Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Geology Open Challenge (GOC) 2017 merupakan acara HMTG
“dr.Bumi” Universitas Jenderal Soedirman yang ditujukan untuk delegasi
Mahasiswa Teknik Geologi se-Indonesia. Acara ini berupa kegiatan kompetisi
pemetaan dengan tema “Paleovulkano”. Kegiatan ini secara umum dikemas
secara unik, khas, dan berkarakter untuk mencakup beberapa aspek yaitu
pendidikan, lingkungan dan hiburan. Seluruh aspek kegiatan ini berorientasi
pada bidang geologi yang dipastikan dapat memberikan dampak baik bagi
pihak lain. Kegiatan ini mencakup mahasiswa Teknik Geologi di Universitas
seluruh Indonesia. Luas kapling daerah pemetaan geologi ini seluas 3x3 km2,
hasil akhir pengolahan data pemetaan geologi disusun dalam bentuk poster
dan presentasi.
2
b. Selama di Lapangan
1. Hindarilah tempat-tempat berbahaya saat di lapangan guna menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan;
2. Lihat peta dan pastikan anda berada pada posisi yang benar, dalam artian
tidak tersesat;
3. Segera datang ke pos panitia yang dapat dilihat pada peta apabila
membutuhkan sesuatu ataupun terjadi hal-hal yang tidak diinginkan;
4. Hindarilah hewan-hewan yang berbahaya saat di lapangan;
5. Gunakanlah plastik sample yang cukup kuat untuk menahan goresan
sample batuan yang runcing dan berat;
6. Selama anda di lapangan pastikan anda minum secara cukup untuk
menghindari dehidrasi;
7. Apabila mengalami atau menjumpai kasus darurat segera tangani atau
berikan pertolongan pertama terlebih dahulu dan segera datang ke pos
panitia terdekat untuk ditangani lebih lanjut;
8. Pastikan tidak ada peralatan yang tertinggal sebelum meninggalkan lokasi
pengamatan atau stopsite;
9. Meskipun sedang berada dilapangan, utamakan ibadah jika sudah
waktunya, segera sholat jika yang muslim;
10. Jangan melakukan hal-hal yang bisa merusak citra anda saat kegiatan;
11. Jangan lupa berdoa sebelum dan sesudah dari lapangan.
C. FASILITAS ACARA
Geologi Open Challenge 2017 ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Selasa,4 September 2017 – Minggu,10 September 2017
Tempat : Kampus Teknik Unsoed dan sekitar Jawa Tengah
1. Konsumsi peserta selama acara perlombaan ditanggung oleh panitia;
2. Transportasi peserta selama rangkaian acara ditanggung oleh panitia;
3. Keselamatan peserta menjadi tanggung jawab panitia;
4. Perlengkapan pembuatan poster disediakan oleh panitia;
5. Kaos dan topi peserta;
3
6. Penginapan peserta selama rangkaian acara ditanggung oleh panitia;
7. Sertifikat untuk semua peserta Geologi Open Challenge (GOC) 2017;
8. Piala, sertifikat dan uang pembinaan untuk Juara I, Juara II, dan Juara III.
E. TIM PENILAI
Tim penilai terdiri atas juri.
4
BAB II
KETENTUAN DAN PERSYARATAN
A. PESERTA
1. Mahasiswa aktif S1 Teknik Geologi dengan maksimal semester 7;
2. Setiap Perguruan Tinggi diwakili oleh 3 orang dalam 1 tim;
3. Masing-masing Perguruan Tinggi dapat mengirimkan maksimal 2 tim
dengan catatan salah satu tim menjadi waiting list yang akan dihubungi
panitia pada tanggal yang ditentukan;
4. Peserta yang akan mengikuti lomba diharapkan telah mengambil mata
kuliah dasar geologi seperti geologi dasar, petrologi, petrografi,
paleontologi, sedimentologi, stratigrafi, mitigasi bencana geologi, endapan
mineral, geowisata, volkanologi dan geologi struktur atau sejenisnya
sesuai kurikulum Perguruan Tinggi yang bersangkutan;
