Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I. ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri dada
23
klinik, disana pasien diberikan beberapa obat namun nyeri masih tetap dirasakan
sehingga pasien di rujuk ke RSUP Sanglah.
Pasien juga mengeluh keluar keringat dingin sampai membasahi baju
bersamaan dengan nyeri dada yang dirasakan. Pasien juga mengeluh mengalami
pusing, mual, dan muntah. Muntah dikatakan sebanyak dua kali berisi makanan
yang dikonsumsi. Keluhan nyeri perut, sesak, berdebar, batuk, dan demam disangkal
oleh pasien. BAB dan BAK normal.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengonsumsi Janumet 500 mg untuk diabetes mellitus tipe 2 yang
dialaminya. Pasien dikatakan sebelum dibawa ke klinik, dan disana pasien diberikan
obat berupa ISDN 5 mg dan Lansoprazol 1x30 mg
Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluh hal yang sama dengan pasien.
Tidak ada riwayat penyakit jantung, ginjal, kencing manis pada keluarga pasien.
Selain itu dikatakan juga tidak ada riwayat hipertensi pada keluarga pasien
24
anak dan saat ini pasien sudah memasuki masa menopause. Pasien tidak pernah
mengonsumsi obat-obatan terlarang dan merokok.
Status general
Mata : anemis (-) , ikterus (-) , Pupil isokor
Leher : Pembesaran kelenjar (-), JVP PR + 0 cmH2O
Thorax :
Cor: Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-), kuat angkat (-)
Perkusi : Batas atas: ICS II
Batas bawah : setinggi ICS V
Batas kanan: PCL Dextra ICS V
Batas kiri: MCL sinistra ICS V
Auskultasi : S1S2 normal, regular, murmur (-)
Pulmo: Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus N/N
Perkusi : Sonor/sonor
25
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhales -/-, Wheezing -/-
+/+ -/- -/-
- - + +
26
Interpretasi :
Irama sinus
HR 60 x/menit regular
Axis normal
Gelombang P normal
Interval PR normal (0,12 s)
Kompleks QRS < 0,12 s (R/S V1<1, S V2 + R V5 <35mm)
Segmen ST: T inversi di V1-V4
Simpulan:
27
Sinus rhytm, HR 60x/menit reguler, iskemik anterolateral
EKG (25/10/2017)
Kesan:
Irama sinus
HR 60 x/menit regular
Axis normal
Gelombang P normal
Interval PR normal (0,12 s)
Kompleks QRS < 0,12 s (R/S V1<1, S V2 + R V5 <35mm)
28
Segmen ST: T inversi di V1-V4
Simpulan:
Sinus rhytm, HR 60x/menit reguler, iskemik anterolateral
29
Jantung
CKMB 14 U/L <24
LDH 146 U/L 0-480
Ginjal
BUN 16 mg/dl 6-24
SC 1,0 mg/dl 0,5-1,2
Hati
SGPT 20 U/L 0-37
SGOT 19 U/L 0-42
Kolesterol
Kolesterol total 106 mg/dl 0-200
LDL 89 mg/dl 0-130
HDL 33 mg/dl Rendah 45-80
Trigliserida 403 mg/dl Tinggi 0-150
3.5. Diagnosis
UAP
- Iskemia Anterolateral
DM Tipe II gula darah tidak terkontrol
Dislipidemia
3.6. Penatalaksanaan
Terapi:
- IVFD NaCl 0,9% 8 tpm
- O2 via nasal canule 2 liter per menit
- Cardioaspirin 160 mg loading dose dilanjutkan 80 mg tiap 12 jam PO
- Clopidogrel 300 mg loading dose dilanjutkan 75 mg tiap 24 jam PO
- Lovenox 0,6 ml tiap 12 jam SC
- ISDN 5 mg jika nyeri dada SL
30
- Concor 1,25 mg tiap 24 jam PO
- Simvastatin 20 mg tiap 24 jam PO
- Captopril 6,25 mg tiap 12 jam PO
- Diazepam 5 mg tiap 8 jam PO
- Laxadin setiap 8 jam PO jika perlu
- Fenofibrat 300 mg tiap 24 jam PO
- Janumet 500 mg tiap 24 jam PO
Rencana diagnostic
- Ekokardiografi
Rencana Monitoring:
- Tanda-tanda vital
- Keluhan
- EKG setiap hari
- Gula Puasa dan Gula 2 Jam PP
- Cairan masuk dan cairan keluar
31
BAB IV
PEMBAHASAN
32
Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui lebih pasti adanya
peningkatan kadar CKMB. Pada pasien, setelah dilakukan pemeriksaan ulang pada hari
berikutnya, tetap tidak ditemukan adanya peningkatan CKMB, sehingga pasien
didiagnosis dengan angina pektoris tidak stabil.
