Vous êtes sur la page 1sur 22

EVALUATION USAGE OF ANTIBIOTIC TO SEPSIS NEONATUS PATIENT

IN RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINCE RIAU

Rizki Giofani
Nazardi Oyong
Inayah
Rizki.rg@gmail.com

ABSTRACT

Sepsis neonatus is systemic clinical syndrome usually accompanied with


bacteremia that needed prompt and proper antibiotic therapy. This study purpose
was evaluating usage of antibiotic to sepsis neonatus patient in RSUD Arifin Achmad
Province Riau. This study method was descriptive retrospective. Data sources were
taken from medical record of sepsis neonatus patient in RSUD Arifin Achmad
Province Riau period 1 January - 31 December 2015. Based on characteristic of
patient, neonatal sepsis mostly found on female 57,4%, low birth weight 57,8%, low
gestational age 66,2%, and pervaginum labor 52,9%. Blood culture time, found that
most culture more than 3 days 63,2%. Microorganism of cause mostly found
Coagulase Negative Staphylococci 35,3%. Usage of empirical antibiotics mostly
given 2 antibiotics 60,3%, type of antibiotic was aminoglycoside 42,1%, with
duration more than 72 hours 55,5%. Usage of definitive antibiotics mostly were not
given to sepsis neonatus patient 44,1%, while mostly they were given single antibiotic
30,9%, most used type of antibiotic were aminoglycoside 40% (20 of 60 antibiotics),
and duration less than 7 days 50% (30 of 60 antibiotics). Conclusion of this study
were duration of empiric antibiotics mostly given combination of two antibiotics with
duration more than 72 hours and empiric antibiotics were suitable with
microorganism that caused sepsis in RSUD Arifin Achmad 2015.

Key word : sepsis neonatus, empiric antibiotic, definitive antibiotic

Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016


1
PENDAHULUAN Pseudomonas, Enterobacter, Candida,
Sepsis neonatus adalah sebuah Serratia, Acinetobacter dan kuman
sindrom klinik penyakit sistemik yang anaerob.13
biasanya disertai bakteremia dan Salah satu terapi pada sepsis
terjadi pada bayi dalam bulan pertama neonatus adalah antibiotik, antibiotik
kehidupan.1 Sampai saat ini sepsis merupakan obat terbanyak yang
neonatus masih menjadi masalah digunakan di unit perawatan intensif
utama di bagian perinatologi.2 neonatus.14 Sebagai obat yang
Walaupun teknologi medis sudah memiliki efek utama menyerang
mampu meningkatkan angka mikroorganisme infeksius, antibiotik
kehidupan bayi yang lahir dengan dapat digunakan sebagai pencegahan
berat badan sangat rendah, namun bayi dan pengobatan infeksi. bahkan
yang lahir dengan berat badan sangat penggunaan antibiotik yang tepat
rendah masih menjadi faktor risiko sasaran telah berhasil menurunkan
tinggi terkena sepsis.3-5 angka kesakitan dan kematian .15-17
World Health Organization Italian Journal of Pediatrics
(WHO) memperkirakan sekitar 5 juta menyebutkan bahwa untuk pilihan
kematian neonatus setiap tahun dengan antibiotik yang dapat diberikan pada
angka kematian neonatus dalam 28 pasien SNAD yaitu penisilin dan
hari pertama kehidupan yaitu 34 dari gentamisin. Pilihan antibiotik yang
1000 kelahiran hidup.6 Di Asia angka dapat digunakan pada SNAD yang
kejadian sepsis neonatus adalah 7,1-38 disebabkan oleh Listeria
dari 1000 kelahiran hidup.7,8 Di Rumah monocytogenes yaitu amoksisilin dan
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) gentamisin, sedangkan pilihan
pada tahun 2005 angka kejadian sepsis antibiotik pada SNAD yang
neonatus 13,68% dengan angka disebabkan oleh Staphylococcus
kematian mencapai 14,18%.9 aureus yaitu fluklosasilin dan
Sedangkan di Rumah Sakit Umum gentamisin. Antibiotik lini pertama
Daerah (RSUD) Arifin Achmad yang digunakan pada SNAL yaitu
Provinsi Riau tahun 2014 kasus fluklosasilin dan gentamisin.
neonatus dengan hasil kultur darah Antibiotik lini kedua yang dapat
positif bakterimia mencapai 93 digunakan dalam pengobatan SNAL
kasus.10 yaitu vankomisin dan gentamisin serta
Sepsis neonatus dapat disebabkan antibiotik lini ketiga yang dapat
oleh bakteri, virus, jamur, atau digunakan untuk pengobatan SNAL
protozoa.11,12 Di negara maju SNAD yaitu meropenem atau ciprofloksasin.18
biasanya disebabkan oleh Penggunaan antibiotik empiris
Streptococcus Group B, kuman gram spektrum luas dalam jangka waktu
negatif terutama Eschericia coli, lama dapat mengakibatkan hal yang
Listeria monocytogenes, dan merugikan seperti bakteri menjadi
Haemophilus influenza.1 Sedangkan lebih resistensi terhadap antibiotik dan
SNAL biasanya disebabkan oleh, mudah terjadi kandidiasis. Oleh sebab
Staphylococcus koagulase negatif, itu pemberian antibiotik spektrum
Staphylococcus aureus, Klebsiella, sempit perlu menjadi terapi definitif
dalam penanganan sepsis neonatus.19-21
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
2
Antibiotik spektrum sempit yang sensitifitas dan memiliki data
sesuai diberikan berdasarkan hasil uji penggunaan antibiotik di RSUD Arifin
sensitifitas dan dari hasil kultur darah Achmad Provinsi Riau periode 1
untuk mengetahui patogen penyebab Januari – 31 Desember 2015. Kriteria
sepsis neonatus.22 eksklusi pada penelitian ini adalah
Sebagai salah satu rumah sakit pasien tersangka sepsis neonatus yang
rujukan di Provinsi Riau, RSUD Arifin pulang paksa atau meninggal sebelum
Achmad memiliki ruang perawatan hasil kultur didapatkan.
khusus neonatus, termasuk perawatan Sampel pada penelitian ini
pasien sepsis neonatus. Belum ada adalah seluruh populasi penelitian
yang melakukan penelitian tentang yang memenuhi kriteria inklusi dan
evaluasi penggunaan antibiotik pada tidak memenuhi kriteria eksklusi.
pasien sepsis neonatus di RSUD
Arifin Achmad tahun 2014. Oleh Prosedur pengumpulan data
karena itu penulis tertarik melakukan Diawali dengan mencatat
penelitian tentang penggunaan nomor identitas (id) pasien tersangka
antibiotik pada pasien sepsis neonatus sepsis dari bagian mikrobiologi
di RSUD Arifin Achmad Provinsi laboratorium patologi klinik RSUD
Riau tahun 2014. Arifin Achmad dengan kultur darah
positif dari buku registrasi periode 1
METODE PENELITIAN Januari 2014 – 31 Desember 2015.
Penelitian ini adalah penelitian Kemudian id pasien ditelusuri dibagian
deskriptif retrospektif untuk rekam medik. Setelah rekam medik
mengevaluasi penggunaan antibiotik pasien didapatkan kemudian data yang
pada sepsis neonatus di RSUD Arifin dibutuhkan untuk penelitian dicatat
Achmad Provinsi Riau. pada lembar kerja penelitian.

