LEMBAR DISPOSISI DIT JEN PP & PL
=: ih art
Ce
Kode “tH wovember 2017| Biasa: ==
634 [Pe f 2013
Tanggal Nomor
Asal
Isi Ringkas
Rlaeranaowr Kebijakan
Tanen 30y.
INSTRUKSI/INFORMAS! :
DITERUSKAN KEPADA YTH.
1. Ka Sub Dit Jantung
2.Ka Sub Dit Kanker
3. Ka Sub Dit Diabetes
4.Ka Sub Dit Kronis
Ka Sub Dit Gak Cc
6 Ka Sub Bag TU.
Sa DIS POSISI
Mohon Pengarahan
Mohon Saran/Tanggapan
: ‘Mohon Konsep Jawaban
Untuk Diketahul
Untuk ting =
Untuk diperiin
I
SeSudah digunakan harap dikembalikan :
Kepada :
Tanggal | rescsnsen
TGL. PENYELESAIAN :LEMBAR DISPOSISI DIRJEN PP & PL
Agno: : 6730
Tanggal : 1% /li Lois
Tgl & No. Surat
Asal
Isi Ringkas
Rahasia / Penting / Biasa
Tgl Penyelesaian :
'Aln-2013
Felikcancan . kohrpkan,. Penurecen Poy
Diteruskan kepada Yth.
1. Sesditjen
2. Direktur Imunisasi dan Karantina
3. Direktur PPML
Direktur PPBB
G Sse PPTM
6. Direktur PL
INSTRUKSI
1. Harap Saran/Tanggapan
2. Harap Konsep Jawaban
3... Untuk Diketahui
“ Untuk Tindak Lanjut
5. Untuk Dipertimbangk:
6. Untuk Dipergunakan
7. Bicarakan dengan saya
8.
9.
. Teruskan ke
. Fotokopi
10. Simpan
sg
Kepada :
Tanggal = eee
£__ idah digunakan harap dkembalikan :
Tanda Terima :
Ayh “1,8
wcKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
‘GEDUNG RADIUS PRAWIRO LANTAI 9, JL. DR. WAHIDIN NO. 1 JAKARTA 10710 KOTAK POS 2495,
“TELEPON (021) 3600442, FAKSIMILE (021) 3509443, SITUS www.dapkeu.gold
Nomor > S$Z4 iPKw2013 22 Oktober 2013
Sifat : Segera
Hal : Pelaksanaan Kebijakan Pemungutan Pajak
Rokok Tahun 2014
1. Deputi Menteri Negara PPN/Bappenas Bidang Pendanaan Pembangunan.
2. Deputi Menteri Negara PPN/Bappenas Bidang Pengembangan Regional dan
Otonomi Daerah.
3. Direktur Jenderal Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri.
4. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
5. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Kementerian Kesehatan.
6. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan.
di Jakarta
Sebagaimana dimaklumi bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, mulai 1 Januari 2014 akan
dilaksanakan pemungutan Pajak Rokok sebagai pajak provinsi. Berkenaan dengan hal
tersebut, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tarif Pajak Rokok adalah sebesar 10% dari cukai rokok dan akan dipungut oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai bersamaan dengan pemungutan cukai atas rokok. Penerimaan
Pajak Rokok akan disetorkan ke provinsi secara triwulanan berdasarkan proporsi jumlah
penduduk. Selanjutnya provinsi akan membagihasilkan penerimaan Pajak Rokok kepada
kabupaten/kota dengan imbangan 30% untuk provinsi dan 70% kabupaten/kota di wilayah
provinsi yang bersangkutan dengan mempertimbangkan aspek pemerataan dan/atau
potensi antarkabupaten/kota.
2. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, paling sedikit 50% dari
penerimaan Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, digunakan
untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan: hukum oleh aparat
berwenang. Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain, pembangunan/pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyediaan sarana umum
yang memadai bagi perokok (smoking area), kegiatan memasyarakatkan bahaya merokok,
+ dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya merokok. Sedangkan penegakan hukum
yang dapat dikerjasamakan oleh Pemerintah Daerah dengan pihak/instansi lain, antara
lain, pemberantasan peredaran rokok ilegal dan penegakan aturan mengenai larangan
merokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Berdasarkan perkiraan penerimaan cukai rokok dalam RAPBN 2014 sebesar Rp108,7
triliun dan ketentuan penyetoran Pajak Rokok yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 tentang Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok,
diperkirakan potensi penerimaan Pajak Rokok tahun 2014 mencapai sekitar Rp9,5 triliun.
Hal ini berarti akan ada dana APBD provinsi dan kabupaten/kota sekitar Rp4,75 triliun yang
akan dialokaskan untuk pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum pada
tahun 2014 nanti.
4, Mengingat hal tersebut, kiranya kebijakan penggunaan dana penerimaan Pajak Rokok
dimaksud dapat digunakan sebagai bahan harmonisasi pendanaan bidang kesehatan dan
penegakan hukum yang bersumber dari APBN dan APBD pada tahun 2014 dan tahun-
tahun selanjutnya.Demikian kami sampaikan, atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.
Tembusan:
1. Menteri Keuangan (sebagai laporan).
2. Menteri PPN/Bappenas.
3. Menteri Kesehatan