Vous êtes sur la page 1sur 8

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-
nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul “AKIDAH ISLAM TENTANG QADHA, QADAR DAN
TAKDIR” makalah ini berisikan tentang informasi aqidah islam atau yang lebih khususnya
membahas Pengertian Qadha, Qadar dan Takdir aqidah islam,ruang lingkup pembahasan
aqidah.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang aqidah
islam kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah swt senantiasa meridhai
segala usaha kita.

AKIDAH ISLAM TENTANG QADHA, QADAR DAN TAKDIR 1


Daftar Isi
Sampul ................................................................................................................................... i

Kata pengantar ........................................................................................................................ 1

Daftar isi.................................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Qadha, Qadar dan Takdir .......................................................................... 4


B. Iman Kepada Qadha, Qadar dan Takdir ..................................................................... 5
C. Ikhtiar dan Berdoa Serta Hubungannya Dengan Takdir ............................................. 6
D. Pengaruh Keimanan Terhadap Takdir dalam Kehidupan Manusia ............................ 7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 8

AKIDAH ISLAM TENTANG QADHA, QADAR DAN TAKDIR 2


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Beriman kepada qadha dan qadar – yang selanjutnya disebut takdir – merupakan salah
satu rukun dari rukun iman. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits
Jibril dengan sabdanya, “Hendaklah Engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk”.
Dari ketiga hal ini, disini terkadang banyak terjadi kekeliruan dalam pengertian dan
pemahaman terhadap ketiga hal tersebut. Oleh karenanya penulis akan berusaha
menjelaskannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian Qadha, Qadar dan Takdir?


2. Bagaimanakah Iman Kepada Qadha, Qadar dan Takdir?
3. Apakah Ikhtiar dan Berdoa Serta Hubungannya Dengan Takdir?
4. Pengaruh Keimanan Terhadap Takdir dalam Kehidupan Manusia?

AKIDAH ISLAM TENTANG QADHA, QADAR DAN TAKDIR 3


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qadha, Qadar dan Takdir


Secara bahasa, qadha memiliki beberapa pengertian, yakni ketetapan, perintah,
kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Adapun pengertian qadha menurut istilah, adalah
ketetapan Allah sejak zaman azali sesuai dengan iradah (kehendak)-Nya tentang segala
sesuatu yang berkenaan dengan makhluk. Ditegaskan Allah dalam al-Qura’n:

“wamaa kaana limu/minin walaa mu/minatin idzaa qadaa allaahu warasuuluhu amran an
yakuuna lahumu alkhiyaratu min amrihim waman ya’shi allaaha warasuulahu faqad dhalla
dhalaalan mubiinaan”
Artinya: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Adapun pengertian qadar secara bahasa adalah kepastian, peraturan, dan ukuran.
Menurut istilah, qadar adalah perwujudan ketetapan (qadhar) Allah terhadap semua makhluk
dalam kadar dan bentuk yang sesuai dengan iradah-Nya. Dasar pengertian qadar ditegaskan
dalam firman-Nya:

“alladzii lahu mulku alssamaawaati waal-ardhi walam yattakhidz waladan walam yakun lahu
syariikun fii almulki wakhalaqa kulla syay-in faqaddarahu taqdiiraan”
Artinya: “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan dia Telah menciptakan segala
sesuatu, dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. Al-Furqan: 2)
Contoh:

AKIDAH ISLAM TENTANG QADHA, QADAR DAN TAKDIR 4


Fulan menikah pada usia 25 tahun. Sebelum Fulan lahir, bahkan sejak zaman azali, Allah
tealh menetapkan bahwa seorang bernama Fulan akan menikah pada usia 25 tahun. Jadi,
ketetapan Allah sejak zaman azali disebut qadha, sedangkan kenyataan saat Fulan sekarang
disebut qadar. Dengan kata lain, qadar merupakan perwujudan dari qadhar. Hubungan antara
qadha dan qadar sangat erat. Qadhar adalah rencana, ketentuan, atau hukum Allah sejak
zaman azali, sedangkan qadar adalah pelaksanaan dari hukum atau ketentuan Allah. Jadi,
hubungan ini ibarat hubungan antara rencana dan pelaksanaan.
Oleh karena itu, istilah qadha dan qadar ini disatukan dengan istilah takdir. Jika
seseorang terkena musibah, dikatakan itu sudah menjadi takdinya, maksudnya adalah qadha
dan qadar.
B. Iman Kepada Qadha, Qadar dan Takdir
Beriman kepada qadha dan qadar – yang selanjutnya disebut takdir – merupakan salah
satu rukun dari rukun iman. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits
Jibril dengan sabdanya, “Hendaklah Engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk”.
Yang dimaksud dengan beriman kepada qadha dan qadar ialah bahwa setiap manusia
wajib mempunyai itikad atau keyakinan yang sungguh-sungguh bahwasanya segala sesuatu
yang dilakukan oleh seluruh makhluk, baik yang sengaja, seperti makan, minum, duduk,
berdiri ataupun yang tidak disengaja seperti jatuh, terpeleset, pingsan dan sebagainya telah
ditetapkan oleh Allah SWT. Sejak zaman azali dan sudah ditulis di dalam Lauhul Mahfudz
(papan tulis yang terpelihara). Jadi semua yang terjadi di dunia ini telah diketahui oleh Allah
SWT jauh sebelum hal itu terjadi.
Allah SWT berfirman:

” maa ashaaba min mushiibatin fii al-ardhi walaa fii anfusikum illaa fii kitaabin min qabli an
nabra-ahaa inna dzaalika ‘alaa allaahi yasiirun”
Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-
Hadid: 22)

AKIDAH ISLAM TENTANG QADHA, QADAR DAN TAKDIR 5


Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa kebahagiaan, kaya, miskin, pandai atau bodoh
dan sebagainya, berjalan sesuai dengan takdir Allah SWT. Sebagai bukti yang nyata bahwa
anak dilahirkan tidak dapat memilih siapa ayah dan ibunya, diaman tempat dilahirkan dan
tidak dapat menentukannya sendiri karena seua itu tidak ada di dalam kekuasaan-Nya,
sebagaimana firman Allah SWT:

“faaliqu al-ishbaahi waja’ala allayla sakanan waalsysyamsa waalqamara husbaanan dzaalika


taqdiiru al’aziizi al’aliimi”
Artinya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan
(menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am: 96)

C. Ikhtiar dan Berdoa Serta Hubungannya Dengan Takdir


Manusia diwajibkan berikhtiar untuk mencapai apa yang dicita-citakannya. Apa yang
dimaksud dengan ikhtisar? Ikhtisar adalah usaha manusia untuk memperoleh sesuatu yang
diinginkan. Walaupun segala sesuatu yagn terjadi di dunia ini ditetapkan Allah, Allah tidak
akan menyia-nyiakan segala usaha manusia sebagai bentuk ikhtisar yang memberi
kesempatan dan kebebasan manusia untuk menentukan nasibnya sendiri.
Kewajiban berikhtiar ini telah ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits.
“Suatu ketika Nabi didatangi oleh seorang Arab Badui yang menunggang sebuah unta.
Setelah sampai, ia turun dari untanya dan langsung menghadap Rasul tanpa terlebih dahulu
mengikat untanya. Nabi menegur orang tersebut, kemudian orang Badui itu berkata: “Biarlah
saya bertawakal kepada Allah”. Nabi bersabda: “Ikatlah untamu, setelah itu bertawakallah
kepada Allah”.
Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama
berpendapat bahwa takdir itu ada dua macam:
1. Taqdir Mu’allaq, yaitu tadir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia, takdir
ketergantungan. Maksudnya, takdir yang masih dapat diubah bergantung pada ikhtiar (usaha)
manusia. Contoh, seorang ingin menjadi dokter, maka ia harus giat sekolah dengan belajar
yang tekun sesuai dengan jurusannya.

AKIDAH ISLAM TENTANG QADHA, QADAR DAN TAKDIR 6


Dalam hal ini Allah berfirman:

“inna allaaha laa yughayyiru maa biqawmin hattaa yughayyiruu maa bi-anfusihim wa-idzaa
araada allaahu biqawmin suu-an falaa maradda lahu wamaa lahum min duunihi min waalin”
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Rad: 11)
1. Taqdir mubran, yakni takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat
diusahakan atau tidak dapat ditawar-tawar lagi. Contohnya tentang kematian, kelahiran, jenis
kelamin, banyak sedikitnya rezeki dan sebagainya. Dalam hal ini Allah menegaskan:

”qul laa amliku linafsii dharran walaa naf’an illaa maa syaa-a allaahu likulli ummatin ajalun
idzaa jaa-a ajaluhum falaa yasta/khiruuna saa’atan walaa yastaqdimuuna”
Artinya: “Apabila Telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).” (QS. Al-Yunus: 49)

D. Pengaruh Keimanan Terhadap Takdir dalam Kehidupan Manusia


Dengan beriman kepada takdir dalam bentunya yang benar, niscaya manusia akan giat
berjuang dan beruusaha. Sebab, tanpa perjuangan dan usaha yang berpijak pada sunnatullah,
niscaya perjuangan dan usaha itu tidak sampai pada tujuan yang diinginkan, kendatipun yang
memperjuangkannya adalah kaum muslimin. Dengan memahami takdir dalam bentuknya
yang tepat pula, manusia akan terhindar dari sikap fatalis yang akan menjerumuskannya pada
bencana dan kesengsaraan.

AKIDAH ISLAM TENTANG QADHA, QADAR DAN TAKDIR 7


BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa,
Beriman kepada qadha dan qadar – yang selanjutnya disebut takdir – merupakan salah satu
rukun dari rukun iman. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits
Jibril dengan sabdanya, “Hendaklah Engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk”.
Yang dimaksud dengan beriman kepada qadha dan qadar ialah bahwa setiap manusia
wajib mempunyai itikad atau keyakinan yang sungguh-sungguh bahwasanya segala sesuatu
yang dilakukan oleh seluruh makhluk, baik yang sengaja, seperti makan, minum, duduk,
berdiri ataupun yang tidak disengaja seperti jatuh, terpeleset, pingsan dan sebagainya telah
ditetapkan oleh Allah SWT. Sejak zaman azali dan sudah ditulis di dalam Lauhul Mahfudz
(papan tulis yang terpelihara). Jadi semua yang terjadi di dunia ini telah diketahui oleh Allah
SWT jauh sebelum hal itu terjadi.

AKIDAH ISLAM TENTANG QADHA, QADAR DAN TAKDIR 8

Vous aimerez peut-être aussi