5. Setiap peserta sehat jasmani dan rohani;
6. Peserta harus sudah berada di Kampus Teknik Unsoed pada tanggal 3
September 2017 selambat-lambatnya pukul 15.00 WIB . Fasilitas
peserta menjadi tanggungan panitia terhitung tanggal 3 september 2017
pukul 15.00 sampai tanggal 10 September 2017. Panitia menyediakan
fasilitas penjemputan untuk peserta setelah berada di daerah Kabupaten
Banyumas-Purbalingga
D. HADIAH
1. Juara 1, Trophy + Sertifikat + Uang pembinaan Rp 7.000.000,00;
2. Juara 2, Trophy + Sertifikat + Uang pembinaan Rp 5.000.000,00;
3. Juara 3, Trophy + Sertifikat + Uang pembinaan Rp 3.000.000,00;
6
4. Semua peserta mendapatkan sertfikat sebagai peserta Lomba.
7
BAB III
TEKNIS PERLOMBAAN
A. TENTATIVE ACARA
8
Keberangkatan peserta ke Home stay 15:45 – 17:45
Ishoma 17:45 – 19:30
Istirahat 19:30
Sabtu, 5 September 2017
Kegiatan Estimasi Waktu
Makan Pagi Peserta 05:20 - 05:50
Persiapan peserta 05:50 - 06:20
Keberangkatan peserta 06:20 - 06:40
Mapping 06:40 - 16:00
Penjemputan peserta 16:00 - 16:30
Pelengkapan Data 16:30 - 18:00
Ishoma 18:00 - 19:00
Pelengkapan Data 19:00 - 20:30
Istirahat 20:30
Minggu, 6 September 2017
Kegiatan Estimasi Waktu
Makan Pagi Peserta 05:20 - 05:50
Persiapan Peserta 05:50 - 06:20
Keberangkatan peserta 06:20 - 06:40
Mapping 06:40 - 16:00
Penjemputan peserta 16:00 - 16:30
Pelengkapan data 16:30 - 18:00
Ishoma 18:00 - 19:00
Pelengkapan Data 19:00 - 20:30
Istirahat 20:30
Senin, 7 September 2017
Kegiatan Estimasi Waktu
Makan Pagi Peserta 05:20 - 05:50
Persiapan Peserta 05:50 - 06:20
Keberangkatan peserta 06:20 - 06:40
Mapping 06:40 - 15:00
9
Penjemputan peserta 15:00 - 15:15
Persiapan Peserta 15:15 - 16:00
Persiapan Keberangkatan 16:00 - 16:15
Perjalanan ke penginapan 16:15 - 18:15
Ishoma 18.15 – 19.30
Pengecekan peserta 19:30 - 20:00
Pelengkapan Data 20:00 - 22:00
Istirahat 22:00
Selasa, 8 September 2017
Kegiatan Estimasi Waktu
Makan Pagi 06:45 - 07:10
Kedatangan Peserta 07:10 - 07:20
Persiapan Analisis Peserta 07:20 - 07:30
Analisis 07:30 - 12:30
Ishoma 12:30 - 13:30
Analisis 13:30 - 17:30
Ishoma 17:30 - 19:00
Analisis 19:00 - 22:00
Istirahat 22:00
Rabu, 9 September 2017
Kegiatan Estimasi Waktu
Makan Pagi 07:00 - 07:30
Kedatangan Peserta & Juri 07:30 - 07:45
Pembukaan 07:45 - 08:00
Penjurian 08:00 - 12:30
Ishoma 12:30 - 13:30
Penjurian 13:30 - 16:30
Penutup 16:30 - 16:45
Ishoma 16:45 - 19:30
Istirahat 19:30
Kamis, 10 September 2017
10
Kegiatan Estimasi Waktu
Makan Pagi 06:20 - 06:50
Kedatangan Peserta 06:50 - 07:00
Keberangkatan Peserta 07:00 - 08:30
Konservasi 08:30 - 10:00
Fieldtrip dan refreshing 10:00 – 12:00
Ishoma 12:00 – 13:00
Fieldtrip dan refreshing 13:00 – 14:30
Kembali ke penginapan 14:30 - 16:15
Ishoma 16:15 - 19:00
Persiapan Closing GOC dan Pengumuman 19:00 - 19:15
Closing GOC dan Pengumuman 19:15 - 22:00
Istirahat 22:00
11
6. Dilarang keras memicu terjadinya perpecahan antara panitia dan peserta
ataupun peserta dan peserta lain selama acara berlangsung;
7. Technical Meeting (TM) bukan suatu kewajiban, akan tetapi apabila tidak
menghadiri TM atau telat menghadiri TM yang sudah ditentukan panitia
dengan alasan apapun, maka peserta tidak diperkenankan bertanya
kepada panitia mengenai teknis perlombaan dan hanya diperkenankan
membaca modul pelaksanaan kegiatan;
8. Selama kegiatan berlangsung peserta dilarang berdiskusi mengenai data
lapangan atau menjurus yang sejenisnya dengan tim peserta lain;
9. Selama peserta dilapangan harus tepat waktu saat mengikuti tentative
