Vous êtes sur la page 1sur 27

LAPORAN KASUS HOME VISITE

“OSTEOARTRITIS GENU”

PUSKESMAS OLAK KEMANG

Disusun oleh:

Sunny Cheryline, S.Ked

G1A216019

Preseptor:

dr. Azwar Djauhari, M.Sc

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS OLAK KEMANG

JAMBI

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sebab
karena rahmat-Nya laporan kasus dengan judul “Osteoartritis” ini dapat diselesaikan.
Laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dalam menjalankan Kepaniteraan Klinis
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Olak Kemang Kota
Jambi.

Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Azwar
Djauhari, M.Sc yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran dalam
memberikan ilmu yan sangat berguna ketika diskusi selama di kepaniteraan klinik di
stase Ilmu Kesehatan Masyarakat ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaa,
karena penulis masih dalam tahap belajar dan kurangnya pengalaman serta
pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik
kedepannya.

Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah informasi dan pengetahuan kita.

Jambi, Januari 2018

Penulis
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. N/Perempuan/59 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Ibu Rumah Tangga
c. Alamat : RT.06 Ulu Gedong
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak :4
c. Biaya Kesehatan : BPJS
d. Kondisi ekonomi : Menengah
e. Kondisi rumah : Pasien tinggal di sebuah rumah panggung,
berlantai kayu dan berdinding kayu. Rumah pasien terdiri dari 1 ruang
keluargan dan 4 buah kamar dengan ventilasi yang cukup. Kamar mandi
pasien terdiri 1 bak dengan WC jamban/jongkok. Sumber air bersih di rumah
pasien berasal dari PDAM dan sumur.
f. Kondisi lingkungan dan keluarga: Pasien tinggal bersama seorang suami dan
4 orang anak. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang
mengerjakan segala sesuatunya sendiri, dan terkadang membantu pekerjaan
suaminya. Pasien tinggal di daerah yang padat penduduk, dan pada bagian
bawah rumah banyak terdapat genangan air dan sampah pada bagian depan
rumah
Pasien tinggal di
sebuah rumah
panggung, berlantai
kayu dan berdinding
kayu. Rumah pasien
terdiri dari 1 ruang
keluargan dan 4 buah
kamar dengan ventilasi
yang cukup
Kondisi dapur pasien.
Memiliki ventilasi dan
pencahayaan yang
baik. Pasien memasak
menggunakan kompor
gas

Kamar mandi pasien


terdiri 1 bak dengan
WC jamban/jongkok.
Sumber air bersih di
rumah pasien berasal
dari PDAM dan sumur.

III. Aspek Psikologis di Keluarga


Hubungan pasien dengan keluarganya baik dan harmonis.

IV. Anamnesis
Keluhan Utama :
Nyeri lutut sebelah kanan sejak  5 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan nyeri lutut sebelah kanan sejak 3 bulan yang
memberat sejak  5 hari yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dan nyeri
terasa seperti berdenyut-denyut dan dan tajam seperti ditusuk. Nyeri dirasakan
timbul saat pasien berusaha mengubah posisi (dari duduk menjadi berdiri) atau
ketika melipat dan meluruskan lututnya serta jika sudah bekerja terlalu lama.
Nyeri tidak menjalar dan hanya pada bagian lutut. Nyeri berkurang jika pasien
beristirahat. Sebelumnya pasien sudah pernah berobat, mendapat obat
penghilang nyeri (pasien lupa nama obatnya), hilang sebentar lalu nyeri muncul
kemabali. Bengkak di daerah lutut (-), merah di daerah lutut (-), terasa panas di
daerah lutut (-), nyeri saat ditekan (+). Riwayat trauma di bagian lutut (-),
riwayat asam urat (-).

V. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga


 Riwayat sakit dengan keluhan yang sama 3 bulan yang lalu
 Riwayat asam urat (-)
 Riwayat trauma disangkal
 Riwayat DM disangkal
 Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama

VI. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5°C
BB: 60 kg
TB: 156 cm
IMT: 28.33
Status Generalisata
1. Kepala Bentuk : normocephal
2. Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa : normal, keruh (-)
3. THT : otorhea (-), rinorhea (-)
4. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-), JVP tidak meningkat
5. Thorak
Jantung : BJ I/II reguler normal, bising jantung (-)
Paru : simetris kanan=kiri, vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
5. Abdomen : Supel, Nyeri tekan (-), Bising usus normal
6. Ekstremitas : akral hangat, udem (-/-)
 Superior : akral hangat, kekuatan 5/5, CRT < 2 detik, edem (-/-),
 Inferior : Sinistra akral hangat, kekuatan 5/5, CRT < 2 detik, edem (-/-).
Dextra (lihat status lokalisata).
Status Lokalisata
Ekstremitas Inferior regio artikulasio genu dextra.
 Inspeksi
o Kontur jaringan lunak : edema (-)
o Warna merah (-)
o Jaringan parut (-)
 Palpasi
o Panas (-),
o Penebalan dan penonjolan tulang (-)
o Kontur jaringan lunak : penebalan membran sinovial (-), spasme otot
(+)
o Nyeri lokal (+)
 Pergerakan
o Fleksi terbatas ( N= 120-145 0C)
o Ektensi dalam batas normal (N= 0 0C)
o Nyeri bila digerakkan (+)
o Krepitasi (+)
 Kekuatan otot (membandingkan dengan tahanan pemeriksa)
o Fleksi : dalam batas normal
o Ektensi : dalam batas normal
o Cara berjalan : antalgik yaitu cara berjalan dengan berupaya
mengurangi beban tubuh untuk mengurangi nyeri
VII. Pemeriksaan Penunjang : -

VIII. Diagnosis Kerja


Osteoarthritis dextra ICD X M 17.1 Unilateral primary osteoarthritis of knee

IX. Diagnosis Banding


 Gout arthritis ICD X M10.0
 Rheumatoid arthritis ICD X M.05.66 Rheumathoid arthritis of knee
X. Manajemen
a. Promotif :
 Menjelaskan pada pasien mengenai osteoarthritis serta
penanggulangannya.
 Menjelaskan cara meminum obat sesuai aturan
b. Preventif :
 Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
 Menyarankan melakukan latihan untuk memperluas gerak sendi untuk
mencegah kekakuan yang dapat terjadi
 menyarankan tidak melakukan/mengurangi pekerjaan atau aktivitas
berat yang dapat memperberat penyakit misalnya naik turun tangga
(pekerjaan yang bertumpu pada lutut)
 Menjaga berat badan untuk mengurangi resiko penyakit.

c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Melakukan aktivitas seperti biasa namun dengan prinsip mengurangi
beban pada lutut
 Melakukan stretching pada area sekitar lutut dan paha
 Mengompres dengan air hangat atau pun dingin untuk menghilangkan
nyeri di sekitar lutut, dapat dilakukan selama 30 menit setiap hari.
 Latihan duduk dan berdiri (chair-rise exercise) secara perlahan setiap
hari selama 15-20 menit untuk melatih otot agar tidak kaku.

Farmakologi
 Meloxicam 1x1
 Antasida 3x1
 Vitamin B12 2x1

d. Rehabilitatif
 Pasien disarankan untuk kontrol ulang ke puskesmas atau rumah sakit bila
keluhan timbul kembali, tidak berkurang atau memberat.
RESEP

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
dr. Sunny Cheryline dr. Sunny Cheryline
SIP. G1a216019 SIP. G1a216019

Tanggal: 11/1/2018 Tanggal: 11/1/2018

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
dr. Sunny Cheryline dr. Sunny Cheryline
SIP. G1a216019 SIP. G1a216019

Tanggal: 11/1/2018 Tanggal: 11/1/2018


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi.
Osteoartritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai
kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti
pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut
osteofit, diikuti dengan fibrosis pada kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat
mekanisme abnormal pada proses penuaan, trauma atau akibat kelainan lain yang
menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi.1