Lokasi dan Waktu Penelitian Pengolahan dan Analisis Data


Penelitian ini dilakukan di Pengolahan data evaluasi
RSUD Arifin Achmad bagian rekam penggunaan antibiotik pada pasien
medik pada bulan Desember 2015 sepsis neonatus di RSUD Arifin
hingga Januari 2016. Achmad Provinsi Riau dilakukan
secara manual dan disajikan dalam
Populasi dan Sampel Penelitian bentuk tabel distribusi frekuensi.
Populasi pada penelitian ini
adalah pasien sepsis neonatus dengan Etika penelitian
hasil kultur darah positif di bagian Penelitian ini dinyatakan lolos
mikrobiologi laboratorium patologi kaji etik oleh unit etika penelitian
klinik RSUD Arifin Achmad Provinsi Fakultas Kedokteran Universitas Riau
Riau periode 1 Januari – 31 Desember dengan nomor:
2015. Kriteria inklusi pada penelitian
94/UN.19.5.1.1.8/UEPKK/2015
ini adalah neonatus (0-28 hari)
tersangka sepsis dengan hasil kultur
darah positif yang memiliki data uji
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
3
Hasil Tabel 1 Gambaran karakteristik
Penelitian ini dilakukan pada pasien sepsis neonatus di
bulan Desember 2015 – Maret 2016 di RSUD Arifin Achmad
Bagian Rekam Medik RSUD Arifin Provinsi Riau tahun
Achmad Provinsi Riau dan Bagian 2015
Mikrobiologi Laboratorium Patologi
Klinik RSUD Arifin Achmad Provinsi Variabel (n) (%)
Riau. Pasien sepsis neonatus dengan
hasil kultur darah positif di bagian Jenis kelamin
Laki-laki 29 42,6
Mikrobiologi Laboratorium Patologi Perempuan 39 57,4
Klinik RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau periode 1 Januari – 31 Desember Berat badan lahir
2015 sebanyak 122 orang. Dari 122 Cukup 29 42,2
data rekam medik didapatkan Kurang 39 57,8
sebanyak 9 data merupakan bayi umur Rendah 28 41,6
Sangat Rendah 11 16,2
lebih dari 28 hari, 7 data rekam medis
tidak lengkap, 13 bukan data pasien Usia gestasi
sepsis neonatus dan 25 data tidak Kurang bulan 45 66,2
ditemukan rekam medis pasien Cukup bulan 20 29,4
sehingga jumlah sampel pada Lebih bulan 3 4,4
penelitian ini menjadi 68 sampel.
Jenis persalinan
Karakteristik pasien sepsis neonatus Per-vaginam 36 52,9
Sectio caesarea 32 47,1
Dari hasil penelitian
didapatkan jenis kelamin pasien sepsis
neonatus terbanyak adalah jenis Kultur darah
kelamin perempuan sejumlah 39 Lama waktu kultur darah
(57,4%), dengan berat badan lahir
terbanyak adalah kategori berat badan Dari hasil penelitian didapatkan
cukup sejumlah 29 (42,6%). Dilihat bahwa lama kultur > 3 hari mencapai
dari usia gestasi, penyakit sepsis 43 kasus (63,2%), sedangkan lama
neonatus terbanyak terdapat pada kultur ≤ 3 hari sebanyak 25 kasus
kehamilan kategori kurang bulan yaitu (36,8%) yang dapat dilihat pada tabel
berjumlah 45 (66,2%). Berdasarkan 2.
jenis persalinan, sepsis neonatus
terbanyak adalah dengan cara
persalinan per-vaginam yaitu sejumlah
36 (52,9%) yang dapat dilihat pada
tabel 1.
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
4
Tabel 2 Gambaran pada pasien Mikroorganisme (n) (%)
sepsis neonatus di RSUD
Arifin Achmad Provinsi
Riau tahun 2015 Coagulase Negative 24 35,3
Staphylococci
berdasarkan lama waktu
(CoNS)
kultur darah
Candida sp 14 20,5
Lama Frekuensi Persentase
Hari (n) (%)
Serratia Mercessens 9 13,2
≤ 3 Hari 25 36,8
Acinetobacter 5 7,3
> 3 Hari 43 63,2
Baumanii

Klebsiella 3 4,4
Pneumoniae
Mikroorganisme penyebab sepsis
neonatus Enterabacter 3 4,4
Dari penelitian didapatkan Cloacae
jumlah mikroorganisme terbanyak
Enterobacter Avium 3 4,4
penyebab sepsis secara berurutan yaitu
Coagulase Negative Staphylococci Bacillus 1 1,5
(CoNS) sebanyak 24 (35,3%), Candida
Sp sebanyak 14 (20,5%), Serratia Eschericia Coli 1 1,5
Marcessens sebanyak 9 (13,2%),
Acinetobacter Baumanii sebanyak 5 Pseudomonas 1 1,5
(7,3%), Klebsiella Pneumoniae Aureginosa
sebanyak 3 (4,4%), Enterobacter
Vimbrio Mimicus 1 1,5
Cloacae sebanyak 3 (4,4%) dan
Enterobacter Avium sebanyak 3 Burkholderia 1 1,5
(4,3%) dapat dilihat pada tabel 3. Cepacia

Tabel 3 Distribusi frekuensi Enterobacter 1 1,5


mikroorganisme penyebab Auregenes
sepsis pada pasien sepsis
neonatus di RSUD Arifin Staphyllococcus 1 1,5
Achmad Provinsi Riau Aureus
tahun 2015

Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016


5
Penggunaan antibiotik empiris ampisilin dan glikopeptida sebanyak 1
berdasarkan jumlah antibiotik antibiotik (0,8%) lebih rinci dapat
dilihat pada tabel 5.
Dari hasil penelitian
Tabel 5 Gambaran penggunaan
didapatkan penggunaan antibiotik
antibiotik empiris pasien
empiris berdasarkan jumlah antibiotik,
sepsis neonatus di
secara berurutan dari yang terbanyak
RSUD Arifin Achmad
adalah penggunaan dua antibiotik
Provinsi Riau tahun
sebanyak 41 kasus (60,3%), kemudian
2015 berdasarkan
tiga antibiotik sebanyak 11 kasus
golongan antibiotik
(16,2), dan antibiotik tunggal sebanyak
11 kasus (16,2%) yang lebih rinci Nama golongan Nama (n) (%)
dapat dilihat pada tabel 4 antibiotik
Aminoglikosida Amikasin, 47 39,7
Tabel 4 Gambaran penggunaan
Gentamisin 3 2,4
antibiotik empiris pasien
sepsis neonatus di RSUD
Carbapenem Meropenem 29 23,1
Arifin Achmad Provinsi
Riau tahun 2015
Ampisilin Ampisilin 1 0,8
berdasarkan jumlah
antibiotik
Ampisilin Ampisilin + 33 31,7
Antibiotik (n) (%) dengan B- Sulbactam,
Empiris Laktamase Piperacilin + 7 5,6
Inhibitor Tazobactam
Tidak diberi 5 7,3