yang diberikan oleh panitia, atau jika tidak sesuai dengan tentative karena
suatu hal yang mendesak harus meminta ijin kepada panitia yang
bersangkutan;
10. Setiap tim akan ditemani Liason Officer (LO) masing-masing dan peserta
wajib menjaga hubungan baik antara peserta dan LO;
11. Dilarang membawa dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang ataupun
minuman keras selama acara GOC 2017;
12. Semua proses pengolahan data adalah manual, dan dalam penggunaan
laptop dilarang menggunakan modem (internet) dan software pengolahan
data dengan pengawasan panitia;
13. Peserta dilarang merokok saat melakukan pembuatan poster, namun
diizinkan selama pengambilan data lapangan;
14. Saat pengolahan data, textbook diperbolehkan akan tetapi tidak boleh
dipinjamkan kepada tim lain;
15. LO berperan pasif dalam pengawasan pembuatan laporan harian maupun
pembuatan laporan final, dalam artian LO hanya sebatas mengawasi
keberlangsungan kegiatan tersebut untuk terus memantau peserta agar
tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan regulasi yang ada;
16. Semua alat komunikasi (HP, Tablet, Laptop, Modem ataupun gadget
lainnya) sementara waktu akan dititipkan kepada panitia selama proses
pengambilan data dan analisa demi terwujudnya kompetisi yang sportif;
12
17. Peserta diperbolehkan memakai alat komunikasi pada saat pagi hari
sebelum keberangkatan ke lapangan dengan menghubungi LO masing-
masing.
18. Pengumpulan laporan harian dikumpulkan maksimal sesuai tentative
acara kepada panitia;
19. Setiap peraturan yang dilanggar, akan mendapatkan sanksi berupa
penyitaan dan atau pengurangan poin penilaian bagi peserta yang menjadi
hak panitia dan atau dewan juri.
b. Sanksi
1. Pelanggaran poin 3 : Peserta wajib menggantinya dengan harga yang
sesuai ataupun mengganti dengan barang yang sama dengan periode
waktu tertentu hasil keputusan panitia;
2. Pelanggaran poin 4 : Apabila ada 1 orang dalam 1 tim yang tidak
mematuhi regulasi ini, maka data harian mereka tidak akan dinilai oleh
juri, yang berarti memiliki bobot nilai nol point;
3. Pelanggaran poin 6 : Apabila ada salah satu dari anggota tim yang
melakukan tindak memicu perpecahan, maka akan mendapatkan
peringatan 1x dari panitia dan juri, kemudian jika masih melakukannya
akan mendapat sanksi diskualifikasi;
4. Pelanggaran poin 8 : Apabila melakukan diskusi data dengan tim lain,
maka akan mendapatkan pengurangan sebesar 5% dari total nilai yang
telah diakumulasi diakhir penilaian juri;
5. Pelanggaran poin 9 : Apabila terlambat maka mendapatkan pengurangan
1% per 5 menit yang berlaku secara akumulasi diakhir penilaian juri;
6. Pelanggaran poin 11 : Apabila ada salah satu dari anggota tim yang
membawa atau mengonsumsi obat-obatan terlarang ataupun minuman
keras maka tim akan didiskualifikasi;
7. Pelanggaran poin 12 : Data yang diolah dengan menggunakan software
diluar ketentuan panitia maka hasilnya tidak akan dinilai oleh juri;
13
8. Pelanggaran poin 13 : Peserta akan mendapat teguran langsung dari
panitia;
9. Pelanggaran poin 14 : Pelanggaran regulasi ini akan mendapatkan
pengurangan sebesar 2% bagi kedua pihak;
10. Pelanggaran poin 18 : Pelanggaran regulasi ini akan mendapatkan
pengurangan nilai sebesar 1% tiap 5 menit.
c. Regulasi Data
1. Dengan mendaftarkan diri sebagai peserta maka semua hasil karya
peserta menjadi hak milik panitia dan hasil karya ini bisa dipublikasikan
oleh panitia dengan tetap mencantumkan etika pengarang atau pembuat
karya;
2. Semua data akan dinilai oleh juri dan keputusan juri tidak dapat diganggu
gugat.
