Vous êtes sur la page 1sur 8

TUGAS 4

TEKNIK PENGELASAN LOGAM

Disusun Oleh :

Nama : Mochammad Naufal

NIM : 2113141015

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2017
1. Jelaskan mengapa metode pengelasan SMAW & FCAW lebih rentan terhadap
hydrogen cracking dibandingkan metode pengelasan GTAW & GMAW.

Jawab :
Karena pada metode pengelasan SMAW dan FCAW menggunakan flux
pada elektrodanya, sehingga pada kedua metode pengelasan ini tidak memiliki
yang namanya gas pelindung seperti pada metode pengelasan GTAW dan
GMAW. Pada metode pengelasan GTAW dan GMAW memiliki yang namanya
gas pelindung yang disebut disebut dengan TIG (tungsten inert gas) untuk metode
pengelasan GTAW dan MAG (metal active gas) dan MIG (metal inert gas) utnuk
metode pengelasan GMAW. Maka dengan ini dengan menggunakan gas
pelindung pada proses pengelasan, maka akan meminimalisir masuknya gas dari
luar.
2. Jelaskan mengapa dilakukan proses preheat dan PWHT pada pengelasan. Pada
baja seperti apa yang memerlukan preheat dan PWHT.
Jawab :
Karena fungsi dari preheat itu sendiri adalah memperkecil gradien
temperatur sehingga tidah terjadi thermal shock pada material. Biasanya ini
dilakukan sampai suhu 50oC sampai dengan 200oC yang tujuannya untuk
mengurangi laju pendinginan saat proses pengelasan agar tidak terbentuknya
martensite . Sedangkan pada proses post weld heat treating (PWHT) merupakan
proses perlakukan panas pada suatu material las setelah dilakukan proses
pengelasan yang berguna untuk menghindari timbulnya hidrogen pada material
las. Untuk material baja yang harusb dilakukan proses preheat yaitu material
Carbon Steel untuk menghindari fasa martensit, karena bersifat getas. Sedangkan
untuk material baja yang perlu dilakukan proses postweld heat treating (PWHT)
yaitu pada materal Alumunium (Al), karena akan menyebabkan yang namanya
porositas, sehingga dapat mengurangi kekuatan dan keuletan pada pengelasan
material alumunium (Al).
3. Jelaskan pengaruh temperature preheating terhadap hardness di daerah HAZ
sertakan gambar sketsa untuk penjelasan distribusi hardness ini.
Jawab :
Jika temperatur tinggi didinginkan ke temperatur rendah secara drastis, ini
akan menimbulkan yang namanya fasa martensite, karena jika pendinginannya
dialkukan secara cepat atau drastis, maka akan meningkatkan kadar karbon. Kadar
karbon tinggi inilah yang tidak diharapkan pada suatu material, karena memiliki
sifat getas.

Gambar 3.1 Sketsa Gambar Distribusi Hardness

4. Jelaskan bagaimana cara mengetahui kemampulasan (weldability) suatu baja.


Jawab :
Baja karbon berdasarkan kadar karbon yang terkandung di dalamnya terdiri
dari low carbon steel, mild steel, medium carbon steel, high carboon steel.
Weldability dari baja karbon tergantung dari kadar karbon yang terkandung
didalamnya.Untuk menentukan weldability dari baja karbon kita dapat
menggunakan nilai hasil perhitungan Carbon equivalent dimana weldability dari
baja karbon akan sangat baik apabila nilai CE < 0,4. Berikut ini merupakan
rumus perhitungan carbon equivalent (CE):
Common Carbon Typical Typical Use Weldability
Name Content Hardness
Percent
Low Carbon 0.15 MAX 60HRB Special plateand excellent
Steel shapes,sheet,
strip,welding
electrodes
Mild Steel 0.15-0.30 90 HRB Structuralshapes, good
plate,and bar
Medium 0.30-0.50 25 HRC Machine Fair t preheat
Carbon Steel partsand tools and postheat
normally
required(low
hydrogen
welding process
recommended)
High Carbon 0.50-1.00 40 HRC Springs, Poor (low
Steel dies,railroad rail hydrogen
welding
process,preheat,
and postheat
reqiured)

Maka dari tabel diatas dapat dilihat bahwa low carbon steel memiliki
weldability yang paling baik karna low carbon steel sendiri memiliki sifat yang
mudah dibentuk dan juga memiliki ketangguhan yang cukup baik.
5. A. Faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan pendinginan.
B. Jelaskan pengaruh cooling rate yang cepat dan cooling rate yang lambat
kaitannya dengan struktur mikro yang dihasilkan.
Jawab :
a. 1. Heat input
2. ketebalan plat (Plate Thickness)
3. bentuk joint ( butt joint, fillet joint )
4. Preheat Temperature
b. pengaruh cooling rate yang cepat (Quick cooling) dan cooling rate yang
lambat (Slow Cooling) yang kaitannya dengan struktur mikro yang
dihasilkan adalah semakin cepat pendinginan (Quick Cooling) yang terjadi
maka akan menjadi semakin baik struktur mikronya karena jika terjadi
proses pendinginan yang cepat struktur mikronya akan berbentik pipih
atau butiran butiran kecil karena jika terjadi proses pendinginan yang cepat
akan terbentuk fasa martensite, sedangkan jika cooling rate yang lambat (
Slow Cooling ) yang terjadi maka akan menjadi kurang baik struktur
mikronya karena jika terjadi proses pendinginan yang lambat struktur
mikronya akan berbentik atau butiran butiran besar karena jika terjadi
proses pendinginan yang cepat akan terbentuk fasa ferrit + pearlite.