2.2 Etiologi.
Secara etiologi masih belum jelas penyebab dari osteoarthritis namun memiliki
Factor predisposisi yang dipengaruhi oleh :

 Umur. Umumnya ditemukan pada usia lanjut (di atas 50 tahun), oleh karena
pada orang lanjut usia pembentukan kondroitin sulfat yang merupakan
substansi dasar tulang rawan berkurang dan dapat terjadi fibrosis tulang.
 Jenis kelamin. Kelainan ini dapat ditemukan baik pada pria maupun pada
wanita dimana osteoarthritis primer lebih banyak ditemukan pada wanita
pasca menopause sedangkan osteoarthritis sekunder lebih banyak ditemukan
pada laki-laki.
 Ras. Lebih sering pada orang asia khususnya Cina, Eropa, dan Amerika
daripada kulit hitam.
 Faktor keturunan
 Biomechanical dan Biochemical Insults. Penelitian Cooper C
memperlihatkan, aktifitas fisik yang berulang-ulang atau beberapa jenis
pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses OA pada lutut. Secara garis
besar terdapat dua hal yang berperan dalam proses patogenesis OA, yaitu
biomechanical dan biochemical insults. Kedua proses tersebut mengakibatkan
terpicunya berbagai proses reaksi enzimatik seperti dikeluarkannya enzim
proteolitik atau kolagenolitik oleh khondrosit yang dapat menghancurkan
matriks rawan sendi. Dengan perkataan lain, etiopatogenesis OA masih belum
jelas apakah karena keausan sendi akibat proses penuaan ataupun proses
degeneratif, atau peran faktor lain seperti proses inflamasi kronik. Meski
berlainan proses kejadian OA pada sendi penumpu berat badan atau bukan,
nyatanya ada kesamaan akibat yang ditimbulkannya, yakni kerusakan rawan
sendi. Dasar utama konsep degenerasi pada patogenesis OA adalah proses
wear and tear, yaitu kerusakan sendi yang diikuti perbaikan sebagai respons
tulang subkhondral yang tampak berupa pembentukan osteofit atau spur.
Konsep ini umumnya dikaitkan dengan faktor risiko usia dan beban
biomekanik pada sendi tanpa mengabaikan proses inflamasi yang terjadi
secara bersamaan. Sedangkan efusi yang terjadi pada beberapa kasus OA
berkaitan dengan peran sinovium yang berfungsi dalam sintesis cairan sendi.
 Faktor metabolic/endokrin. Pada obesitas, hipertensi, hiperurikemi dan
diabetes lebih rentan terhadap osteoatritis.
 Trauma dan factor okupasi. Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikuler
atau dislokasi sendi merupakan predisposisi osteoartritis.
 Cuaca/iklim. Gejala sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau
lembab.
 Nutrisi
Fakta menunjukkan bahwa paparan terhadap oksidan bebas secara terus
menerus dalam jangka waktu lama berkontribusi terhadap berkembangnya
penyakit yang berkaitan dengan penuaan (penyakit degeneratif), termasuk
OA. Karena antioksidan dapat memberikan perlindungan terhadap kerusakan
jaringan, maka asupan tinggi dari antioksidan dipostulasikan dapat
melindungi pasien terhadap OA.4 Metabolisme normal dari tulang tergantung
pada adanya vitamin D. Kadar vitamin D yang rendah di jaringan dapat
mengganggu kemampuan tulang untuk merespons secara optimal proses
terjadinya OA dan akan mempengaruhi perkembangannya. Kemungkinan
Vitamin D mempunyai efek langsung terhadap kondrosit di kartilago yang
mengalami OA, yang terbukti membentukkembali reseptor vitamin D.3
 Hormonal
Pada kartilago terdapat reseptor estrogen, dan estrogen mempengaruhi banyak
penyakit inflamasi dengan merubah pergantian sel, metabolisme, dan
pelepasan sitokin. Perempuan perimenopause rupanya lebih cenderung
menderita arthritis inflamatorik. Ini memberi kesan bahwa estrogen berperan
dalam osteoarthritis. Tampaknya perempuan yang mendapat estrogen
replacement therapy mempunyai kemungkinan menderita osteoarhtritis lebih
kecil daripada yang tidak, tetapi studi estrogen dan osteoarthritis pada
binatang memberikan hasil yang bertentangan.3