C. PRESENTASE PENILAIAN
Aspek-aspek penilaian pemetaan geologi meliputi :
a. Data (60%)
1. Pemetaan Umum (80%)
1.1. Peta Lintasan Geologi (20%)
a) Kerapian dan kecocokan antara plotting data di peta dengan data
catatan lapangan beserta deskripsinya;
b) Penyebaran lintasan dan lokasi observasi yang tepat, lengkap, dan
cukup representatif;
c) Pencantuman simbol-simbol peta dengan tepat (terutama simbol
batuan dan kedudukannya, gejala-gejala struktur geologi dan gejala-
gejala geomorfologi);
14
d) Kerapian dan kelengkapan keterangan peta lintasan.
15
e) Penentuan jenis struktur geologi dengan tepat yang didasarkan atas
data lapangan (lihat peta lintasan) dan digambar dengan
memperhatikan jenis struktur geologi yang terukur, diperkirakan,
atau tertimbun;
f) Pembuatan penampang sayatan peta geologi;
Pembuatan penampang sayatan geologi sebisa mungkin
merepresentasikan seluruh satuan batuan (biasanya tegak
lurus dengan jurus) dan memotong seluruh jenis struktur
geologi yang berkembang (bisa lebih dari satu penampang
geologi);
Penarikan kemiringan didasarkan atas data lapangan dan telah
dikoreksi kemiringannya apabila tidak tegak lurus dengan
jurus;
Hubungan antara satuan batuan dan stuktur geologi sudah
mengikuti hukum geologi (superposisi, cross cutting, dan lain-
lain);
Rekonstruksi struktur geologi telah dilakukan dengan metode
yang baku.
g) Kerapian dan kelengkapan legenda serta keterangan peta geologi
(termasuk peta indekslokasi pemetaan) (Umur satuan batuan
mengacu pada hasil kesebandingan dengan umur formasi berdasarkan
peta geologi regional).
16
c) Deskripsi setiap satuan batuan telah dibuat dengan baik dengan
mempertimbangkan litologi penyusun utama, variasi yang ada,
karakteristik litologi, penyebaran vertikal dan lateralnya, serta
interpretasi lingkungan pengendapannya.
b. Poster (10%)
1. Poster memuat : Judul, Abstrak, Pendahuluan, Metode, Hasil, dan
Kesimpulan.
2. Kreatifitas poster.
Setiap bagian dalam poster disusun secara baik dan sistematik, memuat
teks, tabel, dan gambar (termasuk foto) yang ditampilkan secara jelas dan
rapi, dengan pemilihan huruf dan warna yang serasi.
17
c. Presentasi (25%)
1. Isi/materi presentasi dan urutan (sistematika) penyajiannya (20%);
2. Penguasaan isi/materi presentasi (30%);
3. Teknik presentasi (bahasa, gerak tubuh, alur dan penguasaan materi)
(15%);
4. Ketepatan waktu yang digunakan saat presentasi (10%);
5. Teknik dan ketepatan dalam menjawab pertanyaan (25%).
18
GEOLOGI REGIONAL
A. GEOMORFOLOGI REGIONAL
a. Fisiografi Regional
Menurut Van Bemmelen (1949), berdasarkan sifat fisiografinya,
secara garis besar daerah Jawa Tengah dibagi menjadi enam bagian, yaitu :
1. Endapan Vulkanik Kuarter,
2. Dataran Aluvium Jawa Utara,
3. Antiklinorium Rembang-Madura,
4. Antiklinorium Bogor, Rangkaian Pegunungan Serayu Utara serta Kendeng,
5. Zona Pusat Depresi Jawa Tengah,
6. Kubah dan Pegunungan Pusat Depresi, Rangkaian Pegunungan Serayu
Selatan,
7. Pegunungan Selatan Jawa Barat dan Jawa Timur.
Menurutnya, pegunungan di Jawa Tengah terbentuk oleh 2 puncak
geoantiklin yaitu Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan.