Glikopeptida Vancomisin 1 0,8


Tunggal 11 16,2
Nitroimidazole Metronidazol 5 3,9
Dua Antibiotik 41 60,3

Tiga Antibiotik 11 16,2


Gambaran lama waktu penggunaan
antibiotik empiris
Penggunaan antibiotik empiris
Penggunaan antibiotik empiris
berdasarkan golongan antibiotik
berdasarkan lama waktu pemberian
Penggunaan antibiotik empiris didapatkan antibiotik yang diberikan >
berdasarkan golongan yang terbanyak 72 jam sebanyak 70 antibiotik (55,5%)
adalah aminoglikosida sebanyak 50 dan antibiotik yang diberikan ≤ 72 jam
antibiotik (42,1%), dan antibiotik sebanyak 56 antibiotik (44,%) secara
yang paling sedikit diberikan adalah rinci dapat dilihat pada Tabel 6

Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016


6
Tabel 6 Gambaran lama waktu
penggunaan antibiotik Penggunaan antibiotik definitif
empiris pada pasien berdasarkan golongan antibiotik
sepsis neonatus di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Penggunaan antibiotik definitif
Riau tahun 2015 berdasarkan golongan antibiotik, yang
Lama (n) (%) terbanyak secara berurutan adalah
Penggunaan aminoglikosida sebanyak 24 (40%),
≤ 72 jam 56 44,5 karbapenem 16 (26,6%) dan
glikopeptida 9 (15%), secara rinci
> 72 jam 70 55,5 dapat diperhatikan tabel 8.

Tabel 8 Gambaran penggunaan


Penggunaan antibiotik definitif
antibiotik definitif pasien
berdasarkan jumlah antibiotik
sepsis neonatus di RSUD
Pada penelitian didapatkan Arifin Achmad Provinsi
bahwa yang terbanyak adalah tidak Riau tahun 2015
diberi antibiotik sejumlah 30 kasus berdasarkan golongan
(44,1%), sedangkan yang terbanyak
Nama Nama (n) (%)
dari penggunaan antibiotik adalah 21
kasus (30,9%) diberi antibiotik Golongan Antibiotik
tunggal, lebih rinci dapat dilihat pada Aminoglikosida Amikasin, 21 35
tabel 7. Gentamisin 3 5
Tabel 7 Gambaran penggunaan
antibiotik definitif pasien Carbapenem Meropenem 16 26,6
sepsis neonatus di Ampisilin Ampisilin 1 1,7
RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau tahun Ampisilin Ampisilin + 2 3,3
2015 berdasarkan dengan B- Sulbactam,
jumlah Laktamase Piperacilin 4 6,7
Inhibitor +
Antibiotik (n) (%) Tazobactam
Definitif
Tidak diberi 30 44,1 Glikopeptida Vancomisin 9 15

Tunggal 21 30,9 Triazole Fluconazole 2 3,3

Sefalosporin Ceftazidim 1 1,7


Dua Antibiotik 15 22,1 generasi ketiga

Tiga Antibiotik 2 2,9 Golongan lain Fosfomicin 1 1,7


Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
7
Gambaran lama waktu penggunaan sejalan dengan penelitian yang
antibiotik definitf dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSUD Arifin Achmad tahun
Penggunaan antibiotik definitif
2014 bahwa bayi perempuan 50
berdasarkan lama waktu pemberiaan
(53,8%) sedangkan bayi laki-laki
yang terbanyak secara berurutan
sebanyak 43 (46,2%).10 Di RSIA St.
adalah <7 hari berjumlah 30 (50%), 7-
Fatimah Makassar bahwa bayi
10 hari berjumlah 24 (40%) dan >10
perempuan (54,7%) lebih banyak
hari berjumlah 6 (10%), yang dapat
mengalami sepsis neonatus
dilihat pada tabel 9.
dibandingkan dengan laki-laki
Tabel 9 Gambaran penggunaan 23
(45,3%). Hasil penelitian ini tidak
antibiotik definitif pasien
sama dengan penelitian Hafidh dkk.,
sepsis neonatus di RSUD
bahwa kelompok bayi laki-laki lebih
Arifin Achmad Provinsi
banyak menderita sepsis neonatorum
Riau tahun 2015
dibanding dengan perempuan.24
berdasarkan lama waktu
Penelitian yang dilakukan di
pemberian
RSCM Jakarta, rasio sepsis
Lama (n) (%) neonatorum antara laki-laki dan
Waktu perempuan yaitu 1,25:1.25 Sedangkan
Penggunaan Penelitian di Pakistan tidak jauh
(Hari) berbeda yaitu ditemukannya 53,4%
<7 Hari 30 50 dari 112 sepsis neonatus berjenis
kelamin laki-laki.26 Dalam sebuah
7-10 Hari 24 40
hipotesis dijelaskan bahwa perbedaan
>10 Hari 6 10 ini disebabkan karena adanya faktor-
faktor lain yang mengatur sintesis
imunoglobulin pada kromosom X,
oleh karena itu adanya dua kromosom
Pembahasan pada perempuan membuat fungsi
pertahanan terhadap infeksi lebih
Karakteristik pasien sepsis neonatus
besar.27 Kejadian sepsis neonatus yang
Jenis kelamin melibatkan lebih banyak bayi laki-laki
dibanding bayi perempuan mungkin
Berdasarkan jenis kelamin
disebabkan oleh faktor keterkaitan
pada penelitian ini didapatkan bahwa
jenis kelamin atau kerentanan
jumlah bayi perempuan lebih banyak
individu, namun dalam hal ini belum
mengalami sepsis neonatus yaitu 39
ada penelitian lain yang
(57,4%) sedangkan bayi laki-laki
menghubungkan antara jumlah pasien
sebanyak 29 (42,6%). Penelitian ini

Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016


8
laki-laki dengan tersangka sepsis sempurnanya tingkat kematangan
neonatus.28 organ tubuh seperti hati, paru,
Berat badan lahir pencernaan, dan otak sehingga bayi
dengan BBLR sering mengalami
Berdasarkan hasil penelitian
komplikasi dan berakhir dengan
disebutkan bahwa berat badan lahir
kematian.27,32 Hal ini juga sejalan
tertinggi pada penderita sepsis
dengan penelitian di Rumah Sakit dr.
neonatorum yaitu berat badan lahir
Sutomo tahun 2010 yang
kurang 39 (57,8%) dengan pembagian
mengemukakan bahwa BBLR
berat badan lahir rendah 28 (41,2%)
merupakan salah satu faktor risiko
dan berat badan lahir sangat rendah 11
terjadinya sepsis neonatus.33
(16,2%). Sedangkan berat badan lahir
Bayi dengan berat badan
cukup berjumlah 29 (42,6%).
normal, pada minggu pertama setelah
Penelitian ini sesuai dengan
lahir akan mengalami penurunan berat
penelitian yang dilakukan oleh Dewi
badan, kemudian akan mengalami
dkk di RSUD Arifin Achmad
kenaikan berat badan kembali sesuai
Pekanbaru tahun 2010, didapatkan
dengan pertumbuhan bayi. Terlebih
bahwa persentase pasien sepsis
lagi pada bayi BBLR penurunan berat
neonatus berdasarkan berat badan lahir
badan dapat terjadi setiap saat karena
terbanyak yaitu neonatus berat badan
biasanya terdapat permasalahan dalam
lahir rendah sebanyak 56,5%.29
pemberian air susu ibu (ASI). Akibat
Demikian juga di Rumah Sakit Dr.
bayi yang kurang atau tidak mampu
Soetomo yang menyebutkan bahwa
menghisap ASI, bayi dapat menderita
kejadian sepsis neonatus dilaporkan
infeksi.34
2,75 kali lebih sering pada bayi dengan
Pada penelitian Manuaba
berat badan lahir <2500 gram.30 Hal
dijelaskan bahwa pada bayi dengan
serupa juga ditemukan di Irak yang
BBLR memiliki pusat pengaturan
melaporkan bahwa 14% dari 50 kasus
pernafasan yang belum sempurna,
sepsis neonatus merupakan bayi
dengan surfaktan paru-paru masih
dengan berat badan lahir sangat
kurang meyebabkan perkembangan
rendah.31 Penelitian ini berbeda
paru tidak sempurna. Otot-otot
dengan penelitian yang dilakukan oleh
pernapasan dan tulang iga yang masih
yuni di RSUD Arifin Achmad
lemah mengakibatkan kurangnya
Pekanbaru tahun 2015 bahwa
suplai oksigen ke otak, jika kurangnya
didapatkan berat badan lahir normal
kadar oksigen maka kuman aerob
yang tertinggi yaitu 31 (33,3%).10
mudah berkembang dan mudah untuk
Bayi dengan berat badan lahir
terjadinya infeksi.35
rendah memiliki risiko mengalami
sepsis neonatus karena belum

Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016


9
Usia gestasi Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dewi
Berdasarkan usia gestasi, pada
dkk di RSUD Arifin Achmad
penelitian ini didapatkan usia gestasi
Pekanbaru tahun 2010 yang
terbanyak adalah kurang bulan yang
menyatakan bahwa angka kejadian
berjumlah 45 (66,2%). Hal ini sesuai
pada penderita sepsis neonatus
dengan penelitian yang dilakukan oleh
berdasarkan karakteristik riwayat
Boseila S, dkk. yang menemukan
persalinan ibu yang tertinggi adalah
bahwa proporsi bayi yang menderita
penderita dengan persalinan per-
sepsis neontus dengan usia gestasi ibu
vaginam 57,4%.29 Penelitian ini juga
kurang bulan yaitu 60%.36
sejalan dengan penelitian Afrianti di
Pada bayi dengan prematur,
RS. M.Djamil Sumatra Barat yang
pematangan organ-organ tubuhnya
menemukan bahwa ibu yang memiliki
kurang sempurna sehingga sangat peka
bayi penderita sepsis neonatus dengan
terhadap infeksi, gangguan
riwayat persalinan per-vaginam
pernapasan, trauma kelahiran, 39
sebesar 73%.
hipotermia, dan sebagainya.37 Selain
Tingginya angka kejadian pada
itu, bayi prematur berisiko tinggi
ibu dengan riwayat persalinan spontan
mengalami infeksi karena masih belum
dapat diduga bahwa bayi dengan
sempurnanya pembentukan imun
sepsis neonatus bukan hanya dapat
seperti, rendahnya fagositosis,
ditularkan ketika dalam kandungan
aktivitas kemotaksis yang terbatas,
tetapi juga dapat ditularkan pada
serta penurunan produksi sitokin
proses persalinan.29 Berdasarkan hasil
proinflamasi dan antiinflamasi. Barier
penelitian bahwa bayi yang lahir
kulit pada bayi prematur juga lebih
dengan SC juga berisiko untuk terjadi
tipis dan lemah dalam mencegah
sepsis neonatus. Hal ini terjadi karena
mikroorganisme patogen masuk ke
kontaminasi kuman yang terjadi
dalam jaringan yang lebih dalam
setelah lahir seperti penggunaan alat
dibandingkan dengan bayi yang lahir
saat dilakukan pertolongan
cukup bulan.38 38
persalinan.
Jenis persalinan Lama waktu kultur darah
Pada penelitian ini didapatkan Dari hasil penelitian
bahwa neonatus yang mengalami didapatkan bahwa lama kultur yang >
sepsis paling banyak terjadi pada ibu 3 hari mencapai 43 kasus (63,2%),
dengan riwayat persalinan secara per- sedangkan lama kultur yang ≤ 3 hari
vaginam 52,9%, sedangkan ibu dengan sebanyak 25 kasus (36,8%).
riwayat persalinan dengan cara sectio Hasil penelitian ini berbeda
caesarea 47,1,%. dengan yang didapatkan oleh waricha
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
10
dan sarwan di Songklanagarind penyebab tersering bakteremia yang
Hospital Thailand bahwa 95,9% hasil berhubungan dengan penggunaan
kultur darah dapat diperoleh < 72 jam indwelling devices. Tindakan ini dapat
(3 hari).40 menjadi jalan masuk bakteri ini ke
Kemajuan dalam metodologi dalam tubuh.41
laboratorium seperti sistem deteksi Meskipun Coagulase Negative
mikroba otomatis ini menjadi salah Staphylococci terdiri dari 32 spesies,
satu keunggulan tersendiri dalam hanya sekitar 14 yang berhubungan
penentuan hasil kultur. Pada umumnya dengan penyakit klinis. Bahkan telah
semua spesimen menjadi positif atau diakui sebagai patogen penting,
diketahui negatif dalam 36 jam. Jika dengan pengecualian S. saprophyticus,
dalam waktu 36 jam hasil kultur biasanya menyebabkan infeksi pada
menunjukkan negatif maka biasanya aspirasi benda asing atau pasien yang
waktu kultur akan diperpanjang immunocompromise berat.41
menjadi 48 jam, ini bertujuan untuk Coagulase Negative
melihat apakah ada mikroorganisme Staphylococci merupakan bakteri flora
patogen yang akan muncul dalam normal di kulit, maka untuk
waktu lebih dari 36 jam.40 melakukan pemeriksaan disarankan
mengambil sampel di beberapa tempat
Mikroorganisme penyebab sepsis
dengan tujuan untuk mengetahui
Pada hasil penelitian ini sepsis apakah bakteri ini menjadi penyebab
neonatus tanpa dibedakan awitannya, patogen atau hanya karena
jumlah pasien disebabkan oleh bakteri kontaminasi. Hasil bakteri Coagulase
Coagulase Negative Staphylococci Negative Staphylococci yang
dengan 24 bakteri (35,3%), Candida ditemukan tidak dapat dibedakan
Sp sebanyak 14 (20,5%), A. Baumanii apakah bakteri tersebut merupakan
sebanyak 7 (12%), E. Aerogenes bakteri penyebab patogen ataupun
sebanyak 7 (12%), kontaminasi karena di Instalasi
Penelitian ini sejalan dengan Perawatan Neonatus RSUD Arifin
penelitian yang dilakukan yuni di Achmad hanya dilakukan satu kali
RSUD Arifin Achmad tahun 2014 pengambilan sampel.42
bahwa mikroorganisme penyebab Candida sp dapat
sepsis terbanyak adalah Coagulase menyebabkan sepsis neonatorum
Negative Staphylococci yaitu sebanyak terutama pada onset lambat. Penelitian
11 bakteri (19%).10 oleh Singhi dan kawan kawan
Coagulase Negative menyebutkan bahwa kolonisasi
Staphylococci adalah flora normal di candida sp dapat ditemukan pada
kulit, saluran pencernaan, dan saluran pasien PICU, dengan target infeksinya
pernapasan. Bakteri ini merupakan adalah pasien dengan
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
11
imunokompromais. Disebutkan juga tunggal sebanyak 67 kasus (37,4%)
bahwa insiden kolonisasi yang tinggi lalu penggunaan kombinasi tiga
terjadi pada bayi yang dirawat lebih antibiotik sebanyak 8 kasus (4,5%).45
dari 5 hari yang sebagian besar Sebagai awal terapi
berhubungan dengan jamur yang penggunaan antibiotik tunggal atau
diperoleh dari tenaga medis.43 kombinasi harus didasari dari
Adanya perbedaan patogen kemungkinan mikroorganisme
penyebab sepsis neonatorum diduga penyebab sepsis neonatus berdasarkan
disebabkan oleh beberapa faktor surveilens yang rutin dilakukan dan uji
seperti kebijakan penggunaan sensitivitas antibiotik tersebut.9,46,47
antibiotik, perbedaan respon imun, World Health Organization
faktor lingkungan seperti tingkat (WHO) pada tahun 2013 menyarankan
kebersihan pada alat maupun petugas bahwa lini pertama yang dapat
medis dan praktek pengendalian diberikan sebagai terapi empiris adalah
infeksi rumah sakit.44 kombinasi ampisilin atau penisilin
dengan gentamisin, kombinasi ini
Penggunaan antibiotik disarankan karna menunjukkan efek
sinergis yang cukup baik.48
Antibiotik empiris berdasarkan Berdasarkan mekanisme
jumlah antibiotik kerjanya, antibiotik golongan
aminoglikosida bekerja memodifikasi
Pada hasil penelitian ini
atau menghambat sintesis protein pada
penggunaan antibiotik empiris
mikroorganisme tersebut. Sedangkan
berdasarkan jumlah didapatkan bahwa
antibiotik yang mekanisme kerjanya
yang terbanyak adalah penggunaan
merusak dinding sel bakteri seperti
dengan kombinasi dua antibiotik
golongan beta-laktam, penilisin,
sebanyak 41 kasus (60,3%). kemudian
sefalosporin dan juga karbapenem.
penggunaan kombinasi tiga antibiotik
Maka kombinasi seperti ini akan
didapatkan sebanyak 11 kasus (16,2),
menghasilkan efek sinergis.49
dan penggunaan tunggal antibiotik
Kemudian terapi empiris inisial
sebanyak 11 kasus (16,2%)
yang telah diusulkan kombinasi dua
Hasil penelitian ini sejalan
antibiotik yaitu ampisilin dan
dengan penelitian yang dilakukan Adi
cefotaxim namun ada bukti bahwa
di RSUD Surakarta didapatkan bahwa
kombinasi ini dapat meningkatkan
penggunaan antibiotik terbanyak
resistensi antibiotik pada sepsis
berdasarkan jumlah adalah
neonatus awitan dini. Disamping itu
penggunaan kombinasi dua antibiotik
penggunaan cefotaxim secara luas
sebanyak 104 kasus (58,1%),
sebagai terapi empiris mengakibatkan
kemudian penggunaan antibiotik
peningkatan terjadinya kandidiasis.
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
12
Oleh sebab itu pemberian ini tidak berbeda beda.50 Hal ini juga didasari
dianjurkan sebagai terapi kecuali jika oleh mekanisme kerja antibiotik yang
memang dibutuhkan berdasarkan hasil berbeda antara golongan yang satu
