara, mukosa mulut merah muda, tidak ada stomatitis dan indra
pengecapan normal.
i) Telinga
Bentuk simetris dan sejajar dengan kantus mata, tidak ada lesi, kulit sama dengan
daerah sekitar, terdapat serumen, test pendengaran baik dan tidak terdepat nyeri tekan.
j) Leher
Warna kulit sama dengan daerah sekitar, kedudukan trakea normal, tidak terjadi
pembengkakan pada limfe maupun kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak tampak
peningkatan vena jugularis maupun arteri karotis, ROM normal dan tidak ada nyeri
tekan.
k) Thorax
Warna kulit sama dengan daerha sekitar, postur dada baik, bentuk simetris, tidak
terdapat lesi maupun edema, tidak terdengar bunyi wheezing, setidor, gurgling
maupun ronchy, otot bantu pernafasan positif, nafas dalam, irama jantung reguler,
tidak ada kelainan pada jantung, tidak ada nyeri tekan pada bagian mamae, terdapat
puting susu yang dikelilingi areola.
l) Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak terda[pat distensi abdomen,
tidak terdapat pembengkakan hepar, bising usus 10x / menit dan tidak ada nyeri tekan
maupun lepas.
m) Ektremitas

14
Tidak ada lesi, tidak ada edema, reflek trisep maupun bisep normal, tonus otot normal,
akral hangat, CRT kurang dari 1 detik dan tidak ada tanda-tanda cyanosis.
n) Genetelia
Bentuk normal, tidak ada lesi dan pulva hygiene bagus.

2. Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1 DS: Polip hidung Bersihan jalan nafas
1. Klien mengatakan sulit tidak efekif
bernafas Masa dalam hidung
2. Klien mengatakan
seperti ada sumbatan Sumbatan jalan nafas
pada rongga hidung
3. Klien mengatakan Bersihan jalan nafas
hidung terasa penuh tidak efektif
lendir
DO:
1. Klien tampak sukar
bernafas
2. Terdpat secret pada
rongga hidung
3. Terdapat benjolan pada
mukosa hidung
2 DS: Polip hidung Gangguan rasa nyaman
1. Klien mengatakan nyeri nyeri
kepala Masa dalam hidung
2. Klien mengatakan nyeri
pada saat hidung di Sumbatan jalan nafas
tekan
DO: Inflamasi
1. Terdapat nyeri tekan
pada area hidung Nyeri
2. Skala nyeri 4

15
3 DS: Polip hidung Gangguan pola istirahat
1. Klien mengatakan tidur
susah tidur Masa dalam hidung
2. Klien mengatakan
susah istirahat Sumbatan jalan nafas
3. Klien mengatakan
hidung makin Gangguan pola istirahat
tersumbat jika tidur
berbaring
DO:
1. Kilen tampak sulit
istirahat

2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus / eksudat.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
c. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan sukar bernafas

16
3. NCP

No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
NOC NIC
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 1. Hitung frekuensi pernafasan
dengan produksi mukus / eksudasi, ditandai 24 jam bersihan jalan nafas dapat teratasi, 2. Kaji adanya eksudasi
dengan : dengan kriteria hasil : 3. Berikan posisi semi vowler
DS: 1. Tidak tampak kesulitan bernafas 4. Lakukan tindakan suctioning
1. Klien mengatakan sulit bernafas 2. Tidak terdapat sumbatan 5. Ajarkan teknik tarik nafas dalam
2. Klien mengatakan seperti ada sumbatan 3. Produksi lendir berkurang 6. Kolaborasi dengan dokter untuk
pada rongga hidung pemberian nebulasi
3. Klien mengatakan hidung terasa penuh
lendir
DO:
1. Klien tampak sukar bernafas
2. Terdpat secret pada rongga hidung
3. Terdapat benjolan pada mukosa hidung

2 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji penyebab nyeri
dengan proses inflamasi, di tandai dengan: selama 1 x 24 jam nyeri berkurang dengan 2. Kaji skala nyeri

17
DS: kriteria hasil: 3. Ajarkan tekhnik nonfarmakologi
1. Klien mengatakan nyeri kepala 1. Nyeri berkurang berupa relaksasi dan distraksi
2. Klien mengatakan nyeri pada saat 2. Tidak terdapat nyeri tekan 4. Kolaborasi dengan dokter untuk
hidung di tekan pemberian analgetik
DO:
Terdapat nyeri tekan pada area hidung

3 Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji penyebab sukar tidur
dengan sukar bernafas, ditandai dengan: selama 1 x 24 jam masalah teratasi dengan 2. Berikan suasana senyap dan tenang
DS: kriteria hasil:
1. Klien mengatakan susah tidur 1. Kualitas tidur kembali normal
2. Klien mengatakan susah istirahat 2. Tidak terjadi sumbatan saat berbaring
3. Klien mengatakan hidung makin
tersumbat jika berbaring
DO:
Kilen tampak sulit istirahat

18
4. Implementasi
No tanggal DX Tindakan dan Respon Paraf
1 27-12-2017 1 21:00 WIB
T1: meitung frekuensi pernafasan
R1: 22x / menit

T2: mengkaji adanya eksudasi


R2: adanya sumbatan

T3: memberikan posisi semi vowler


R3: nafas terbantu

T4: melakukan tindakan suctioning


R4: sumbatan berkurang

T5: mengajarkan teknik tarik nafas dalam


R5: pernafasan spontan

T6: memberikan nebulasi


R6: secret keluar dan eksudasi berkurang
2 27-12-2017 2 21:30 WIB
T1: mengkaji penyebab nyeri
R1: inflamasi penyebab nyeri

T2: mengkaji sekala nyeri


R2: skala nyeri 4

T3: mengajarkan tekhnik nonfarmakologi


R3: nyeri berkurang dan teralihkan

T4: berkolborasi pemberian analgetik


R4: nyeri berkurang
3 27-12-2017 3 22:00 WIB
T1: menkaji penyebab sukar tidur

19
R1: suara berisik dan sukar nafas penyebab
sulit tidur

T2: memberikan lingkungan nyaman dan


tenang
R2: klien terlelap tidur

20
5. Evaluasi
No tanggal DX Evaluasi Paraf
1 27-12-2017 1 S:
1. Klien mengatakan tidak sulit
bernafas
2. Klien mengatakan masih ada sedikit
sumbatan pada rongga hidung
4. Klien mengatakan hidung tidak
terasa penuh lendir
O:
4. Klien tidak tampak sukar bernafas
5. Tidak terdpat secret pada rongga
hidung
6. Masih terdapat benjolan pada
mukosa hidung
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2 27-12-2017 2 S:
1. Klien mengatakan nyeri kepala
hilang
2. Klien mengatakan nyeri pada saat
hidung di tekan berkurang
O:
1. Tidak terdapat nyeri tekan pada
area hidung
2. Skala nyeri 0
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

3 27-12-2017 3 S:
1. Klien mengatakan sudah bisa tidur
2. Klien mengatakan sudah bisa
istirahat
3. Klien mengatakan hidung tidak

21
tersumbat jika berbaring
O:
1. Kilen tampak bisa istirahat dan
tidur
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

22

Vous aimerez peut-être aussi