Pegunungan Serayu Utara merupakan garis penghubung antara Zona Bogor
19
di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di Jawa Timur. Sedangkan
Pegunungan Serayu Selatan merupakan elemen yang muncul dari Zona
Depresi Bandung yang membujur secara longitudinal di Jawa Barat dan
terdiri atas bagian barat dan timur, yang keduanya dipisahkan oleh Lembah
Jatilawang yang termasuk kedalam Zona Pusat Depresi Jawa Tengah dan
bagian baratnya merupakan tinggian di dalam Zona Bandung di Jawa Tengah.
Pegunungan ini merupakan antiklin yang sederhana dan sempit di bagian
barat, yaitu di sekitar Ajibarang. Sedangkan di bagian timur Banyumas
berkembang antiklinorium dengan lebar mencapai 30 kilometer yaitu di
sekitar Lok Ulo. Bagian timur Pegunungan Serayu Selatan ini merupakan
struktur dome sedangkan dekat Jatilawang terdapat suatu antiklin yang
terpotong oleh Sungai Serayu.
Antara Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan Serayu Utara
terdapat Zona Depresi Serayu, atau lebih dikenal dengan sebutan Zona
Depresi Jawa Tengah. Depresi Jawa Tengah ini memanjang dari Majenang –
Ajibarang – Purwokerto – Jatilawang dan Wonosbo. Di antara Purwokerto
dan Banjarnegara, lebar dari zona ini sekitar 15 kilometer, tetapi di sebelah
timur Wonosobo semakin meluas dan secara setempat-setempat ditutupi
oleh gunungapi muda, di antaranya G. Sindoro (3155 m) dan G. Sumbing
(3317 m) dan ke arah timur Zona Depresi Jawa Tengah ini muncul kembali,
yaitu di sekitar Datar Temanggung, Magelang.
Sedangkan Pulau Nusakambangan merupakan kelanjutan Pegunungan
Serayu Selatan yang terbentang luas di Jawa Barat. Pegunungan
Karangbolong merupakan bagian dari lajur yang sama, tetapi terpisah baik
dari yang terdapat di Jawa Barat maupun yang terbentang dari selatan
Yogyakarta ke timur. Berdasarkan pembagian tersebut, daerah penelitian
termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu Utaradan secara struktur
termasuk ke dalam Besuki Majenang High. Secara regional, Zona Pegunungan
Serayu Utara mempunyai relief yang agak menonjol membentuk jalur
Pegunungan Slamet, dan menuju ke arah selatan semakin melandai
membentuk Cekungan Serayu.
20
b. Stratigrafi Regional
Pembahasan stratigrafi regional dimaksudkan untuk memberikan
gambaran umum dari beberapa formasi yang erat hubungannya dengan
stratigrafi daerah penelitian dan diuraikan dari satuan yang tua ke satuan
yang lebih muda menurut Peta Geologi Lembar Banyumas, Jawa (Djuri,
Samodra, Amin dan Gafoer, 1996), urutan stratigrafi regional daerah
penelitian dari yang tua ke yang muda tersusun atas
1. Aluvium (Qa)
Lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal.
2. Endapan Pantai (Qac)
Umumnya pasir yang terpilah baik - sedang, sangat lepas.
3. Endapan Undak (Qt)
Pasir, kerikil dan kerakal; agak mampat dan merupakan endapan
tua K. Serayu.
4. Formasi Tapak (Tpt)
21
Batupasir dengan cangkang moluska, bersisipan napal dan
breksi.
5. Formasi Halang (Tmph)
Perselingan batupasir, batulempung, napal dan tuf dengan
sisipan breksi; dipengaruhi oleh arus turbid dan pelengseran bawah
air laut.
6. Anggota Breksi Formasi Halang (Tmpb)
Breksi dengan komponen andesit, basalt dan batugamping,
masa dasar batupasir tufan kasar; sisipan batupasir dan lava basalt.
7. Anggota Batupasir Formasi Halang (Tmhs)
Endapan turbidit terdiri dari perselingan batupasir,
konglomerat dengan batulempung, napal dan serpih, dengan sisipan
diamikit.
