Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-
nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “AKIDAH ISLAM TENTANG QADHA, QADAR DAN
TAKDIR” makalah ini berisikan tentang informasi aqidah islam atau yang lebih khususnya
membahas Pengertian Qadha, Qadar dan Takdir aqidah islam,ruang lingkup pembahasan
aqidah.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang aqidah
islam kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah swt senantiasa meridhai
segala usaha kita.
Daftar isi.................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 8
B. Rumusan Masalah
“wamaa kaana limu/minin walaa mu/minatin idzaa qadaa allaahu warasuuluhu amran an
yakuuna lahumu alkhiyaratu min amrihim waman ya’shi allaaha warasuulahu faqad dhalla
dhalaalan mubiinaan”
Artinya: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Adapun pengertian qadar secara bahasa adalah kepastian, peraturan, dan ukuran.
Menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan (qadhar) Allah terhadap semua makhluk
dalam kadar dan bentuk yang sesuai dengan iradah-Nya. Dasar pengertian qadar ditegaskan
dalam firman-Nya:
“alladzii lahu mulku alssamaawaati waal-ardhi walam yattakhidz waladan walam yakun lahu
syariikun fii almulki wakhalaqa kulla syay-in faqaddarahu taqdiiraan”
Artinya: “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan dia Telah menciptakan segala
sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. Al-Furqan: 2)
Contoh:
” maa ashaaba min mushiibatin fii al-ardhi walaa fii anfusikum illaa fii kitaabin min qabli an
nabra-ahaa inna dzaalika ‘alaa allaahi yasiirun”
Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-
Hadid: 22)
“inna allaaha laa yughayyiru maa biqawmin hattaa yughayyiruu maa bi-anfusihim wa-idzaa
araada allaahu biqawmin suu-an falaa maradda lahu wamaa lahum min duunihi min waalin”
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Rad: 11)
1. Taqdir mubran, yakni takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat
diusahakan atau tidak dapat ditawar-tawar lagi. Contohnya tentang kematian, kelahiran, jenis
kelamin, banyak sedikitnya rezeki dan sebagainya. Dalam hal ini Allah menegaskan:
”qul laa amliku linafsii dharran walaa naf’an illaa maa syaa-a allaahu likulli ummatin ajalun
idzaa jaa-a ajaluhum falaa yasta/khiruuna saa’atan walaa yastaqdimuuna”
Artinya: “Apabila Telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).” (QS. Al-Yunus: 49)
Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa,
Beriman kepada qadha dan qadar – yang selanjutnya disebut takdir – merupakan salah satu
rukun dari rukun iman. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits
Jibril dengan sabdanya, “Hendaklah Engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk”.
Yang dimaksud dengan beriman kepada qadha dan qadar ialah bahwa setiap manusia
wajib mempunyai itikad atau keyakinan yang sungguh-sungguh bahwasanya segala sesuatu
yang dilakukan oleh seluruh makhluk, baik yang sengaja, seperti makan, minum, duduk,
berdiri ataupun yang tidak disengaja seperti jatuh, terpeleset, pingsan dan sebagainya telah
ditetapkan oleh Allah SWT. Sejak zaman azali dan sudah ditulis di dalam Lauhul Mahfudz
(papan tulis yang terpelihara). Jadi semua yang terjadi di dunia ini telah diketahui oleh Allah
SWT jauh sebelum hal itu terjadi.