Table 1: Berdasarkan Panel on Exercise and Osteoarthritis, Exercise Prescription for


Older Adults with Osteoarthritis Pain; The American Geriatrics Society.3

2.3 Patofisiologi

1. Tulang rawan sendi

Stage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan


dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguan
mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan metabolisme
kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi
jaring-jaring kolagen dapat rusak dan konsentrasi aggrecan dan derajat
agregasi proteoglikan menurun.

Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.


Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks,
kondrosit berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks,
serta berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak,
mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago. Respon
ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit


untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan
kerusakan tulang rawan sendi disertai dan diperparah oleh penurunan
respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui,
namun diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan
kerusakan kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin
anabolik.2

2. Perubahan Tulang.

Perubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang rawan


sendi meliputi peningkatan densitas tulang subchondral, pembentukan
rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan
myxoid, fibrous, atau kartilago. Respon ini muncul paling sering pada
tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk
bulan sabit (crescent). Peningkatan densitas tulang merupakan akibat
dari pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya
merupakan tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang
subchondral, tapi pada beberapa sendi rongga – rongga terbentuk
sebelum peningkatan densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium
akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga
tulang subchondral yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan
permukaan tulang “denuded” dari sendi lawan. Remodeling tulang
disertai dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi
dan dapat mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai yang
terlibat.2

Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti dengan


perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan metafiseal.
Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya muncul di
tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada permukaan
tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi
(osteofit kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari
permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut osteofit sentral.
Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan kartilaginis yang
menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat tampak sebagai
perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial, osteofit ini dapat
diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan terasa sakit jika
sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang khas akan
pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoarthritis biasanya
membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur.
Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os
humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi
glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degerasi
tulang rawan sendi dan remodelling tulang sudkhondral, termasuk
pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan
pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus.2
3. Jaringan Periartikuler.

Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari


synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang
terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan
serta sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan
sendi.Semakin lama ligamen, kapsul dan otot menjadi contracted.
Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan
atropi otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan
sendi dan kelemahan tungkai.2

Gambar 1: Fisiologi Dan Patologi OA

Gambar 2: Predileksi OA
Beberapa tipe OA antara lain :3
- OA inflamatif; mempunyai manifestasi inflamasi yang sangat menonjol,
seringkali dijumpai efusi sendi.
- OA nodal; yaitu suatu bentuk OA yang disertai nodus-nodus.
- DISH (diffuse idiopathic skeletal hyperosthosis); varians dari OA.
- OA sekunder; yakni OA yang terkait penyakit lainnya.

Tabel 1: Klasifikasi OA
2.4 Gambaran Klinis
Osteoarthritis biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Gejala-gejala
klinis yang ditemukan berhubungan dengan fase inflamasi sinovial, penggunaan sendi
serta inflamasi dan degenerasi yang terjadi di sekitar sendi.1