8. Formasi Rambatan (Tmp)
Batupasir gampingan bersisipan napal, batulempung dan
breksi; umumnya berstruktur turbidit.
9. Formasi Pamutuan (Tmpa)
Batupasir, napal, tuf, batulempung dan batugamping.
10. Formasi Panosongan (Tmpe)
Perselingan batupasir gampingan, batulempung, tuf, napal, dan
kalkarenit, dipengaruhi oleh arus turbidit.
11. Formasi Kalipucang (Tmk)
Batugamping terumbu, setempat batugamping klastik dan
bagian bawah serpih bitumen.
12. Formasi Waturanda (Tmw)
Bagian bawah batupasir kasar, makin keatas berubah menjadi
breksi dengan komponen andesit - basalt; masa dasar batupasir dan
tuf.
13. Anggota Tuf Formasi Waturanda (Tmwt)
Perselingan tuf gelas, tuf kristal, batupasir gampingan
dan napal tufan.
14. Formasi Gabon (Tomg)
22
Breksi dengan komponen andesit, bermasa dasar tuf dan
batupasir kasar, setempat tuf lapilli, lava dan endapan lahar;
umumnya berubah.
15. Anggota Tuf Formasi Gabon (Tomgt)
Tuf, tuf lapilli, Breksi tuf bersisipan batupasir dan batulempung;
berubah.
16. Formasi Karangsambung (Teok)
Batulempung berstruktur sisik dengan fragmen batugamping,
konglomerat, batupasir, batulempung dan basalt.
17. Basalt (Tpb)
Basalt yang berupa retas atau retas lempeng.
18. Andesit (Tms)
Andesit yang berupa retas.
c. Struktur Regional
Proses tektonik yang terjadi di Pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh
subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Mikro Sunda.
Berdasarkan berbagai macam data (data foto udara, penelitian lapangan,
citra satelit, data magnetik, data gaya berat, data seismik, dan data pemboran
migas) dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya di pulau Jawa ada 3 (tiga)
arah kelurusan struktur dominan yaitu pola Meratus, pola Sunda, dan pola
Jawa (Gambar 3.).
23
Gambar 3. Pola struktur geologi Pulau Jawa (Van Bemmelen, 1949 dalam
Pulunggono dan Martodjojo, 1994)
1. Pola Meratus
Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri,
dibagian tengah terekspresikan dari pola penyebaran singkapan batuan pra-
Tersier di daerah Karang Sambung. Sedangkan di bagian timur
ditunjukkanoleh sesar pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur, “Central
Deep”. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian
Karimun Jawa, Tinggian Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus
tampak lebih dominan terekspresikan di bagian timur dengan arah
Timurlaut-Baratdaya (NE-SW). Pola struktur dengan arah Meratus ini
merupakan pola dominan yang berkembang di Pulau Jawa (Pulunggono dan
Martodjojo, 1994) terbentuk pada 80 sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur
Akhir-Eosen Awal).
2. Pola Sunda
Pola Sunda berarah Utara-Selatan, di bagian barat tampak lebih
dominan sementara perkembangan ke arah timur tidak terekspresikan.
Ekspresi yang mencerminkan pola ini adalah pola sesar-sesar pembatas
Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda pada
24
umumnya berupa struktur regangan. Pola Sunda berarah utara-selatan (N-S)
terbentuk 53 sampai 32 juta tahun yang lalu (Eosen Awal-Oligosen Awal).
3. Pola Jawa
Pola Jawa di bagian barat pola ini diwakili oleh sesar-sesar naik
seperti sesar Beribis dan sesar-sesar dalam Cekungan Bogor. Di bagian
tengah tampak pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu Utara
dan Serayu Selatan. Di bagian Timur ditunjukkan oleh arah Sesar
Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik. Pola Jawa berarah barat-timur
(E-W) terbentuk sejak 32 juta tahun yang lalu.
Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus
merupakan pola yang paling tua. Sesar-sesar yang termasuk dalam pola ini
berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian Karimun
Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa
Barat. Sesar ini teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda.
Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola
Sunda telah mengaktifkan kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada
Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir. Pola Jawa menunjukkan pola termuda
dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang telah ada sebelumnya
(Pulunggono, 1994). Data seismic menunjukkan bahwa pola sesar naik
dengan arah barat-timur masih aktif hingga sekarang.
25