Dari hasil laboratorium kimia klinis didapatkan peningkatan kadar trigliserida,
dan penurunan kadar HDL. Hal ini merupakan faktor resiko terjadinya
aterosklerosis.yang berperan dalam patofisiologi dari penyakit jantung koroner.
Manifestasi akut dari nyeri dada angina disebabkan plak ateroma pembuluh darah
koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan
penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh
proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya
trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah
koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat
pembuluh koroner yang lebih distal yang dapat menyebabkan iskemik ataupun nekrosis.
Selain itu didapatkan kadar HbA1C sebesar 7,8%, menunjukkan kadar gula darah
pasien masih belum mencapai target. Pemeriksaan kolesterol didapatkan kadar HDL
yang rendah serta trigliserida yang tinggi menunjukkan pasien mengalami dyslipidemia.
Fokus utama pengobatan untuk UA dan NSTEMI terdiri dari obat anti-iskemik
untuk mengembalikan keseimbangan antara suplai dan permintaan oksigen miokard dan
terapi antitrombotik yang ditujukan untuk mencegah pertumbuhan thrombus lebih
lanjut, dan memfasilitasi penyelesaian trombus koroner yang bersifat parsial.
33
Selanjutnya adalaha terapi anti trombotik, Terapi antitrombotik terdiri dari anti
platelet dan anti koagulan. Aktivasi platelet diawali oleh agonis yang mudah larut
seperti trombin, TxA2, 5-HT (hydroxytryptamine), ADP (via P2Y1 dan P2Y12), dan
ATP dan oleh ligan perekat seperti faktor kolagen dan von Willebrand. Akibatnya,
sekresi granule agonis platelet padat dan sekresi TxA2 menyebabkan amplifikasi
aktivasi platelet, yang menyebabkan perubahan konformasi pada reseptor GP IIb/IIIa
yang akan berikatan dengan fibrinogen dan menghasilkan agregasi trombosit. Reseptor
P2Y12 memiiki peran penting dalam amplifikasi aktivasi platelet.
Antiplatelet yang digunakan pada pasien ini adalah yaitu cardioaspirin dan
clopidogrel. Cardioaspirin mengandung aspirin, yang merupakan penghambat COX1
sehingga mencegah pembentukan TXA2, yang berperan dalam agregasi platelet dan
konstriksi arterial. Clopidogrel merupakan penyekat reseptor P2Y12, reseptor lain yang
terdapat pada platelet.. Clopidogrel menghambat agregasi platelet, memperpanjang
waktu perdarahan, dan menurunkan viskositas darah dengan cara menghambat aksi
ADP (adenosine diphosphate) pada reseptor platelet, sehingga menurunkan kejadian
iskemi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Clopidogrel in Unstable Angina to
Prevent Recurrent Events (CURE), menggunakan terapi antiplatelet ganda atau dual
antiplatelet therapy memberikan efek sinergis dalam menurangi kematian akibat
kardiovaskular, infark miokard berulang, atau stroke hingga 20% pada pasien NSTE-
ACS. Keuntungan dapat terlihat dalam 24 jam pertama dan terus berlangsung hingaa 1
tahun periode terapi penelitian.