1. Nyeri. Nyeri terutama pada sendi-sendi yang menanggung beban tubuh


seperti pada sendi panggul dan lutut. Perasaan kekakuan serta nyeri sendi
dan otot dirasakan menyeluruh (myalgia) biasanya merupakan keluhan
awal. Selain itu dirasakan nyeri berlebihan terutama muncul pada pagi hari
(setelah bangun tidur) dan setelah duduk dalam jangka waktu yang lama.
Nyeri ini dapat muncul setelah berjalan untuk waktu yang lama, pada saat
berdiri atau bekerja sehubungan dengan kelelahan otot. Nyeri yang terjadi
berhubungan dengan :
 Inflamasi yang luas
 Kontraktur kapsul sendi
 Peningkatan tekanan intra-artikuler akibat kongesti vaskuler
 Nyeri berkurang setelah dilakukan aspirasi yang mengurangi
tekanan intra-artikuler.1
2. Kekakuan. Kekakuan terutama terjadi oleh karena adanya lapisan yang
terbentuk dari bahan elastic akibat pergeseran sendi atau oleh adanya
cairan yang viskosa. Keluhan yang dikemukakan berupa kesukaran untuk
bergerak setelah duduk. Kekakuan pada sendi besar atau pada jari tangan
menyebabkan gangguan pada aktivitas sehari-hari penderita.1
3. Pembengkakan. Pembengkakan terutama ditemukan pada lutut dan siku.
Pembengkakan disebabkan oleh cairan dalam sendi pada stadium akut
atau oleh karena pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit. Juga
dapat terjadi oleh karena adanya pembengkakan dan penebalan pada
sinovia yang berupa kista.1
4. Gangguan Pergerakan. Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan oleh
adanya fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi.
Pada pergerakan sendi dapat ditemukan atau didengar adanya krepitasi.
5. Deformitas. Deformitas sendi yang ditemukan akibat kontraktur kapsul
serta instabilitas sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.
6. Nodus Heberden dan Bouchard. Nodus heberden ditemukan pada bagian
dorsal sendi interfalangeal distal, sedangkan nodus bouchard pada bagian
proksimal sendi interfalangeal tangan terutama pada wanita dengan
osteoarthritis primer. Nodus heberden kadang-kadang tanpa disertai rasa
nyeri tapi sering ditemukan parestesia dan kekakuan sendi jari-jari tangan
pada stadium lanjut disertai dengan deviasi jari ke lateral.1

2.5 Diagnosis

Bentuk klasik osteoarthritis monoartikuler berupa nyeri dan disfungsi dari


satu sendi, terutama pada sendi yang menyokong beban tubuh yaitu pada sendi
panggul dan lutut. Pada osteoarthritis sekunder mungkin dapat ditemukan penyebab
sebelumnya seperti displasia asetabuler, penyakit legg-calve-perhes, pasca trauma,
atau fraktur pada daerah panggul.

Osteoarthritis poliartikuler ditemukan pada wanita umur pertengahan dengan


keluhan nyeri, kekakuan dan pembengkakan pada sendi tangan yang terutama
mengenai sendi karpometakarpal pertama sendi tangan dan metatarsofalangeal sendi
kaki. Perubahan yang terlihat jelas pada tangan berupa pembengkakan sendi
interfalangeal dan pada tingkat awal disertai dengan reaksi inflamasi. Mungkin
ditemukan adanya pembengkakan jaringan lunak yang berupa nodus heberden dan
nosus bouchard yang tampak sebagai benjolan.1
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.6.1 Pemeriksaan Laboratorium

 Laju endap darah biasanya normal


 Serum kolesterol sedikit meninggi
 Pemeriksaan factor rematoid negatif

2.6.2 Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan :

1. Foto Polos. Gambaran yang khas pada foto polos adalah :


a. Densitas tulang normal atau meninggi
b. Penyempitan ruang sendi yang asimetris karena hilangnya tulang
rawan sendi
c. Sclerosis tulang subkondral
d. Kista tulang pada permukaan sendi terutama subkondral
e. Osteofit pada tepi sendi
2. Radionuklida Scanning. Dilakukan dengan menggunakan 99m TgHDP dan
terlihat peningkatan aktivitas tulang pada bagian subkondral dari sendi
yang terkena osteoarthritis. Dapat pula ditemukan penambahan
vaskularisasi dan pembentukan tulang baru, juga terlihat daerah
perselubungan sendi vertebra apofisial.1

