Vous êtes sur la page 1sur 2

Abimanyu

Abimanyu terdiri dari dua kata Sanskerta, yaitu abhi (berani) dan man'yu (tabiat). Dalam
bahasa Sansekerta, kata Abhiman’yu berarti "ia yang memiliki sifat tak kenal takut" atau
"yang bersifat kepahlawanan"
Dikisahkan, saat belum lahir, berada dalam rahim ibunya, Abimanyu mempelajari
pengetahuan tentang memasuki formasi mematikan yang sulit ditembus bernama
Chakrawyuha dari Arjuna. Mahabharata menjelaskan bahwa dari dalam rahim, ia
menguping pembicaraan Arjuna yang sedang membahas hal tersebut dengan ibunya,
Subadra. Arjuna berbicara mengenai cara memasuki Chakrawyuha dan kemudian
Subadra tertidur, maka sang bayi tidak memiliki kesempatan untuk tahu bagaimana cara
meloloskan diri dari formasi itu.
Abimanyu menghabiskan masa kecilnya di Dwaraka, kota tempat tinggal ibunya.
Ia dilatih oleh ayahnya yang bernama Arjuna yang merupakan seorang kesatria besar dan
diasuh di bawah bimbingan Kresna. Ayahnya menikahkan Abimanyu dengan Utari, putri
Raja Wirata, untuk mempererat hubungan antara Pandawa dengan keluarga Raja Wirata,
saat pertempuran Bharatayudha yang akan datang. Pandawa menyamar untuk
menuntaskan masa pembuangannya tanpa diketahui di kerajaan Raja Wirata, yaitu
Matsya.
Sebagai cucu Dewa Indra, dewa senjata sekaligus dewa peperangan, Abimanyu
merupakan ksatria yang gagah berani dan ganas. Karena dianggap setara dengan
kemampuan ayahnya, Abimanyu mampu melawan kesatria-kesatria besar seperti Durna,
Karna, Duryudana dan Dursasana. Ia dipuji karena keberaniannya dan memiliki rasa setia
yang tinggi terhadap ayah, paman, dan sekutunya
Dikisahkan, Abimanyu karena kuat tapanya mendapatkan Wahyu Makutha Raja,
wahyu yang menyatakan bahwa keturunannyalah yang akan menjadi penerus tahta para
Raja Hastina. Abimanyu dikenal pula dengan nama Angkawijaya, Jaya Murcita, Jaka
Pengalasan, Partasuta, Kirityatmaja, Sumbadraatmaja, Wanudara dan Wirabatana. Ia
merupakan putra Arjuna, salah satu dari lima ksatria Pandawa dengan Dewi Subadra,
putri Prabu Basudewa, Raja Mandura dengan Dewi Dewaki. Ia mempunyai 13 orang
saudara lain ibu, yaitu: Sumitra, Bratalaras, Bambang Irawan, Kumaladewa,
Kumalasakti, Wisanggeni, Wilungangga, Endang Pregiwa, Endang Pregiwati,
Prabakusuma, Wijanarka, Anantadewa dan Bambang Sumbada. Sejak dalam kandungan
ia telah mendapat "Wahyu Hidayat", yang mampu membuatnya mengerti dalam segala
hal. Setelah dewasa ia mendapat "Wahyu Cakraningrat", suatu wahyu yang dapat
menurunkan raja-raja besar.
Abimanyu mempunyai sifat dan watak yang halus, baik tingkah lakunya,
ucapannya terang, hatinya keras, besar tanggung jawabnya dan pemberani. Dalam olah
keprajuritan ia mendapat ajaran dari ayahnya, Arjuna. Sedang dalam olah ilmu
kebathinan mendapat ajaran dari kakeknya, Begawan Abiyasa. Abimanyu tinggal di
kesatrian Palangkawati, setelah dapat mengalahkan Prabu Jayamurcita. Ia mempunyai
dua orang istri, yaitu: Dewi Utari, putri Prabu Matsyapati dengan Dewi Ni Yutisnawati,
dari negara Wirata, dan berputra Parikesit.
Pada pertempuran di hari ketiga belas, pihak Kurawa menantang Pandawa untuk
mematahkan formasi perang melingkar yang dikenal sebagai Cakrawyuha. Para Pandawa
menerima tantangan tersebut karena Kresna dan Arjuna tahu bagaimana cara
mematahkan berbagai formasi. Pada hari itu, Kresna dan Arjuna sibuk bertarung dengan
Raja Trigarta dan laskar Samsaptaka. Karena Pandawa sudah menerima tantangan
tersebut, mereka tidak memiliki pilihan selain mencoba untuk menggunakan Abimanyu
yang masih muda, yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara mematahkan
formasi Cakrawyuha namun tidak tahu bagaimana cara keluar dari dalamnya. Untuk
meyakinkan bahwa Abimanyu tidak akan terperangkap dalam formasi tersebut, Pandawa
bersaudara memutuskan bahwa mereka dan sekutu mereka akan mematahkan formasi itu
bersama Abimanyu dan membantu sang pemuda keluar dari formasi tersebut.
Abimanyu menggunakan kecerdikannya untuk menembus formasi tersebut.
Pandawa bersaudara dan sekutunya mencoba untuk mengikutinya, namun mereka
dihadang oleh Jayadrata, Raja Sindhu, yang memakai anugerah Siwa agar mampu
menahan para Pandawa—kecuali Arjuna—hanya untuk satu hari. Setelah tertinggal,
Abimanyu berjuang sendirian dalam menghadapi serangan pasukan Kurawa. Abimanyu
membunuh beberapa kesatria yang mendekatinya, termasuk putra Duryudana, yaitu
Laksmana. Setelah menyaksikan putra kesayangannya terbunuh, Duryudana marah besar
dan menyuruh segenap pasukan Kurawa untuk menyerang Abimanyu. Karena gagal
menghancurkan zirah Abimanyu, Adipati Karna menghancurkan busur Abimanyu dari
belakang. Kemudian keretanya dihancurkan, kusir dan kudanya dibunuh, dan seluruh
senjatanya terbuang. Putra Dursasana mencoba untuk melawan Abimanyu dengan tangan
kosong. Tanpa menghiraukan aturan perang, pihak Kurawa menyerang Abimanyu secara
serentak. Abimanyu mampu bertahan sampai pedangnya patah dan roda kereta yang ia
pakai sebagai perisai hancur berkeping-keping. Tak berapa lama kemudian, Abimanyu
dibunuh oleh putra Dursasana dengan cara menghancurkan kepalanya dengan gada.

Vous aimerez peut-être aussi