kultur yang didapatkan maka dengan golongan lainya.9
kombinasi antibiotik yang Pada beberapa rumah sakit,
direkomendasikan adalah ampisilin strain mikroorganisme penyebab
dan gentamisin.47 infeksi nosokomial telah mengalami
perubahan selama 20 tahun terakhir
Antibiotik empiris berdasarkan ini,yang disebabkan terjadi
golongan antibiotik peningkatan resistensi terhadap
kanamisin, gentamisin, dan tobramisin.
Penggunaan antibiotik empiris Oleh karena itu, pada infeksi
berdasarkan golongan yang terbanyak nosokomial lebih dipilih pemakaian
adalah golongan aminoglikosida netilmisin atau amikasin. Amikasin
sebanyak 50 antibiotik (39,7%), dan resisten terhadap proses degradasi
golongan antibiotik yang paling sedikit yang dilakukan oleh sebagian besar
diberikan adalah golongan ampisilin enzim bakteri yang diperantarai
sebanyak 1 antibiotik (0,8%) dan plasmid, begitu juga yang dapat
golongan glikopeptida sebanyak 1 menginaktifkan aminoglikosida lain.51
antibiotik (0,8%) Pada kasus risiko infeksi
Aminoglikosida banyak Staphylococcus (akibat pemasangan
diberikan sebagai terapi empiris karena kateter vaskular), obat anti
sesuai dengan penyebab sepsis Staphylococcus yaitu vankomisin
terbanyak tahun 2014 di RSUD Arifin ditambah aminoglikosida dapat
Achmad disebabkan Coagulase digunakan sebagai terapi awal. Pada
10
Negative Staphylococci. Hasil kasus endemik MRSA dipilih
penelitian ini berbeda dengan vankomisin. Pada kasus dengan risiko
penelitian yang dilakukan Adi di infeksi Pseudomonas (terdapat lesi
RSUD Surakarta didapatkan bahwa kulit tipikal) dapat diberikan
golongan antibiotik yang paling piperasilin atau azlosilin (golongan
banyak digunakan adalah golongan penisilin spektrum luas) atau
beta laktam sebanyak 22 (32,8%). sefoperazon dan seftazidim
Sedangkan golongan yang paling (sefalosporin generasi ketiga). Namun,
sedikit digunakan adalah golongan seftazidim lebih aktif terhadap
ampisilin sejumlah 3 (4,4%).45 Pseudomonas dibandingkan
Perbedaan golongan antibiotik yang sefoperazon atau piperasilin.43 Ketika
digunakan ini terjadi karna perbedaan sudah diketahui bakteri penyebab,
pola organisme penyebab sepsis setiap antibiotik akan di disesuaikan dengan
daerah dan setiap rumah sakit itu spektrum yang lebih sempit.
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
13
Kemudian antibotik akan segera Namun sebagian besar kasus sepsis
dihentikan apabila klinis menunjukkan neonatus, 24 sampai 48 jam pertama
perbaikan dan hasil biakan steril.47 pengobatan klinis yang efektif bayi
menunjukkan respon terhadap
Lama waktu penggunaan antibiotik pengobatan tersebut. Respon yang
empiris terjadi dalam 72 jam pertama sejak
pengobatan, sel darah putih (WBC)
Penggunaan antibiotik empiris count biasanya cenderung ke arah
berdasarkan lama waktu pemberian normal, IT Ratio membaik, dan protein
didapatkan antibiotik yang diberikan > C-reaktif (CRP) juga cenderung untuk
72 jam sebanyak 70 antibiotik (55,5%) menjadi normal selama waktu itu.
dan antibiotik yang diberikan ≤ 72 jam Pada 72 jam, ulangi pemeriksaan
sebanyak 56 antibiotik (44,%) darah, Cerebro Spinal Fluid (CSF),
Penelitian yang dilakukan oleh dan kultur urin biasanya negatif ketika
Haryani dan Apriyanti Di RSUP sampel diindikasikan sepsis.54
Fatmawati didapatkan bahwa lama Pemeriksaan penunjang seperti
penggunaan antibiotik empiris < 72 biakan darah untuk kultur kuman
jam sebanyak 14 (33,3%) dari 42 penyebab merupakan standar baku
kasus. Antibiotik lini pertama yaitu emas dalam menegakkan diagnosis
amoxicilin dan gentamisin diberikan sepsis. Namun demikian, terdapat
hanya selama tiga hari (72 jam), jika beberapa kendala seperti kultur
kondisi klinis pasien belum mikroorganisme penyebab seringkali
menunjukkan perbaikan dan hasil menunjukkan hasil yang tidak
kultur juga belum keluar maka memuaskan. Selain itu, hasil
antibiotik yang digunakan berubah pemeriksaan baru dapat diketahui
menjadi antibiotik lini kedua yaitu setelah 3 sampai 5 hari. Sehingga
cefotaxim dan amikacin, setelah penggunaan antibiotik empiris harus
pemberian antibiotik lini kedua selama diteruskan hingga klinisi mendapatkan
tiga hari namun klinis juga belum hasil kultur untuk menyesuaikan
membaik dan hasil kultur belum juga antibiotik.55
keluar maka digunakan antibiotik lini
ketiga yaitu ceftazidim dan Antibiotik definitif berdasarkan
52
meropenem. jumlah antibiotik
Penggunaan antibiotik empiris
dalam jangka panjang (>7 hari) Pada penelitian didapatkan
dikarenakan keadaan klinis pasien penggunaan antibiotik definitif
belum menunjukkan perbaikan serta berdasarkan jumlah dari yang
hasil pemeriksaan penanda sepsis terbanyak secara berurutan yaitu
masih dalam keadaan abnormal.53 sebanyak 30 kasus (44,1%) tidak
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
14
diberi antibiotik, kemudian sebanyak Antibiotik definitif berdasarkan
21 kasus (30,9%) penggunaan tunggal golongan antibiotik
dan sebanyak 15 kasus (22,1%)
digunakan kombinasi dua antibiotik. Pada penelitian ini penggunaan
Neonatus yang tidak diberikan antibiotik definitif berdasarkan
antibiotik definitif, dikarenakan telah golongan yang terbanyak secara
mendapatkan terapi empiris yang berurutan adalah golongan
sesuai dengan mikroorganisme aminoglikosida sebanyak 24 (40%),
penyebab, terlebih lagi keadaan klinis kemudian golongan karbapenem 16
pasien menunjukkan perbaikan lalu (26,6%) dan golongan glikopeptida 9
hasil pemeriksaan penanda sepsis (15%).
menunjukkan kearah normal, dan Aminoglikosida banyak
diperkuat oleh hasil kultur evaluasi diberikan sebagai terapi karena
berikutnya yang menunjukkan hasil penyebab sepsis terbanyak tahun 2014
steril.54 di RSUD Arifin Achmad disebabkan
Penggunaan tunggal dalam oleh Coagulase Negative
10
praktek klinis telah mempergunakan Staphylococci. Aminoglikosida
beberapa antibiotik baru dengan adalah golongan antibiotik spektrum
aktivitas yang baik terhadap luas dengan banyak sifat yang
Coagulase Negative Staphylococci diinginkan. Antibiotik golongan ini
yaitu linezolid, tigecycline dan merupakan salah satu standar untuk
daptomycin. Linezolid menunjukkan pengobatan infeksi berat oleh
56
aktivitas yang baik terhadap mikroorganisme staphylococcus.
Coagulase Negative Staphylococci, Ketika didapati
termasuk strain yang resisten mikroorganisme penyebab adalah
glikopeptida. 56 bakteri gram positif koagulase negatif
Gentamisin adalah obat yang selain Streptococcus grup B maka
paling efektif. Namun kombinasi harus diberikan vankomisin. Sepsis
vankomisin dengan gentamisin tidak yang mikroorganisme penyebab adalah
meningkatkan aktivitas bakterisida Candida spp maka diberikan antifungi.
secara signifikan. Akan tetapi Antifungi yang menjadi pilihan utama
kombinasi rifampisin dan vankomisin kandidiasis pada neonatus adalah
sama efektifnya dengan penggunaan ampoterisin B deosikolat. Disamping
tunggal gentamisin. Sifat antagonis itu penggunaan fluconazol juga sangat
ditemukan pada kombinasi gentamisin dimungkinkan ketika pasien tidak
dan sefalotin atau kombinasi nafcillin, mendapatkan profilaksis kandidiasis.
sefalotin dan vankomisin.26 Untuk pilihan terbaik ketika curiga
terjadinya infeksi di Central Nervous
System (CNS) adalah liposomal
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
15
ampoterisin B. Apabila terapi tergantung pada mikroorganisme
liposomal ampoterisin B tidak penyebab. Ketika ditemukan sepsis
menunjukkan perbaikan, maka disertai meningitis yang disebabkan
dianjurkan pemberian flucytosin, akan oleh bakteri gram positif maka terapi
tetapi ini masih menjadi pilihan yang antibiotik selam 14 hari, apabila
kurang direkomendasikan.48 meningitis disebabkan oleh gram
negatif maka terapi antibiotik
Lama penggunaan antibiotik diberikan selama 21 hari bahkan
definitif lebih.58