2.7 Penatalaksanaan
Pada penyakit osteoarthritis terutama pada stadium awal, pemberian
pengobatan bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri, menambah luas
pergerakan/imobilisasi sendi dan mengurangi beban tubuh.1
Pengobatan terdiri atas :
1. Penanganan umum/ non farmakologi
a. Istirahat yang teratur untuk mengurangi penggunaan beban pada sendi
b. Mengurangi berat badan dengan diet
c. Latihan di rumah berupa latihan statis serta memperkuat otot-otot
d. Fisioterapi yang berguna untuk mengurangi rasa nyeri, menguatkan otot dan
menambah pergerakan sendi.
e. Pemasangan bidai apabila ada nyeri pada stadium akut, mengoreksi
deformitas serta mengurangi beban tubuh
f. Kompres air hangat atau dingin.

2. Pemberian obat-obatan/farmakologi
a. Pemberian obat-obatan analgetik dan antiinflamasi untuk mengurangi nyeri
dan pembengkakan
b. Injeksi steroid dilakukan pada sinovitis akut (intra-artikuler) atau bila ada
nyeri pada ligament peri-artikuler.
3. Aspirasi bilamana ada cairan di dalam sendi
4. Tindakan operasi. Tindakan operasi dilakukan apabila :
a. Nyeri yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan atau tindakan local
b. Sendi yang tidak stabil oleh karena subluksasi atau deformitas sendi
c. Adanya kerusakan sendi pada tingkat lanjut
d. Untuk mengoreksi beban pada sendi agar distribusi beban terbagi sama rata.

Tindakan operasi yang dapat dilakukan :1


A. Sendi lutut
a. Osteotomi tinggi pada tibia untuk mengoreksi kelurusan pada sendi lutut
dimana belum ada kerusakan yang menyolok pada sendi
b. Hemiartroplasti, bila kerusakan satu kompartemen sendi rusak
c. Artrodesis dilakukan bila terdapat kerusakan pada sendi dan sendi tidak pada
orang muda.
B. Sendi panggul
a. Osteotomi (operasi menurut Mc Murray) dilakukan pada osteoarthritis
yang ringan dengan keluhan nyeri untuk mengubah pusat tekanan pada
sendi panggul
b. Artroplasti, pada umumnya dilakukan artroplasti total untuk melakukan
penggantian sendi panggul secara keseluruhan baik kaput femur maupun
asetabulum. Tindakan ini dilakukan pada kelainan panggul yang lanjut.
c. Artrodesis, umumnya dilakukan pada penderita muda dengan kelainan
yang bersifat unilateral.

2.8 Diagnosis Banding

1. Nekrosis avaskuler baik yang bersifat idiopatik ataupun sekunder oleh karena
sebab lain misalnya pasca trauma atau obat-obatan.
2. arthritis rematoid. Pada stadium awal osteoarthritis poli-artikuler sering sulit
dibedakan dengan arthritis rheumatoid karena pada stadium ini ditemukan
pula nyeri dan inflamasi pada jari tangan. Pada stadium lanjut kelainan lebih
mudah dibedakan. Pada arthritis rheumatoid kelainan terutama pada bagian
distal interfalangeal dan metakarpofalangeal.
3. arthritis psoriatic. Arthritis psoriatic mengenai bagian distal jari tangan berupa
arthritis erosive yang menyebabkan destruksi tanpa adanya osteofit.
4. artriris gout. Pada arthritis gout biasanya bersifat poliartritis kronik disertai
dengan benjolan berupa topus dan pada pemeriksaan radiologist terlihat
adanya destruksi tulang periartikular.
5. arthritis tuberkulosa1,2,3
BAB III
ANALISA KASUS SECARA HOLISTIK

Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


Pasien tinggal di sebuah rumah panggung, berlantai kayu dan berdinding kayu.
Rumah pasien terdiri dari 1 ruang keluargan dan 4 buah kamar dengan ventilasi yang
cukup. Kamar mandi 1 dengan WC jamban/jongkok. Sumber air bersih di rumah
pasien berasal dari PDAM dan sumur.
 Terdapat hubungan antara diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan
disekitar pasien, dimana rumah pasien merupakan rumah panggung dan terdapat
tangga pada bagian depan dan belakang rumah sehingga menyebabkan pasien
sering menaiki tangga pada bagian depan dan belakang rumah, dimana dapat
menjadi faktor resiko dari osteoarthritis