Obat antikoagulan bekerja dengan mengganggu kaskade koagulasi dan
mengganggu hemostasis sekunder. Karena langkah terakhir pada jalur koagulasi
intrinsik dan ekstrinsik adalah pembentukan bekuan darah oleh aksi trombin, tujuan
utama terapi antikoagulan adalah untuk menghambat aktivasi trombin oleh faktor Xa
yang memperlambat pembentukan thrombin sehingga menghambat pembentukan klot
dan aktivasinya, seperti unfractionated heparin (UFH), low molecular weight forms of
heparin (LMWH) dan fondaparinux. Pada pasien ini diberikan Lovenox mengandung
enoxaparin yang merupakan LMWH.
LMWH memiliki respon farmakologi yang lebih stabil dibandingkan dengan
UFH. UFH memiliki waktu paruh yang lebih singkat serta bioavaibilitas yang tidak
34
dapat diprediksi karena mudah berikatan dengan endotel atau makrofag. Hal ini
menyebabkan LMWH lebih mudah untuk digunakan. LMWH tidak seperti UFH yang
memerlukan tes darah monitoring dan penyesuaian dosis Selain itu LMWH memilliki
risiko perdarahan yang lebih rendah dbandingkan dengan UFH. Administrasi LMWH
secara injeksi subkutan, sekali hingga dua kali dalam sehari.
Terdapat dua strageti teraputeik untuk menangani pasien dengan UAP/NSTEMI.
Pertama dengan pendekatan invasif dini, yaitu dengan kateterisasi jantung dan
revaskulatisasi coroner diperlukan. Kedua dengan pendekatan konservatif dengan obat-
obatan. Pada umumnya pendekatan infasif dini direkomendasikan pada pasien angina
refrakter dengan komplikasi seperti syok atau aritmia ventrikel, atau dengan klinis
buruk. Penilaian risiko sangat penting untuk membantu indetifikasi kemungkinan akan
prognosis yang buruk. Salah satu system penilaian risiko yang sering digunakan adalah
Thrombolysis in Myocardial Infarction (TIMI) yang terdiri dari tujuh variable untuk
memprediksi risiko pasien. Pendekatan strategi invasive dilakukan juga skor TIMI ≥3.
Pada pasien ini didapatkan skor TIMI 1, yaitu usia ≥ 65 tahun. Sehingga pada pasien ini
tidak diperlukan untuk melakukan pendekatan invasif
Terdapat beberapa teradi tambahan yang diberikan. Captopril merupakan
golongan ACE Inhibitor untuk mengurangi efek saping berupa remodeling ventrikuler
dan mengurangi insiden gagal jantung, kejadian iskemik berulang, dan kematian akibat
infark miokard. Keuntunngan ini bersifat additive dengan penggunaan aspirin dan beta
blocker secara bersamaan, terutama pada pasien dengan infark pada dinding anterior
dan disfungsi sistolik ventrikel kiri.
Statin dapat menurunkan mortalitas pada pasien penyakit jantung coroner.
Pemberian statin selama terapi awal di rumah sakti menunjukkan penurunan LDL lebih
dari 50%, memberikan perlindungan terhadap kejadian kardiovaskular selanjutnya, serta
kematian akibat infark miokard. Selain itu pemberian statin juga dapat memperbaiki
disfungsi endotel, menghambat agregasi platelet, dan menghambat pembentukan
thrombus.
Pemberian diazepam dan laxadin bertujuan untuk mengurangi penggunaan
oksigen demand pada bagian tubuh yang lain, sehingga dapat mengurangi beban kerja
dari jantung. Pada pasien ditemukan dengan peningkatan trigliserida yang sangat tinggi,
sehingga diberikan Fenofibratt
35
Fenofibrat 300 mg tiap 24 jam PO,
Janumet 500 mg tiap 24 jam PO
36