Penggunaan antibiotik definitif Lama pemberian antibiotik


berdasarkan lama waktu pemberiaan juga harus memperhatikan kondisi
yang terbanyak secara berurutan pasien dan efek dari obat antibiotik
adalah <7 hari berjumlah 30 antibiotik tersebut. Penggunaan salah satu obat
(50%), 7-10 hari berjumlah 24 golongan aminoglikosida yaitu
antibiotik (40%) dan >10 hari amikasin dengan jangka waktu yang
berjumlah 6 antibiotik (10%) sangat lama akan memberikan efek
Seiring perkembangan toksik kepada neonatus tersebut seperti
teknologi dan ilmu pengetahuan maka ototoksik dan nefrotoksik.59
lama terapi antibiotik pada sepsis Simpulan
neonatus juga ikut mengalami
perubahan. Perubahan dapat dilihat Berdasarkan data rekam medik
dari penelitian Engle pada tahun 2000 hasil uji kultur dan data penggunaan
mengatakan bawah pemberian antibiotik pasien sepsis neonatus di
antibiotik pasien sepsis non meningitis RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
itu selama 4 sampai 7 hari. Enam periode 1 Januari 2015 - 31 Desember
tahun kemudian penelitian Chowdhary 2015 dapat diambil kesimpulan
memperlihatkan hasil bahwa terapi sebagai berikut :
sepsis neonatus non meningitis baik 1. Sebagian besar pasien sepsis
diberikan selama 7 sampai 14 hari. neonatus adalah perempuan, berat
Sedangkan penelitian Gathwala tahun badan lahir kurang, usia gestasi
2010 menjelaskan bahwa terapi kurang bulan, dan persalinan per-
diberikan selama 10 sampai 14 hari.57 vaginam.
Durasi penggunaan antibiotik 2. Pasien sepsis neonatus sebagian
pada kultur positif terbukti bervariasi, besar diberikan dua antibiotik
namun ketika neonatus mengalami empiris, yang terbanyak diberikan
infeksi serius maka WHO pada tahun aminoglikosida dengan lama
2013 menganjurkan terapi antibiotik penggunaan terbanyak lebih dari 72
diberikan antara 7 sampai 10 hari jam.

Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016


16
3. Pasien dengan sepsis neonatus waktu, bimbingan, nasehat serta ilmu
kebanyakan tidak diberi antibiotik, selama penyusunan skripsi sehingga
sedangkan yang diberi antibiotik, skripsi ini dapat diselesaikan.
terbanyak diberikan antibiotik
tunggal, golongan antibiotik yang Daftar pustaka
terbanyak diberikan aminoglikosida
dengan lama penggunaan terbanyak 1. Pusponegoro TS. Sepsis Pada
kurang dari 7 hari.. Neonatus (Sepsis Neonatal).
Sari Pediatri. 2000; 2(2):96-
102

Saran 2. Juniatiningsih A, Aminullah A,


Firmansyah A. Profil
1. Peneliti lain
mikroorganisme penyebab
Penelitian ini dapat dilanjutkan sepsis neonatorum di
untuk membahas evaluasi penggunaan Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Rumah Sakit Cipto
antibiotik pada pasien sepsis neonatus
Mangunkusumo Jakarta. Sari
dengan menggunakan metode gyssens Pediatri 2008;10:60-65
2. RSUD Arifin Achmad Provinsi
3. Stevenson DK, Wright LL,
Riau
Lemons JA, Oh W, Korones
Diharapkan dapat melakukan SB, Papile LA, et al. Very low
melakukan surveilens rutin terhadap birth weight outcomes of the
National Institute of Child
mikroorganisme penyebab sepsis Health and Human
terutama di Instalasi Perawatan Development Neonatal
Neonatus guna memudahkan klinisi Research Network, January
untuk menentukan terapi yang tepat 1993 through December 1994.
pada pasien tersangka sepsis neonatus. Am J Obstet Gynecol. 1998;
179(6 Pt 1):1623–1629
Ucapan Terimakasih
4. Lemons JA, Bauer CR, Oh W,
Penulis mengucapkan Korones SB, Papile LA, Stoll
terimakasih yang sebesar-besarnya BJ, et al. Very low birth weight
kepada pihak Fakultas Kedokteran outcomes of the National
Universitas Riau, dr. Nazardi Oyong Institute of Child Health and
Sp.A dan dr. Inayah M.Sc, selaku Human Development Neonatal
dosen Pembimbing. Dr. dr. Harry Research Network, January
1995 through December 1996.
Mangunsong Sp.A dan dr. Dimas P.
Pediatrics. 2001; 107:E1.
Nugraha, M.Sc, selaku dosen Penguji, [PubMed: 11134465]
serta dr. Tegar Indrayana, Sp.F, selaku
supervisi yang telah memberikan
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
17
5. MacDorman MF, Minino AM, 11. Orlando Regional Healthcare,
Strobino DM, Guyer B. Annual Education &
summary of vital statistics— Development.Neonatal sepsis
2001. Pediatrics. 2002; self-learning packet 2002.
110:1037–1052. [PubMed: Diunduh dari
12456898] http://www.orhs.org/classes/nu
rsing/ sepsis02pdf. Diakses
6. Puopolo KM. Bacterial and tanggal 30 November 2003
fungal infection. In: Cloherty
JP, Eichenwald EC, Stark AR, 12. Gotoff SP. Infections of the
editors. Manual of neonatal neonatal infant. Dalam:
care. 6th ed. Philadelphia: Behrman RE, Kliegman RM,
Lippincott William and Jenson HB, penyunting.
Wilkins; 2008. p. 274–300 Textbook of Pediatrics. Edisi
ke-16. Philadelphia: WB
7. Klein JO, Marcy SM. Bacterial Saunders; 2000.h.538-552
sepsis and meningitis, In:
Remington J, Klein JO, editor. 13. Berry AL, Bellig LL, Ohning
Infectious desease of the fetus BL. Neonatal sepsis. Diunduh
and newborn infant. 3Rd ed. dari
Philadelphia: W.B. Sounders http://www.emedicine.com/ped/
Co; 1990. P. 610-625 topic2630.htm. Diakses tanggal
12 Oktober 2006
8. Vergnano S, Sharland M,
Kazembe P, Mwansambo C, 14. Clark RH, Bloom BT, Spitzer
Heath PT, Neonatal sepsis: an AR. Reported medication use
international perspective, Arch in the neonatal intensive care
Dis Child Fetal Neonatal Ed. unit: data from a large national
2005;90:220-224 data set. Pediatrics.. 2006;
117(6):1979-1987. [PubMed:
9. Rohsiswatmo R. Kontroversi 16740839]
diagnosis sepsis neonatorum.
In : Hegar B, Trihono PP, Irfan 15. Cotten CM, Taylor S, Stoll B.
EB. Editor. Update In neonatal Prolongedduration of initial
Infection. Jakarta: Departemen empirical antibiotic treatment
Ilmu Kesehatan Anak FK UI – is associated with increase rates
RSCM ;2005.p.32-43 of necrotizing enterocolitis and
death for extreamely-low-birth-
10. Novita Y. Gambaran penyakit weight infants. Pediatrics.
sepsis neonatorum di RSUD 2009; 123(1):58-66. [PubMed:
Arifin Achmad periode 1 19117861]
Januari – 31 Desember 2014.
Pekanbaru. 2015 . [Skripsi] 16. Cordero LMD, Ayers LWMD.
Duration of empiric antibiotics

Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016


18
for suspected early-onset sepsis 22. Garcia-Prats JA, Cooper TR,
in extremely-low-birth-weight Schneider VF. Rapid detection
infants. Infect Control Hosp of microorganisms in blood
Epidemiol. 2003; 24(9):662– cultures of newborn infants
666. [PubMed: 14510248] utilizing an automated blood
culture system. Pediatrics.
17. Kuppala VS, Meinzen-Derr J, 2000; 105(3):523–527.
Morrow AL. Prolonged initial [PubMed: 10699103]
empirical antibiotic treatment
is associated with adverse 23. Rafika M, Ema A, Dasril D.
outcomes in premature infants. Mannose-binding lectin
J Pediatr. 2011; 159(5):720– sebagai prediktor sepsis
725.[PubMed: 21784435] neonatorum onset dini.
Fakultas Kedokteran
18. Russell AB, Sharland M, Heath Universitas Hasanuddin.
PT. Improving antibiotic Makasar. 2013
prescribing in neonatal units:
time to act. Arch Dis Fetal 24. Hafidh Y, Hidayah D. Factors
Neonatal 2012; 97:F141-146 affecting mortality of neonatal
sepsis in Moewardi Hospital
19. Muller-Pebody B, Johnson AP, Surakarta. Paediatrica
Heath PT. Empirical treatment Indonesiana.2007;47(2):2-5.
of neonatal sepsis: are the
current guidelines adequate? 25. Roeslani RD, Amir I, Nasrullah
Arch Dis Child Fetal Neonatal MH, Suryani. Penelitian
Ed. 2011; 96(1):F4–F8. awal:faktor resiko pada sepsis
[PubMed:20584804] neonatorum awitan dini. Sari
pediatri. 2013;14(6):363-368
20. Cotten CM, McDonald S, Stoll
B. The association of third- 26. Aftab R, Iqbal I. Changing
generation cephalosporin use pattern of bacterial isolates and
and invasive candidiasis in their antibiotic sensitivity in
extremely-low-birth-weight neonatal septicemia: a hospital
infants. Pediatrics. 2006; based study. NMJ.
118(2):717–722.[PubMed: 2009;1(2):3-8
16882828]
27. Desai P, Shah AN, Pandya T.
21. Saiman L, Ludington E, C-reactive protein, immature to
Dawson JD. Risk factors for total neutrophil ratio and micro
Candida species colonization ESR in early diagnosis of
of neonatal intensive care unit neonatal sepsis. IJBAR.
patients. Pediatri Infect Dis J. 2014;5(8):364-366
2001; 20(12):1119–1124.
[PubMed:11740316]

Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016


19
28. Rasfa RA, Oyong N,
Fatmawati. Uji diagnostik 34. Departemen Kesehatan RI dan
pemeriksaan c-reaktif protein Kes.Sos. Panduan konseling
(CRP) pada neonatus tersangka bagi petugas klinis sanitasi di
sepsis yang dirawat di instalasi puskesmas. Jakarta:
neonatus RSUD Arifin Departemen Kesehatan RI.
Achmad Provinsi Riau.JOM 2000
Fakultas Kedokteran
Universitas Riau.2015;2(2):4-5 35. Manuaba IB. Ilmu kebidanan,
penyakit kandungan dan
29. Wisnumurti, DA. Performance keluarga berencana untuk
of neonatal unit Arifin Achmad pendidikan bidan. EGC.
Hospital Pekanbaru. Jakarta. 2001
Paediatrica Indonesiana.
2012;52(6) 36. Boseila S, dkk. Serum
Neopterin level in early onset
30. Utomo MT. Risk factor of neonatal sepsis. Journal of
neonatal sepsis: a preliminary american science.
study in Dr. Soetomo Hospital. 2011;7(7):343-352
Indonesian journal of tropical
and infectious 37. Mochtar, R. Sinopsis obstetri.
disease.2010;1(1):23-26 EGC. Jakarta. 2005

31. Naher HS, Khamael AB. 38. Maria YL, Max M, Rocky W.
Neonatal sepsis; the bacterial Hubungan jenis persalinan
causes and the risk factors. dengan kejadian sepsis
International research journal neonatorum di RSUP Prof. DR.
of medical R. D. Kandou Manado. Bagian
sciences.2013;1(6):19-22 Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Sam
32. Gessner BD, Castrodale L, Ratulangi. Manado. 2013
Gabarro MS. Etiologies and
risk factors fpr neonatal sepsis 39. Afryanti E. Peranan c-reaktive
and pneumonia mortality protein (crp) sebagai parameter
among alaskan infants. diagnosis sepsis neonatorum di
Epidemiol infect. RS. M. Djamil Sumatra Barat.
2005;133:877-881 Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. 2010
33. Tri U, Martono. Risk factors of
neonatal sepsis a preliminary 40. Janjindamai W and Phetpisal S.
study in Dr. Sutomo Hospital. Time To Positivity Of Blood
Indonesian Journal of Tropical Culture In New Born Infants .
and Infectious Department of Pediatrics,
Disease.2010;1(1):23-26 Faculty of Medicine, Prince of
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
20
Songkla University, Hat Yai, Pediatri Pediatri. June 2004
Songkhla, Thailand. January Vol. 6(1)
2006 Vol 37(1)
47. Polin RA, Committee on Fetus
41. Heilmann C, Peters G. Biology and Newborn
and pathogenicity of 2012. Management of neonates
Staphylococcus epidermidis. In with suspected or proven early-
VA Fischetti. Gram-Positive onset bacterial
Pathogens ASM Press sepsis. Pediatrics129. 2012:
Washington, D.C pp. 2006: 1006–1015
560-571
42. Karina. Pola resistensi bakteri 48. WHO. Pocket Book of
aerob terhadap antibiotik yang Hospital Care for Children, 2nd
diisolasi dari kultur darah edition. WHO Press; 2013
neonatus tersangka sepsis di
Instalasi Perawatan Neonatus 49. Peraturan menteri kesehatan
RSUD Arifin Achmad Provinsi Republik Indonesia nomor
Riau periode 1 Januari – 31 2406/MENKES/PER/XII/201 1
Desember 2014 [skripsi]. tentang pedoman penggunaan
Pekanbaru:Universitas Riau. antibiotik. Menteri Kesehatan
2015 Republik Indonesia. 2011

43. Singhi S, Rao DS, Chakrabarti 50. Monintja HE. Infeksi sistemik
A. Candida colonization and pada neonatus. Dalam: Yu VY,
candidemia in a pediatric Monintja HE, penyunting.
intensive care unit. PCCM. Beberapa Masalah Perawatan
2008;9(1):91-95 Intensif Neonatus. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas
44. Brooks GF. Mikrobiologi Kedokteran Universitas
kedokteran jawetz, melnick, & Indonesia; 1997: h.217-230.
adelberg. EGC. Jakarta. 2007
51. Penatalaksaan Sepsis
45. Setiadi A. Analisis Secara Neonatorum. Health
Kualitatif Penggunaan Technology Asessment
Antibiotik Berdasarkan Kriteria Indonesia. Departemen
Gyssens Penderita Sepsis Kesehatan Republik Indonesia .
Neonatus Di Unit Rawat Inap 2007
Neonatal RSUD Surakarta
Tahun 2012. 52. Haryani S, Apriyanti YF.
Evaluasi terapi obat pada
46. Hadinegoro SRS. Tailoring, pasien sepsis neonatal di Ruang
switching, and optimizing of Perinatologi RSUP Fatmawati
antibiotic use in children. Sari Januari – Februari tahun 2016.

Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016


21
Fakultas Farmasi Universitas Microbiology. Government
Indonesia. 2016 Medical College. India. 2014

53. Kiser C, Nawab U, McKenna 58. Sivanandan S, Shoraisam AS,


K, Aghai ZH. Role of Swarnam K. Choice and
guidelines on length of therapy Duration of Antimicrobial
in chorioamnionitis and Therapy for Neonatal Sepsis
neonatal sepsis.American and Meningitis. Departement
Academy of Pediatric. 2013 of Pediatrics. University of
Calgary. Canada. 2011

54. Simonsen KA, Anderson-Berry 59. Ikatan Dokter Anak Indonesia.


AL, Delair SF, Davies HD. Formularium Spesialistik
Early-onset neonatal sepsis. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Departement of Pediatrics. 2013
University of Nebraska
Medical Centre. USA. 2014

55. Lubis BM, Nelly, Syofiani B,


Sianturi P, Azlin E, Tjipta GD.
Hubungan kultur darah pasien
tersangka sepsis dengan nilai
prokalsitonin dan C- Reaktif
Protein. Sari pediatri.
2013;15(1) 5-9

56. Cerca N, Martins S,


Sillankorva S, Jefferson KK,
Pier GB, Oliveira R, Azeredo J.
Effects of growth in the
presence of subinhibitory
concentrations of dicloxacillin
on Staphylococcus epidermidis
and Staphylococcus
haemolyticus biofilms. Appl
Environ Microbiol. 2005
Dec;71(12):8677-8682

57. Neeta GD, Mouhiuddin QS.


Recent Trend of
Aminoglycoside resistance
Among Staphylococcus Aureus
isolates in Tertiary Care
Hospital. Departement of
Jom FK Volume 3 No.2. Oktober 2016
22

Vous aimerez peut-être aussi