Hubungan diagnosa dengan keluarga dan hubungan keluarga:


Pasien tinggal bersama seorang suami dan 4 orang anak.
 Tidak ada hubungan antara diagnosis dengan keluarga dan hubungan dalam
keluarga

Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan


sekitar:
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang mengerjakan segala sesuatunya
sendiri, dan terkadang membantu pekerjaan suaminya. Pasien juga merupakan
seseorang yang rajin bekerja dan memiliki banyak kegiatan baik di rumah maupun
diluar rumah
 Ada hubungan antara diagnosis dengan perilaku kesehatan pasien berupa kegiatan
sehari-hari pasien yang dapat menjadi faktor resiko keluhan pasien.
Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien
ini:
 Aktivitas pasien sehari-hari yang cukup banyak, mengurus rumah dan membantu
suaminya dapat menjadi factor resiko dari penyakit pasien ini
 Pasien yang berumur lebih 59 tahun menjadi faktor resiko untuk terjadinya
osteoarthritis, dimana penyakit ini merupakan penyakit degenerative dan kronis.
Dan faktor lain yang dapat mendukung terjadinya osteoarthritis pada pasien ini
adalah jenis kelamin, menopause dan faktor metabolik/obesitas.
 Faktor Biomechanical dan Biochemical Insults; aktifitas fisik yang berulang-
ulang atau beberapa jenis pekerjaan tertentu yang dapat menimbulkan proses
OA pada lutut. Kondisi rumah panggung menyebabkan pasien harus selalu
naik turun tangga yang pada kondisi ini, berat badan/beban bertumpu pada
lutut. Terjadi gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang
rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit,
diikuti dengan fibrosis pada kapsul sendi

Analisis untuk mengurangi paparan dengan faktor risiko atau etiologi pada
pasien ini.
 Menyarankan agar pasien mmengurangi aktivitas yang dapat memperberat
penyakit, misalnya mengurangi aktivitas naik turun tangga, mengangkat
beban berat, sehingga dapat memperberat beban pada lutut.
 Menyarankan diit yang sehat dan bergizi, dengan porsi yang tidak berlebihan,
mengurangi makanan yang bersantan dan menurunkan berat badan
 Mengompres dengan air hangat atau pun dingin untuk menghilangkan nyeri di
sekitar lutut, dapat dilakukan selama 30 menit setiap hari.
 Latihan duduk dan berdiri secara perlahan setiap hari selama 15-20 menit
untuk melatih otot agar tidak kaku.
 Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
 Mengistirahatkan tubuh dari aktivitas yang berulang dalam waktu lama dan
memberikan beban berlebih pada lutut

Edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga


 Menjelaskan pada pasien mengenai osteoarthritis serta penanggulangannya.
 Istirahat yang cukup
 Lakukan stretching/peregangan pada bagian lutut serta daerah sekitar paha dan
kaki
 Mengurangi mengangkat beban berat
 Mengkonsumsi obat tepat waktu dan sesuai aturan pakai
 Bila keluhan bertambah berat dan tidak berkurang segera ke dokter atau
puskesmas terdekat
DAFTAR PUSTAKA

1. Hilmy, CR. Kelainan Degenerative Dari Sendi Dan Jaringan Yang Berhubungan.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2009.
2. Barrack L, Booth E, et all. 2006. OKU : Orthopaedic Knowledge Update 3. Hip
and Knee Reconstruction Chapter 16 : Osteoarthritis dan Arthritis Inflamatoric.
3. Depkes. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan 2006. Jakarta: diakses 15 Nov 2012.
Diunduh dari: http://binfar.depkes.go.id/download/ARTRITIS.pdf

Vous aimerez peut-être aussi