6. Jelaskan bagaimana pengaruh kandungan CO2 pada gas pelindung terhadap


ketangguhan weld metal seperti ditunjukan grafik dibawah ini
Jawab :
Ferrite merupakan struktur mikro yang memiliki ketangguhan yang baik.
Artinya jika shielding gas oxygen nya semakin besar maka Ferrite akan menurun,
maka yang terjadi adalah ketangguhannya pun menurun, sebaliknya jika Ferrite
nya besar maka shielding oxygen nya pun harus kecil, maka dengan fasa Ferrite
yang besar maka material las akan memiliki ketangguhan yang baik.

7. Mengapa makin tebal material, temperature preheating yang dibutuhkan makin


tinggi, jelaskan.
Jawab :
Pada material las yang berukuran tebal harus memiliki temperature
preheating yang tinggi, karena dengan semakin tebal material semakin tinggi pula
kecepatan pendinginan material tersebut dan juga agar pada saat preheat panas
yang diterima material tidak hanya sampai ke permukaan saja. Preheating nya
yang tinggi akan memperlambat laju pendinginan pada saat proses pendinginan
yang dilakukan setelah pengelasan dan meratakan proses pendinginan sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya defect.

8. Jelaskan bagaimana terjadinya peningkatan kekuatan pada baja HSLA sehingga


diperoleh kekuatan yang tinggi dengan tetap menjaga kandungan karbon rendah.
Jawab :
Terjadinya peningkatan kekuatan (strength) pada baja HSLA dikarenakan adanya
penambahan Nb dan V dalam jumlah kecil (max = 0.1 %), serta oleh kombinasi
penghalusan butir ferrite, precipitation hardening dan substructural strengthening
sehingga lebih tangguh dan mampu las lebih baik dibandingkan baja karbon.

9. Jika kita melakukan proses pengelasan pada baja paduan rendah berikut ini : a)
HSLA (ASTM) A572 Gr.60, t=12mm), b) Q&T steel (HY80, t=12mm). c) Cr-Mo
(2.25 Cr-1Mo, t=12mm). berikan rekomendasi apakah dibutuhkan preheat dan
PWHT (jika ya pada temperature berapa).
Jawab :
Untuk baja HSLA (ASTM A572 Gr. 60, t = 12 mm) direkomendasikan
untuk melakukan proses preheating dengan minimum temperatur 50˚F. Untuk
baja Q&T Steel (HY80, t =12 mm), direkomendasikan untuk melakukan postweld
heat treating (PWHT) dengan temperature proses sebesar austenitizing
temperature 1650˚ F dan tempering temperature 1200˚ F. Sedangkan untuk baja
(Cr – Mo (2,25 Cr – 1 Mo, t = 12 mm) direkomendasikan untuk melakukan proses
preheating dengan temperature 150 – 300˚ F.

10. Pada baja Cr-Mo(Chromium Molybdenum Steel), jelaskan apa peran masing
masing unsur chromium dan molybdenum pada baja tersebut. Bagaimana
mencegah cold cracking pada pengelasan baja ini.
Jawab :
• 
 Peran dari unsur chromium pada baja Cr-Mo, yaitu :
a. Meningkatkan Kekerasan baja.
b. Meningkatkan Kekuatan baja.
c. Ketahanan Aus.
d. Kemampuan diperkeras.
e. Ketahanan panas.
f. Ketahanan karat dan asam.
g. Kemudahan dipoles.
h. Menurunkan Regangan

• 
 Peran dari unsur molybdenum pada baja Cr-MO, yaitu :
a. Meningkatkan kekuatan tarik baja.
b. Meningkatkan ketahanan panas baja.
c. Meningkatkan batas lelah baja.
d. Menurunkan regangan.
• Cara mencegah cold-cracking pada pengelasan baja, ialah :

a. Mengurangi beberapa penambahan unsur pada baja, serta
mengatur jenis unsur dan kandungan unsur paduan sehingga tidak
memberikan pengaruh terlalu besar terhadap sintifitas retak.
b. Mencegah kelebihan kandungan hydrogen pada logam atau baja
yang yang akan menyebabkan terjadinya retak pada dareah
pengaruh panas, serta tidak melakukan proses pengelasan pada
saat hujan atau baru turun hujan, karena dapat menyebabkan
kecenderungan terbentuknya retak dingin (cold- cracking).
c. Benda kerja tidak terlalu tebal, karena benda kerja yang lebih tebal
akan memiliki kepekaan retak semakin tinggi. Artinya makin tebal
benda kerja, makin rentan terhadap timbulnya retak dingin.
d. Memperhatikan rancangan kontruksi lasan, prosedur, logam induk
dan bahan las karena itu semua merupakan faktor yang
memberikan kontribusi terhadap timbulnya retak dingin pada
daerah las.
e. Memperhatikan metode pengelasan, agar tidak terbentuknya
tegangan sisa. Karena tegangan sisa merupakan tegangan yang
mempengaruhi terjadinya retak dingin.

Vous aimerez peut-être aussi